DISUSUN :
KELOMPOK : 1
KAMARIAH / 1701007
SUTINA / 1701014
SARMILA /
FITRI ANANDA /
Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarga beliau.Berkat rahmat dan hidayah Allah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “keperawatan bencana terhadap ibu hamil dan menyusui”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
penyempurnaan penulisan pada masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang mengancam dan
menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang secara umum bencana tersebut terjadi
akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa alam (Sigit, 1018). Bencana
juga merupakan kejadian baik alami maupun buatan manusia yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, memburuknya layanan kesehatan (Roccaforte,
1014).
Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius yang terjadi dan berdampak tidak
berfungsinya tatanan kehidupan di suatu komunitas atau masyarakat serta mengakibatkan
kerugian bagi manusia, dimana kerugian tersebut meliputi kehilangan material, ekonomi atau
kerusakan lingkungan(Heylin, 1015).
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU Nomor :
14 Tahun 1007). Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan
pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu
situasi bencana secara cepat dan tepat guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan
bencana, pemeliharaan dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 1016).
Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana alam karena terletak pada
pertemuan tiga lempeng benua yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Australia.
Konsekuensi dari pertemuan ketiga lempeng tersebut akan terjadi pergeseran antar lempeng,
terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan serta patahan di busur kepulauan, sebaran
gunung api juga berpotensi terjadinya gempa bumi.Maka dari itu Indonesia sangat rawan akan
terjadinya bencana alam antara lain gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, kekeringan
serta tanah longsor dan berbagai bencana alam lainya (Agung & Ihsan, 1018).
Menurut laporan EM-DAT (international disaster database) pada tahun 1018 di laporkan
terjadi peristiwa bencana alam di seluruh dunia yang mengakibatkan kematian sebanyak 11.804
orang, dan lebih dari 68 juta orang terdampak bencana (WHO, 1018).
Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu
Januari sampai Desember 1018, melaporkan kejadian bencana di Indonesia telah mengakibatkan
korban meninggal dan hilang sebanyak 1.411 orang, korban luka-luka 1.104 orang dan korban
yang terpaksa harus mengungsi lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 1019). Data tersebut
merupakan data kejadian bencana di dunia maupun di Indonesia.
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara jumlah populasi lanjut usia ada sekitar 8%
atau sekitar 141 juta jiwa. Pada tahun 1050 juga diprediksi populasi lanjut usia akan mengalami
peningkatan sebesar 3 kali lipat. Pada tahun 1010 jumlah lanjut usia 14 juta (9,77%) dari total
populasi dan tahun 11 1010 diprediksi jumlah lansia mencapai 18.8 juta (11,34%) dari total
populasi. Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan pada tahun 1010 sekitar 800 juta (Kementrian
Kesehatan RI, 1013).
Dampak bencana pada ibu hamil dan menyusui telah dianalisis sebelumnya, terutama
untuk kelahiran seperti tingkat kelahiran prematur. Kejadian gempa bumi yang dialami oleh ibu
hamil dapat memicu tingginya hormon kortisol dicairan amniotik (ketuban) yang disebabkan
stres, kekhawatiran dan kecemasan. Level kortisol yang tinggi pada cairan amnion dapat
memperpendek usia kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan ketakolamin yang dilepaskan
oleh ibu hamil menyebabkan kelahiran prematur. Efek gempa bumi yang dialami saat awal
kehamilan tidak akan memicu proses persalinan secara langsung, namun menyebabkan persalinan
menjadi lebih awal.
Usia ibu melahirkan pertama di usia 35 tahun atau lebih dalam beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh Emily W et al (1015)
usia ibu melahirkan pasca gempa secara signifikan berpengaruh terhadap kelahiran prematur.
Sementara itu, kelahiran prematur yang dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan anak
mengalami peningkatan hingga 6 kali lebih tinggi pasca gempa dibandingkan sebelum gempa
bumi (OR 6,1). Sedangkan pada penelitian Cong E. Tan et al (1009) dalam The Impact of the
Wenchuan Earthquake on Birth Outcomes paritas tidak memiliki hubungan dengan kejadian
kelahiran premature.
Dalam buku the World Report on Knowledge for Better Health (WHO 1004)
diungkapkan bahwa salah satu permasalahan dalam penelitian kesehatan adalah terkait dengan
kurangnya pemanfaatan hasil penelitian oleh pengguna (the utilization of research result). Bahkan
permasalahan ini tidak hanya terjadi di Negara berkembang namun juga terjadi di Negara maju.
Agar hasil-hasil penelitian kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai masukan kebijakan, maka
sistesis beberapa hasil penelitian merupakan metode penting yang harus dikuasai.
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan Masalah Penelitian mengenai hubungan pendidikan terhadap kesiapsiagaan
ibu hamil dan menyusui menghadapi bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat para
ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1001), definisi bencana adalah peristiwa atau
kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia,
serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan
bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (1001) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (1003) yang dikutip Wijayanto (1011),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana
dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber
daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1011 ) dalam dikutip Wijayanto (1011), bencana
adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia,
termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari
masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat
luas.
1. Strategi Jangka pendek dan pencegahan yang menitik beratkan terhadap penggunanan alat
kontrasepsi dan pencegahan penularan HIV
2. Strategi jangka Panjang diantaranya:
- Membangun layanan kesehatan obstetric gynekologi dengan tenaga yang terlatih di tempat
penampungan atau pengungsian
- Memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang harus
dipenuhi di pengungsian
- Memastikan perlengkapan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual
- Menyusun Pedoman kesiapsiagaan ibu hamil saat bencana
3. Strategi Prenatal care dan distribusi korban diantaranya:
- Menyusun standar prosedur pendataan (sensus) untuk mengidentifikasi wanita hamil dan
setelah melahirkan
- Mengidentifikasi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan tanggal perkiraan persalinan
- Mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi
- Mengidentifikasi atau mendirikan pusat perawatan prenatal
- Mengidentifikasi tenaga kerja, tenaga kesehatan, dan tempat rujukan perawatan kesehatan
dengan pertimbangan fasilitas yang sesuai dan memiliki kemampuan pelayanan, untuk
melakukan kelahiran sesar disertakan dengan ketersediaan darah
- Meningkatkan kompetensi dalam melakukan resusitasi neonatal
- Menginformasikan ibu hamil tentang tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan tidak
normal
- Berikan tetanus toksoid kepada semua pasien ibu hamil
- Memastikan ketersediaan air bersih untuk wanita hamil dan menyusui
- Mendorong dan mendukung program menyusui.
Strategi tersebut diperkuat oleh pendapat yang menitikberatkan pada kesiapsiagaan prenatal:
kesiapsiagaan Keluarga yang memiliki wanita hamil atau anak-anak, akses ke pelayanan
kesehatan, dan penekanan terhadap breast feeding emergency.
Pra Bencana:
Sistem Promotif dan preventif bagi tenaga kesehatan dan wanita hamil seperti:
1. Pendidikan kesehatan mengenai alat kontrasepsi, HIV/AIDS, Perawatan Bayi Baru Lahir, dan
laktasi
2. Kesiapsiagaan ibu hamil terhadap keadaan darurat melahirkan
3. Pelatihan manajemen dan konsep kebencanaan
4. Pelatihan terhadap tenaga medis, perawat, dan bidan tentang penanganan kegawat daruratan
obstetri
5. Menentukan relawan dengan kualifikasi obstetri ginekologi jika terjadi bencana.
6. Merencanakan pemetaan transportasi rujukan dan ketersediaan kebutuhan pokok yang
dikhususkan bagi ibu hamil dan anak-anak
a. Menjelaskan peran dalam merespon berbagai keadaan darurat yang mungkin timbul.
Tak semua orang mengerti tanda persalinan, bahkan si ibu hamil sendiri belum tentu menyadari
bahwa dirinya hendak bersalin. Seorang ibu hamil akan bersalin jika mengalami gejala berikut
ini:
Sementara itu, pada ibu yang sudah pernah melahirkan, waktu yang dibutuhkan untuk
melahirkan bayi lebih pendek, berkisar antara 6-11 jam. Mengetahui perkiraan waktu persalinan
ini sangatlah penting agar Anda bisa memperkirakan, apakah ibu hamil masih memungkinkan
untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang aman dan lengkap, atau harus dibantu untuk bersalin di
daerah bencana.
Sebisa mungkin pindahkan ibu ke lokasi yang aman. Hal ini penting terutama jika
gempa-gempa susulan masih terjadi. Jika memungkinkan pindahkan ibu ke lokasi yang jauh dari
pusat gempa. Jika ide untuk memindahkan ibu dari lokasi gempa tidak memungkinkan untuk
dilakukan, carilah lokasi yang paling aman untuknya. Jika berada di dalam rumah, baringkan ibu
di bawah meja agar tidak terkena benda berjatuhan bila gempa susulan terjadi. Apabila berada di
ruang terbuka, carilah lapangan yang luas, jauh dari bangunan, gedung, dan tiang-tiang.
3. Tenangkan ibu
Sesungguhnya, jika tak ada penyulit dalam persalinan, maka bersalin sendiri tanpa
bantuan (unassisted birth) sebenarnya bisa dilakukan asal ibu tidak panik. Oleh karena itu, sebisa
mungkin tenangkan ibu hamil. Dampingi ia terus, berikan teh manis hangat, dan usap-usap
punggungnya agar ia merasa relaks. Jika ada anggota keluarga yang memiliki hubungan keluarga
yang lebih dekat, mintalah orang tersebut mendampingi ibu terus.
4. Panggil bantuanHI
Hubungi ambulans gawat darurat untuk meminta pertolongan tim medis dan paramedis.
Jika menggunakan telepon, Anda dapat menghubungi 118 atau 119. Jika Anda menggunakan
telepon seluler, Anda bisa menghubungi 111.
Menyusui merupakan satu-satunya sumber makanan dapat dipercaya untuk bayi dan
anak-anak kecil saat bencana. Menyusui dapat dilakukan secara eksklusif selama 6 bulan. Setelah
6 bulan, ASI dapat dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI hingga tahun kedua
kehidupan. Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana
dengan cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.
Merujuk dari pernyataan diatas dan mengingat angka kejadian bencana di Indonesia yang
tinggi diperlukan suatu sistem untuk menyelamatkan generasi bangsa dengan cara menjaga
wanita, wanita hamil, dan anak-anak sebelum atau selama kejadian bencana. Pembangunan
sistem tersebut diawali dengan penyusunan perencanaan yang berkelanjutan diantaranya
BAB III
KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang mengancam dan menggangu
aktifitas normal kehidupan masyarakat yang secara umum bencana tersebut terjadiakibat perbuatan
manusia maupun akibat peristiwa alam.
Dampak bencana terhadap wanita hamil dan anak-anak menegaskan bahwa kelompok tersebut
merupakan yang paling rentan terkena dampak bencana, Oleh karena itu kesiapsiagaan dari fasilitas dan
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam keadaan tersebut harus terstandarisasi dengan baik.
ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu ibu hamil tersebut.
3. Tenangkan ibu
4. Panggil bantuan
5. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K
Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana dengan
cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.
5.
6. Panggil bantuan
7. Siapkan air bersih, makanan, dan kotak P3K
Oleh karena itu harus di upayakan pemberian makanan dengan ASI saat bencana dengan
cara:
- Pelatihan pekerja kemanusiaan, perawat, tenaga kesehatan dan bidan untuk memahami
pentingnya mempertahankan menyusui sangat penting untuk membantu bayi bertahan hidup.
- Menyusui harus diintegrasikan ke dalam darurat nasional rencana di semua negara.
- Para pekerja kemanusiaan dan pelayanan kesehatan perlu memiliki pengetahuan pentingnya
menyusui.
Daftar Pustaka
1.Mohammadteja.2018.KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP KELOMPOK RENTAN
DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM DI LOMBOK.Vol.X,No 17/1/Puslit/September/2018