Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA TERHADAP IBU HAMIL DAN MENYUSUI

DISUSUN :

KELOMPOK : 1

NAMA ANGGOTA : TRI MARIANI / 1701019

KAMARIAH / 1701007

SUTINA / 1701014

IRA SAFIRA / 1701004

SARMILA /

FITRI ANANDA /

UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN


FAKULTAS ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM
SARJANT.A 101
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarga beliau.Berkat rahmat dan hidayah Allah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “keperawatan bencana terhadap ibu hamil dan menyusui”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas dari dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
penyempurnaan penulisan pada masa yang akan datang.

Langsa, Oktober 1010

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang mengancam dan
menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang secara umum bencana tersebut terjadi
akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa alam (Sigit, 1018). Bencana
juga merupakan kejadian baik alami maupun buatan manusia yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, memburuknya layanan kesehatan (Roccaforte,
1014).

Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius yang terjadi dan berdampak tidak
berfungsinya tatanan kehidupan di suatu komunitas atau masyarakat serta mengakibatkan
kerugian bagi manusia, dimana kerugian tersebut meliputi kehilangan material, ekonomi atau
kerusakan lingkungan(Heylin, 1015).
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU Nomor :
14 Tahun 1007). Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan
pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu
situasi bencana secara cepat dan tepat guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan
bencana, pemeliharaan dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 1016).
Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana alam karena terletak pada
pertemuan tiga lempeng benua yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Australia.
Konsekuensi dari pertemuan ketiga lempeng tersebut akan terjadi pergeseran antar lempeng,
terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan serta patahan di busur kepulauan, sebaran
gunung api juga berpotensi terjadinya gempa bumi.Maka dari itu Indonesia sangat rawan akan
terjadinya bencana alam antara lain gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, kekeringan
serta tanah longsor dan berbagai bencana alam lainya (Agung & Ihsan, 1018).
Menurut laporan EM-DAT (international disaster database) pada tahun 1018 di laporkan
terjadi peristiwa bencana alam di seluruh dunia yang mengakibatkan kematian sebanyak 11.804
orang, dan lebih dari 68 juta orang terdampak bencana (WHO, 1018).
Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu
Januari sampai Desember 1018, melaporkan kejadian bencana di Indonesia telah mengakibatkan
korban meninggal dan hilang sebanyak 1.411 orang, korban luka-luka 1.104 orang dan korban
yang terpaksa harus mengungsi lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 1019). Data tersebut
merupakan data kejadian bencana di dunia maupun di Indonesia.
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara jumlah populasi lanjut usia ada sekitar 8%
atau sekitar 141 juta jiwa. Pada tahun 1050 juga diprediksi populasi lanjut usia akan mengalami
peningkatan sebesar 3 kali lipat. Pada tahun 1010 jumlah lanjut usia 14 juta (9,77%) dari total
populasi dan tahun 11 1010 diprediksi jumlah lansia mencapai 18.8 juta (11,34%) dari total
populasi. Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan pada tahun 1010 sekitar 800 juta (Kementrian
Kesehatan RI, 1013).
Dampak bencana pada ibu hamil dan menyusui telah dianalisis sebelumnya, terutama
untuk kelahiran seperti tingkat kelahiran prematur. Kejadian gempa bumi yang dialami oleh ibu
hamil dapat memicu tingginya hormon kortisol dicairan amniotik (ketuban) yang disebabkan
stres, kekhawatiran dan kecemasan. Level kortisol yang tinggi pada cairan amnion dapat
memperpendek usia kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan ketakolamin yang dilepaskan
oleh ibu hamil menyebabkan kelahiran prematur. Efek gempa bumi yang dialami saat awal
kehamilan tidak akan memicu proses persalinan secara langsung, namun menyebabkan persalinan
menjadi lebih awal.

Usia ibu melahirkan pertama di usia 35 tahun atau lebih dalam beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh Emily W et al (1015)
usia ibu melahirkan pasca gempa secara signifikan berpengaruh terhadap kelahiran prematur.
Sementara itu, kelahiran prematur yang dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan anak
mengalami peningkatan hingga 6 kali lebih tinggi pasca gempa dibandingkan sebelum gempa
bumi (OR 6,1). Sedangkan pada penelitian Cong E. Tan et al (1009) dalam The Impact of the
Wenchuan Earthquake on Birth Outcomes paritas tidak memiliki hubungan dengan kejadian
kelahiran premature.
Dalam buku the World Report on Knowledge for Better Health (WHO 1004)
diungkapkan bahwa salah satu permasalahan dalam penelitian kesehatan adalah terkait dengan
kurangnya pemanfaatan hasil penelitian oleh pengguna (the utilization of research result). Bahkan
permasalahan ini tidak hanya terjadi di Negara berkembang namun juga terjadi di Negara maju.
Agar hasil-hasil penelitian kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai masukan kebijakan, maka
sistesis beberapa hasil penelitian merupakan metode penting yang harus dikuasai.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan Masalah Penelitian mengenai hubungan pendidikan terhadap kesiapsiagaan
ibu hamil dan menyusui menghadapi bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat para
ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1001), definisi bencana adalah peristiwa atau
kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia,
serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (1001) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (1003) yang dikutip Wijayanto (1011),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana
dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber
daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1011 ) dalam dikutip Wijayanto (1011), bencana
adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia,
termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari
masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat
luas.

B.Efek Bencana Pada Wanita


Menurut Dinkes Sleman erupsi Merapi berdampak pada kondisi psikologi masyarakat.
Sebanyak 756 orang dilaporkan mengalami gangguan mental, dan 51 orang di antaranya
diklasifikasikan sebagai gangguan mental berat. Masyarakat Kelurahan Kaliadem yang berjarak 5
km dari puncak gunung, pasca erupsi Gunung Merapi ini memiliki kecenderungan mengalami
PTSD. Dampak umum yang muncul terhadap wanita hamil, bayi baru lahir, dan anak-anak akibat
kurangnya sumberdaya saat bencana alam diantaranya ketersediaan makanan yang cukup, air
bersih, dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang terhambat bahkan terjadi peningkatan angka
kematian ibu hamil selama bencana. Lebih jauh dijelaskan oleh  Red Cross America. bahwa ibu
hamil harus memiliki stok air bersih 1-3 galon per hari, hal tersebut diindikasikan bahwa air
sangat penting bagi janin, plasenta cairan ketuban, dan peningkatan volume darah di vaskular dan
cairan diintra sel, serta membatu membuang racun yang ada di dalam tubuh. Selain itu air sangat
dibutuhkan waktu hidrasi ibu post partum, dan laktasi, selain untuk kebersihan diri.

Dampak lainnya yaitu ketersediaan makanan. Sumber energi tersebut sangat


diprioritaskan bagi wanita hamil ataupun wanita melahirkan sebagai energi pemulihan pasca
persalinan atau laktasi bagi bayi baru lahir. Management laktasi sangat membantu ketersediaan
makanan yang baik bagi bayi  disaat ketersediaan makanan pendamping setelah lebih dari 6 bulan
minum, ASI menjadi alternatif makanan yang diberikan, akan tetapi hal tersebut harus
berbanding lurus dengan yang dikonsumsi ibunya. Selain itu ketersediaan vitamin bagi ibu hamil
menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Dari paparan diatas dampak bencana pada wanita
hamil, bayi dan anak-anak terjadi disemua elemen baik  biologis, psikologis maupu sosialogis.
Oleh karena itu sangat perlu pemikiran  serius  dimulai dari perencanaan strategis dalam
penanggulangan bencana bagi kelompok umur dan karakteristik wanita hamil, karena
menyelamatkan ibu hamil dan anak-anak berarti menyelamatkan dua generasi sekaligus dan
mempertahankan generasi yang baik.

C.Kesiap Siagaan Pelayanan Kesehatan bagi ibu hamil selama bencana


Dampak bencana terhadap wanita hamil dan anak-anak telah diulas dalam bahasan
sebelumnya, menegaskan bahwa kelompok tersebut merupakan yang paling rentan terkena
dampak bencana, Oleh karena itu kesiapsiagaan dari fasilitas dan tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab dalam keadaan tersebut harus terstandarisasi dengan baik. Komplikasi
kehamilan seperti plasenta previa dan plasenta akreta, retensi plasenta, partus dengan penyulit,
dan gawat janin merupakan tantangan dalam keadaan darurat. Dalam dikembangkan langkah-
langkah untuk melindungi dan menyelamatkan wanita, wanita hamil dan anak-anak selama
bencana diantaranya:

1. Strategi Jangka pendek dan pencegahan yang menitik beratkan terhadap penggunanan alat
kontrasepsi dan pencegahan penularan HIV
2. Strategi jangka Panjang diantaranya:
- Membangun layanan kesehatan obstetric gynekologi dengan tenaga yang terlatih di tempat
penampungan atau pengungsian
- Memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi  yang harus
dipenuhi di pengungsian
- Memastikan perlengkapan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual
- Menyusun Pedoman kesiapsiagaan ibu hamil saat bencana
3. Strategi Prenatal care dan distribusi korban diantaranya:
- Menyusun standar prosedur pendataan (sensus) untuk mengidentifikasi wanita hamil dan
setelah melahirkan
- Mengidentifikasi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan tanggal perkiraan persalinan
- Mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi
- Mengidentifikasi atau mendirikan pusat perawatan prenatal
- Mengidentifikasi tenaga kerja, tenaga kesehatan, dan tempat rujukan perawatan kesehatan
dengan pertimbangan fasilitas yang sesuai dan memiliki kemampuan pelayanan, untuk
melakukan kelahiran sesar disertakan dengan ketersediaan darah
- Meningkatkan kompetensi dalam melakukan resusitasi neonatal
- Menginformasikan ibu hamil tentang tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan tidak
normal
- Berikan tetanus toksoid kepada semua pasien ibu hamil
- Memastikan ketersediaan air bersih untuk wanita hamil dan menyusui
- Mendorong dan mendukung program menyusui.
Strategi tersebut diperkuat oleh pendapat yang menitikberatkan pada kesiapsiagaan prenatal:
kesiapsiagaan Keluarga yang memiliki wanita hamil atau anak-anak, akses ke pelayanan
kesehatan, dan penekanan terhadap breast feeding emergency.

Pra Bencana:
Sistem Promotif dan preventif  bagi tenaga kesehatan dan wanita hamil seperti:

1. Pendidikan kesehatan mengenai alat kontrasepsi, HIV/AIDS, Perawatan Bayi Baru Lahir, dan
laktasi
2. Kesiapsiagaan ibu hamil terhadap keadaan darurat melahirkan
3. Pelatihan manajemen dan konsep kebencanaan
4. Pelatihan terhadap tenaga medis, perawat, dan bidan tentang penanganan kegawat daruratan
obstetri
5. Menentukan relawan dengan kualifikasi obstetri ginekologi jika terjadi bencana.
6. Merencanakan pemetaan transportasi rujukan dan ketersediaan kebutuhan pokok yang
dikhususkan bagi ibu hamil dan anak-anak

Saat Bencana /Tanggap darurat:


Beberapa hal yang harus dilakukan pada fase tanggap darurat adalah
1. Memaparkan sistem informasi bencana
2. Menjalankan pemetaan sistem rujukan dengan mengkhususkan penanganan
obstetricginekologi
3. Memfasilitasi pelayanan kesehatan di pengungsian dengan
peralatan emergency obstetrik ginekologi..
4. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan khusus obstetri ginekologi.
5. Pemenuhan ASI terhadap anak selama bencana dengan pojok ASI
  Pasca Bencana/Rehabilitasi:

Kegiatan yang harus dilakukan pada fase pasca bencana, adalah

1. Pengembalian kesehatan mental akibat trauma bencana dengan Logo Therapy.

2. Pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkelanjutan

3. Melakukan pendampingan kesehatan bagi wanita resiko tinggi dan anak-anak

Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki tenaga kesehatan adalah:

a. Menjelaskan peran dalam merespon berbagai keadaan darurat yang mungkin timbul.

b. Mengetahui rantai komando dalam tanggap darurat.


c. Mengidentifikasi dan menemukan rencana tanggap darurat
d. Menjelaskan peran tanggap darurat, fungsi pelatihan dilakukan secara teratur
e. Menunjukkan penggunaan peralatan (termasuk pelindung diri) dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam tanggap darurat selama latihan rutin.
f. Menjelaskan peran komunikasi dalam tanggap darurat, seperti di kantor, media
berita, dan masyarakat umum (termasuk pasien dan keluarga dan kontak pribadi).
g. Mengidentifikasi batas-batas pengetahuan sendiri, keterampilan, otoritas dan
mengidentifikasi sumber.
h. Terapkan pemecahan masalah secara kreatif dan fleksibilitas untuk situasi dalam
batas-batas peran dan mengevaluasi efektivitas tindakan yang diambil.
i. Kenali penyimpangan dari norma yang mungkin mengindikasikan darurat dan
menjelaskan tindakan yang tepat.
j. Berpartisipasi dalam melanjutkan pendidikan untuk mempertahankan dan
meningatkan pengetahuan di bidang yang relevan.
k. Berpartisipasi dalam mengevaluasi setiap latihan dan respon dan mengidentifikasi
perubahan yang diperlukan untuk rencana tersebut.
l. Pastikan bahwa ada rencana tertulis untuk kategori utama keadaan darurat.
m. Pastikan bahwa semua bagian dari rencana darurat dipraktekkan secara teratur

D.Pengenalan bencana ibu hamil


ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu ibu hamil tersebut.

1. Kenali tanda persalinan

Tak semua orang mengerti tanda persalinan, bahkan si ibu hamil sendiri belum tentu menyadari
bahwa dirinya hendak bersalin.  Seorang ibu hamil akan bersalin jika mengalami gejala berikut
ini:

 Keluarnya lendir darah dari vagina.


 Ibu hamil merasakan rasa mules yang makin lama, makin sering,  dan makin nyeri
intensitasnya.
 Pada beberapa kasus, keluar air dalam jumlah banyak dari vagina. Air ini merupakan air
ketuban yang pecah keluar. Sering skali air ketuban sudah pecah tapi tidak dihiraukan
oleh ibu hamil karena dikira sebagai air seni (mengompol).
Jika tanda ini sudah muncul, artinya secara perlahan mulut rahim akan membuka makin
lebar dan bayi akan lahir setelah pembukaan lengkap. Pada ibu yang baru melahirkan untuk
pertama kali, umumnya dibutuhkan waktu 11-14 jam dari tanda-tanda tersebut hingga bayi bisa
dilahirkan.

Sementara itu, pada ibu yang sudah pernah melahirkan, waktu yang dibutuhkan untuk
melahirkan bayi lebih pendek, berkisar antara 6-11 jam. Mengetahui perkiraan waktu persalinan
ini sangatlah penting agar Anda bisa memperkirakan, apakah ibu hamil masih memungkinkan
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang aman dan lengkap, atau harus dibantu untuk bersalin di
daerah bencana.

1. Pindahkan ibu ke lokasi yang aman

Sebisa mungkin pindahkan ibu ke lokasi yang aman. Hal ini penting terutama jika
gempa-gempa susulan masih terjadi. Jika memungkinkan pindahkan ibu ke lokasi yang jauh dari
pusat gempa. Jika ide untuk memindahkan ibu dari lokasi gempa tidak memungkinkan untuk
dilakukan, carilah lokasi yang paling aman untuknya. Jika berada di dalam rumah, baringkan ibu
di bawah meja agar tidak terkena benda berjatuhan bila gempa susulan terjadi. Apabila berada di
ruang terbuka, carilah lapangan yang luas, jauh dari bangunan, gedung, dan tiang-tiang.

3. Tenangkan ibu

Sesungguhnya, jika tak ada penyulit dalam persalinan, maka bersalin sendiri tanpa
bantuan (unassisted birth) sebenarnya bisa dilakukan asal ibu tidak panik. Oleh karena itu, sebisa
mungkin tenangkan ibu hamil. Dampingi ia terus, berikan teh manis hangat, dan usap-usap
punggungnya agar ia merasa relaks. Jika ada anggota keluarga yang memiliki hubungan keluarga
yang lebih dekat, mintalah orang tersebut mendampingi ibu terus.

4. Panggil bantuanHI

Hubungi ambulans gawat darurat untuk meminta pertolongan tim medis dan paramedis.
Jika menggunakan telepon, Anda dapat menghubungi 118 atau 119. Jika Anda menggunakan
telepon seluler, Anda bisa menghubungi 111.

5. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K


Melahirkan membutuhkan banyak energi. Pastikan ibu hamil dalam keadaan kenyang
saat akan melakukan proses persalinan. Jika belum, mintalah ia untuk makan dahulu. Pastikan
ada persediaan air bersih agar proses persalinan dapat berjalan aman dan jauh dari bahaya infeksi.
Lalu pastikan juga tersedia kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Setidaknya di
dalam kotak P3K tersebut harus ada kain kasa steril, povidon iodin atau antiseptik lainnya,
plester, alkohol, dan sarung tangan. Benda-benda tersebut dibutuhkan, terutama untuk memotong
dan merawat tali pusat bayi setelah lahir. Bersalin adalah suatu proses alamiah yang tidak bisa
ditunda-tunda. Kondisi yang mendesak bisa memaksa persalinan terjadi di mana pun – termasuk
di lokasi gempa – seperti yang terjadi saat gempa di Lombok. Dengan mengetahui lima hal di
atas, Anda dapat menjadi penolong bagi ibu hamil yang hendak melahirkan di tengah bencana
gempa.

F. Kesiapsiagaan pelayanan kesehatan bagi ibu menyusui selama bencana

Menyusui merupakan satu-satunya sumber  makanan  dapat dipercaya untuk bayi dan
anak-anak kecil saat bencana. Menyusui dapat dilakukan secara eksklusif selama 6 bulan. Setelah
6 bulan, ASI dapat dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI hingga tahun kedua
kehidupan. Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana
dengan cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.
Merujuk dari pernyataan diatas dan mengingat angka kejadian bencana di Indonesia yang
tinggi diperlukan suatu sistem untuk menyelamatkan generasi bangsa dengan cara menjaga
wanita, wanita hamil, dan anak-anak sebelum atau selama kejadian bencana. Pembangunan
sistem tersebut diawali dengan penyusunan perencanaan yang berkelanjutan diantaranya

BAB III
KESIMPULAN

Bencana adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang mengancam dan menggangu
aktifitas normal kehidupan masyarakat yang secara umum bencana tersebut terjadiakibat perbuatan
manusia maupun akibat peristiwa alam.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana


melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan bencana,
pemeliharaan dan pelatihan personil.

Dampak bencana terhadap wanita hamil dan anak-anak menegaskan bahwa kelompok tersebut
merupakan yang paling rentan terkena dampak bencana, Oleh karena itu kesiapsiagaan dari fasilitas dan
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam keadaan tersebut harus terstandarisasi dengan baik.

ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu ibu hamil tersebut.

1.Kenali tanda persalinan

1. Pindahkan ibu ke lokasi yang aman

3. Tenangkan ibu

4. Panggil bantuan
5. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K

Saat Bencana /Tanggap darurat


Beberapa hal yang harus dilakukan pada fase tanggap darurat adalah
1. Memaparkan sistem informasi bencana
2. Menjalankan pemetaan sistem rujukan dengan mengkhususkan penanganan obstetrik
ginekologi
3. Memfasilitasi pelayanan kesehatan di pengungsian dengan peralatan emergency obstetrik
ginekologi.
4. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan khusus obstetri ginekologi.
5. Pemenuhan ASI terhadap anak selama bencana dengan pojok ASI
Sementara itu, pada ibu yang sudah pernah melahirkan

1. Pindahkan ibu ke lokasi yang aman


2. Tenangkan ibu4
3. Panggil bantuan
4. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K

Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana dengan
cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.

5.
6. Panggil bantuan
7. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K

Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana dengan
cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.

Daftar Pustaka
1.Mohammadteja.2018.KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP KELOMPOK RENTAN
DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM DI LOMBOK.Vol.X,No 17/1/Puslit/September/2018

Anda mungkin juga menyukai