Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH AUDITING 1

Profesi Akuntan dan Akuntan Publik

Secara GLOBAL dan ASEAN

Disusun oleh :

Ahmad Fuadi ( 43219110142 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah tentang “Profesi Akuntan dan Akuntan Publik secara GLOBAL dan ASEAN”
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Auditing
1.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat ke depannya.

Penulis,

Ahmad Fuadi
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi…… ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
2.1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN.......... 3
2.2 Perkembangan Profesi Akuntan Indonesia..................... 4

2.3 Peluang dan Tantangan Akuntan dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN....................................... 10

2.4 Keunggulan Kompetitif Akuntan................................... 14

2.5 Solusi Peningkatan Kualitas Jasa Akuntan Indonesia ... 16

BAB III PENUTUP........................................................................... 20


3.1 Simpulan......................................................................... 20
3.2 Saran............................................................................... 20
Daftar Pustaka.........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era global sekarang ini muncul berbagai macam tantangan khususnya


tantangan ekonomi. Adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di indonesia,
memerlukan sumber daya yang handal di berbagai bidang, namun pada kenyataannya
indonesia belum siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean apalagi dalam
bidang akuntansi. Pasar bebas akan menjadi ciri khas dari Masyarakat Ekonomi Asean
karena perdagangan antar negara akan terjadi secara bebas, proses pertukaran tenaga
kerja juga akan semakin luas dan bebas. Persaingan untuk memeroleh pekerjaan akan
semakin ketat, karena para pencari kerja yang berasal dari luar negeri memiliki kualitas
yang lebih baik daripada pencari kerja yang berasal dari Indonesia.
Ketakutan untuk tidak mampu bersaing dengan akuntan bangsa lain yang
berpartisipasi dalam MEA memang menjadi bayangan hitam terbesar saat ini. Di dalam
budaya kita memang sudah tertanam bahwa bangsa lain memang memiliki kualitas yang
jauh lebih baik dari kita. Salah satu contohnya adalah sertifikasi akuntan di negara
ASEAN lainnya sebagaian besar bertingkat internasional yang artinya akuntan tersebut
layak bekerja diberbagai belahan negara di dunia ini, sedangkan akuntan indonesia
kurang percaya diri untuk mengikuti sertifikasi tersebut, akibatnya kualitas akuntan
indonesia masih berada dibawah negara lain. Ketika MEA datang profesi akuntan
merupakan profesi yang cukup dikhawatirkan keberadaannya, karena dengan
keterbatasan jumlah akuntan indonesia yang tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan
pasar yang semakin berkembang dapat menyebabkan akuntan indonesia tergeser oleh
akuntan-akuntan dari negara lain yang jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas
yang lebih baik pula. Pada umumnya akuntan memiliki tanggung jawab yang tinggi
dalam menjaga kebenaran informasi keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan, sehingga peran akuntan dalam MEA akan semakin berat karena pemilik
usaha bukan hanya dari indonesia melainkan dari negara ASEAN lainnya yang memiliki
kepentingan dan prinsip yang berbeda-beda.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi, serta untuk memberikan pengetahuan pada para pembaca tentang
peran akuntan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga GLOBAL.
Memberikan gambaran umum tentang MEA, serta meningkatkan minat dan semangat
para pembaca untuk menjadi akuntan yang berkualitas. Makalah ini juga bertujuan untuk
menumbuhkan kepedulian para pembaca akan pentingnya keunggulan profesi guna
meningkatkan output yang berkualitas. Melatih para pembaca untuk berfikir kritis dalam
menanggapai tantangan akuntan dalam MEA, menilai keunggulan yang dimiliki oleh
akuntan indonesia, serta memberikan solusi atas permaslahan yang terjadi dalam MEA
khususnya dalam bidang akuntan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran umum Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi
ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan
negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi
melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal
membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah
untuk memperkuat pelaksanaan baru yang memiliki inisiatif ekonomi, mempercepat
integrasi regional di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil dan bakat, dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar
tunggal di kawasan Asia Tenggara. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat
serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal
asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan. Dalam menghadapi MEA 2015 kemarin dan sampai sekarang, diperlukan
kesamaan visi dari seluruh stakeholders KUMKM Indonesia untuk mewujudkan
dinamika bisnis sektor riil. Seharusnya MEA dihadapi dengan memperkuat dua pilar
sekaligus yakni pilar dalam negeri dan pilar luar negeri. Visi ME bersifat internal dan
eksternal, internal berarti memperkuat pondasi di dalam negeri untuk mengamankan
pasar domestik agar tidak didominasi produk impor, baik sesama anggota ASEAN
maupun produk negara di luar ASEAN. Eksternal berarti membangun daya saing dan
jejaring kawasan untuk memastikan adanya daya saing produk nasional di pasar regional
MEA, bahkan pasar di luarnya. MEA jelas bukan sekadar pasar bebas dalam pengertian
ekonomi. MEA merupakan medan aktualisasi diri secara kompetitif para anggotanya. Di
sana akan terjawab teka-teki apakah kita layak diperhitungkan di wilayah ini atau
sebaliknya.
Masyarakat Ekonomi ASEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa,
tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.
Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan,
bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya
menghalangi perekrutan tenaga kerja asing sehingga pada intinya, MEA akan lebih
membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di
Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya. Namun, sejumlah pimpinan asosiasi
profesi mengaku cukup optimistis, bahwa tenaga kerja ahli di Indonesia cukup mampu
bersaing. Di sektor akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia, Tarko Sunaryo,
mengakui ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang belum menyadari adanya
kompetisi yang semakin ketat. Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan
mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka
bersaing dengan akuntan luar negeri.

2.2 Perkembangan Profesi Akuntan Indonesia


Menurut International Federation of Accountants (IFAC) dalam Regar, 2003,
yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan
publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang,
akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit,
profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan
publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan
manajemen. Perkembangan akuntan di indonesia dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Masa orde lama
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar
tahun 1642. Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat
ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen
Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Belanda mengenalkan sistem
pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan
oleh Lucas Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda, yang merupakan organisasi
komersial utama selama masa penjajahan, memainkan peranan penting dalam praktik
bisnis di Indonesia selama era ini. Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat
cepat selama tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an. Hal ini ditandai dengan
dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak
yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong
munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya,
fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907. Peluang terhadap
kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke
Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan
manufaktur. Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn,
yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896. Sedangkan orang pertama yang
melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan)
adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907.Pengiriman Van
Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara, Government
Accountant Dienst, yang terbentuk pada tahun 1915. Akuntan publik yang pertama
adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens
pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak, Belasting Accountant Dienst.
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21
September 1929. Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun
1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada
satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari. Praktik akuntansi
model Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950-an).
Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model
Belanda. Pada tahun 1957, kelompok pertama mahasiswa akuntansi lulus dari
Universitas Indonesia. Namun demikian, kantor akuntan publik milik orang Belanda
tidak mengakui kualifikasi mereka. Atas dasar kenyataan tersebut, akuntan lulusan
Universitas Indonesia bersama-sama dengan dengan akuntan senior lulusan Belanda
mendirikan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. Sebagai
Ketua Umum IAI yang pertama adalah Prof. Soemarjo Tjitrosidojo, akademisi
berpendidikan Belanda. Adapun tujuan didirikannya IAI antara lain untuk
mempromosikan status profesi akuntansi, mendukung pembangunan nasional,dan
meningkatkan keahlian serta kompetensi akuntan. Dengan pertimbangan nasionalisasi
perusahaan peninggalan Belanda dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya
berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik
akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama
yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan
tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi, seperti pembukaan jurusan akuntansi di
Universitas Indonesia 1952, Institut Ilmu Keuangan (IIK) pada tahun 1967 yang
kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun
1974, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas
Airlangga 1962, dan Universitas Gadjah Mada 1964 telah mendorong pergantian
praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960-an.
2. Masa orde baru
Profesi akuntansi mulai berkembang cepat sejak tahun 1967 yaitu setelah
dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang
Penanaman Modal Dalam Negeri pada tahun 1968. Usaha profesionalisasi IAI
mendapat sambutan ketika dilaksanakan konvensi akuntansi yang pertama yaitu pada
tahun 1969. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya Surat Keputusan Menteri
Keuangan yang mewajibkan akuntan bersertifikat menjadi anggota IAI. Pada tahun
1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika.Pada
pertengahan tahun 1980-an, sekelompok teknokrat muncul dan memiliki kepedulian
terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk
menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-dengan
dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh
dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga lembaga internasional. Pada
tahun 1973, IAI membentuk “Komite Norma Pemeriksaan Akuntan” (KNPA) untuk
mendukung terciptanya perbaikan ujian akuntansi (Bahciar 2001).Yayasan
Pengembangan Ilmu Akuntansi Indonesia (YPAI) didirikan pada tahun 1974 untuk
mendukung pengembangan profesi melalui program pelatihan dan kegiatan
penelitian.Selanjutnya pada tahun 1985 dibentuk Tim Koordinasi Pengembangan
Akuntansi (TKPA).Kegitan TKPA ini didukung sepenuhnya oleh IAI dan didanai oleh
Bank Dunia sampai berakhir tahun 1993.Misinya adalah untuk mengembangkan
pendidikan akuntansi, profesi akuntansi, standar profesi dan kode etik profesi.
Kemajuan selanjutnya dapat dilihat pada tahun 1990-an ketika Bank Dunia
mensponsori Proyek Pengembangan Akuntansi (PPA). Melalui proyek ini, berbagai
standar akuntansi danauditing dikembangkan, standar profesi diperkuat dan Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) mulai dikenalkan.Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
berstandar Internasional diberlakukan sebagai syarat wajib bagi akuntan publik yang
berpraktik sejak tahun 1997 (akuntan yang sudah berpraktik sebagai akuntan publik
sebeleum 1997 tidak wajib mengikuti USAP). Pengenalan USAP ini mendapat
dukungan penuh dari pemerintah.Hal ini dapat dilihat dengan terbitnya SK Menteri
Keuangan No. 43/ KMK.017/ 1997 yang berisi ketentuan tentang prosedur perizinan,
pengawasan, dan sanksi bagi akuntan publik yang bermasalah (SK ini kemudian
diganti dengan SK No. 470/ kmk.017/ 1999).Empat puluh lima tahun setelah
pendirian, IAI berkembang menjadi organisasi profesi yang diakui keberadaanya di
Indonesia dan berprofesi sebagai akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan
pendidikan dan akuntan pemerintahan. Profesi akuntansi menjadi sorotan publik ketika
terjadi krisis keuangan di Asia pada tahun 1997 yang ditandai dengan bangkrutnya
berbagai perusahaan dan Bank di Indonesia.Hal ini disebabkan perusahaan yang
mengalami kebangkrutan tersebut, banyak yang mendapat opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinions) dari akuntan publik.Pada bulan Juni 1998,Asian
Development Bank (ADB) menyetujui Financial Governance Reform Sector
Develoment Program (FGRSDP) untuk mendukung usaha pemerintah
mempromosikan dan memperkuat proses pengelolaan perusahaan (governance) di
sektor publik dan keuangan. Kebijakan FGRSDP yang disetujui pemerintah adalah
usaha untuk menyusun peraturan yang membuat :
1) Auditor bertanggung jawab atas kelalaian dalam melaksanakan audit
2) Direktur bertanggung jawab atas informasi yang salah dalam laporan keuangan dan
informasi publik lainnya.
3. Masa sekarang
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998,
kebangkrutan konglomarat, collapse-nya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan
pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan
negosiasi atas berbagai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini,
kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan
rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency). Walaupun demikian,
keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi
kepercayaan masyarakat. Di samping adanya dukungan dari pemerintah,
perkembangan profesi akuntan publik juga sangat ditentukan ditentukan oleh
perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan publik.
Beberapa faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah:
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1953 tentang Pemakaian Gelar
“Akuntan” (Accountant), tiap-tiap akuntan berijazah wajib mendaftarkan namanya
untuk dimuat dalam suatu register negara yang diadakan oleh Kementerian Keuangan.
Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kepentingan publik, pembinaan
terhadap profesi akuntan dan guna mendorong perkembangan profesi akuntan di
Indonesia untuk menghadapi tantangan profesi dalam perekonomian global, termasuk
kesiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community)
tahun 2015. Penerbitan PMK Akuntan Beregister Negara dimaksudkan untuk
mewujudkan terciptanya akuntan yang profesional dan memiliki daya saing di tingkat
global dengan karakteristik sebagai berikut: (i) memiliki kompetensi, yaitu telah
melalui proses pendidikan, akumulasi pengalaman dan ujian sertifikasi kompetensi
profesi dibidang akuntansi, (ii) menjaga kompetensi melalui pendidikan profesional
berkelanjutan, (iii) menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan, dan (iv) mematuhi
standar dan kode etik profesi. PMK ini antara lain mengatur Register Negara Akuntan,
mekanisme registrasi ulang, pembinaan akuntan profesional Indonesia, pendidikan
profesi akuntansi, ujian sertifikasi akuntan profesional, dan mekanisme pendirian
kantor jasa akuntansi (KJA) serta Asosiasi Profesi Akuntan.

Untuk terdaftar dalam Register Negara Akuntan, seseorang harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu: (i) lulus pendidikan profesi akuntansi atau lulus ujian sertifikasi
akuntan profesional, (ii) berpengalaman di bidang akuntansi, dan (iii) merupakan
anggota Asosiasi Profesi Akuntan. PMK ini mewajibkan seluruh Akuntan yang telah
terdaftar dalam Register Negara Akuntan di Kemenkeu, untuk melakukan registrasi
ulang dalam jangka waktu tiga tahun. Jika tidak melakukan registrasi ulang melalui
Asosiasi Profesi Akuntan, maka yang bersangkutan dinyatakan tidak terdaftar lagi
pada Register Negara Akuntan.

2.3 TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system informasi dan
komunikasi, telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan system ekonomi
global.

Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas pada aktivitas bursa saham dan perdagangan
valuta asing. Berbagai kesepakatan dan kerjasama politik yang dicapai oleh para pemimpin
Negara-negara di dunia, antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa (European Union-
EU), dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong kearah penyatuan system ekonomi dunia.

Sayangnya, aktivitas bisnis perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan


multinasional yang telah bergerak dimancanegara, masih menyisakan persoalan dibidang profesi
audit dan akuntansi. Saat ini sedikitnya ada dua persoalan dibidang audit yang belum dapat
mendukung kearah kesatuan ekonomi:

1. Setiap Negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standart audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara Negara satu dengan Negara lainnya. Banyak Negara yang
mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dinegaranya masing-masing.
2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar
perilaku etis profesi akuntansi.
Pada abad ke 20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan diterapkan
oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:

a) System Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS


b) System Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman dan beberapa negara Eropa
c) System yang berlaku di inggris dan Negara-negara persemakmuran.
Peredaan system dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu saja menyulitkan perusahaan-
perusahaan multinasional, perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi melewati wilayah
negaranya. Belum lagi jika suatu entitas perusahaan ingin Go Public disuatu Negara, maka setiap
pengatur dinegara tersebut mengharuskan perusahaannya untuk menyusun laporan keuangan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku dinegara peratur tersebut.

Memasuki abad ke-21 profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai skandal dibidang
akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu sendiri. Organisasi profesi
akuntan mulai menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar kode etik
profesi yang lebih ketat.

Walaupun agak tertinggal, para akuntan di dunia tidak tinggal diam dalam menghadapi persoalan
tersebut. Organisasi IAI sebagai wadah profesi akuntan di Indonesia telah merintis berbagai
kerjasama dengan beberapa organisasi profesi akuntan dinegara-negara ASEAN dan Australia
dalam upaya mempersempit perbedaan yang ada, baik yang menyangkut standar teknis maupun
standar perilaku. Ditingkat dunia, mulai terbentuk badan atau lembaga seperti Internasional
Accounting Standard Board (IASB) dan Internasional Federation of Accounting (IFAC). Kedua
lembaga ini tidak hanya saja peduli dengan upaya-upaya untuk melakukan harmonisasi prinsip
atau standar audit dan akuntansi diseluruh dunia, tetapi juga mulai mengembangkan standar/kode
etik profesi akuntan global dalam upaa mendukung aktivitas perekonomian global.

Pihak-pihak atau lembaga yang selama ini berkaitan lansung dengan profesi akuntansi, antara
lain:

a) Pemerintah dan lembaga legistlatif melalui peraturan dan perundang-undangan


b) Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain)
c) Organisasi profesi akuntansi dimasing-masing Negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA,
IMA dan lain-lain)
d) Badan/organisasi mandiri internasional (IFAC dan IASB)
e) Para pemakain/pengguna laporan keuangan dan sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi keberadaan
profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, organisasi
IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dank ode etik internasional yang
dikeluarkan oleh IFAC.

Kode Etik Profesi Akuntansi

Kode merupakan kumpulan peraturan atau kesepakatan suatu organisasi untuk maksud-maksud
tertentu. Kode etik merupakan norma atau nilai yang secara tegas berkaitan dengan suatu hal
yang benar atau baik maupun yang tidak benar ataupun tidak baik berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok tertentu. Etika
profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi
lainnya, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.

Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu peraturan yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan sebagai Akuntan. Kode etik profesi akuntansi dapat
diartikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi.

Kode etik profesi akuntansi sangat penting karena untuk mencegah terjadinya kecurangan
(fraud). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang
diakui pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah
wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di kantor akuntan publik. Agar dapat menjadi akuntan yang baik, para akuntan harus
mematuhi aturan-aturan dan persyaratan yang dapat mengkualifikasikannya sebagai seorang
akuntan yang profesional. Dengan adanya kode etik tersebut, para akuntan tidak hanya
diwajibkan memiliki kemampuan hardskill terkait akuntansi. Namun, para akuntan juga dituntut
untuk memiliki perilaku yang baik dan bermoral terkait dengan pekerjaan.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme


tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

Empat kebutuan dasar yang harus dipenuhi :

1. Kredibilitas

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.


2. Profesionalisme

Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diindentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan
sebagai profesional dibidang akuntansi.

3. Kualitas Jasa

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar
kinerja yang tinggi.

4. Kepercayaan

Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang
melandasi pemeberian jasa oleh akuntan

Tujuan dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah :

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.


Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Menentukan baku standar

A. Kode Perilaku Profesional

Profesionalisme didefinisikan secara luas mengacu pada perilaku, tujuan dan kualitas yang
membentuk karakter atau ciri suatu profesi atau orang-orang profesional. Kode perilaku
profesional dapat dikatakan sebagai pedoman umum yang mengikat dan mengatur setiap anggota
serta sebagai pengikat suatu anggota untuk bertindak. Kode perilaku profesional diperlukan
untuk menjaga kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan yang diberikan oleh profesi.
Kode perilaku profesi terdiri dari prinsip-prinsip, peraturan etika, interprestasi atas peraturan
etika dan kaidah etika.

Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah :

Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia

Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi
manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama profesional
komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem komputasi, termasuk
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
 Hindari menyakiti orang lain

“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan,
kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak diinginkan.

Bersikap jujur dan dapat dipercaya

Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi
tidak dapat berfungsi secara efektif.

Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi

Nilai – nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip – prinsip keadilan yang
sama dalam mengatur perintah.

Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten

Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat – syarat perjanjian lisensi dilarang
oleh hukum di setiap keadaan.

Memberikan kredit yang pantas untuk property intelektual.

Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.

Menghormati privasi orang lain.

Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran informasi


pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peradaban.

Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah membuat
janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat informasi pribadi tidak
secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.

 B. Prinsip-prinsip Etika : IFAC, AICPA, IAI

Kode etik berupa prinsip atau etika yang disusun oleh masing-masing instansi akan berbeda.
Dalam Kode Etik Akuntan Profesional 2001 yang dibuat oleh IFAC disebutkan bahwa, dengan
adanya tanggung jawab terhadap publik maka profesionalitas harus dimiliki karena
profesionalitas dapat membentuk kepercayaan publik.

Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 – Section 100.4

Seorang akuntan professional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar berikut :

1. Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis dan
profesionalnya.

2. Objektivitas

Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik
kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga dapat mengesampingkan pertimbangan
bisnis dan profesional.

3. Kompetensi profesional dan kehati-hatian

Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan


keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan atas
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini. Seorang akuntan profesional harus bekerja
secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional dan teknik yang berlaku dalam
memberikan jasa profesional.

4. Kerahasiaan

Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperolehnya


sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungapkan informasi
apa pun kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau
profesional atau kewajiban untuk mengungkapkan. Informasi rahasia yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan bisnis profesional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi para akuntan profesional atau pihak ketiga.

5. Perilaku Profesional

Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan dan
harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Ikhtisar Kode Etik (Pedoman Perilaku) AICPA

Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian yaitu bagian pertama berisi prinsip-prinsip Etika dan
pada bagian kedua berisi Aturan Etika (rules)

1. Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, anggota harus menerapkan


pertimbangan profesional dan moral yang sensitive dalam segala kegiatannya. (section 52, article
I)

2. Kepentingan Umum
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap
profesionalisme. (section 53, article II)

3. Integritas

Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota harus melakukan


semua tanggung jawab profesional dengan integritas tertinggi. (section 54, article III)

4. Objektivitas dan Independensi

Seorang anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
melaksanakan tanggung jawab professional. Seorang anggota dalam praktik publik harus
independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit dan jasa
atestasi lainnya. (section 55, article IV)

5. Due Care (Kehati-hatian)

Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus untuk
meningkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional dengan
kemampuan terbaik yang dimiliki anggota. (section 56, article V)

6. Ruang Lingkup dan sifat Jasa

Seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik
Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan. (section 57, article
VI).

Prinsip Etika Profesi Menurut IAI.

Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang
disyaratkan oleh hukum clan peraturan.

Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi
akan tanggung-jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Adapun, Kode Etik
IAI terdiri atas Prinsip Etika Profesi Akuntan, Aturan etika dan Interpretasi aturan etika.

1. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, yang terdiri dari klien, pemberi
kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu
keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya
dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar,
panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji
keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian
profesional.

4. Obyektivitas

Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di
bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan
bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan.
Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa
atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara
obyektivitas. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan
terhadap faktor-faktor berikut :

 Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka memoriam


tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu
obyektivitasnya.

 Tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-
tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan
dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau
kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.

 Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk


melanggar obyektivitas harus dihindari.

 Anggota
memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam
pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.

 Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang


dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan
profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

 Anggotaharus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka


ternoda

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab


profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-jawab
profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya mernilki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka
punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung-jawabnya, setiap anggota harus
melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas
jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip
Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah :

1. Pencapaian Kompetensi Profesional.

Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang
tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek
yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal
untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.

Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan
peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi,
auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan. Anggota harus
menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman


dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang
lebih kompeten. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima
jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan
jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang
berlaku. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi
secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung-jawabnya

6. Kerahasiaan

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja
berakhir. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi. Anggota
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang
yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga


mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak
menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau
keuntungan pihak ketiga. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia ten tang
penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal
ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab
anggota berdasarkan standar profesional. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana
informasi rahasia dapat diungkapkan.
 Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh
penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya
dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

 Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota diharuskan


oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah: untuk menghasilkan
dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan untuk mengungkapkan
adanya pelanggaran hukum kepada publik.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI),
International Federation of Accountants (IFA), badan pengatur, dan peraturan perundang-
undangan yang relevan.

C. Aturan dan Interpretasi Etika

Aturan Etika :

Independensi, Integritas, dan Obyektifitas


Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Tanggungjawab kepada Klien
Tanggungjawab kepada Rekan Seprofes
Tanggung jawab dan praktik lain

Interpretasi Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Dalam prakteknya tak ada etika yang mutlak. Standar etika pun berbeda-beda pada sebuah
komunitas sosial, tergantung budaya, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut.
Baik itu komunitas dalam bentuknya sebagai sebuah kawasan regional, negara,agama, maupun
komunitas group. Tidak ada etika yang universal.

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.

Kepatuhan

Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur
bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi Etika

Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

1. Kebutuhan individu

2. Tidak ada pedoman

3. Perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak dikoreksi

4. Lingkungan yang tidak etis

5. Perilaku dari komunitas

Sanksi Pelanggaran Etika

Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat ‘dimaafkan’.
Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.

Jenis – Jenis Etika


1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar.

2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.

Tiga Prinsip Dasar Perilaku Yang Etis

1. Hindari pelanggaran etika yang terlihat remeh. Meskipun tidak besar sekalipun, suatu
ketika akan menyebabkan konsekuensi yang besar pada profesi.

2. Pusatkan perhatian pada reputasi jangka panjang. Disini harus diingat bahwa reputasi
adalah yang paling berharga, bukan sekadar keuntungan jangka pendek.

3. Bersiaplah menghadapi konsekuensi yang kurang baik bila berpegang pada perilaku
etis. Mungkin akuntan akan menghadapi masalah karier jika berpegang teguh pada
etika. Namun sekali lagi, reputasi jauh lebih penting untuk dipertahankan.

RUU KODE ETIK AKUNTANSI INDONESIA


Departemen Keuangan RI melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) no. 17 tahun 2008
bertindak mengawasi kegiatan akuntan publik, khusunya mengatur kode etik. Peraturan ini
mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas selalu berdasarkan pada SPAP (Standar Profesi
Akuntansi Publik) beserta kode etiknya sesuai standar internasional. Misalkan standar dalam
auditing menggunakan International Auditing Standard.
Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federation of Accountants
(IFAC) yang diterjemahkan. Jadi antara kode etik SPAP Indonesia dengan kode etik IFAC
internasional tidak ada perbedaan yang signifikan, karena kode etik SPAP memang mengadopsi
pada kode etik IFAC.

THE BIG 4 AUDITORS

The Big 4 Auditors adalah kelompok empat firma Jasa profesional dan akuntansi internasional
terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun
perusahaan swasta. Empat besar auditor tersebut adalah :

1.3 PricewaterhouseCooper
1.4 Deloitte Touche Tohmatsu
1.5 Ernst & Young
1.6 KPMG
Pada awalnya kelompok big 4 ini dikenal dengan nama Big 8, akan tetapi dengan melalui
serangkaian merger dan juga skandal besar dunia, maka jadilah kelompok ini kita kenal sebagai
The Big 4 Auditors. Berikut ini akan saya ceritakan secara singkat tentang perubahan The Big 8
hingga menjadi The Big Four.
Sejarah The Big 4

Pada tahun 1979, ada 8 kantor akuntan publik besar yang dikenal dengan big 8 yang
mendominasi di dunia internasional, delapan kantor akuntan tersebut adalah :

1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Company
3. Coopers & Lybrand
4. Ernst & Whinney
5. Deloitte, Haskins and Sells (Gabungan Haskins & Sells dengan satu perusahaan di eropa)
6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG Group)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross
Pada Juni 1989 Ernst & Whinney memutuskan untuk bergabung dengan Arthur Young dan
kemudian membentuk Ernst & Young . Kemudian pada bulan Agustus ditahun yang sama
Deloitte, Haskins & Sells pun melakukan merger dengan Touche Ross yang kemudian
menghasilkan kantor akuntan Deloitte & Touche. Maka dengan ini, kelompok big 8 berubah
menjadi big 6 .
Pada Juli 1998 Kantor Akuntan Price Waterhouse memutuskan untuk bergabung dengan Kantor
Coopers & Lybrand yang kemudian membentuk Kantor akuntan PricewaterhouseCoopers.
Dengan terbentuknya kantor akuntan PricewaterhouseCoopers ini, maka kelompok the big 6
berubah menjadi big 5 dengan anggota 5 Kantor Akuntan sebagai berikut :

1. Arthur Andersen
2. PricewaterhouseCoopers
3. Deloitte Touche Tohmatsu
4. Ernst & Young
5. KPMG
Pada tahun 2001 terjadi suatu peristiwa yang kita kenal sebagai Skandal Enron. Dalam Skandal
Enron ini, kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan dianggap menutup-nutupi
kerugian jutaan dolar dalam skandal Enron. Kejadian ini menyebabkan kebangkrutan bisnis
Arthur Andersen yang bersifat global. Kantor-kantor partner di seluruh dunia yang berada di
bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan bergabung menjadi kantor
akuntan internasional lainnya Dengan adanya kejadian ini, maka hanya tersisa empat kantor
akuntan internasional yang kita kenal dengan nama big 4 sampai saat ini.
The Big 4 di Indonesia

Berikut ini kantor akuntan Big 4 dengan afiliasinya di Indonesia :

2) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – affiliate of Ernst & Young


3) KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Deloitte
4) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja – affiliate of KPMG

5) KAP Haryanto Sahari – affiliate of PwC

2.4 KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI DI AS

Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode
etik profesi, yaitu:

1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure)
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkam kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun prilaku karyawan, namun dapat juga mwngawasi
kekuasaan otokrasi atasan.
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntansi yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribuasi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountants(AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik AICPA
lebih ditunjukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan public, sedangkan
IMA lebih diperuntukan bagi akuntan menejemen di suatu organisasi atau perusahaan.

Pada bab ini secara khusus akan di bahas mengenai kode etik AICPA yang terdiri dari dua
bagian yaitu : berisi prinsip-prinsip etika dan kedua yaitu aturan etika.

Pada tabel 8.1 diberikan ringkasan prinsip-prinsip dan aturan etika yang berlaku bagi anggota
organisasi AICPA

Tabel 8.1

Ringkasan Prinsip-Prinsip dan Aturan Etika AICPA

1. Tanggung jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang professional harus menjalankan
pertimbangan moral dan professional secara sensitive.
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi
melayani kepentingan public.
3. Intergritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan public.
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab professional.
5. Kehati-hatian (due care): seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi,
terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetisi dan kualitas jasa, dan menunaikan
tanggung jawab professional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa: seorang anggota dalam praktik public harus mengikuti prinsip-prinsip kode
perilaku professional dalam menetapkan ruang lingkup dan sifat jasa yang diberikan.

Aturan Etika Interpretasi/Isu penting yang dicakup:


101 Indenpendensi  Akan dipengaruhi oleh beragam transaksi,
hubungan, dan kepengtingan, termasuk:
kepentingan finansial yang material dan
langsung, pelaksanaan jasa non-atestasi tertentu,
investasi bersama, pinjaman, hubungan keluarga,
jabatan resmi dan ancaman litigasi.
102 Integritas dan Objektivitas  Tidak ada konflik kepentingan
 Tidak salah saji pelaporan ketentuan untuk
menghindari subordinasi penilaian.
201 Standar Umum  Kompetisi professional
 Kehati-hatian professional
 Perencanaan dan supervise
 Data relevan yang memadai
202 Kesesuaian dengan Standar  Keharusan jika jasa meliputi auditing, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan,
atau jasa professional lainnya.
203 Prinsip Akuntansi  Tidak ada penyimpangan dari prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum, bila penyajiannya
menimbulkan salah pengertian, maka harus
dinyatakan mengapa diperlukan penyimpangan
dan apa pengaruhnya
301 Informasi Klien Rahasia  Tidak boleh diungkap tanpa persetujuan, kecuali
untuk perkara pengadilan atau CPA proceeding.
 Tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi
302 Fee Kognitif  Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
kompilasi, pemeriksaan keuangan prospektif,
perhitungan pajak, dan klaim retitusi pajak
beberapa pengecualiam diberikan daftarnya.
501 Tindakan Mendeskritkan  Tidak diperbolehkan: diskriminasi, kekerasan,
penyimpangan dari standar pemerintah,
ketidakpedulian.
502 Advertensi dan Solisitasi  Tidak boleh memalsukan, menyesatkan, menipu,
memaksa, upaya berlebihan, atau dengan
kekerasan.
503 Komisi dan Fee Rujukan  Tidak diperbolehkan untuk audit, review,
kompilasi, pemeriksaan keuangan prospektif,
kecuali memerlukan pengungkapan.
505 Bentuk dan Nama Organisasi  Diizinkan kepemilikan minoritas non-CPA, asal
tanggung jawab akhir tetap pada anggota CPA,
secara finansial dan lainnya untuk pekerjaan
atestasi yang dilaksanakan untuk melindungi
kepentingan public, tetapi tidak boleh diluar
CPA dan harus mengikuti kode etik CPA
2.5 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI
LUAR AS

Ada banyak contoh kode etik profesi akuntansi yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti: AS, Inggris,
Jerman, Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut diberikan ringkasan
kode etik yang berlaku di Negara Kanada yang juga di kutip dari buku yang
ditulis oleh Brooks (2007). Ringkasan kode etik ini dapat dilihat pada tabel 8.2

Tabel 8.2

Ringkasan Kode Etik Profesi Akuntan Kanada

Pendahuluan Meliputi filosofi yang melandasi aturan


yang mengikat tanggung jawab seorang
Chartered Accountant.
Karakter seorang profesional Delapan unsut, termasuk subordinasi
kepentingan pribadi atas kepentingan
public.
Prinsip-prinsip yang mengatur  Berasal dari kepercayaan public
perilaku anggota dan mahasiswa atas kewajiban laporan
keuangan dan nasihat yang
kompeten atas berbagai masalah
bisnis.
 Memelihara reputasi, baik
profesi maupun kemampuannya
untuk melayani kepentingan
public.
 Menjalakan intregritas, kehati-
hatian, kompetisi professional
yang mencakup dan mematuhi
berbagai peraturan.
 Tidak ada pengaruh,
kepentingan, atau hubungan
yang dapat mencederai penilaian
professional atau objektivitas,
atau kesan demikian dari
pengamat yang berakal sehat
 Kewajiban untuk merahasiakan
dan tidak memanfaatkan
informasi yang berkaitan dengan
urusan klien.
 Pengembangan praktik
berdasarkan keunggulan
pofesional, bukan atas dasar
promosi probadi.
 Menunjukan rasa hormat dan
pertimbangan dalam
berhubungan dengan rekan kerja
 Memperhatikan kewajiban
fidusia dan kewajiban
professional yang diperlukan.
Prinsip-prinsip yang mengatur  Menciptakan, memelihara, serta
tanggung jawab firma mempertahankan kebijakan dan
prosedur yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
 Kegagalan dalam mematuhi
peraturan akan memicu sansksi
untuk firma secara keseluruhan
atau untuk partner yang
mengetahui dan yang
bertanggung jawab
Karakter pribadi dan kode etik  Mengikuti prinsip-prinsip dan
aturan etika, perilaku terhormat
melampaui larangan-larangan
tertulis.
Penerapan Aturan Etika  Untuk semua anggota yang
berpraktik sabagian akuntan
public, dan/atau dimana public
dan/atau asosiasi mengandalkan
individu berdasarkan
keanggotaan di ICAO.
 Kepada bukan anggota yang
diawasi oleh atau bersekutu
dengan anggota.
 Di dalam yurisdiksi diluar
Ontario, anggota harus
menghormati peraturan local,
tetapi tidak menjelakan ICAO.
Interpretasi Aturan Etika  Aturan etika harus di
interpretasikan sejalan dengan
persoalan yang dikemukakan
pada pendahuluan.
Aturan Etika Intepretasi/Isu yang diliput:
Umum
101 Kepatuhan terhadap hukum  Bersifat “mandatory”, berlaku
peraturan juga untuk mahasiswa.
102 Tuduhan criminal atau serangan  Bisa berakibat dituntut karena
sejenis melanggar kode perilaku
professional.
102.2 Melaporkan penghentian  Pemberitahuan secara tegas
sementara (suspense) karena setiap ada penghentian
pertimbangan displin. sementara.
103 Tidak di kaitkan dengan salah  Pada surat, laporan, pernyataan,
saji atau repsentasi, atau dikaitkan
dengan kandidat sebagai
mahasiswa atau anggota.
104 Harus secara tertulis dalam
melakukan koresponden dengan
institut

2.1 Peluang dan Tantangan Akuntan dalam menghadapi Masyarakat


Ekonomi ASEAN
MEA memberikan berbagai tantangan dan peluang bagi para
akuntan Indonesia. Adanya peleburan tenaga kerja membuat persaingan
para akuntan semakin ketat, sedangkan jumlah akuntan professioanal di
Indonesia lebih kecil dari pada di negara-negara lain. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran bagi para akuntan, bahwa akuntan Indonesia
akan kalah bersaing dengan para akuntan asing. Tantangan itulah yang
akhirnya membuat kita berpikir bahwa hadirnya MEA 2015 kemarin
menjadi suatu beban bagi para akuntan Indonesia. Sebagai seorang
akuntan Indonesia, tentunya harus mengubah mindset bahwa dengan
melihat hadirnya MEA sebagai bentuk peluang yang baik, dimana kita
bukan hanya dapat berkerja di negara kita sendiri, tetapi kita dapat bekerja
di negara-negara ASEAN lainnya. Akuntan indonesia akan mendapat
banyak tantangan dalam menghadapi MEA, tantangan tersebut dapat
memberi daya pacu akuntan untuk selalu meningkatkan kualitas
profesinya sebagai upaya untuk menghadapi persaingan dengan akuntan
dari negara lain. Sebagai contohnya, tantangan yang dihadapi oleh akuntan
indonesia adalah berupa adanya standar-standar dan aturan-aturan baru
dalam profesi akuntan. Para akuntan Indonesia di tuntut untuk mampu
mengikuti adanya standar dan aturan baru tersebut agar mampu bersaing
dengan para akuntan asing. Salah satu contoh aturan yang dimaksud yaitu
berupa regulasi jasa akuntan di ASEAN dan Indonesia yang dampaknya
akan memengaruhi profesi akuntan, hal ini ditimbulkan karena adanya
Mutual Recognition Arrangement on Accountancy Services (MRA).
Dengan adanya MRA Pemerintah Indonesia sebagai regulator dalam hal
ini Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister
Negara (PMK Akuntan) pada tanggal 3 Februari 2014. Pada PMK
Akuntan ini, pemerintah merombak prosedur dalam tata cara seseorang
untuk terdaftar dalam Register Negara Akuntan yang dilakukan oleh Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) dan menyandang gelar
Akuntan (“Ak.”). Hal ini sangatlah penting untuk memperjelas posisi
akuntan beregister negara setelah dicabutnya pasal empat dan lima
Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
(“Accountant”) seiring dengan terbitnya Undang-Undang No. 5 tahun
2011 tentang Akuntan Publik. Dengan adanya PMK Akuntan, pemerintah
dapat mendorong perkembangan profesi akuntan Indonesia dalam
menghadapi MEA 2015. Hal ini dikarenakan bahwa PMK Akuntan
mengatur secara ketat kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh
akuntan yang akan dan telah terdaftar dalam Register Akuntan Negara.
Terdapat beberapa ketentuan baru dalam PMK Akuntan ini yang patut
diperhatikan, seperti kewajiban akuntan untuk mengikuti Pendidikan
Profesi Berkelanjutan (PPL) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi
Akuntan (dalam hal ini IAI) dan PPAJP.Akuntan juga diwajibkan untuk
menyampaikan laporan realisasi PPL kepada Asosiasi Profesi Akuntan.
Dalam PMK Akuntan ini, pemerintah menetapkan batas minimal bagi
seorang akuntan untuk mengikuti PPL yaitu sebesar tiga puluh satuan
kredit PPL. Dalam PMK Akuntan ini juga telah mengakui kualifikasi yang
berasal dari luar negeri yang memiliki tingkat setara dengan diploma
empat (D-IV) atau strata satu (S-1) dan lebih tinggi. Hal ini membuka
kesempatan bagi masyarakat Indonesia yang menjalani pendidikan tinggi
akuntansi di luar negeri untuk mengambil ujian sertifikasi akuntan
profesional. Bahkan, para lulusan perguruan tinggi yang bukan berasal
dari jurusan akuntansi dapat mengikuti ujian sertifikasi ini dengan
mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi untuk menyetarakan
kompetensinya dalam bidang akuntansi sesuai dengan lulusan jurusan
akuntansi. Dengan semakin dibukanya peluang bagi masyarakat Indonesia
dari berbagai kalangan untuk menjadi akuntan terdaftar, maka secara
kuantitas jumlah akuntan terdaftar yang memiliki kompetensi terjamin
karena telah memenuhi kualifikasi yang ketat akan meningkat. Seorang
akuntan yang telah terdaftar pada Register Akuntan Negara ini telah
menjalani pendidikan akuntansi, memiliki pengalaman di bidang
akuntansi, dan telah menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan.
Selanjutnya, diharapkan para akuntan yang terdaftar ini dapat memenuhi
kebutuhan akan akuntan profesional di perusahaan-perusahaan di dalam
maupun di luar negeri serta siap bersaing dengan akuntan-akuntan negara
ASEAN lainnya saat MEA 2015 kemarin. Maka, permasalahan kuantitas
akuntan terdaftar di Indonesia yang dianggap masih sangat kurang
diharapkan segera teratasi dengan adanya PMK Akuntan ini. Peraturan
Menteri Keuangan tentang Akuntan Beregister Negara ini turut mengatur
akuntan yang berasal dari luar Indonesia yang ingin terdaftar pada Register
Negara Akuntan. Regulasi ini secara langsung menjawab tantangan
semakin terintegrasinya negara-negara ASEAN dengan adanya MEA
dalam jasa akuntansi. Persyaratan yang ditetapkan pemerintah pada
regulasi ini tidaklah jauh berbeda dengan yang disyaratkan pemerintah
bagi akuntan yang berasal dari Indonesia, namun tentu saja para akuntan
yang berasal dari luar Indonesia harus mengetahui lingkungan bisnis
Indonesia terutama dalam hal hukum dagang dan perpajakan Indonesia
dengan lulus uji materi mengenai kedua hal tersebut. Uji materi akan
dilaksanakan dalam bahasa Indonesia, yang sekaligus menguji profisiensi
akuntan terhadap bahasa Indonesia. Kemudian, para akuntan asing harus
memiliki sertifikat akuntan profesional yang diterbitkan dari Asosiasi
Profesi Akuntan (IAI) dan asosiasi profesi lainnya yang telah memiliki
perjanjian saling pengakuan antara asosiasi profesi tersebut dengan
Asosiasi Profesi Akuntan. Dalam lingkup ASEAN, baru IAI dengan
Malaysian Institute of Accountants yang telah memiliki perjanjian saling
pengakuan secara bilateral.Gap ini dapat dimanfaatkan akuntan Indonesia
untuk memenuhi kualifikasi dan kompetensinya sebagai akuntan sebelum
dibuatnya perjanjian saling pengakuan antara IAI dengan asosiasi profesi
negara-negara lain. Pendaftaran akuntan dari luar Indonesia ini turut
memperhatikan ketentuan dalam perjanjian saling pengakuan antara
pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara asal akuntan asing
tersebut.
Dengan terdaftar dalam Register Akuntan Negara, selain
memperoleh manfaat dalam hal kompetensi yang terjamin, akuntan juga
memiliki hak khusus yang tidak dimiliki oleh akuntan yang belum
terdaftar seperti mendirikan Kantor Jasa Akuntansi dan dapat memberikan
jasa-jasa akuntansi kecuali dalam jasa asurance karena jasa asurance telah
masuk ke dalam ranah akuntan publik. Dengan ketatnya kualifikasi yang
dituntut pemerintah dalam hal register akuntan, maka kualitas layanan jasa
akuntansi yang diberikan oleh para akuntan yang terdaftar ini akan
terjamin. Selain itu, pemerintah mensyaratkan kuota minimal akuntan
terdaftar yang menjadi rekan (partner) dalam Kantor Jasa Akuntansi yaitu
sebesar ½ (satu per dua) dari jumlah rekan dalam Kantor Jasa Akuntansi
tersebut bila berbentuk usaha persekutuan. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah ingin menjamin kualitas dari layanan kantor jasa akuntan
sebagai bentuk peran pemerintah dalam membina akuntan. Maka
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia tak perlu khawatir
dalam menggunakan layanan jasa dari akuntan – akuntan Indonesia yang
terdaftar dalam Register Akuntan Negara. Dampaknya, para akuntan
Indonesia akan memiliki daya saing yang lebih tinggi dalam berkompetisi
dengan akuntan asing dalam lingkup MEA 2015. Batasan-batasan bagi
akuntan asing dalam pendirian Kantor Jasa Akuntansi di Indonesia :
 Akuntan asing (akuntan luar negeri) dilarang untuk memimpin
Kantor Jasa Akuntansi
 Kuota maksimal 1/5 (satu per lima) dari seluruh rekan dalam
Kantor Jasa Akuntansi
 Pembatasan kepemilikan dalam Kantor Jasa Akuntansi yang
berbentuk usaha perseroan.
Sesuai dengan ketentuan MRA dalam jasa akuntansi, Sekretariat ASEAN
mengeluarkan ASEAN Chartered Professional Accountant (ASEAN CPA)
sebagai sertifikasi yang diakui oleh negara-negara anggota ASEAN.
ASEAN CPA merupakan perwujudan dari semakin terintegrasinya sistem
sertifikasi bagi para akuntan di negara-negara ASEAN sebagai salah satu
upaya untuk memuluskan arus lalu-lintas jasa akuntansi di ASEAN.
ASEAN CPA dapat bertindak sebagai free pass dalam memperluas pasar
ke negara-negara ASEAN, dengan catatan bahwa mereka wajib tunduk
dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku pada negara tempat akuntan
bekerja.Dalam kaitannya dengan PMK Akuntan, PMK Akuntan telah
mengadopsi persyaratan yang serupa dengan persyaratan untuk
memperoleh ASEAN CPA yang tertera dalam MRA. Sedangkan untuk
peluang yang akan dihadapi oleh akuntan antara lain:
a. Akuntan dapat bekerja di semua sector perekonomian, apalagi bagi
mereka yang menguasai IFRS dengan baik.
b. Terbukanya kesempatan bagi akuntan untuk berprofesi sebagai
Akuntan Publik.
c. Pertumbuhan Akuntan Publik relative lambat.
d. Struktur usia Akuntan Publik sekarang yang lebih dari 50 tahun
sebanyak 64%, sehingga kemungkinan terjadi penurunan Akuntan
Publik secara signifikan dalam 5 atau 10 tahun ke depan.
e. Kebutuhan jasa Akuntan Publik semakin meningkat
f. Penerapan IFRS (International Financial Reporting Strandard dan
ISA (International Strandard on Auditing) di Indonesia pada tahun
2011-2012, merupakan peluang dan tantangan bagi profesi
Akuntan dan Akuntan Publik

2.2 Keunggulan Kompetitif Akuntan


Di era globalisasi saat ini, transaksi bisnis berkembang menjadi
semakin kompleks. Era di mana tidak ada lagi batas negara dalam aktifitas
ekonomi mengakibatkan setiap individu harus berupaya memposisikan diri
pada peran yang tepat. Termasuk profesi akuntan yang dituntut
meningkatkan kapabilitas. Profesi akuntan harus melakukan adaptasi demi
masa depan professional akuntan. Akuntan harus responsif dalam melihat
peluang pada turbulensi yang cepat di bidang ekonomi ini. Untuk
menunjang tingkat kompteitif akuntan dalam menghadapi MEA, maka
terdapat tujuh nilai tambah yang dapat dikembangkan oleh akuntan
indonesia, yaitu:

a. Pengalaman Praktis
Akuntan kompetitif memiliki pengalaman praktis yang
membanggakan dan sudah teruji di bidang pekerjaan mereka.
Akuntan kompetitif senantiasa mendapatkan penilaian dan
pengakuan atas kinerjanya dari setiap institusi atau perusahaan
tempat mereka berkarir, karena kualitas informasi yang mereka
berikan.
b. Komitmen Good Governance
Akuntan kompetitif memiliki komitmen terhadap integritas, etika
bisnis, dan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat.
Mereka menghormati tata norma tersebut, dan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip tersebut dalam setiap rekomendasi yang diberikan
kepada manajemen. Dengan komitmen tersebut, perusahaan bisa
membangun iklim good governance yang kondusif dan iklim bisnis
yang sehat dalam perusahaan.
c. Referensi Keilmuan Berkualitas
Akuntan kompetitif memiliki semangat untuk meng-upgrade diri
dengan keilmuan akuntansi dan wawasan terbaru terhadap
perkembangan dunia bisnis, sebagai referensi dalam mengolah
data, menyajikan laporan keuangan, atau memberikan rekomendasi
bisnis bagi manajemen.
d. Standar kerja terbaik
Aktualisasi keilmuan akuntan kompetitif membuat mereka
memiliki standar kerja terbaik, dan senantiasa sejajar dengan
akuntan terbaik di tingkatan nasional dan internasiona
e. Jejaring luas
Akuntan kompetitif memiliki jejaring luas. Begitu tergabung
menjadi anggota IAI dan tercatat sebagai akuntan profesional,
mereka akan memiliki jaringan keprofesian sekaligus jaringan
bisnis yang prestisius dan menguntungkan. Dengan begitu, akuntan
profesional bisa mengangkat reputasi dan memberikan citra positif
untuk citra perusahaan di mata publik.
f. Leadership
Akuntan kompetitif memiliki talenta leadership skill. Bagi
perusahaan yang mencari top leader ataupun suksesor untuk
melanjutkan estafet kepemimpinan manajemen di bidang
keuangan, maka akuntan adalah pilihan yang tepat dan pantas.
g. Decision maker
Akuntan kompetitif memahami masalah perubahan secara detil dan
lengkap karena tanggungjawab yang diembannya, sehingga mereka
bisa mengambil keputusan secara cepat, akurat dan terintegrasi.
Intensitas akuntan profesional berhubungan dengan berbagai pihak
dalam perusahaan menyebabkan mereka mampu berkoordinasi dan
membuat akuntan profesional bisa mengkomunikasikan visi
manajemen dengan tepat sasaran dan secara berkesinambungan.

2.3 Solusi Peningkatan Kualitas Jasa Akuntan Indonesia


Sebagai upaya untuk meningkatakan kualitas jasa akuntan
indonesia maka diperlukan solusi untuk memecahkan permasalah tersebut.
Dalam penerapan solusi ini, ada dua subjek yang harus berperan aktif
untuk bertindak sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik. Subjek
pertama adalah mahasiswa indonesia khusunya mahasiswa jurusan
akuntansi, dan subjek kedu adalah para akuntan indonesia. Mahasiswa
jurusan akuntansi memiliki peran penting untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan kualitas akuntan indonesia,
karena mereka dibentuk untuk menjadi akuntan yang berkompeten. Oleh
karena itu, mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk dapat bersaing
dengan akuntan asing melalui peningkatan kemampuan dalam bidang
bahasa, bidang IT, serta peningkatan pengetahuan dalam bidang akuntansi
secara komprehensif. Mahasiswa akuntansi dalam mempersiapkan dirinya
untuk menjadi akuntan dapat dilakukan dengan cara mengikuti CPA
review yang dapat membantu mereka dalam mengikuti ujian CPA yang
sesungguhnya. Sebagai calon akuntan muda, maka mahasiswa akuntansi
harus selalu mengupdate informasi tentang perkembangan akuntan di masa
sekarang yang tentunya bukan hanya perkembangan akuntan indonesia
saja melainkan perkembangan akuntan di negara lain. Calon akuntan dapat
mengupdate kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan
dan ditempuh melalui anggota asosiasi profesi. Pihak Universitas juga
harus senantiasa menjalin kerjasama dengan lembaga profesi akuntan
seperti Association of Chartered Certification Accountant(ACCA) yang
dapat menyelenggarakan kerjasama antara kedua organisasi dalam
mengadakan seminar bersama, konferensi, proyek-proyek penelitian dan
publikasi; dan bekerja dalam kemitraan untuk memajukan pendidikan
akuntansi dan keuangan di Indonesia. Potensi Indonesia untuk
pertumbuhan ekonomi akan membutuhkan para profesional berkualitas di
bidang finansial yang memiliki kemampuan untuk mendukung
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan mendukung aspirasi ekonomi bangsa,
melalui kerjasama ini maka mahasiswa muda yang memiliki minat
menjadi akuntan dapat memperoleh kualifikasi akuntansi profesional yang
diakui secara global. Dengan segala persiapan yang sangat matang, maka
mahasiswa jurusan akuntansi dapat dengan mudah untuk berkiprah di
dunia akuntan bertaraf internasional yang mampu bersaing di era MEA.
Dalam penerapan solusi ini, akuntan juga berperan sebagai
penyedia jasa akuntansi yang kualitasnya harus ditingkatkan. Seorang
akuntan yang sudah memiliki jam praktik yang banyak tentunya memiliki
pengalaman lapangan yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas jasanya. Dalam era MEA, akuntan Indonesia akan bersaing
dengan akuntan dari negara asing yang memiliki kompetensi keahlian
yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu, diperlukan Akuntan Profesional
di Indonesia. Profesionalitas bagi Akuntan merupakan hal yang sangat
penting. Aspek profesionalitas merupakan salah satu yang menentukan
kualitas seorang Akuntan. Merupakan hal yang wajib pula bagi seorang
Akuntan untuk memiliki kompetensi yang mumpuni dalam hal akuntansi
dan patuh pada kode etik profesi. Sebagai upaya untuk meningkatkan
kkompetensi dan keahlian yang berkualitas, maka akuntan indonesia perlu
mengikuti berbagai sertifikasi internasional. Dengan mempunyai
sertifikasi internasional, maka seorang akuntan dapat menjadi akuntan
profesional yang bisa bekerja di luar negeri dengan lebih mudah. Adapun
beberapa sertifikasi internasional yang dapat ditempuh oleh akuntan
indonesia, yaitu:
 CA(Chartered Accountant), dengan menempuh ujian sertifikais ini
maka akuntan dapat memberi jasa akuntan selain atestasi.
 CPA (Certified Public Accountant), dengan lolos dalam ujian ini
maka akuntan dapat memberikan jasa atestasi sesuai dengan UU
AP.
 CMA (Certified Management Accountant), dapat ditempuh melalui
Institute Management Accountant (Australia)
 CPMA (Certified Profesional Management Accountant), dapat
ditempuh dengan syarat lulusan S1 Akuntansi dan berpengalaman
kerja 1 th.
 QIA (Qulifying Internal Auditor)dapat ditempuh dengan Prasyarat
S1 Akuntansi dan Pengalaman sebagai Internal Auditor. Output
dari uji sertifikasi tersebut adalah menjadi Internal Auditor
Pemerintah dan BUMN/D/S.
 CIA (Certified Internal Auditor), dapat ditempuh dengan prasyarat
lulus S1. Melalui uji sertifikasi ini, Pasar menilai berbeda internal
auditor yang memiliki gelar CIA.
 CFA (Chartered Financial Analyst), dapat ditempuh dengan
prasyarat lulus S1, dengan menempuh uji sertifikasi ini maka Pasar
menilai berbeda analis yang memiliki CFA walaupun masih level 1
dari 3 level CFA.

Pemerintah juga memiliki peran yang cukup penting dalam perbaikan kualitas jas
akuntan indonesia. Dengan kondisi demikian, pemerintah didorong harus terus
meningkatkan kuantitas, selain juga kualitas. Hal ini disebabkan karena sektor
akuntansi ini dibutuhkan oleh semua segmen ekonomi. Di tengah pertumbuhan
ekonomi kita yang sangat positif, sementara Negara-negara lain banyak yang
terkena krisis, sehingga demand terhadap akuntansi pasti akan tinggi. Kondisi
tersebut jelas harus diantisipasi. Pasalnya, di era MEA nantinya free flow akuntan
asing di regional ASEAN akan sangat tinggi. Sehingga, masih ada peluang yang
besar dari akuntan lokal untuk terus mengasah diri agar berdaya saing tinggi.
Pemerintah juga harus menyiapkan blue print pengembangan profesi akuntansi di
Indonesia, memperkuat regulasi profesi akuntansi, meningkatkan jalinan
kerjasama asosiasi profesi akuntan dengan negara lain, dan sinergi pihak-pihak
yang terkait dengan profesi akuntansi meliputi akademisi, praktisi, asosiasi
profesi, pengguna jasa, dan regulator. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme akuntan Indonesia dapat ditempuh dengan cara peningkatan
kualitas pendidikan akuntansi, kualitas sertifikais profesi akuntansi, standar
akuntansi, dan standar profesi yang sesuai dengan standar Internasional, serta
kualitas pendidikan profesional berkelanjutan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dengan akan datangnya sebuah fase dimana masyarakat Indonesia
akan secara bebas dalam hubungannya dengan negara-negara di Asean,
yang notabene sekarangpun dalam arus globalisasi hubungan bebas
tersebut sudah dirasakan. Perubahan demi perubahanpun terus terjadi,
perkembanganpun kian mengikuti arus yang ada, untuk itu dalam
kaitannya mengimbangi arus ekonomi yang terjadi di Asean, para profesi
akuntansi di Indonesia harus sadar betul akan kedudukan profesi
akuntansi, sehingga profesi akuntansi dapat disejajarkan dengan profesi-
profesi lain dalam kaitannya menghadapi Masyrakat Ekonomi Asean in.
Dengan adanya MEA ini, segala bidang kehidupan maupun ketatanegaraan
ikut meningkat, sehingga sangat diperlukan sekali keikutsertaan adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas yang diperlukan dalam menyesuaikan
dengan apa yang dibutuhkan di lapangan.

3.2 Saran
1. Peningkatan kualitas yang dilakukan oleh IAI dalam kaitannya
melahirkan para profesi akuntansi yang unggul agar dapat bersaing di
era Masyrakat Ekonomi Asean (MEA) ini.
2. Peningkatan jumlah lembaga-lembaga pendidikan yang nantinya akan
meningkatkan pula kuantitas dari para profesi akuntansi demi
menyeimbangkan jumlah profesi akuntansi yang dibutuhkan.
3. Adanya peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
para profesi akuntansi di Indonesia.
4. Kemudahan dalam sertifikasi profesi akuntansi sehingga para lulusan
akuntansi tidak hanya lulus sebagai sarjana akuntansi saja tetapi juga
bersertifikat profesi akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi.Kesiapan Sarjana Akuntansi Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat


Ekonomi Asean (Mea) 2015.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/18/333758/akuntan-harus-
bisa-bersaing-hadapi-mea-2015 (diakses pada tanggal 12 Juni 2015)
Leily.Perkembangan Profesi Akuntansi.
http://leilystroby.blogspot.com/2009/12/perkembangan-profesi-
akuntansi.html (diakses pada 14 Juni 2015).
Rozak,Ahmad.Peluang dan Tantangan Menjadi Akuntan.
http://ahmadrozak.blogspot.com/2010/03/peluang-dan-tantangan-menjadi-
akuntan.html (diakses pada 14 Juni 2015)
Pratiwi,Ria.Akuntan Bersertifikasi Internasional Senmakin Dibutuhkan.
http://swa.co.id/business-strategy/jelang-mea-2015-akuntan-bersertifikasi-
internasional-semakin-dibutuhkan (diakses pada 12 Juni 2015)

Dewi,Yuliani. Akuntan Dalam Menghadapi ASEAN Economy Community (AEC)


2015. http://tulisankampus.blogspot.com/2014/11/tulisan-berikut-
merupakan-karya-yuliany.html. (diakses pada 12 Juni 2015).

Christanti,Iin. Menghadapi MEA Begitu Sulit Dalam Bidang Profesi Akuntan.


http://suara-mahasiswa14.blogspot.com/2014/11/benarkah-menghadapi-
mea-begitu-sulit.html

Robby,yulianto. Jasa Akuntan dalam hadapi tantangan MEA 2015.

http:// robbyjulianto.blogspot.com/2014/11/jasa-akuntan -hadapi -mea


2015.html.

Catherine. Tantangan Profesi Akuntan Global.

https://id.scribd.com/document/366116454/Tantangan-Profesi-Akuntan-Global

Yuni,Ariani. Kode Etik Profesi Akuntansi (Etika Profesi Akuntansi).

https://www.google.com/amp/s/yuniariani37.wordpress.com/2016/12/26/kode-
etik-profesi-akuntansi-etika-profesi-akuntansi/amp/

Meita,Utami. KODE ETIK AKUNTANSI INDONESIA.


http://thathabastian.blogspot.com/2011/11/kode-etik-akuntansi-indonesia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai