Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR

PERILAKU ORGANISASI

Oleh:

Diyanti Pratiwi Ginting

A1A017011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.latar belakang

Pengertian perilaku organisasi menurut Kelly dalam Thoha (2014:9) Perilaku organisasi
merupakan sebagai suatu system studi dari sifat organisasi seperti misalnya bagaimana organisasi
dimulai, tumbuh dan berkembang dan bagaimana pengaruh terhadap anggota-anggota sebagai individu,
kelompok-kelompok pemilih, organisasi-organisasi lainnya dan institusi-institusi yang lebih besar.
Pengertian dari rumusan Kelly ini menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat
interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku organisasi di lain pihak. Dengan
pengertian yang umum, system terbuka ini lebih menekankan saling hubungan dan saling
ketergantungan. perilaku organisasi merupakan hakikat mendasar pada ilmu perilaku itu sendiri yang di
kembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi. Perilaku
organisasi juga secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan dan pengendalian terhadap
tingkah laku orang-orang dalam suatu organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut
mempengaruhi usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi.
Perilaku organisasi dipengaruhi oleh perilaku individu, dan setiap individu dalam suatu organisasi
mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Adanya perbedaan perilaku tersebut karena setiap manusia
mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti tanpa
memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian juga saling berhubungan dengan persepsi, sikap,
belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku menjadi tidak lengkap apabila kepribadian
tidak diperhitungkan atau dipahami sebelumnya. kepribadian dibentuk di luar 9 organisasi tetapi karena
individu tersebut pada saatnya berada dalam suatu organisasi, maka kepribadian awal yang dibawa oleh
anggota-anggota atau individu-individu organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku
di tempat kerja. Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang menjadi bagian
bahasan dalam studi perilaku organisasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi nilai dan kepribadian


Hall & Lindzey mengatakan kepribadian adalah sebuah kesan yang menonjol, yang ditunjukan
seseorang terhadap orang lain. Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh [CITATION Der05 \l 1033 ]
mengartikan kepribadian sebagai sistem yang relatif stabil mengenai karateristik individu yang bersifat
internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang konsisten([ CITATION
Yus11 \l 1033 ].
Kepribadian berasal dari kata latin yaitu persona yang berarti adalah sebuah topeng yang bisa
digunakan dalam sebuah pertunjukan drama atau teaterikal, yang digunakan para aktor romawi kuno
dalam menjalannkan perannya. Namun seiring berjalannya waktu, kepribadian adalah pola sifat yang
relatif permanen dan mempunyai karateristik yang unik yang secara konsisten mempengaruhi
perilakunya.

B. Faktor yang mempengaruhi kepribadian


Faktor yang pengaruhi kepribadian :
 Heredity (keturunan) : bentuk tubuh, wajah, tinggi badan, bakat dapat mempengaruhi seseorang
menjadi pribadi pemalu, pendiam
contoh : jika salah satu anggota organisasi bertubuh besar dan tinggi ia cenderung lebih percaya
diri.
 Lingkungan (keluarga, teman, sosial): anak yang dibesarkan dalam keluarga petani akan
berbeda dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga pegawai, pedagang, militer.
contoh : salah satu karyawan di perusahaan A dibesarkan oleh keluarga yang berlatar belakang
profesi militer maka ia cenderung memiliki kepribadian yang mandiri, kuat, dan tidak mudah
menyerah.
 Situasi : kondisi yang lain dari lingkungan yang relatip permanen, bisa mempengaruhi
seseorang
contoh : salah satu karyawan di perusahaan B sedang dalam mengalami situasi sulit maka yang
tadinya ia cenderung bersifat ceria berubah menjadi pendiam dan penyendiri.
C. Sifat – sifat kepribadian
Big Five merupakan Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melihat kepribadian manusia
melalui trait yang tersusun dalam lima dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan
analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuriticism, dan openness.

1. Extraversion

Extraversion dimensi ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan dalam sebuah hubungan, seseorang
dengan kepribadian ekstrovet cenderung suka berteman, tegas dan ramah, sedangkan orang yang
introvet cenderung pendiam, pemalu dan tenang.
contoh yang terjadi di lapangan adalah salah satunya pada perusahaan stasiun televisi, pada stasiun
televisi mereka membutuhkan orang dengan kepribadian extrovert sebagai pemandu acara, pembawa
berita atau presenter karena menjadi pembawa acara atau presenter harus cerdas dalam bertutur kata
dan tentunya harus dapat berinteraksi dengan orang banyak secara baik, walaupun menjadi presenter
atau pembawa acara seringkali hanya berbicara atau memandu acara diatas panggung atau di sudut
panggung namun secara tidak langsung ia berinteraksi dengan para penonton yang mengikuti acara
tersebut, selama acara berlangsung pula pembawa acara akan menjadi pusat perhatian.
Bagi PT. Karisma Konveksi dan Garment Turen Malang kepribadian karyawan sangat mempengaruhi
kinerja dari karyawan tersebut secara nyata, perusahaan menyatakan kepribadia extrovert yang mudah
bergaul, aktif , dan ramah patut dipertahankan karena baik jika dijadikan percontohan bagi karyawan
lainnya sehingga karyawan lainnya dapat meningkatkan kinerja masing masing.

2. Agreeableness

disebut juga social adaptibility yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian
yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.
Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu lainnya dan
memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik Positif-nya adalah kooperatif
(dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik, hangat dan berhati lembut serta suka
membantu.
Menurut Costa dan McCrae (dalam Feist dan Feist, 2008)[8]. agreeableness merupakan bagian dari
suatu sistem motivasional seseorang yang berasal dari proses regulasi diri dimana seseorang
terdorong untuk mendapatkan keintiman, persatuan dan solidaritas dengan kelompoknya.
Agreeableness juga disebut social adaptability, menunjukkan orang yang murah hati, ramah,
rendah hati, suka mengalah, menghindari konflik, dan memiliki kecendrungan untuk mengikuti
orang lain.
Dimensi Kepribadian Agreeableness :
Fatmawati, 2017 menyebutkan dimensi agreeableness ada enam, yaitu:
A. Trust (Percaya)
Trust atau kepercayaan dapat didefenisikan sebagai atribut niat baik seseorang terhadap orang
lain. Percaya yang terbaik dari orang lain dan jarang mencurigai maksud yang tersembunyi.
B. Straightforwardness (Terus terang)
Straightforwardness menunjukkan sifat keterusterangan dan kejujuran dalam berurusan
dengan orang lain. Berterus terang, sungguh-sungguh, jujur dalam berurusan dengan
orang lain.
C. Altruism (Hangat)
Altruism adalah tidak mementingkan diri sendiri dan kepedulian terhadap orang lain. Altruism
cenderung kepadapengorbanan diri sendiri untuk kepentingan orang lain dan lebih
mempertimbangkan orang lain. tidak mementingkan diri sendiri, peduli terhadap orang
lain dan selalu memiliki keinginan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.
D. Compliance (Kerelaan)
Compliance adalah gaya interpersonal yang terlihat ketika konflik muncul, individu cenderung
mengalah dengan orang lain dari pada bertengkar. Dalam arti positif, sifat ini terlihat
dalam kesediaan untuk bekerja sama. tidak mementingkan diri sendiri, peduli terhadap orang
lain dan selalu memiliki keinginan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.
E. Modesty (Kesederhanaan)
Modesty atau kesederhanaan, mengacu pada aspek dari konsep diri dimana mereka tidak sibuk
dengan diri mereka sendiri. kesederhanaan atau kerendahan hati, orang yang
menyenangkan adalah orang yang rendah hati, mampu menunjukkan kesederhanaannya
dalam penilaan terhadap kemampuan dan kepentingan diri sendiri. Orang yang rendah hati
cenderung memiliki nilai yang rendah dalam sikap narsistik, serta tidak sibuk dengan
dirinya sendiri. Kebalikannya adalah orang yang sombong memiliki pandangan ingin
meningkatkan dirinya sendiri.
F. Kelembutan(Tender-mindedness)
mengacu pada kecenderungan untuk mengikuti perasaan, terutama dalam membuat
penilaian dan bersikap. kepedulian terhadap orang lain yang akan diarahkan terutama dari
perasaan empati, dalam membuat penilaan dan membentuk sikap.Orang yang
menyenangkan adalah orang yang menunjukkan tender-mindedness dan sentimentalitas
denganmudah untuk membantu dan beramal demi tujuan yang baik.

contoh yang terdapat di lapangan ialah Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kepribadian
Agreeableness dengan Kinerja karyawan di Pt. Haleyora Power Singkarak Sumatera Barat.
Semakin positif kepribadian Agreeableness maka semakin tinggi kinerja karyawan. Sebaliknya,
semakin negative kepribadian Agreeableness, maka semakin rendah kinerja karyawan.Besarnya
sumbangan efektif variabel kepribadian Agreeableness terhadap kinerja karyawanadalah
sebesar31%sedangkan 69% dipengaruhi oleh faktor lain.

3. Conscientiousness

Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya
digambarkan sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Conscientiousness
adalah dimensi yang berkaitan dengan kesungguhan hati untuk meraih tujuan. Orang dengan
conscientiousness tinggi cenderung menyukai keteraturan dan memperhatikan hal-hal detail. Mereka
menyiapkan waktu untuk mempersiapkan diri, dan menyukai jadwal yang jelas. Sedangkan orang
dengan sifat conscientiousness rendah kurang begitu menyukai jadwal yang teratur, dan cenderung
sembrono, menunda-nunda pekerjaan, serta lalai dalam penyelesaian tugas. (Woods dkk., 2018)
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya waktu, orang-orang dengan tipe kepribadian
conscientiousness akan kurang berinovasi.
contoh implementasi conscientious ialah karyawan pada perusahaan startup yang memiliki sifat
conscientious maka ia akan cenderung kurang dalam inovasi sementara pada perusahaan dibutuhkan
banyak inovasi baru serta beda dan karyawan yang inovatif karena kepribadian conscientious
cenderung melakukan sesuatu tersusun atau terencana, namun dalam berbagai pekerjaan seperti
sekertaris karyawan dengan kepribadian conscientious sangat dibutuhkan.

4. Neuroticsm

Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa
khawatir dan rasa tidak aman. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah
kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan
reaksi secara emotional.hal ini berhubungan negative pada kinerja individu dalam berorganisasi.
misalkan salah satu anggota organisasi himpunan mahasiswa ialah seorang prinadi yang neuroticsm
maka kinerja ia dalam organisasi tersebut cenderung kurang, karena anggota tersebut memiliki rasa
mudah marah sehingga tidak dapat menerima pendapat dengan baik. dalam dunia pekerjaan karyawan
yang memiliki kepribadian neuroticsm memiliki rasa cemas yang tinggi sehingga kurang berinovasi
Karena rasa cemas yang tinggi akan inovasi yang ia tuturkan berpengaruh negative pada perusahaan.

5. Openness

Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau
situasi yang baru. Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi,
menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, dan pemikiran. tipe
kepribadian openness memiliki hubungan positif dengan perilaku kerja inovatif (Hammond dkk.,
2011), yang menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki openness yang tinggi akan memiliki
fleksibilitas dalam berpikir, memiliki rasa ingin tahu dan imajinatif (Costa & McCrae, 1992).
contoh implementasi opnenness di lapangan ialah jika hampir seluruh karyawan PT. A memiliki sifat
openness maka kinerja antara karyawan dapat maksimal dan hubungan yang dimiliki antara karyawan
akan bersifat positif, perusahaan akan lebih inovatif karena karyawan yang dimiliki PT.A lebih terbuka
terhadap situasi yang baru sehingga mudah menyesuaikan akan ide ide baru yang tercipta.

D. Contoh kasus

Berdasarkan Jurnal “Pengaruh Kepribadian, Kemampuan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja SDM Outsourcing pada PT. Catur Karya Sentosa Medan”, yang bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh kepribadian, kemampuan kerja dan motivasi karyawan terhadap kinerja
SDM Outsourcing pada PT. Catur Karya Sentosa Medan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2012,
objek penelitiannya adalah seluruh karyawan yang berjumlah 42 orang. Variabel yang diamati dalam
penelitian ini terdiri dari kepribadian (x1), kemampuan (x2), motivasi (x3), dan kinerja SDM
outsourcing (y). Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kepribadian adalah tanggung
jawab, ketekunan, disiplin waktu, berpikir positif, cara menghadapi masalah, rasa aman dalam bekerja,
kerja sama, bertukar pikiran, saling percaya, sikap tegas, dan mencari solusi. Untuk variabel
kemampuan, indikator yang digunakan untuk mengukurnya adalah cepat tanggap, inisiatif, tangguh,
bekerja melebihi jam kerja wajib. Data dikumpulkan dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi
dokumentasi, pengamatan variabel-variabel yang diteliti menggunakan skala Likert. Daftar pertanyaan
terlebih dahulu diuji dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas, data penelitian ini diuji
dengan pengujian asumsi klasik yang terditi dari (1) uji normalitas, (2) uji multikolinearitas, dan (3) uji
heteroskedastisitas, pengujian hipotesis menggunakan uji koefisien determinasi (R2), uji sumultan (uji
F) dan uji parsial (uji t), sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan
regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak variabel kepribadian, kemampuan, dan
motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Outsourcing, secara parsial hanya variabel
kemampuan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan Outsourcing, sedangkan variabel
kepribadian dan motivasi secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan
Outsourcing PT. Catur Karya Sentosa Medan.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didpat berdasarkan hasil dan pembahasan, diketahui bahwa kepribadian sangat
berpengaruh bagi kinerja karyawan. karyawan yang memiliki kepribadian baik, mampu bekerja sama,
suka berteman, tegas, ramah, memiliki toleransi yang tinggi, mampu menerima pendapat serta saran
dari rekan kerja yang lain tentu membawa pengaruh positif bagi kinerja perusahaan serta
lingkungannya. hal ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan berorganisasi.
Merupakan hal yang penting bagi perusahaan atau organisasi untuk mengembangkan kinerja
karyawan melalui nilai dan kepribadian yang dimiliki oleh karyawan perusahaan tersebut. semakin baik
kepribadian yang dimiliki oleh karyawan maka akan semakin baik pula kinerjanya. karyawan atau
anggota organisasi yang memiliki pribadi selalu ingin mencari tahu dan memiliki ambisi yang kuat
cenderung suka melakukan self improvement. Begitu pula dengan karyawan yang memiliki pribadi
terbuka, maka dengan cepat ia akan menerima informasi sehingga perusahaan akan dapat dengan
mudah menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada pada saat tersebut, hal ini dapat meningkatkan
keefektifan dan keefisienan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai