Pada suatu hari, sedang diadakan operasi lalu lintas. Sudah banyak pengendara yang
ditilang oleh polisi karena kurangnya kelengkapan berkendara. Sebagian besar dari mereka
adalah remaja SMA.
REMAJA 1
Navis : “Ya elah, Pak. Masak tega sama anak sendiri. Nanti kalau kena tilang kan Bapak
juga yang bayar. Jadi yang rugi kan nanti Bapak juga.”
Polisi : “Bener juga kata kamu. Ya sudah cepat pergi sebelum ada yang melihat.”
REMAJA 2 dan 3
Polisi : “Ya sudah kalian saya tilang. Silakan mengurusnya di persidangan selanjutnya.”
Andi : “Ndo, ya jangan dong, Pak. Kalau kita damai gimana Pak? Lumayan Pak saya punya
20.000, bisa buat ngopi.”
(Kemudian kedua pengendara tadi pulang untuk mengambil SIM dan STNK. Setelah itu,
mereka berkendara lagi)
Galih : “Lha iya, Bapak kan cuma nyuruh buat ambil SIM dan STNK.”
Polisi : “Ya sudah, kalian pulang lagi. Jangan lupa bawa helm dan surat-surat kendaraan.”
(Kemudian kedua pengendara tadi pulang untuk mengambil SIM, STNK, dan helm. Setelah
itu, mereka bertemu polisi tadi lagi)
Polisi : “Priiiitttt…..”
Andi : “Ada apa lagi Pak? Saya sudah pakai helm dan membawa surat-suratnya.”
REMAJA 4, 5, dan 6
Khania : “Oh, soalnya saya gak pake helm Pak. Padahal yang lainnya pada pakai helm.”
Polisi : “Ya, memang benar. Tapi kalian juga tidak diperkenankan boncengan tiga. Kalian
saya tilang.”
Kania : “Yah jangan dong, Pak. Mendingan bapak nilang hati saya pakai kasih sayang.”
Indah : “Ndo ya jangan. Ini pak saya kasih 50.000. Kita damai kan Pak.”
SCENE TERAKHIR
Alivia : “Oke tak telfon ya ini ya. Lho lha itu anaknya sudah datang.”
Kania : “Maap telat sis. Tadi mau kena tilang.”
Indah : “Pantas saja perut pak polisi banyak yang buncit. Tinggal prat prit dapet duit.”
Semua : “Hahahaha…”