Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TAKE-HOME

METODE ANALISIS KUANTITATIF


PROGRAM S2-MANAJEMEN
UNIVERSITAS STIKUBANK
JANUARI 2021

Nama Mahasiswa : Nafian Nugroho Yulianto


NIM : 1942020017
Dosen : Dr. Agung Nusantara

PERSOALAN:

1. Bacalah: Hair, et.al., 2018 Chapter 3. Uraikanlah pemahaman anda tentang


Apa itu Principal Component Analysis, apa yang hendak dicapai? Dibangun
atas dasar asumsi apa? Dan bagaimana prosedur analisisnya?

2. Bacalah: Bland and Altman (1997) dan Tavakol and Dennick (2011).
Uraikan pemahaman anda tentang Cronbach’s Alpha.

JAWABAN SOAL 1

Metode component analysis atau sering disebut dengan analisis komponen utama
(principal component analysis) merupakan metode yang digunakan untuk mereduksi
sejumlah variabel menjadi beberapa faktor dalam jumlah sedikit tetapi bisa
menjelaskan keragaman variabel aslinya

Yang hendak dicapai dalam PCA adalah untuk menjelaskan bagian dari variasi dalam
kumpulan variabel yang diamati atas dasar beberapa dimensi. Dari variabel yang
banyak dirubah menjadi sedikit variabel
Dasar asumsi PCA yaitu :

1. Ekstraksi Faktor dengan metode komponen analisis

2. Penentuan Jumlah Faktor yang dilakukan dalam analisis faktor. Seperti yang
diketahui bahwa dalam analisis faktor dilakukan reduksi variabel menjadi lebih
sedikit dengan cara mengelompokkannya kedalam factor

3. Melakukan rotasi faktor, yang digunakan untuk mempermudah


menginterpretasikan faktor.

4. Interpretasi Hasil Analisis Faktor

Banyaknya komponen utama yang terbentuk sama dengan banyaknya variabel asli.
Pereduksian (penyederhanaan) dimensi dilakukan dengan kriteria persentase
keragaman data yang diterangkan oleh beberapa komponen utama pertama. Apabila
beberapa komponen utama pertama telah menerangkan lebih dari 75% keragaman data
asli, maka analisis cukup dilakukan sampai dengan komponen utama tersebut.
Sebagai catatan dalam penggunaan principal component analysis (PCA),
1. Apabila satuan dari variabel (X) yang digunakan dalam membangun komponen
utama tidak sama, maka variabel perlu ditransformasikan terlebih dahulu
kedalam angka baku (Z).
2. Ada dua jenis bentuk input dalam pemrosesan pembentukan komponen utama
yaitu matriks varians-kovarians dan matriks korelasi, matriks varians-kovarians
digunakan jika satuan dari variabel sama dan matriks korelasi digunkan jika
satuan dari variabel tidak sama dan variabel di transformasikan ke dalam bentuk
angka baku (Z).
3. Penentuan dalam penggunaan jenis matriks sebagai input dari perhitungan
komponen utama (S atau R) menentukan dalam formulasi yang digunakan
dalam rangka menghitung besarnya bagian atau persentase keragaman total
yang mampu diterangkan oleh komponen utama ke-j dan formulasi yang
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi) antara variabel asal
dengan komponen utama yang tebentuk.
4. Perhitungan nilai skor komponen utama diperoleh dari hasil perkalian nilai
variabel (X) dengan nilai vektor eigen yang dihasilkan dari proses perhitungan
(bukan dari hasil perkalian faktor loading dengan nilai variabel X-nya).

Selanjutnya untuk menentukan variabel mana yang berkontribusi besar pada tiap
komponen utama yang terbentuk, ditentukan berdasarkan nilai keeratan hubungan
(nilai loading) yang dihasilkan antara variabel asal dengan komponen utama. Besar
kontribusi untuk masing-masing variabel penelitian dalam komponen utama
ditentukan dengan semakin tinggi nilai loading yang dihasilkan, berdasarkan kriteria
korelasi di mana nilai korelasi lebih besar atau sama dengan 0.500 memiliki hubungan
yang kuat dan sebaliknya untuk nilai korelasi lebih kecil dari 0.500 memiliki hubugan
yang lemah.

JAWABAN SOAL NO 2

Apa itu Cronbach alpha? Alpha dikembangkan oleh Lee Cronbach pada tahun
1951 untuk menyediakan ukuran konsistensi internal dari suatu pengujian atau skala.

Dinyatakan sebagai angka antara 0 dan 1. Konsistensi internal menggambarkan sejauh


mana semua item dalam sebuah tes, mengukur konsep atau konstruksi yang sama dan
karenanya terhubung dengan keterkaitan item-item di dalam uji. Konsistensi internal
harus ditentukan sebelum tes dapat digunakan untuk tujuan penelitian atau ujian untuk
memastikan validitas. Selain itu, perkiraan keandalan menunjukkan jumlah kesalahan
pengukuran dalam sebuah tes.
rumus Alpha Cronbach digunakan dalam pengujian reliabilitas karena instrumen
penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya
sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90
maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha <
0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item
tidak reliabel.

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten,
maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

Perlu dicatat bahwa reliabilitas tes mengungkapkan pengaruh kesalahan


pengukuran pada skor yang diamati dari kelompok siswa daripada siswa individu. Jika
item dalam tes berkorelasi satu sama lain, maka nilai alpha meningkat. Namun,
koefisiennya tinggi alpha tidak selalu berarti tingkat internal yang tinggi konsistensi.
Ini karena alpha juga dipengaruhi oleh lamanya ujian. Jika panjang tes terlalu pendek,
nilai alpha berkurang.Jadi, untuk meningkatkan alpha, lebih terkait item yang menguji
konsep yang sama harus ditambahkan ke tes. Penting juga untuk diperhatikan bahwa
alpha adalah properti dari skor pada tes dari sampel testis tertentu. Karena itu peneliti
seharusnya tidak bergantung pada perkiraan alfa yang dipublikasikan dan harus
mengukur alfa setiap kali pengujian dilakukan.
Penggunaan alfa yang tidak tepat dapat menyebabkan situasi di mana keduanya
tes atau skala salah dibuang atau tes tersebut dikritik karena tidak memberikan hasil
yang dapat dipercaya. Untuk menghindari ini situasi pemahaman tentang konsep terkait
konsistensi internal, homogenitas atau unidimensi dapat membantu meningkatkan penggunaan
alfa. Konsistensi internal berkaitan dengan keterkaitan sampel tes item, sedangkan homogenitas
mengacu pada unidimensi. Sebuah ukuran dikatakan unidimensi jika item-itemnya mengukur
satu sifat atau konstruksi laten.
Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
instrumen tersebut konsisten dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur
tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada
waktu yang berbeda. Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kehandalan suatu instrument. Instrumen yang handal merupakan instrumen yang
bebas dari kesalahan (error) walaupun dipergunakan berkali-kali. Sehingga
reliabilitas instrumen merupakan kriteria tingkat kemantapan atau konsistensi
suatu instrumen penelitian.
Cronbach's alpha adalah teknik keandalan pengujian yang hanya
memerlukan satu administrasi pengujian untuk memberikan perkiraan unik
keandalan untuk pengujian tertentu
Cronbach's alpha adalah nilai rata-rata dari koefisien reliabilitas yang
akan diperoleh untuk semua kemungkinan kombinasi item ketika dibagi menjadi
dua setengah tes.
Alpha Cronbach adalah ukuran yang digunakan untuk menilai reliabilitas,
atau konsistensi internal, dari sekumpulan skala atau item tes. Dengan kata lain,
reliabilitas dari setiap pengukuran yang diberikan mengacu pada sejauh mana itu
merupakan ukuran yang konsisten dari sebuah konsep, dan alpha Cronbach
adalah salah satu cara untuk mengukur kekuatan konsistensi tersebut.

Sekian - Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai