Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Bab 3
INOVASI POLA PIKIR DAN METODE KERJA
3.1 INOVASI POLA PIKIR KEGIATAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN

Inovasi pola pikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN VII dilakukan
dengan pendekatan yang sistemik, hierarkis, dan komprehensif yang lebih menekankan pada
evaluasi keselamatan jalan berbasis laik fungsi jalan dan audit keselamatan jalan. Hal tersebut
didasari dari amanah peraturan perundangan yang menuntut penyediaan infrastruktur jalan
dan lalau lintas yang berkeselamatan, dan kegiatan yang memiliki legalitas terkait dengan
evaluasi keselamatan jalan yaitu laik fungsi jalan dan audit keselamatan jalan. Pendekatan
sistemik dilakukan dengan pertimbangan bahwa pekerjaan evaluasi tersebut dianggap sebuah
sistem yang besar, yang di dalamnya terdapat sub-sub sistem kecil yang saling berurutan dan
berhubungan satu sama lainnya. Sub-sistem yang dimaksud adalah : input, proses, output, dan
outcome. Diagram kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan
BBPJN-VII dapat dilihat dalam Gambar 3.1. Secara garis besar uraian tiap sub-sistem
evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN VII adalah:
(1) Sub-sistem input: sub-sistem input merupakan kegiatan awal dalam studi ini yang terkait
dengan beberapa aspek kegiatan yang menjadi basic penting dalam melaksanakan studi
pada tahap lebih detail selanjutnya. Beberapa komponen kegiatan pada sub-sistem input
secara garis besar, diantaranya: identifikasi dasar hukum dan kata kunci dalam peraturan
perundangan yang menjadi dasar kegiatan evaluasi keselamatan jalan, identifikasi
regulasi teknis yang dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan evaluasi
keselamatan jalan, identifikasi panduan teknis yang dapat menjadi dasar penyusunan
formulir survei pelaksanaan kegiatan kegiatan evaluasi keselamatan jalan, dan
pemahaman secara komprehensif kegiatan kegiatan evaluasi keselamatan jalan.
(2) Sub-sistem proses, lebih fokus pada diskusi dari hasil survai lapangan, antara lain :
(a) Mengidentifikasi lokasi kegiatan evaluasi keselamatan jalan, yang menjadi bahan
diskusi awal dan dilakukan evaluasi lokasi kegiatan secara detai, agar maksud dan
tujuan kegiatan tercapai secara optimal jika dilaksanakan pada lokasi tersebut.
(b) Melakukan penyusunan formulir survei evaluasi keselamatan jalan, yang terdiri dari
2 (dua) jenis formulir survei yaitu (1) formulir survei berbasis uji laik dfungsi jalan
(ULFJ); dan (2) formulir surveri berbasisi Audit Keselamatan Jalan (AKJ).

III - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII

III - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII (lanjutan)

III - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII (lanjutan)

III - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII (lanjutan)

III - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII (lanjutan)

III - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.1. Kerangka berpikir kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN
VII (lanjutan)

III - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(c) Melakukan survei instansional untuk mengumpulkan data teknis dan dokumen
administrasi, data teknis meliputi seperti data kondisi perkerasan jalan, data
perencanaan geometrik jalan, data lokasi blackspot pada ruas yang ditinjau, dan data
perlengkapan jalan, sedangkan data administrasi meliputi dokumen leger jalan,
dokumen kelas jalan, dokumen hasil uji laik fungsi jalan, dokumen penetapan
rambu, dan dokumen lainnya.
(d) Melakukan survei lapangan yang terdiri dari 2 (dua) kategori survei yaitu:
(1) Survei lapangan evaluasi keselamatan jalan berbasis ULFJ;
(2) Survei lapangan evaluasi keselamatan jalan berbasis AKJ.
(e) Kompilasi dan analisis data hasil sruvei lapangan berbasis ULFJ dengan
mengkompilasi data lapangan ke dalam sistem database berbasisi software.
(f) Kompilasi data hasil survei lapangan berbasisi AKJ dengan memetakan kondisi 11
komponen fokus pemeriksaaan seperti kondisi umum, alinemen jalan,
persimpangan, lajur tambahan, lalu lintas tak bermotor, perlintasan KA<
pemberhentian Bus, kondisi penerangan, bahu dan marka jalan, bangunan pelengkap
jalan, dan kondisi permukaan jalan.
(g) Mengidentifikasi problem keselamatan jalan berdasarkan hasil survei berbasis uji
laik fungsi jalan, dan berdasarkan hasil survei berbasisi audit keselamatan jalan.
Problem keselamatan jalan mengacu pada konsep forgiving road yang menekankan
pada self explaining road, self regulating road, dan self enforcing road.
(h) Mengidentifikasi skala tingkat prioritas penanganan problem keselamatan jalan
dengan mempertimbangkan peluang kejadian, dan potensi tingkat keparahan
kejadian.
(i) Melakukan updating berita acara laik fungsi jalan nasional yang beroperasi
berdasarkan hasil evaluasi keselamatan jalan nasional di wilayah kerja BBPJN-VII.
(j) Menyusun rekomendasi penanganan problem keselamatan jalan, dan ranking
prioritas penanganannya.
(3) Sub-sistem output, outcome masing-masing lebih fokus pada diskusi yang terkait
langsung dengan capaian keluaran, sasaran dan manfaat dari kajian evaluasi keselamatan
jalan di Lingkungan BBPJN-VII. Output dari evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan
BBPJN-VII antara lain:

III - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(a) Tersusunnya Laporan Evaluasi Keselamatan Jalan di Lingkungan BBPJN VII yang
meliputi evaluasi terhadap komponen geometrik, perkerasan, ruang bagian jalan,
bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, dan manajemen rekayasa lalu lintas ;
(b) Tersusunnya Hasil Rekomendasi Evaluasi Keselamatan Jalan berbasis Audit
Keselamatan Jalan dan Evaluasi Fungsi Jalan;
(c) Updating Berita Acara Hasil Laik Fungsi Jalan Nasional yang beroperasi
berdasarkan hasil evaluasi keselamatan jalan Nasional di wilayah kerja BBPJN VII.
Jika sasaran output tersebut terutama rekomendasi evaluasi keselamatan jalan, dapat di
ikuti dengan langkah penerapan yang optimal, maka manfaat (outcome) dari kegiatan
evaluasi keselamatan jalan nasional dapat diperoleh outcome (manfaat) yang antara lain:
(a) Terwujudnya jalan nasional di Lingkungan BBPJN VII yang memiliki sertifikat laik
fungsi
(b) Terwujudnya jalan nasional di Lingkungan BBPJN VII yang berkeselamatan
(Forgiving Roads)

3.2 METODE KERJA


Metode tahapan kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN VII disusun
berdasarkan penjabaran dari kerangka berpikir kegiatan yang ditunjukkan dalam Gambar
3.2, yang dibuat dalam 4 (empat) tahapan, sebagai berikut:
(1) Tahapan telaah regulasi, kebijakan, dan literatur terkait, yang meliputi : (a) telaah
regulasi; (b) telaah kebijakan; (c) telaah literatur terkait keselamatan jalan; (d)
perencanaan pelaksanaan evaluasi keselamatan jalan.
(2) Tahapan survei dan kompilasi data, meliputi: (a) kunjungan instansional; (b) survai
lapangan-1 evaluasi keselamatan jalan berbasis ULFJ; (2) survei lapangan-2 evaluasi
keselamatan jalan berbasis AKJ; dan (c) kompilasi data hasil survei.
(3) Tahapan analisis dan evaluasi keselamatan jalan, yang meliputi: (a) analisis tingkat
deviasi pemenuhan standard teknis jalan berdasarkan hasil survei evaluasi keselamatan
jalan berbasis ULFJ; (b) Analisis deskriptif hasil survei evaluasi keselamatan jalan
berbasis AKJ; (c) identifikasi problem keselamatan jalan berdasarkan hasil survei
keselamatan jalan berbasis ULFJ dan AKJ; dan (d) Analisis tingkat prioritas penanganan
problem keselamatan jalan;
(4) Tahapan penyusunan rekomendasi penanganan problem keselamatan jalan dan updating
berita acara uji laik fungsi.

III - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.2. Metode kerja kegiatan evaluasi keselamatan jalan di Lingkungan BBPJN VII

III - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

3.2.1. Tahapan Telaah Regulasi, Kebijakan, dan Literatur terkait


Tahapan telaah regulasi, kebijakan, dan literatur terkait lebih menitik beratkan pada telaah
yang berkaitan peraturan perundang-undangan, norma, standar, pedoman dan kriteria dan
pustaka terkait yang akan disusund an disajikan dalam Laporan RMK, Laporan Pendahuluan,
dan laporan bulanan. Penjelasan masing-masing bagian dari tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Tahapan telaah regulasi terkait kegiatan audit keselamatan jalan mencermati beberapa
regulasi yang antara lain sebagai berikut:
(a) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
(b) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
jalan;
(c) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
(d) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
(e) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,
Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;
(f) Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan;
(g) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
(h) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
(i)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
(j)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2010 tentang tata acara dan
persyaratan laik fungsi jalan;
(k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-bagian jalan;
(l)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT//2011 tentang tata acara
pemeliharaan dan Penilikan Jalan;
(m)Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan
teknis jalan dan Kriteria Perencanaan Jalan.
(n) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
(o) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 67 tahun 2018 tentang Marka Jalan

III - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(p) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 82 tahun 2018 tentang Alat pengendali dan
pengaman pengguna jalan.
(2) Tahapan telaah kebijakan terkait kegiatan audit keselamatan jalan mencermati beberapa
kebijakan pemerintah yang antara lain sebagai berikut:
a. Deklarasi PBB tentang Decade of Action (DOA) for safety road 2011-2020
b. Deklarasi Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) jalan 2011-2035
c. Program zero accident (kecelakaan nihil) 
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga : 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis
Rekayasa Keselamatan Jalan.
(3) Tahapan telaah literatur/pustaka terkait kegiatan audit keselamatan jalan mencermati
beberapa pustaka yang antara lain sebagai berikut:
a. Telaah tata cara audit keselamatan jalan eksisting
b. Telaah tata cara uji laik fungsi jalan eksisting
c. Telaah indikasi lokasi rawan kecelakaan (blackspot)
d. Telaah contoh hasil audit keselamatan jalan
e. Telaah contoh hasil uji laik fungsi jalan nasional.
(4) Tahapan perencanaan pelaksanaan audit keselamatan jalan dengan menitikberatkan
pada beberapa hal yang antara lain sebagai berikut:
a. Telaah kondisi wilayah studi
b. Telaah kondisi ruas jalan yang di evaluasi
c. Penyusunan Formulir Survei-1: Evaluasi Keselamatan jalan berbasis ULFJ,
sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran-1
d. Penyusunan Formulir Survei-2: Evaluasi Keselamatan jalan berbasis AKJ
sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran-2.

A. Audit Keselamatan Jalan pada Jalan Eksisting (Beroperasi)


Audit keselamatan jalan eksisting digunakan pada tahap beroperasinya suatu ruas jalan pada
pada saat awal ruas jalan dioperasikan maupun pada saat jalan telah lama dioperasikan.
Audit keselamatan jalan dalam tahap ini bertujuan untuk memeriksa :
a) konsistensi penerapan standar geometri jalan secara keseluruhan;
b) konsistensi penerapan desain akses/persimpangan;
c) konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan bangunan pelengkap jalan;
d) pengaruh desain jalan yang terimplementasi terhadap lalu-lintas (konflik lalu-lintas);
e) pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap kondisi lalu-lintas;

III - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

f) karakteristik lalu lintas dan pejalan kaki;


g) pengaruh perambuan, marka, dan lansekap terhadap lalu-lintas;
h) kondisi permukaan jalan, dan;
i) kondisi penerangan jalan, dsb.
Pada prinsipnya, audit tahap eksisting hampir sama dengan AKJ Pra Pembukaan : memeriksa
semua persoalan yang berhubungan dengan potensi tabrakan pada jalan eksisting

Audit pada tahap ini bertujuan untuk memeriksa:


a. Konsistensi penerapan standar geometri jalan secara keseluruhan
b. Konsistensi penerapan desain akses/persimpangan
c. Konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan bangunan pelengkap
jalan
d. Pengaruh desain jalan yang terimplementasi terhadap lalu-lintas (konflik lalu-lintas)
e. Pengaruh perkembangan tata guna lahan terhadap kondisi lalu-lintas
f. Kondisi permukaan jalan

g. Kondisi penerangan jalan, dll.

Contoh hasil audit keselamatan jalan tahap operasional sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 3.3 sampai Gambar 3.6.

Temuan IKJ
Tidak ada informasi dari
arah jembatan eksisting
bahwa jalan yang tadinya
2 lajur 1 arah akan
menjadi 2 lajur 2 arah 
potensi tabrakan tinggi

Gambar 3.3. Temuan pada tahap audit keselamatan jalan tahap operasional

III - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Gambar 3.4. Rekomendasi Tim AKJ pada lokasi dengan membuat chevron dan penempatan
rambu lalu-lintas

a Permasalahan KM 42+880 b Rekomendasi KM 42+880

Permasalahan Rekeomedasi Teknis


1. Terdapat persimpangan tiga kurang 1. Pemasangan rambu peringatan
sejarak kurang dari 100 m. persimpangan tiga dengan prioritas.
Permasalahan Rekeomedasi Penanganan Hazard
- -
Sumber: Audit Keselamatan Jalan di Wilayah BBPJN VI
Gambar 3.5. Contoh hasil audit keselamatan jalan beroperasi (1)

III - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Permasalahan KM 42+050
Rekomendasi KM 42+050

Permasalahan Rekeomedasi Teknis


1. Jalur satu arah Jl. Citarum Lama 1. Menempatkan rambu peringatan
memasuki jalur dua arah Jl. persimpangan tiga serong kiri dengan
Nasional 3 (Cianjur-Bandung). prioritas.
2. Marka serong (chevron) pada 2. Menempatkan rambu peringatan
perkerasan jalan di persimpangan perlintasan dua
sudah pudar. arah pada pendekat dari jalur satu arah.
3. Marka garis tengah sedikit hilang 3. Bila perlu, penempatan rambu
pada jalur menuju Bandung. dilarang berjalan terus pada jalur
serong yang memasuki jalan arteri

Permasalahan primer.
Rekeomedasi Penanganan Hazard
1. Terdapat vegetasi tinggi yang 1. Sterilisasi vegetasi yang
berpotensi mengurangi mengganggu tampak rambu.
kewaspadaan pengguna jalan pada
Sumber: Audit Keselamatan Jalan di Wilayah BBPJN VI
Gambar 3.6. Contoh hasil audit keselamatan jalan beroperasi (2)

Secara garis besar, beberapa pokok yang di amati dalam audit keselamatan jalan pada tahap
operasional sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.1.

III - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.1. Contoh hal yang diamati dalam AKJ


Bagian Jalan Hal yang di amati
Penampang Melintang  Lebar lajur jalan
 Lebar bahu jalan
 Bahu jalan di aspal tidak
 Lereng timbunan
 Saluran drainase
Alinyemen horizontal dan  Kecepatan rencana dan kecepatan operasional
vertikal  Tikungan atau lengkung cembung sub standar
 Koordinasi alinyemen horizontal dan vertikal
 Jarak pandang henti dan menyiap
Sisi Jalan  Lereng timbunan tanah – ketinggian dan
kecuraman
 Dinding penahan
 Saluran drainase – bentuk dan posisi
 Ujung dari gorong-gorong
 Pepohonan dan tiang-tiang
 Benda atau sarana lainnya yang berpotensi untuk
membahayakan pengguna jalan
 Clear Zone
Drainase  Drainase dari perkerasan jalan
 Apakah fitur drainase berbahaya?
Rambu dan marka jalan  Tipe rambu yang diusulkan
 Penempatan rambu (secara lateral atau
longitudinal)
 Jarak antar rambu
 Kebenaran dan konsistensi
 Petunjuk, peringatan, dan informasi – apakah
memenuhi tujuan dari rambu tersebut?
 Penyangga rambu – apakah mereka berbahaya?
 Garis tepi
 Garis utuh tengah – apakah garis pembatas
dibutuhkan

III - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.1. Contoh hal yang diamati dalam AKJ


Bagian Jalan Hal yang di amati
 Panah pada perkerasan jalan
Jembatan dan gorong-  Tembok ujung – apakah sudah terlindungi?
gorong  Pagar jembatan/ railling – apakah sudah cukup
kuat dan dirancang dengan benar?
 Pagar pengaman yang dekat dengan jembatan
 Lebar – apakah jalur dan/ atau bahu jalan lebih
sempit dari jembatan?
 Trotoar dan kerb – apa diperlukan
Pagar pengaman  Jenis pagar pengaman – beton, semi fleksibel,
dan fleksibel
 Jarak dari lalu-lintas dan objek berbahaya pinggir
jalan
 Apakah ujungnya aman?
 Apakah sudah cukup panjang?
 Apakah transisi dari jenis pagar pengaman yang
berbeda sudah di rancang dengan baik?
Sarana pejalan kaki  Trotoar – apakah diperlukan?
 Marka penyeberangan jalan
 Ketetapan pada daerah sekolahan (seperti ZOS)
dan sarana umum lainnya
Persimpangan  Apakah prioritas terdefinisi dengan jelas?
 Apakah konflik terminimalisir dan dikelola
(khususnya pada konflik dengan kecepatan
tinggi)?
 Peralatan pengendali lalu-lintas (rambu, lampu
lalu-lintas, dsb)
 Garis pandang
 Jalur untuk lalu-lintas yang memutar
 Sarana untuk pejalan kaki
Sarana lain  Lampu PJU
 Fasilitas keselamatan sepeda motor

III - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Beberapa tahapan pelaksanaan audit keselamatan pada jalan eksisting (tahap operasional)
antara lain sebagai berikut:
(1) Tahap-1 : Persiapan dan pembentukan team audit
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a) pemilik proyek membuat persiapan dan menjelaskan rencana audit serta rencana
pembentukan team audit dengan mengundang orang-orang yang berpengalaman dalam
melakukan audit keselamatan jalan;
b) pemilik proyek membentuk organisasai pelaksana audit;
c) pemilik proyek menentukan / memilih team audit berdasarkan kriteria team audit;
d) pemiliki proyek membuat surat penugasan kepada team audit untuk segera melakukan
perencanaan dan pelaksanaan audit;
e) pemilik proyek membuat surat penugasan kepada team teknis proyek (perencana
proyek) untuk dapat melayani seluruh kebutuhan data dan informasi mengenai proyek.
(2) Tahap-2 : Penyediaan data dan informasi ruas jalan yang akan diaudit
Tahap ini mencakup pengumpulan data dan formulasi masalah :
a) kumpulkan semua data dan informasi berkaitan dengan ruas jalan yang akan diaudit
termasuk peta lokasi dan gambar desain jalan;
b) kumpulkan data informasi lalu lintas bila ada;
c) kumpulkan data dan informasi lokasi kecelakaan bila ada;
d) failkan semua data dan informasi yang telah terkumpul untuk membantu pengecekan
data dan informasi yang telah didapatkan.
(3) Tahap-3 : Diskusi formulasi masalah
a) Review latar-belakang dan masalah proyek;
b) Diskusikan tujuan dari pelaksanaan audit;
c) Tentukan sasaran audit;
d) Lakukan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sasaran yang akan
dicapai.
(4) Tahap-4 : Inspeksi lapangan
Beberapa hal yang dikerjakan dalam tahap ini, antara lain :
a) persiapan inspeksi lapangan;
1) siapkan data, peta lokasi, dan dokumen serta surat-surat penting lainnya;
2) siapkan daftar periksa dan gandakan sesuai kebutuhan;
3) siapkan peralatan survey (alat tulis kantor, kamera foto, kamera-video, alat ukur

III - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

panjang, hand tolly, speed-gun, dsb) yang mungkin diperlukan;


4) siapkan formulir survey sesuai kebutuhan bila diperlukan data yang spesifik.
b) pemeriksaan lapangan menggunakan daftar periksa AKJ;
1) lakukan pemeriksaan lapangan menggunakan daftar periksa AKJ yang telah
disiapkan;
2) gunakan daftar periksa berdasarkan petunjuk penggunaan daftar periksa seperti
berikut :
(a) daftar periksa hanya digunakan sesuai dengan jenis audit keselamatan jalan
yang akan dilakukan;
(b) isilah kolom jawaban dengan jawaban singkat pada kolom Y/T, seperti T
(tidak, tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat/standard), Y (ya, sesuai atau
memenuhi syarat/standard), beri penjelasan singkat bila diperlukan
keterangan tambahan atau dimensi pada kolom KETERANGAN;
(c) bila memerlukan jawaban dalam bentuk ukuran / dimensi, isilah dengan
ukuran seperti yang anda lihat di lapangan;
(d) lakukan pemeriksaan sesuai urutan permasalahan seperti tertera dalam Daftar
periksa.
3) setelah selesai dilakukan, kumpulkan hasil daftar periksa dan filekan.
c) survey lapangan lanjutan :
1) lakukan evaluasi terhadap hasil audit (daftar periksa) dan hasil pemotretan baik
menggunakan kamera video maupun kamera foto;
2) survey lanjutan diperlukan bila terdapat hal-hal yang spesifik seperti kebutuhan
data pejalan kaki dan sepeda, konflik lalu lintas, kecepatan, dsb;
3) lakukan survey lapangan sesuai kebutuhan yang mengacu kepada manual atau
pedoman survey yang standar;
4) pengambilan data cukup 1 (satu hari) dan dilakukan untuk pengambilan sampel
terbatas (misal: pengambilan data lalu lintas pada waktu peak teame atau pada
jam- jam yang diindikasikan sering terjadi kecelakaan lalu lintas, dsb.);
5) kumpulkan semua hasil survey lanjutan dan file kan.
(5) Tahap-5 : Evaluasi dan analisis data
Evaluasi ini mencakup analisis hasil temuan, membuat kesimpulan dan saran. Beberapa hal
yang dilakukan antara lain:
a) analisis hasil penerapan daftar periksa :

III - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

1) periksa satu persatu hasil daftar periksa dan fokuskan kepada hasil pemeriksaan
yang berindikasi jawaban “T” atau “Tidak”;
2) identifikasi bagian-bagian desain jalan yang kurang memenuhi standar;
3) identifikasi bagian-bagian bangunan pelengkap jalan yang kurang memenuhi
persyaratan teknis;
4) identifikasi bagian-bagian fasilitas pendukung jalan yang dianggap
kurang memenuhi persyaratan teknis, dsb.
b) gambar/sketsa jalan :
1) buat sketsa / peta lokasi yang diamati;
2) tuangkan hasil pengukuran ke dalam peta yang dibuat;
3) tandai bagian-bagian yang kurang memenuhi standar (misal: lebar jalan, lebar
bahu yang kurang memadai, dsb)/
c) analisis survey melalui hasil kamera video :
1) identifikasi bagian-bagian desain geometri, bangunan pelengkap jalan, fasilitas
pendukung yang kurang memenuhi persyaratan teknis dari hasil video kamera ke
peta lokasi;
2) identifikasi pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbulkan konflik lalu
lintas;
3) identifikasi pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbuklan konflik lalu
lintas dengan pejalan kaki;
4) identifikasi pada peta bagian-bagian jalan, bangunan pelengkap, dan fasilitas jalan
yang mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;
5) identifikasi pada peta bangunan-bangunan atau aktivitas samping jalan yang
mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;
6) identifikasi pada peta bagian-bagian jalan yang mengalami kerusakan;
7) identifikasi pada peta perambuan-perambuan yang dianggap kurang tepat;
8) identifikasi pada peta marka jalan yang kurang sempurna;
9) identifikasi pada peta pergerakan penyeberangan pejalan kaki;
10) identifikasi jenis tata guna lahan yang berkembang di sekitar jalan;
11) identifikasi pada peta lokasi-lokasi kecelakaan (bila data tersedia), dsb.
d) analisis hasil survey lapangan (bila diperlukan) :
1) hitung volume lalu lintas dan komposisi kendaraan yang melewati titik
pengamatan;

III - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

2) hitung rata-rata kecepatan setempat pada lokasi yang diamati;


3) tentukan titik dan tingkat konflik dari survey konflik yang dilakukan;
4) hitung rata-rata pergerakan pejalan kaki pada lokasi yang diamati (jika survey
dilakukan);
5) perkirakan tingkat pertumbuhan lalu lintas ke depan, dsb.
e) hasil temuan dan saran perbaikan.
Beberapa hal yang dilakukan dalam bagian ini adalah :
1) susun hasil temuan pada tabel yang dilengkapi dengan gambar atau hasil
pemotretan dan siapkan kolom untuk saran penanganan dan acuan (NSPM) yang
diacu,
2) identifikasi saran penanganan berdasarkan NSPM serta prinsip-
prinsip keselamatan,
3) identifikasi desain teknis dari penanganan yang diusulkan yang mengacu kepada
NSPM serta manual-manual lainnya,
4) lengkapi kolom saran penanganan dengan acuan nspm yang sesuai,
5) tuangkan usulan penanganan tersebut dalam sebuah sketsa dalam beberapa
alternatif penanganan.
(6) Tahap-6 : Penyusunan laporan
a) Susun laporan audit berdasarkan hasil temuan, kesimpulan, dan saran;
b) Sistematika laporan dibuat seperti berikut :
1) judul proyek;
2) latar belakang proyek;
3) permasalahan (mengapa diperlukan audit);
4) tujuan dan sasaran audit;
5) organisasi team audit dan deskripsi tugas anggota team audit;
6) hasil temuan audit :
(a) daftar temuan audit;
(b) data-data hasil survey lapangan;
(c) foto-foto lapangan;
7) kesimpulan dan saran;
8) lampiran, antara lain:
(a) peta eksisting jalan;
(b) sketsa usulan perbaikan;

III - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(c) daftar periksa dari hasil audit yang dilakukan;


(d) fomulir-formulir survey lainnya;
(e) dokumentasi pelaksanaan audit.
c) laporan hasil audit harus ditanda tangani oleh ketua team, dan laporan diserahkan
kepada pemilik proyek yang disertai dengan berita acara penyerahan laporan.
(7) Tahap-7 : Pemaparan hasil audit
a) Hasil laporan audit sementara diserahkan sebelum pemaparan;
b) Pemaparan hasil audit dilakukan di depan team audit, team perencana proyek, dan
pemilik proyek;
c) Pemaparan dilanjutkan dengan diskusi berkaitan dengan hasil-hasil temuan serta
usulan-usulan dari peserta diskusi;
d) Perbaikan atas laporan audit dimungkinkan selama tidak bertentangan dengan hasil
temuan audit;
e) Laporan akhir hasil audit diserahkan paling lama tiga hari setelah pemaparan hasil
audit kepada pemilik proyek.
(8) Tahap-8 : Tindak lanjut
Hingga tahap ini proses kegiatan audit yang dilakukan oleh team audit dianggap selesai,
kecuali bilamana dalam proses redesain serta pengimplementasiannya pemilik proyek
mengganggap masih memerlukan pengawasan dari team audit yang sifatnya konsultasi.
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a) pemilik proyek menyerahkan hasil-hasil temuan audit dalam berupa laporan audit
kepada team perencana;
b) team perencana ditugaskan untuk menindak-lanjuti hasil-hasil temuan
dengan mengapresiasi hasil temuan tersebut ke dalam desain;
c) bila hasil re-desain (bila dianggap perlu redesain) dianggap sudah memenuhi standar
berdasarkan NSPM dan manual yang ada;
d) hasil re-desain tersebut dapat diimplementasikan setelah mendapat pengesahan dari
team audit.

B. Uji Laik Fungsi Jalan menuju Jalan Berkeselamatan

Laik Fungsi Jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan
untuk memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administrasi yang

III - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan
tersebut dapat dioperasikan untuk umum.
(1) Persyaratan teknis laik fungsi jalan
Persyaratan teknis laik fungsi jalan meliputi:
(a) teknis geometrik jalan;
(b) teknis struktur perkerasan jalan;
(c) teknis struktur bangunan pelengkap jalan;
(d) teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan;
(e) teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu-lintas meliputi pemenuhan
terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas yang mewujudkan
petunjuk, perintah, dan larangan dalam berlalu-lintas; dan
(f) teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis konstruksi
alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas; seluruhnya mengacu kepada ketentuan
persyaratan teknis jalan yang berlaku.

Bangunan pelengkap jalan merupakan bangunan untuk mendukung fungsi dan keamanan
konstruksi jalan yang meliputi : jembatan, terowongan, ponton, lintas atas (flyover, elevated
road), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran
tepi jalan dibangun sesuai dengan persyaratan teknis.

Perlengkapan jalan merupakan sarana yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan,


ketertiban, dan kelancaran lalu-lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu-
lintas yang meliputi marka jalan, rambu lalu-lintas, alat pemberi isyarat lalu-lintas, lampu
penerangan jalan, rel pengaman (guardrail), dan penghalang lalu-lintas (traffic barrier).
Dalam kondisi yang tidak mungkin terhindarkan, baik untuk seluruh maupun untuk sebagian
ruas jalan, dapat dilakukan penurunan persyaratan teknis jalan kepada tingkat yang masih
memenuhi persyaratan keselamatan. Oleh karenanya perlu penambahan perlengkapan
keselamatan jalan untuk mengatur lalu lintas agar pengguna jalan tetap mendapatkan
perlindungan. Penurunan persyaratan teknis tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari
Tim Uji Laik Fungsi Jalan dan izin dari penyelenggara jalan. Pelaksanaan uji meliputi
pemeriksaan fisik jalan, yaitu menguji pemenuhan persyaratan teknis laik fungsi jalan pada
suatu ruas jalan.

(2) Persyaratan administrasi laik fungsi jalan

III - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Persyaratan administrasi laik fungsi jalan meliputi pemenuhan kelengkapan dokumen-


dokumen jalan, yang terdiri atas:
(a) dokumen penetapan petunjuk, perintah, dan larangan dalam pengaturan lalu-lintas bagi
semua perlengkapan jalan;
(b) dokumen penetapan status jalan;
(c) dokumen penetapan kelas jalan;
(d) dokumen penetapan kepemilikan tanah;
(e) dokumen penetapan leger jalan; dan
(f) dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Ruas jalan yang pembangunannya tidak memerlukan AMDAL, dapat dipakai dokumen
lingkungan yang lain seperti Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), serta pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Pelaksanaan uji meliputi pemeriksaan dokumen
penyelenggaraan jalan.

(3) Kategori laik fungsi jalan

Kelaikan fungsi suatu ruas jalan dapat dinyatakan oleh 1 (satu) dari 3 (tiga) kategori, yaitu
laik fungsi, laik fungsi bersyarat, dan tidak laik fungsi.

Kategori laik fungsi adalah kondisi suatu ruas jalan, baik jalan baru maupun jalan yang sudah
dioperasikan, yang memenuhi semua persyaratan teknis dan memiliki semua persyaratan
administrasi sehingga laik untuk dioperasikan kepada umum. Kategori laik fungsi tersebut
berlaku sampai suatu keadaan dimana jalan tersebut dipandang perlu untuk dievaluasi
kembali, namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Evaluasi kembali suatu ruas jalan yang
berkategori laik fungsi sebelum 10 (sepuluh) tahun, dapat dilakukan atas inisiatif
penyelenggara jalan atau usulan pihak kepolisian atau usulan pihak penyelenggara lalu-lintas
dan angkutan jalan.

Kategori laik fungsi bersyarat adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi sebagian
persyaratan teknis laik fungsi jalan tetapi masih mampu memberikan keselamatan bagi
pengguna jalan dan/atau memiliki paling tidak dokumen penetapan status jalan. Kategori laik
fungsi bersyarat pada jalan baru, dapat dinyatakan bahwa ruas jalan tersebut laik untuk
dioperasikan kepada umum setelah dilakukan perbaikan teknis dalam waktu sesuai
rekomendasi dari tim uji laik fungsi jalan. Kategori laik fungsi bersyarat pada jalan yang
sudah dioperasikan, dapat dinyatakan bahwa ruas jalan tersebut laik untuk dioperasikan

III - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

kepada umum bersamaan dengan perbaikan teknis dalam waktu sesuai rekomendasi dari tim
uji laik fungsi jalan.

Kategori tidak laik fungsi adalah kondisi suatu ruas jalan yang sebagian komponen jalannya
tidak memenuhi persyaratan teknis sehingga ruas jalan tersebut tidak mampu memberikan
keselamatan bagi pengguna jalan, dan/atau tidak memiliki dokumen jalan sama sekali. Ruas
jalan yang berkategori tidak laik fungsi dilarang dioperasikan untuk umum. Ketidak-laikan
fungsi suatu ruas jalan berlaku sampai jalan tersebut diperbaiki dan dievaluasi kembali
kelaikannya.

(4) Tim uji laik fungsi jalan

Tim uji laik fungsi jalan terdiri dari: seorang ketua merangkap anggota; seorang sekretaris
merangkap anggota, dan paling sedikit 3 (tiga) anggota. Ketua tim berasal dari unsur
penyelenggara jalan. Sekretaris dan anggota tim berasal dari unsur penyelenggara jalan, unsur
penyelenggara lalu-lintas dan angkutan jalan, dan unsur kepolisian.

Seluruh anggota tim uji laik fungsi jalan termasuk ketua dan sekretaris, tidak boleh diangkat
dari unsur yang terlibat langsung dengan ruas jalan yang menjadi kewenangannya baik secara
teknis maupun administrasi.

Tim uji laik fungsi jalan terdiri dari para ahli jalan yang meliputi disiplin keilmuan: teknik
jalan, geoteknik jalan, teknik jembatan, teknik lalu-lintas/transportasi dan lingkungan jalan;
dan administrasi teknik jalan.

Dalam hal anggota Tim ahli jalan sulit untuk dipenuhi sebagaimana dipersyaratkan, maka
penyelenggara jalan dapat mengangkat tenaga ahli dari unsur-unsur lembaga penelitian jalan,
perguruan tinggi, asosiasi ahli jalan, dan/atau unsur lain yang memenuhi kriteria keahlian.

(5) Tugas dan fungsi tim uji laik fungsi jalan

Tugas dan fungsi tim uji laik fungsi Jalan, adalah :


(1) melaksanakan uji laik fungsi jalan berdasarkan : (a) surat pengangkatan tim uji laik
fungsi jalan; (b) surat perintah pengujian yang menetapkan ruas-ruas jalan yang harus
diuji; (c) waktu pelaksanaan; dan (d) biaya pelaksanaan uji laik fungsi jalan yang
ditetapkan oleh penyelenggara jalan;
(2) melaksanakan uji dan evaluasi laik fungsi jalan pada ruas-ruas jalan sesuai surat perintah
pengujian dari penyelenggara jalan;

III - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(3) menyusun berita acara hasil uji dan evaluasi laik fungsi jalan yang berisi rekomendasi
kelaikan dan upaya perbaikan yang harus dilakukan, dengan menggunakan format yang
disepakati; dan
(4) melaporkan berita acara uji dan evaluasi laik fungsi jalan kepada penyelenggara jalan.

Semua informasi baik yang diberikan kepada tim uji laik fungsi jalan maupun yang
dikumpulkan oleh tim uji laik fungsi jalan adalah bersifat rahasia dan milik penyelenggara
jalan.

(6) Prosedur pelaksanaan uji laik fungsi jalan

Prosedur pelaksanaan uji laik fungsi jalan mengikuti alur tugas sebagai berikut:
(1) tim uji laik fungsi jalan ditetapkan melalui surat keputusan penyelenggara jalan;
(2) tim uji laik fungsi jalan mendapat tugas melalui surat perintah pengujian untuk
melakukan uji dan evaluasi kelaikan fungsi jalan pada ruas-ruas jalan tertentu;
(3) tim uji laik fungsi jalan menyusun rencana pelaksanaan yang meliputi waktu pelaksanaan
dan biaya serta peralatan yang diperlukan dan mengusulkan kepada penyelenggara jalan;
(4) rencana pelaksanaan uji laik fungsi jalan harus disetujui oleh penyelenggara jalan untuk
dilaksanakan;
(5) tim uji laik fungsi jalan melakukan uji laik fungsi jalan pada ruas-ruas jalan yang telah
ditetapkan sesuai rencana pelaksanaan menggunakan formulir survai uji laik fungsi jalan
yang disepakati;
(6) tim uji laik fungsi jalan mengevaluasi hasil pengujian untuk menetapkan rekomendasi
status kelaikan fungsi dan upaya-upaya yang harus dilakukan;
(7) tim uji laik fungsi jalan menyusun berita acara evaluasi laik fungsi jalan menggunakan
formulir berita acara evaluasi laik fungsi jalan yang disepakati;
(8) tim uji laik fungsi jalan melaporkan berita acara evaluasi laik fungsi jalan kepada
penyelenggara jalan; dan
(9) penyelenggara jalan, berdasarkan rekomendasi tim uji laik fungsi jalan, menerbitkan
sertifikat status kelaikan fungsi suatu ruas jalan.

Sertifikat laik fungsi jalan adalah dokumen tertulis mengenai status kelaikan fungsi suatu ruas
jalan, diberikan oleh penyelenggara jalan sesuai dengan status jalannya.

(7) Kelengkapan tim uji laik fungsi jalan

III - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Untuk melengkapi legalitas pekerjaan pada suatu ruas jalan yang dievaluasi kelaikannya, tim
uji laik fungsi jalan dilengkapi dengan dokumen teknis jalan yang disediakan oleh
penyelenggara jalan, antara lain meliputi:
(a) Detailed Engineering Design (DED);
(b) Gambar teknis terbangun (as built drawing);
(c) Dokumen penerimaan pekerjaan DED; dan
(d) Dokumen lain yang sesuai dan tersedia.

(8) Tata cara uji dan penetapan laik fungsi jalan nasional

Tata cara uji dan penetapan laik fungsi jalan nasional dilakukan dengan urutan kegiatan
sebagai berikut:
(a) Menteri Pekerjaan Umum menyelenggarakan evaluasi laik fungsi jalan nasional.
(b) Setiap ruas jalan nasional harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi laik
fungsi jalan, serta mengupayakan pemenuhan kelaikan fungsi sesuai kategori laik fungsi
yang diberlakukan.
(c) Menteri mengangkat tim uji laik fungsi jalan nasional dengan memperhatikan
persyaratan yang diberlakukan.
(d) Ruas jalan nasional yang akan dievaluasi, dipersiapkan dan diusulkan oleh unit pelaksana
teknis yang mengelola langsung jalan nasional yang bersangkutan, kepada Menteri, pada
awal setiap tahun anggaran.
(e) Tim uji laik fungsi jalan nasional mengevaluasi ruas jalan nasional sesuai tugas dan
fungsi serta mengikuti prosedur pelaksanaan yang berlaku.
(f) Kelaikan fungsi ruas jalan nasional ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan
menerbitkan sertifikat laik fungsi jalan, berdasarkan berita acara evaluasi laik fungsi
jalan.

(9) Persiapan Survei dan Kendala Pelaksanaan Survei ULFJ


Persiapan pelaksanaan survei ULFJ dimulai dengan menyiapkan formuir survei dan
menyusun jadwal pelaksanaan survei. Persiapan survei selanjutnya yaitu mengumpulkan data
koordinat dan informasi titik awal dan titik akhir ruas, serta informasi mengenai kondisi dan
situasi ruas jalan. Data yang diperoleh terkait informasi titik awal dan titik akhir ruas berupa
Km Post. Beberapa peralatan yang disiapkan sebelum pelaksanaan survei antara lain:

III - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(a) Baju Rompi Survei


(b) Kamera
(c) Handycam/Video recorder
(d) GPS
(e) Baterai Kamera
(f) Meteran
(g) Kendaraan mobil
(h) Fotokopi formulir survei
(i) Papan alas tulis
(j) Alat tulis
(k) Sepatu survei, dan lain-lain.

Contoh hasil updating penyusunan berita acara hasil evaluasi laik fungsi jalan nasional
sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Contoh hasil updating berita acara evaluasi laik fungsi jalan nasional
(Sumber: Hasil Evaluasi ULFJ Ruas Usiran-Tanjung Batu, BBPJN-XII, 2017)

BERITA ACARA EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL


PENYELENGGARA
: Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) – XII
JALAN
PANJANG
56,2 KM
NAMA RUAS
USIRAN – TANJUNG BATU
RUAS KM 0+000 - KM
KM – KM
56+200
NOMOR
(034) 037 Dari Kota BALIKPAPAN
RUAS
KLASIFIKASI JALAN
SISTEM KELAS
KELAS MEDAN
JARINGA STATUS FUNGSI PENGGUN
PRASARANA JALAN
N AAN
 PRIME  NASION  ARTERI  JALAN  KELAS I
R AL  KOLEKT BEBAS  KELAS II  DATAR
 PROVIN OR HAMBATAN  KELAS  BUKIT
 SEKUN SI  LOKAL (JBH) III  GUNUN
DER  KABUPA  LINGKU  JALAN  KELAS G
TEN NGAN RAYA (JR) Khusus
 KOTA  JALAN
 Desa SEDANG (JS)
 JALAN
KECIL (JK)

III - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Kecepatan maksimal yang diizinkan : 60 km/jam

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan pemenuh
Hasil Evaluasi
an
smp/h Tekn
Adm rekomend
r is
asi
(1) Perbaikan teknis geometrik 2020
jalan agar sesuai panduan
teknis ULFJ Ditjen Bina
Marga, meliputi :
 Pelebaran lajur jalan dari
3,0 m menjadi 3,5 m
sepanajng segmen ini dari
KM 0+00 - KM 17+800
agar sesuai dengan Permen
PU 19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ
KM Ditjen Bina Marga.Perlu
0+000 - pembebasan lahan dengan
1 KM 991 LS LS dukungan Pemerintah
17+800 Kabupaten Berau.
 Pembuatan selokan pada
segmen ini sepanjang KM
0+00 - KM 17+800 agar
sesuai Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
Panduan Teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
Perlu pembebasan lahan
dengan dukungan Pemerintah
Kabupaten Berau.

(2) Tidak ada rekomendasi


perbaikan perkerasan jalan. 2020

(3) Struktur bangunan pelengkap


jalan agar sesuai panduan
teknis ULFJ Ditjen Bina
Marga, meliputi :
 Perlu fasilitas pemeliharaan
jembatan pada KM 16+200
agar sesuai Permen PU
13/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ

III - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
Ditjen Bina Marga.
 Pelebaran jalur lalu lintas
dari 6,0 m menjadi 7,0 m
pada KM 16+200 agar
sesuai Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pelebaran jalur pejalan kaki
dari 0,0 m menjadi 1,0 m
pada KM 16+200 agar
sesuai dengan Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pembuatan tempat parkir di
titik-titik KM yang
memerlukan sepanjang
segmen ini dari KM
28+715 – KM 30+400 agar
sesuai Permen PU
19/PRT/M/ 2011 dan
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pembuatan saluran tepi
jalan pada sisi kanan dan
kiri sepanjang segmen ini
dari KM 0+00 - KM
17+800 agar sesuai dengan
Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ
DItjen Bina Marga.

(4) Pelebaran ruang bagian-bagian 2024


jalan agar sesuai Permen PU
19/PRT/M/ 2011 dan Permen
PU 20/PRT/M/ 2010,
meliputi : .
 Pelebaran Rumaja dari 10,0
m menjadi 13,0 m
sepanjang segmen ini dari
KM 0+00 - KM 17+800
agar sesuai Permen PU

III - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pelebaran Rumija dari 12,0
menjadi 15,0 m sepanjang
segmen ini dari KM 0+00 -
KM 17+800, agar sesuai
Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
panduan teknis Ditjen Bina
Marga.
 Pengawasan batas ruwasja
dari 12,0 m menjadi 15,0 m
pada sisi kanan dan kiri
sepanjang segmen ini dari
KM 0+00 - KM 17+800,
agar sesuai Permen PU
19/PRT/M/2011 dan
Panduan teknis Ditjen Bina
Marga
Pengendalian pemanfaatan
ruang bagian jalan oleh
Pemerintah Kab Berau
bekerjasama dengan
Kepolisian Resor Berau dan
Kepolisian Daerah Kalimantan
Timur.
1 KM 991 LS LS (5) Perbaikan manajemen dan 2020
0+000 - rekayasa lalulintas agar sesuai
KM panduan teknis ULFJ Ditjen
17+800 Bina Marga, meliputi :
 Pemasangan dan
pemeliharaan rambu
larangan (khususnya
larangan parkir, larangan
stop, dan batas kecepatan)
pada titi-titik KM yang
memerlukan sepanjang
segmen ini dari KM 0+00 -
KM 17+800 agar sesuai
Permenhub 13/2014, agar
sesuai Permen PU
19/PRT/M/2011 dan

III - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
Panduan teknis Ditjen Bina
Marga.
Perlu sosialisasi rambu
keselamatan dengan dukungan
Pemerintah Kab Berau dan
Kepolisian Resor Berau dan
Kepolisian Daerah Kalimantan
Timur.

(6) Pembuatan dan pemasangan 2020


perlengkapan keselamatan
jalan yang terkait langsung
dengan pengguna agar sesuai
panduan teknis ULFJ Ditjen
Bina Marga, meliputi :
 Pemeliharaan rambu
peringatan dan rambu
perintah pada titik-titik KM
yang memerlukan
sepanjang segmen ini dari
KM 28+715 – KM 30+400
agar sesuai Permenhub
13/2014 dan Permen PU
13/ PRT/M/2011 dan
panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pembuatan tempat parkir,
tempat pemberhentian
bus/angkot beserta
markanya di luar Rumija
pada titik-titik KM yang
memerlukan sepanjang
segmen ini dari KM 0+00 -
KM 17+800 agar sesuai
Permen 19/PRT/M/ 2011
dan Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
Perlu sosialisasi perlengkapan
keselamatan jalan yang terkait
langsung dengan pengguna,
perlu dukungan Pemerintah
Kabupaten Berau dan
Kepolisian Resor Berau dan

III - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
Kepolisian Daerah Kalimantan
Timur.

1 KM 991 LS LS (7) Pembuatan dan pemasangan 2017


0+000 - perlengkapan jalan yang tidak
KM terkait langsung dengan
17+800 pengguna agar sesuai panduan
teknis ULFJ Ditjen Bina
Marga, meliputi :
 Pemasangan patok
pengarah pada sisi kanan
dan kiri khusus bagian
tikungan yang memelukan
sepanjang segmen ini dari
KM 28+715 – KM 30+400,
agar sesuai panduan teknis
ULFJ Ditjen Bina Marga.
 Pemasangan patok
kilometer pada sisi kanan
dan kiri sepanjang segmen
ini dari KM 0+00 - KM
17+800 agar sesuai
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pemasangan patok
hektometer pada sisi kanan
dan kiri sepanjang segmen
ini dari KM 0+00 - KM
17+800 agar sesuai
Panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pemasangan patok batas
rumija pada sisi kanan dan
kiri sepanjang segmen ini
dari KM 0+00 - KM
17+800 , agar sesuai
panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.
 Pemasangan patok batas
seksi pada sisi kanan dan
kiri sepanjang segmen ini
dari KM 0+00 - KM
17+800 agar sesuai

III - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
panduan teknis ULFJ
Ditjen Bina Marga.

Perlu sosialisasi perlengkapan


keselamatan jalan yang tidak
terkait langsung dengan
pengguna, perlu dukungan
Pemerintah Kabupaten Berau
dan Kepolisian Resor Berau
dan Kepolisian Daerah
Kalimantan Timur.

(8) Pemeliharaan rutin terhadap Setiap


fasilitas dalam Rumaja dan tahun
Rumija berdasarkan Permen
PU 13/PRT/M/ 2011,
meliputi:
 Perkerasan jalan
 Bahu jalan.
 Selokan samping.
 Marka.
 Rambu-rambu lalu lintas.
 Trotoar.
 Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas (APILL).
 Lampu penerangan jalan.
 Patok hektometer.
(9) Pembuatan kelengkapan dan 2020
legalitas dokumen
administrasi jalan berdasarkan
Permen PU 11/PRT/M/2010,
meliputi :
 Dokumen kepemilikan
tanah rumija jalan disertai
legalitasnya.
 Dokumen penetapan
petunjuk, perintah dan
larangan disertai
legalitasnya.
 Dokumen lingkungan
(AMDAL, UKL-UPL,
SPPL) disertai legalitasnya.
 Dokumen leger jalan
disertai legalitasnya.

III - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Nomor Status Batas


KM -
segme LHRt laik fungsi waktu
KM
n jalan jalan Hasil Evaluasi pemenuh
smp/h Tekn an
Adm
r is rekomend
asi
Detail rekomendasi dapat dilihat pada lampiran
hasil dan analisis uji laik fungsi jalan segmen –
1

III - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

3.2.2. Tahapan Survei dan Kompilasi Data

Tahapan survei dan kompilasi data terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Survei
Instansional; (2) survei lapangan berbasis ULFJ; (3) survei lapangan berbasis audit
keselamatan jalan; dan (4) kompilasi data hasil survei. Ke-empat kegiatan tersebut akan
disusun dan disajikan dalam laporan antara dan laporan bulanan. Beberapa uraian kegiatan
pada tahapan survei dan kompilasi data antara lain sebagai berikut:
(1) Tahapan survei instansional untuk mengumpulkan data teknis sekunder dan dokumen
terkait evaluasi keselamatan jalan. Data teknis yang diperlukan untuk mendukung
evaluasi keselamatan jalan antara lain:
(a) Kondisi perkerasan jalan
(b) Data kondisi geometrik (lebar lajur, bahu, drain, Rumija, dll)
(c) Data lokasi Blackspot
(d) Data perlengkapan jalan
Dokumen yang diperlukan terkait evaluasi keselamatan jalan antara lain:
(a) Dokumen Leger Jalan
(b) Dokumen Legalitas penetapan rambu lalu lintas
(c) Dokumen Berita acara hasil ULFJ
(d) Dokumen perencanaan geometrik jalan
(2) Tahapan survei lapangan-1 yang berbasis uji laik fungsi jalan (ULFJ) dengan
menitikberatkan pada beberapa fokus pengujian/fokus survei yaitu:
(a) Kondisi geometrik jalan
(b) Kondisi permukaan jalan
(c) Kondisi bangunan pelengkap jalan
(d) Kondisi pemanfaatan ruang bagian jalan
(e) Kondisi manajemen dan rekayasa lalu lintas
(f) Kondisi perlengkapan jalan terkait langsung dengan pengguna jalan; dan
(g) Kondisi perlengkapan jalan yang tidak terkait lgsung dengan pengguna jalan
(3) Tahapan survei lapangan-2 yang berbasis audit keselamatan jalan (AKJ) dengan
menitikberatkan pada beberapa fokus pemeriksaan/audit yaitu:
(a) Kondisi Umum ruas jalan
(b) Alinemen Jalan
(c) Persimpangan
(d) Lajur tambahan/lajur putar arah

III - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

(e) Lalu lintas tak bermotor


(f) Perlintasan KA
(g) Pemberhentian Bus
(h) Kondisi Penerangan
(i) Bahu dan Marka Jalan
(j) Bangunan Pelengkap Jalan
(k) Kondisi Permukaan Jalan
(4) Tahapan kompilasi data hasil survei yaitu melakukan penataan, pengaturan dan
penyusunan data yang diperoleh dalam bentuk laporan tertulis. Beberapa kegiatan
dalam kompilasi data hasil survei antara lain sebagai berikut:
(a) Kompilasi data teknis hasil survei instansional
(b) Telaah dokumen hasil survei instansional
(c) Kompilasi data hasil survei lapangan-1 yang berbasisi ULFJ ke dalam bentuk
database berbasis software ULFJ
(d) Kompilasi data hasil survei lapangan-2 yang berbasisi AKJ

3.2.3. Tahapan Analisis dan Evaluasi Keselamatan Jalan


Tahapan analisis dan evaluasi keselamatan jalan terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu: (1)
analisis tingkat pemenuhan standard teknis (deviasi); (2) analisis deskriptif uraian hazard
berdasarkan hasil survei berbasis audit keselamatan jalan; (3)identifikasi problem
keselamatan jalan; dan (4) analisis tingkat prioritas penanganan problem keselamatan jalan.
Ke-empat kegiatan tersebut akan disusun dan disajikan dalam laporan draft final dan laporan
teknis. Beberapa uraian kegiatan pada tahapan analisis dan evaluasi keselamatan jalan
antara lain sebagai berikut:
(1) Tahapan analisis tingkat pemenuhan standard teknis fokus pada perhitungan nilai
deviasi tiap komponen fokus pengujian yang diperoleh dari perbandingan hasil ukur
lapangan dan standard teknis. Analisis deviasi tingkat pemenuhan standard teknis
dilakukan pada beberapa komponen hasil survei berbasis ULFJ yang antara lain:
(2) Tahapan analisis deskriptif uraian hazard berdasarkan hasil survei berbasisi audit
keselamatan jalan, yang dilakukan pada beberapa komponen fokus pemeriksaan antara
lain:
(3) Tahapan identifikasi problem keselamatan jalan dilakukan berdasarkan hasil analisis
tingkat pemenuhan standard teknis (deviasi) komponen fokus pengujian berdasarkan

III - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

hasil survei berbasisi ULFJ, dan berdasarkan hasil analisis deskriptif uraian hazard pada
komponen fokus pemeriksaan. Pemetaan dalam identifikasi problem keselamatan jalan
dapat diuraikan sebagai berikut:
(4) Tahapan analisis tingkat prioritas penanganan problem keselamatan jalan, dilakukan
untuk menetapkan ranking prioritas penanganan problem keselamatan jalan. Proses
analisis mempertimbangkan kombinasi antara tingkat peluang kejadian kecelakaan, dan
potensi tingkat keparahan kejadian kecelakaan akibat problem keselamatan jalan.
Pemetaan tingkat peluang kejadian kecelakaan akibat problem keselamatan jalan
dilakukan dengan analisis konversi nilai kualitatif menjadi kuantitatif yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
(a) Skor 1 Sangat Jarang (SJ) : Kurang dari 3 kali dalam 1 tahun
(b) Skor 2 Jarang (J) : 3-6 Kali dalam 1 tahun
(c) Skor 3 Kadang-Kadang (K) : 6-11 Kali dalam 1 tahun
(d) Skor 4 Sering (S) : 12-24 Kali dalam 1 tahun
(e) Skor 5 Sangat Sering (SS) : Lebih dari 24 kali dalam 1 tahun

Pemetaan potensi tingkat keparahan kejadian akibat problem keselamatan jalan


dilakukan dengan analisis konversi nilai kualitatif menjadi kuantitatif yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
C(a) Skor 1o n Ringant : Tidak ada
Sangat o cedera,h kerugian biaya rendah,
h a
kendaraan s i
rusak ringan
(b) Skor 2 Ringan : Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K), kendaraan rusak
ringan.
(c) Skor 3 Sedang : Menyebabkan cidera yang memerlukan perawatan medis ke
rumah sakit, kendaraan rusak sedang
(d) Skor 4 Berat : Menyebabkan cidera yang menyebabkan cacatnya angota
tubuh permanen, kendaraan rusak berat
(e) Skor 5 Fatal : Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih, kendaraan rusak
berat
Tabel 3.3.

3.2.4. Tahapan Penyusunan Rekomendasi Penanganan Problem Keselamatan Jalan


dan Updating Berita Acara ULFJ
Hasil penyusunan rekomendasi penanganan problem keselamatan jalan dan updating berita
acara ULFJ akan disusun dan disajikan dalam Laporan Akhir dan Executive summary. Secara

III - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

garis besar rekomendasi penanganan problem keselamatan jalan fokus pada beberapa hal
sebagai berikut:
(1) Rekomendasi perbaikan geometrik dan alinyemen jalan
(2) Rekomendasi perbaikan kondisi permukaan jalan
(3) Rekomendasi perbaikan bangunan pelengkap jalan
(4) Rekomendasi perbaikan manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta perlengkapan jalan

Secara garis besar updating berita acara ULFJ pada beberapa hal sebagai berikut:
(1) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Geometrik jalan
(2) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Kondisi permukaan/perkerasan jalan
(3) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Kondisi bangunan pelengkap jalan
(4) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Kondisi pemanfaatan ruang bagian jalan
(5) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Kondisi manajemen dan rekayasa lalu lintas
(6) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen Kondisi perlengkapan jalan terkait langsung dengan pengguna jalan
(7) Updating status kelaikan, rekomendasi dan usulan tahun penanganan terkait
komponen tidak terkait langsung pengguna jalan.

III - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.3. Contoh analisis ranking prioritas tiap problem keselamatan jalan (Sumber: Hasil AKJ di Lingkungan BBPJN-VII:Ruas Duwet-GIriwoyo, 2018)
Uraian Hazard Kemungkinan Kejadian Tk. Raning
No Lokasi Rekomendasi
Kecelakaan Bhy*) Prioritas **)
1. KM Tidak terdapat rambu larangan (1) Karena titik lokasi 1 x 2 Memasang rambu larangan berhenti  Total skor: 2
77+200 berhenti atau rambu petunjuk lokasi berdekatan dengan Rendah atau larangan parkir pada daerah 100  Ranking ke-5
(Arah fasilitas parkir pasar, sangat mungkin meter sebelum persimpangan
Giriwoyo) akan banyak
kendaraan yang
terparkir di pinggir
jalan (baik di bahu
jalan ataupun di
badan jalan) sehingga
berpotensi
mengganggu
kelancaran lalu lintas.
(2) Ada kemungkinan
terjadi konflik antara
kendaraan yang
keluar dari daerah
parkir dengan
kendaraan pada lalu
lintas utama
2. KM Pemasangan rel pengaman tidak (1) Dalam situasi dimana 1 x 5 (1) Pemasangan rel pengaman  Total skor: 5
77+500 sesuai dengan prinsip keselamatan: kendaraan yang Sedang sebaiknya menerus dengan pagar  Ranking ke-3
(Jembatan (1) Ujung rel pengaman tidak hilang kendali beton jembatan. Bagian rel
Sasem) menerus dengan pagar beton membentur bagian rel pengaman yang menempel pada
jembatan pengaman yang dekat pagar beton jembatan minimal
dengan jembatan, sepanjang 100 cm.
maka kendaraan akan
membentur pagar
beton jembatan.

III - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.3. Contoh analisis ranking prioritas tiap problem keselamatan jalan (Sumber: Hasil AKJ di Lingkungan BBPJN-VII:Ruas Duwet-GIriwoyo, 2018)
Uraian Hazard Kemungkinan Kejadian Tk. Raning
No Lokasi Rekomendasi
Kecelakaan Bhy*) Prioritas **)

3. KM (1) Merupakan daerah dengan dua (1) Pengemudi terlambat 3x5 (1) Memasang Rambu Peringatan  Total skor: 15
79+100 – tikungan ganda dan ada beberapa mengantisipasi Tinggi Banyak Tikungan pada titik  Ranking ke- 1
KM akses persil. Terdapat rambu adanya tikungan 79+000 dan rambu hati-hati +
79+500 peringatan tikungan ke kanan ganda karena bagian Rambu Tambahan “Kurangi
pada sekitar KM 79+000 yang lurus diantara dua Kecepatan” pada titik 79+050.
diikuti rambu peringatan tikungan tikungan kurang dari (2) Memasang paku jalan untuk
tajam ke kiri pada sekitar KM 200 m. Pada tikungan membantu mengarahkan
79+300 kedua, dari arah pengemudi.
Giriwoyo, pengemudi
mengambil jalur
terlalu ke tengah
karena tidak
mengurangi
kecepatan setelah
melewati tikungan
pertama. Dapat terjadi
kecelakaan depan-
depan karena
Tercatat pernah terjadi kecelakaan kendaraan dari arah

III - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.3. Contoh analisis ranking prioritas tiap problem keselamatan jalan (Sumber: Hasil AKJ di Lingkungan BBPJN-VII:Ruas Duwet-GIriwoyo, 2018)
Uraian Hazard Kemungkinan Kejadian Tk. Raning
No Lokasi Rekomendasi
Kecelakaan Bhy*) Prioritas **)
pada titik KM 79+400 Giriwoyo melewati
marka tengah.

4. KM (1) Terdapat marka garis putus-putus (1) Pengemudi dapat 2 x 5 (1) Mengganti marka garis putus-  Total skor: 10
81+000 yang panjangnya kurang dari 100 menyimpulkan bahwa Sedang putus menjadi marka garis utuh.  Ranking ke-2
m di antara marka garis utuh mereka dapat
turunan/tanjakan dan jembatan. melakukan manuver
untuk mendahului
kendaraan di
depannya sedangkan
jaraknya pandangnya
tidak mencukup dan
tidak dapat diketahui
dengan pasti ada
tidaknya kendaraan
dari arah berlawanan.
Hal ini dapat memicu
terjadinya tabrakan

III - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.3. Contoh analisis ranking prioritas tiap problem keselamatan jalan (Sumber: Hasil AKJ di Lingkungan BBPJN-VII:Ruas Duwet-GIriwoyo, 2018)
Uraian Hazard Kemungkinan Kejadian Tk. Raning
No Lokasi Rekomendasi
Kecelakaan Bhy*) Prioritas **)
depan-depan atau
tabrakan samping-
samping antara
kendaraan yang
mendahului dengan
kendaraan yang
didahului
5. KM (1) Patok tidak dilengkapi dengan (1) Dalam kondisi hujan 1 x 4 (1) Perlu menambahkan bahan  Total skor: 4
81+300 bahan reflektif dan malam hari, patok Rendah reflektif pada setiap patok  Ranking ke-4
(Jembatan pengarah tidak terlihat pengarah sehingga patok
Danan) oleh pengendara pengarah terlihat jelas oleh
sehingga berpotensi pengemudi.
tertabrak oleh
kendaraan.

6. KM (1) Kedua ujung rel pengaman tidak (1) Dalam kondisi 1 x 5 (1) Ujung terminal akhir dibuat  Total skor: 5
82+000 tertutup dan tidak dibengkokkan tertentu, kendaraan Sedang membengkok (alternatif 1) atau  Ranking ke-3
ke arah luar dari arah lalu lintas. yang hilang kendali terminal akhi dibuat sejajar
dapat menabrak ujung dengan tanah (alternatif 2)

III - 43
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Tabel 3.3. Contoh analisis ranking prioritas tiap problem keselamatan jalan (Sumber: Hasil AKJ di Lingkungan BBPJN-VII:Ruas Duwet-GIriwoyo, 2018)
Uraian Hazard Kemungkinan Kejadian Tk. Raning
No Lokasi Rekomendasi
Kecelakaan Bhy*) Prioritas **)
rel pengaman yang
mengakibatkan rel Alternatif 1
pengaman menusuk
ke dalam kendaraan.

Alternatif 2

*) Tingkat Bahaya = Peluang Kejadian Kecelakaan (PK) (Skor 1-5) X Tingkat Keparahan (TK) (Skor 1-5) = PK X TK
Peluang Kejadian (PK) Tingkat Keparahan (TK)
Skor 1 Sangat Jarang (SJ) : Kurang dari 3 kali dalam 1 Skor 1 Sangat Ringan : Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kendaraan
tahun rusak ringan
Skor 2 Jarang (J) : 3-6 Kali dalam 1 tahun Skor 2 Ringan : Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K), kendaraan rusak
ringan.
Skor 3 Kadang-Kadang (K) : 6-11 Kali dalam 1 tahun Skor 3 Sedang : Menyebabkan cidera yang memerlukan perawatan medis ke
rumah sakit, kendaraan rusak sedang
Skor 4 Sering (S) : 12-24 Kali dalam 1 tahun Skor 4 Berat : Menyebabkan cidera yang menyebabkan cacatnya angota tubuh
permanen, kendaraan rusak berat
Skor 5 Sangat Sering (SS) : Lebih dari 24 kali dalam 1 Skor 5 Fatal : Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih, kendaraan rusak berat
tahun

Kategori Tingkat Skor Keterangan


Bahaya

III - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

Rendah 1-4 Masih dapat ditoleransi


Sedang 5-10 Dikendalikan sampai batas toleransi
Tinggi 11-25 Pemantauan intensif dan pengendalian

III - 45
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI KESELAMATAN JALAN DI LINGKUNGAN BBPJN VII

III - 2

Anda mungkin juga menyukai