Disusun oleh :
AKUNTANSI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah tentang “Profesi Akuntan dan Akuntan Publik secara GLOBAL dan ASEAN”
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Auditing
1.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat ke depannya.
Penulis,
Ahmad Fuadi
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi…… ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN.......... 3
2.2 Perkembangan Profesi Akuntan Indonesia..................... 4
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi, serta untuk memberikan pengetahuan pada para pembaca tentang
peran akuntan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga GLOBAL.
Memberikan gambaran umum tentang MEA, serta meningkatkan minat dan semangat
para pembaca untuk menjadi akuntan yang berkualitas. Makalah ini juga bertujuan untuk
menumbuhkan kepedulian para pembaca akan pentingnya keunggulan profesi guna
meningkatkan output yang berkualitas. Melatih para pembaca untuk berfikir kritis dalam
menanggapai tantangan akuntan dalam MEA, menilai keunggulan yang dimiliki oleh
akuntan indonesia, serta memberikan solusi atas permaslahan yang terjadi dalam MEA
khususnya dalam bidang akuntan.
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal
membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah
untuk memperkuat pelaksanaan baru yang memiliki inisiatif ekonomi, mempercepat
integrasi regional di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil dan bakat, dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar
tunggal di kawasan Asia Tenggara. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat
serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal
asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan. Dalam menghadapi MEA 2015 kemarin dan sampai sekarang, diperlukan
kesamaan visi dari seluruh stakeholders KUMKM Indonesia untuk mewujudkan
dinamika bisnis sektor riil. Seharusnya MEA dihadapi dengan memperkuat dua pilar
sekaligus yakni pilar dalam negeri dan pilar luar negeri. Visi ME bersifat internal dan
eksternal, internal berarti memperkuat pondasi di dalam negeri untuk mengamankan
pasar domestik agar tidak didominasi produk impor, baik sesama anggota ASEAN
maupun produk negara di luar ASEAN. Eksternal berarti membangun daya saing dan
jejaring kawasan untuk memastikan adanya daya saing produk nasional di pasar regional
MEA, bahkan pasar di luarnya. MEA jelas bukan sekadar pasar bebas dalam pengertian
ekonomi. MEA merupakan medan aktualisasi diri secara kompetitif para anggotanya. Di
sana akan terjawab teka-teki apakah kita layak diperhitungkan di wilayah ini atau
sebaliknya.
Masyarakat Ekonomi ASEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa,
tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.
Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan,
bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya
menghalangi perekrutan tenaga kerja asing sehingga pada intinya, MEA akan lebih
membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di
Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya. Namun, sejumlah pimpinan asosiasi
profesi mengaku cukup optimistis, bahwa tenaga kerja ahli di Indonesia cukup mampu
bersaing. Di sektor akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia, Tarko Sunaryo,
mengakui ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang belum menyadari adanya
kompetisi yang semakin ketat. Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan
mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka
bersaing dengan akuntan luar negeri.
Untuk terdaftar dalam Register Negara Akuntan, seseorang harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu: (i) lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian sertifikasi
akuntan profesional, (ii) berpengalaman di bidang akuntansi, dan (iii) merupakan
anggota Asosiasi Profesi Akuntan. PMK ini mewajibkan seluruh Akuntan yang telah
terdaftar dalam Register Negara Akuntan di Kemenkeu, untuk melakukan registrasi
ulang dalam jangka waktu tiga tahun. Jika tidak melakukan registrasi ulang melalui
Asosiasi Profesi Akuntan, maka yang bersangkutan dinyatakan tidak terdaftar lagi
pada Register Negara Akuntan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system informasi dan
komunikasi, telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan system ekonomi
global.
Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas pada aktivitas bursa saham dan perdagangan
valuta asing. Berbagai kesepakatan dan kerjasama politik yang dicapai oleh para pemimpin
Negara-negara di dunia, antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa (European Union-
EU), dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong kearah penyatuan system ekonomi dunia.
1. Setiap Negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standart audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara Negara satu dengan Negara lainnya. Banyak Negara yang
mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dinegaranya masing-masing.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar
perilaku etis profesi akuntansi.
Pada abad ke 20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan diterapkan
oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:
Memasuki abad ke-21 profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal dibidang
akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri. Organisasi profesi
akuntan mulai menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar kode etik
profesi yang lebih ketat.
Walaupun agak tertinggal, para akuntan di dunia tidak tinggal diam dalam menghadapi persoalan
tersebut. Organisasi IAI sebagai wadah profesi akuntan di Indonesia telah merintis berbagai
kerjasama dengan beberapa organisasi profesi akuntan dinegara-negara ASEAN dan Australia
dalam upaya mempersempit perbedaan yang ada, baik yang menyangkut standar teknis maupun
standar perilaku. Ditingkat dunia, mulai terbentuk badan atau lembaga seperti Internasional
Accounting Standard Board (IASB) dan Internasional Federation of Accounting (IFAC). Kedua
lembaga ini tidak hanya saja peduli dengan upaya-upaya untuk melakukan harmonisasi prinsip
atau standar audit dan akuntansi diseluruh dunia, tetapi juga mulai mengembangkan standar/kode
etik profesi akuntan global dalam upaa mendukung aktivitas perekonomian global.
Pihak-pihak atau lembaga yang selama ini berkaitan lansung dengan profesi akuntansi, antara
lain:
Kode merupakan kumpulan peraturan atau kesepakatan suatu organisasi untuk maksud-maksud
tertentu. Kode etik merupakan norma atau nilai yang secara tegas berkaitan dengan suatu hal
yang benar atau baik maupun yang tidak benar ataupun tidak baik berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok tertentu. Etika
profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi
lainnya, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu peraturan yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan sebagai Akuntan. Kode etik profesi akuntansi dapat
diartikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi.
Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena untuk mencegah terjadinya kecurangan
(fraud). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang
diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah
wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di kantor akuntan publik. Agar dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan harus
mematuhi aturan-aturan dan persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang
akuntan yang profesional. Dengan adanya kode etik tersebut, para akuntan tidak hanya
diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi. Namun, para akuntan juga dituntut
untuk memiliki perilaku yang baik dan bermoral terkait dengan pekerjaan.
1. Kredibilitas
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diindentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan
sebagai profesional dibidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar
kinerja yang tinggi.
4. Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang
melandasi pemeberian jasa oleh akuntan
Profesionalisme didefinisikan secara luas mengacu pada perilaku, tujuan dan kualitas yang
membentuk karakter atau ciri suatu profesi atau orang-orang profesional. Kode perilaku
profesional dapat dikatakan sebagai pedoman umum yang mengikat dan mengatur setiap anggota
serta sebagai pengikat suatu anggota untuk bertindak. Kode perilaku profesional diperlukan
untuk menjaga kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan yang diberikan oleh profesi.
Kode perilaku profesi terdiri dari prinsip-prinsip, peraturan etika, interprestasi atas peraturan
etika dan kaidah etika.
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi
manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama profesional
komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem komputasi, termasuk
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
Hindari menyakiti orang lain
“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan,
kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi
tidak dapat berfungsi secara efektif.
Nilai – nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip – prinsip keadilan yang
sama dalam mengatur perintah.
Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat – syarat perjanjian lisensi dilarang
oleh hukum di setiap keadaan.
Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah membuat
janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat informasi pribadi tidak
secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.
Kode etik berupa prinsip atau etika yang disusun oleh masing-masing instansi akan berbeda.
Dalam Kode Etik Akuntan Profesional 2001 yang dibuat oleh IFAC disebutkan bahwa, dengan
adanya tanggung jawab terhadap publik maka profesionalitas harus dimiliki karena
profesionalitas dapat membentuk kepercayaan publik.
Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 – Section 100.4
1. Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis dan
profesionalnya.
2. Objektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik
kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga dapat mengesampingkan pertimbangan
bisnis dan profesional.
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan dan
harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian yaitu bagian pertama berisi prinsip-prinsip Etika dan
pada bagian kedua berisi Aturan Etika (rules)
1. Tanggung Jawab
2. Kepentingan Umum
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap
profesionalisme. (section 53, article II)
3. Integritas
Seorang anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab professional. Seorang anggota dalam praktik publik harus
independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit dan jasa
atestasi lainnya. (section 55, article IV)
5. Due Care (Kehati-hatian)
Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus untuk
meningkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional dengan
kemampuan terbaik yang dimiliki anggota. (section 56, article V)
Seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik
Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan. (section 57, article
VI).
Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang
disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi
akan tanggung-jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Adapun, Kode Etik
IAI terdiri atas Prinsip Etika Profesi Akuntan, Aturan etika dan Interpretasi aturan etika.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, yang terdiri dari klien, pemberi
kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu
keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya
dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar,
panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji
keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian
profesional.
4. Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di
bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan
bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan.
Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa
atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
obyektivitas. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan
terhadap faktor-faktor berikut :
Tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-
tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan
dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau
kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.
Anggota
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam
pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang
tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek
yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal
untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan
peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi,
auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan. Anggota harus
menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
6. Kerahasiaan
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja
berakhir. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi. Anggota
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang
yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana
informasi rahasia dapat diungkapkan.
Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh
penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya
dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI),
International Federation of Accountants (IFA), badan pengatur, dan peraturan perundang-
undangan yang relevan.
Aturan Etika :
Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Dalam prakteknya tak ada etika yang mutlak. Standar etika pun berbeda-beda pada sebuah
komunitas sosial, tergantung budaya, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut.
Baik itu komunitas dalam bentuknya sebagai sebuah kawasan regional, negara,agama, maupun
komunitas group. Tidak ada etika yang universal.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.
Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi Etika
Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme.
1. Kebutuhan individu
Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat ‘dimaafkan’.
Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.
1. Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak besar sekalipun, suatu
ketika akan menyebabkan konsekuensi yang besar pada profesi.
2. Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Disini harus diingat bahwa reputasi
adalah yang paling berharga, bukan sekadar keuntungan jangka pendek.
3. Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila berpegang pada perilaku
etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika berpegang teguh pada
etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting untuk dipertahankan.
The Big 4 Auditors adalah kelompok empat firma Jasa profesional dan akuntansi internasional
terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun
perusahaan swasta. Empat besar auditor tersebut adalah :
1.3 PricewaterhouseCooper
1.4 Deloitte Touche Tohmatsu
1.5 Ernst & Young
1.6 KPMG
Pada awalnya kelompok big 4 ini dikenal dengan nama Big 8, akan tetapi dengan melalui
serangkaian merger dan juga skandal besar dunia, maka jadilah kelompok ini kita kenal sebagai
The Big 4 Auditors. Berikut ini akan saya ceritakan secara singkat tentang perubahan The Big 8
hingga menjadi The Big Four.
Sejarah The Big 4
Pada tahun 1979, ada 8 kantor akuntan publik besar yang dikenal dengan big 8 yang
mendominasi di dunia internasional, delapan kantor akuntan tersebut adalah :
1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Company
3. Coopers & Lybrand
4. Ernst & Whinney
5. Deloitte, Haskins and Sells (Gabungan Haskins & Sells dengan satu perusahaan di eropa)
6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG Group)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross
Pada Juni 1989 Ernst & Whinney memutuskan untuk bergabung dengan Arthur Young dan
kemudian membentuk Ernst & Young . Kemudian pada bulan Agustus ditahun yang sama
Deloitte, Haskins & Sells pun melakukan merger dengan Touche Ross yang kemudian
menghasilkan kantor akuntan Deloitte & Touche. Maka dengan ini, kelompok big 8 berubah
menjadi big 6 .
Pada Juli 1998 Kantor Akuntan Price Waterhouse memutuskan untuk bergabung dengan Kantor
Coopers & Lybrand yang kemudian membentuk Kantor akuntan PricewaterhouseCoopers.
Dengan terbentuknya kantor akuntan PricewaterhouseCoopers ini, maka kelompok the big 6
berubah menjadi big 5 dengan anggota 5 Kantor Akuntan sebagai berikut :
1. Arthur Andersen
2. PricewaterhouseCoopers
3. Deloitte Touche Tohmatsu
4. Ernst & Young
5. KPMG
Pada tahun 2001 terjadi suatu peristiwa yang kita kenal sebagai Skandal Enron. Dalam Skandal
Enron ini, kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan dianggap menutup-nutupi
kerugian jutaan dolar dalam skandal Enron. Kejadian ini menyebabkan kebangkrutan bisnis
Arthur Andersen yang bersifat global. Kantor-kantor partner di seluruh dunia yang berada di
bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan bergabung menjadi kantor
akuntan internasional lainnya Dengan adanya kejadian ini, maka hanya tersisa empat kantor
akuntan internasional yang kita kenal dengan nama big 4 sampai saat ini.
The Big 4 di Indonesia
Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi, yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure)
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkam kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun prilaku karyawan, namun dapat juga mwngawasi
kekuasaan otokrasi atasan.
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntansi yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribuasi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountants(AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik AICPA
lebih ditunjukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan public, sedangkan
IMA lebih diperuntukan bagi akuntan menejemen di suatu organisasi atau perusahaan.
Pada bab ini secara khusus akan di bahas mengenai kode etik AICPA yang terdiri dari dua
bagian yaitu : berisi prinsip-prinsip etika dan kedua yaitu aturan etika.
Pada tabel 8.1 diberikan ringkasan prinsip-prinsip dan aturan etika yang berlaku bagi anggota
organisasi AICPA
Tabel 8.1
1. Tanggung jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang professional harus menjalankan
pertimbangan moral dan professional secara sensitive.
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi
melayani kepentingan public.
3. Intergritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan public.
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab professional.
5. Kehati-hatian (due care): seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi,
terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetisi dan kualitas jasa, dan menunaikan
tanggung jawab professional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa: seorang anggota dalam praktik public harus mengikuti prinsip-prinsip kode
perilaku professional dalam menetapkan ruang lingkup dan sifat jasa yang diberikan.
Ada banyak contoh kode etik profesi akuntansi yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti: AS, Inggris,
Jerman, Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut diberikan ringkasan
kode etik yang berlaku di Negara Kanada yang juga di kutip dari buku yang
ditulis oleh Brooks (2007). Ringkasan kode etik ini dapat dilihat pada tabel 8.2
Tabel 8.2
a. Pengalaman Praktis
Akuntan kompetitif memiliki pengalaman praktis yang
membanggakan dan sudah teruji di bidang pekerjaan mereka.
Akuntan kompetitif senantiasa mendapatkan penilaian dan
pengakuan atas kinerjanya dari setiap institusi atau perusahaan
tempat mereka berkarir, karena kualitas informasi yang mereka
berikan.
b. Komitmen Good Governance
Akuntan kompetitif memiliki komitmen terhadap integritas, etika
bisnis, dan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat.
Mereka menghormati tata norma tersebut, dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip tersebut dalam setiap rekomendasi yang diberikan
kepada manajemen. Dengan komitmen tersebut, perusahaan bisa
membangun iklim good governance yang kondusif dan iklim bisnis
yang sehat dalam perusahaan.
c. Referensi Keilmuan Berkualitas
Akuntan kompetitif memiliki semangat untuk meng-upgrade diri
dengan keilmuan akuntansi dan wawasan terbaru terhadap
perkembangan dunia bisnis, sebagai referensi dalam mengolah
data, menyajikan laporan keuangan, atau memberikan rekomendasi
bisnis bagi manajemen.
d. Standar kerja terbaik
Aktualisasi keilmuan akuntan kompetitif membuat mereka
memiliki standar kerja terbaik, dan senantiasa sejajar dengan
akuntan terbaik di tingkatan nasional dan internasiona
e. Jejaring luas
Akuntan kompetitif memiliki jejaring luas. Begitu tergabung
menjadi anggota IAI dan tercatat sebagai akuntan profesional,
mereka akan memiliki jaringan keprofesian sekaligus jaringan
bisnis yang prestisius dan menguntungkan. Dengan begitu, akuntan
profesional bisa mengangkat reputasi dan memberikan citra positif
untuk citra perusahaan di mata publik.
f. Leadership
Akuntan kompetitif memiliki talenta leadership skill. Bagi
perusahaan yang mencari top leader ataupun suksesor untuk
melanjutkan estafet kepemimpinan manajemen di bidang
keuangan, maka akuntan adalah pilihan yang tepat dan pantas.
g. Decision maker
Akuntan kompetitif memahami masalah perubahan secara detil dan
lengkap karena tanggungjawab yang diembannya, sehingga mereka
bisa mengambil keputusan secara cepat, akurat dan terintegrasi.
Intensitas akuntan profesional berhubungan dengan berbagai pihak
dalam perusahaan menyebabkan mereka mampu berkoordinasi dan
membuat akuntan profesional bisa mengkomunikasikan visi
manajemen dengan tepat sasaran dan secara berkesinambungan.
Pemerintah juga memiliki peran yang cukup penting dalam perbaikan kualitas jas
akuntan indonesia. Dengan kondisi demikian, pemerintah didorong harus terus
meningkatkan kuantitas, selain juga kualitas. Hal ini disebabkan karena sektor
akuntansi ini dibutuhkan oleh semua segmen ekonomi. Di tengah pertumbuhan
ekonomi kita yang sangat positif, sementara Negara-negara lain banyak yang
terkena krisis, sehingga demand terhadap akuntansi pasti akan tinggi. Kondisi
tersebut jelas harus diantisipasi. Pasalnya, di era MEA nantinya free flow akuntan
asing di regional ASEAN akan sangat tinggi. Sehingga, masih ada peluang yang
besar dari akuntan lokal untuk terus mengasah diri agar berdaya saing tinggi.
Pemerintah juga harus menyiapkan blue print pengembangan profesi akuntansi di
Indonesia, memperkuat regulasi profesi akuntansi, meningkatkan jalinan
kerjasama asosiasi profesi akuntan dengan negara lain, dan sinergi pihak-pihak
yang terkait dengan profesi akuntansi meliputi akademisi, praktisi, asosiasi
profesi, pengguna jasa, dan regulator. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme akuntan Indonesia dapat ditempuh dengan cara peningkatan
kualitas pendidikan akuntansi, kualitas sertifikais profesi akuntansi, standar
akuntansi, dan standar profesi yang sesuai dengan standar Internasional, serta
kualitas pendidikan profesional berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dengan akan datangnya sebuah fase dimana masyarakat Indonesia
akan secara bebas dalam hubungannya dengan negara-negara di Asean,
yang notabene sekarangpun dalam arus globalisasi hubungan bebas
tersebut sudah dirasakan. Perubahan demi perubahanpun terus terjadi,
perkembanganpun kian mengikuti arus yang ada, untuk itu dalam
kaitannya mengimbangi arus ekonomi yang terjadi di Asean, para profesi
akuntansi di Indonesia harus sadar betul akan kedudukan profesi
akuntansi, sehingga profesi akuntansi dapat disejajarkan dengan profesi-
profesi lain dalam kaitannya menghadapi Masyrakat Ekonomi Asean in.
Dengan adanya MEA ini, segala bidang kehidupan maupun ketatanegaraan
ikut meningkat, sehingga sangat diperlukan sekali keikutsertaan adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas yang diperlukan dalam menyesuaikan
dengan apa yang dibutuhkan di lapangan.
3.2 Saran
1. Peningkatan kualitas yang dilakukan oleh IAI dalam kaitannya
melahirkan para profesi akuntansi yang unggul agar dapat bersaing di
era Masyrakat Ekonomi Asean (MEA) ini.
2. Peningkatan jumlah lembaga-lembaga pendidikan yang nantinya akan
meningkatkan pula kuantitas dari para profesi akuntansi demi
menyeimbangkan jumlah profesi akuntansi yang dibutuhkan.
3. Adanya peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
para profesi akuntansi di Indonesia.
4. Kemudahan dalam sertifikasi profesi akuntansi sehingga para lulusan
akuntansi tidak hanya lulus sebagai sarjana akuntansi saja tetapi juga
bersertifikat profesi akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/366116454/Tantangan-Profesi-Akuntan-Global
https://www.google.com/amp/s/yuniariani37.wordpress.com/2016/12/26/kode-
etik-profesi-akuntansi-etika-profesi-akuntansi/amp/