Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama Perang Diponegoro

*Narator* :

Pangeran Diponegoro adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Beliau
dilahirkan di Yogyakarta, 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir)
bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal
dari Pacitan. Ia meninggal dalam pengasingannya di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun yang dimakamkan di Makassar. Pangeran Diponegoro adalah
putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Pangeran Diponegoro
bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Ini kisah dimana perjuangan pangeran
Diponogero dimulai untuk merebut Indonesia dari tangan Belanda. Pada tanggal 5 Januari 1808
pada waktu penguasaan Daendels terjadi perseteruan pihak Belanda dan Keraton.

*Deandles* :

Saya ingin pembangunan dari Anyer hinnga panarukan harus dilakukan secepatnya! Pokonya
saya tidak mau tau, akses harus dilakukan untuk melancarkan pembangunan jalan.

(memukul kursi dan menujuk kearah luar).

*Pihak Keraton* :

Kami tidak bisa melakukannya sebelum ada persetujuan dari pihak keraton, plih saja jalur lain.

*Daendels* :

Bagaimanapun caranya saya mau akses segera dibuka! (pergi meninggalkan keraton)

*Narator* :

Kedua pihak tidak ada yang mengalah, mereka tetap bersikukuh dengan pendapatnya masing-
masing. Sri Sultan Hamengkebuwono IV ingin agar adiknya diangkat menjadi penguasa kerajaan
Yogyakarta.

*Sri Sultan IV* :

(mondar-mandir di dalam kamarnya)

Sistem birokrasi kerajaan mulai kacau. Dengan menaikkan tahta adikku, hal ini akan membantu
system birokrasi kerajaan kita.
*Penasehat keraton* :

Tapi tuan, bagaimana bisa Sri sultan hamengkubuono V dapat memimpin di usia yang masih
sangat muda?

*Narator* :

Pada tahun 1823, datanglah residen belanda.

*Smissaert* :

Bagaimana jika kerajaan tuan saya pimpin untuk menggantikan tuan sampai adik tuan
bertumbuh dewasa?

*Sri Sultan IV* :

(berpikir sejenak)

Sepertinya pihak keraton dapat memimpin. Ia adalah keturunan dari Pakualam yaitu
Diponegoro.

*Smissaert* :

(mendekat dan terlihat marah)

Bagaimana bisa tuan menolak niat baik saya ini?

*Sri Sultan IV* :

Baiklah kalau memang tawaranmu itu didasarkan oleh niat baik.

*Smissaert* :

Saya berjanji akan meningkatkan kesejahteraan rakyat di kerajaan Yogyakarta, tuan.

*Narator* :

Smissaert tidak menepati janji yang dibuatnya kepada Sri Sultan Hamengkubuono IV. Pada
kenyataannya, banyak rakyat yang sengsara selama masa kepemimpinannya. Suatu hari,
datanglah seorang bangsawan, putra dari Hamengkubuono III yaitu pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro gusar dan tidak puas dengan kepemimpinan Smissaert yang jauh dari
kesejahteraan rakyat. Sejak peristiwa tersebut, pangeran Diponegoro memulai
pemberontakannya terhadap Belanda karena menganggap tindakan Belanda sangat merugikan
rakyat.
(suatu hari di keraton)

*Narator* :

Pangeran Diponegoro mencari pinjaman ke seorang kapten dari Tionghoa setelah


mendengarkan keluhan rakyat dari para penjaga keraton. Setelah Pangeran Diponegoro
memberikan uang kompensasi kepada pihak keraton, Smissaert menghasut rakyat sehingga
Diponegoro memutuskan hubungan dengan pihak keraton. Rakyat merasa mendapat
keuntungan juga dari hasil kerja sama dengan Belanda. Diponegoro akhirnya menyatakan
perangnya terhadap Belanda.

(Smissaert memerintah untuk membangun jalan dari Anyar ke Panarukan)

*Smissaert* :

Cepat kita pasang dahulu patok jalan raya ini!

*Patih Danu Rejo* :

Apakah kita sudah mendapat ijin dari pangeran Diponegoro untuk memasang patok-patok itu?

*Smissaert* :

Sudahlah! Apa pedulimu akan Pangeran Diponegoro, cepat perintahkan anak buahmu untuk
segera melaksanakan pembangunan jalan itu.

*Narator* :

Pangeran Diponegoro mengetahui akan hal ini, ia sangat marah karena patok-patok yang
dipasang itu melewati makam keluarga pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro marah dan
menyuruh rakyat untuk mencabuti patok-patok tersebut.

*Patih Danu Rejo* :

Siapa yang menyuruh kalian mencabuti patok-patok ini?! Cepat pasang kembali!

*Pengikut Diponegoro* :

(mencabuti patok-patok dan mengganti dengan tombak sebagai tanda memulai peperangan)

Kami tidak takut akan Belanda! Pangeran Diponegoro sudah meminta pemerintah Belanda
secara baik-baik tetapi tetap tidak dihiraukannya.

(mulai perang)
*Rakyat* :

Tuan bagaimana ini? Kemana kita harus berlindung? Keadaannya semakin sengit dan kita tidak
memiliki tempat berlindung, tuan.

*Diponegoro* :

Mari kita pergi ke Selorong dan bangunlah sebuah goa untuk berlindung.

*Rakyat* :

Siap tuan, kami akan melaksanakannya demi perjuangan melawan Belanda

*Narator* :

Kemudian Pangeran Diponegoro menyusun siasat perang merencanakan untuk menyerang


Keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda. Sebagai Pemimpin Pangeran
Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi Alibasyah Sentot, dan Kyai Maja sebagai
pengawas spiritual dalam perang ini. Perang ini semakin meluas hampir diseluruh Jawa. Karena
itu Belanda berusaha meningkatkan kekuatannya. Belanda mengalami kesulitan untuk
mengejar Pangeran Diponegoro yang selalu mengirim serangan dalam skala kecil dan
mendadak. Belanda menawarkan 20.000 real kepada rakyat yang bisa menemukan pangeran
Diponegoro. Akhir cerita, Pangeran Diponegoro tertipu dengan siasat Belanda dan ditawan di
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai