Anda di halaman 1dari 5

Kamis, 26 Maret 2020

NAMA : Milla Amelia Safitri


KELAS : VIII D
NO : 19

DIALOG SINGKAT PERANG DIPONEGORO

Narator :
Pangeran Diponegoro adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Beliau
dilahirkan di Yogyakarta, 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan
(selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang
berasal dari Pacitan. Ia  meninggal di pengasingannya di Makassar, Sulawesi Selatan pada
tanggal 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun yang dimakamkan di Makassar. Pangeran
Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta.
Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.  Ini kisah dimana
perjuangan pangeran Diponogero dimulai untuk merebut Indonesia dari tangan Belanda. Pada
tanggal 5 Januari 1808 pada waktu penguasaan Daendels terjadi perseteruan pihak Belanda
dan Keraton.

Deandles :
Saya ingin pembangunan dari Anyer hinnga panarukan harus dilakukan secepatnya! Pokonya
saya tidak mau tau, akses harus dilakukan untuk melancarkan pembangunan jalan.
(memukul kursi dan menujuk kearah luar).

Pihak Keraton :
Kami tidak bisa melakukannya sebelum ada persetujuan dari pihak keraton, plih saja jalur
lain.

Daendels :
Bagaimanapun caranya saya mau akses segera dibuka! (pergi meninggalkan keraton)

Narator :
Kedua pihak tidak ada yang mengalah, mereka tetap bersikukuh dengan pendapatnya masing-
masing. Sri Sultan Hamengkebuwono IV ingin agar adiknya diangkat menjadi penguasa
kerajaan Yogyakarta.

Sri Sultan Hamengkubuwana IV :


(mondar-mandir di dalam kamarnya)
Sistem birokrasi kerajaan mulai kacau. Dengan menaikkan tahta adikku, hal ini akan
membantu system birokrasi kerajaan kita.

Penasehat keraton :
Tapi tuan, bagaimana bisa Sri Sultan Hamengkubuono V dapat memimpin di usia yang masih
sangat muda?

Narrator :
Pada tahun 1823, datanglah wakil Belanda yaitu Residen Smissaert.

Smissaert :
Bagaimana jika kerajaan tuan saya pimpin untuk menggantikan tuan sampai adik tuan
bertumbuh dewasa?

Sri sultan :
(berpikir sejenak)
Sepertinya pihak keraton dapat memimpin. Ia adalah keturunan dari Pakualam yaitu
Diponegoro.

Smissaert :
(mendekat dan terlihat marah)
Bagaimana bisa tuan menolak niat baik saya ini?

Sri Sultan :
Baiklah kalau memang tawaranmu itu didasarkan oleh niat baik.

Smissaert :
Saya berjanji akan meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kerajaan Yogyakarta, tuan.
Narator :
Smissaert tidak menepati janji yang dibuatnya kepada Sri Sultan Hamengkubuono IV. Pada
kenyataannya, banyak rakyat yang sengsara selama masa kepemimpinannya. Suatu hari,
datanglah seorang bangsawan, putra dari Hamengkubuono III yaitu pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro gusar dan tidak puas dengan kepemimpinan Smissaert yang jauh dari
kesejahteraan rakyat. Sejak peristiwa tersebut, pangeran Diponegoro memulai
pemberontakannya terhadap Belanda karena menganggap tindakan Belanda sangat
merugikan rakyat.

(suatu hari di keraton)

Penjaga keraton :
(sedang menyapu halaman keraton dan melihat seorang rakyat yang berpenampilan lusuh)
Maaf kenapa anda duduk di sini? Badanmu kurus seperti seseorang yang kekurangan
makanan.

Rakyat :
Bagaimana bisa makan? Uang saja tidak punya! Saya rindu akan kepemimpinan tuan Sri
Sultan. Pemimpin dari Belanda itu sangat jauh berbeda dari tuan kami, pemimpin Belanda itu
kejam sekali dan tidak memiliki hati!

Penjaga keraton :
Entahlah, keuangan kerajaan pun mulai mengalami kebangkrutan akibat pemimpin.
Bagaimana kalau kita meminta kompensasi kepada Sri Sultan ?

Rakyat :
Kalau itu bisa membantu, lebih baik kita coba saja.

Narator :
Maka pergilah penjaga keraton itu ke kediaman pangeran Diponegoro untuk meminta
kompensasi. Pangeran Diponegoro segera mencari pinjaman ke seorang kapten dari
Tionghoa. Setelah Diponegoro memberikan uang kompensasi kepada pihak keraton,
Smissaert menghasut rakyat sehingga Diponegoro memutuskan hubungan dengan pihak
keraton. Rakyat merasa mendapat keuntungan juga dari hasil kerja sama dengan Belanda.
Diponegoro akhirnya menyatakan perangnya terhadap Belanda.
(Smissaert memerintah untuk membangun jalan dari Anyar ke Panarukan)

Smissaert :
Cepat kita pasang dahulu patok jalan raya ini
Patih Danu Rejo :
Apakah kita sudah mendapat ijin dari pangeran Diponegoro untuk memasang patok-patok
itu?

Smissaert :
Sudahlah! Apa pedulimu akan Pangeran Diponegoro, cepat perintahkan anak buahmu untuk
segera melaksanakan pembangunan jalan itu.

Narator :
Pangeran Diponegoro mengetahui akan hal ini, ia sangat marah karena patok-patok yang
dipasang itu melewati makam keluarga pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro marah
dan menyuruh rakyat untuk mencabuti patok-patok tersebut.

Patih Danu Rejo :


Siapa yang menyuruh kalian mencabuti patok-patok ini?! Cepat pasang kembali!

Pengikut Diponegoro :
(mencabuti patok-patok dan mengganti dengan tombak sebagai tanda memulai peperangan)
Kami tidak takut akan Belanda! Pangeran Diponegoro sudah meminta pemerintah Belanda
secara baik-baik tetapi tetap tidak dihiraukannya.

(mulai perang)

Rakyat :
Tuan bagaimana ini? Kemana kita harus berlindung? Keadaannya semakin sengit dan kita
tidak memiliki tempat berlindung,tuan.

Diponegoro :
Mari kita pergi ke Selorong dan bangunlah sebuah goa untuk berlindung.
Rakyat
Siap tuan, kami akan melaksanakannya demi perjuangan melawan Belanda
Narator :
Kemudian Pangeran Diponegoro menyusun siasat perang merencanakan untu menyerang
Keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda. Sebagai Pemimpin Pangeran
Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi Alibasyah Sentot, dan Kyai Maja
sebagai pengawas spiritual dalam perang ini. Perang ini semakin meluas hampir diseluruh
Jawa. Karena itu Belanda berusaha meningkatkan kekuatannya. Belanda mengalami kesulitan
untuk mengejar Pangeran Diponegoro yang selalu mengirim serangan dalam skala kecil dan
mendadak. Belanda menawarkan 20.000 real kepada rakyat yang bisa menemukan pangeran
Diponegoro. Akhir cerita, Pangeran Diponegoro tertipu dengan siasat Belanda dan ditawan di
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai