Anda di halaman 1dari 2

SI JADUK

 
aku, si Jaduk. Rusa bertanduk hebat. Selain tandukku yang hebat, rumah
tempat tinggalku pun hebat. Rumahku adalah halaman Istana Presiden! Istana
Bogor. Bangunan putih itu sungguh megah. Diapit dua bangunan lain di
sampingnya yang juga indah. Hamparan rumput hijaunya sungguh terawat. Aku
benar-benar nyaman tinggal di sini. Selain aku, ada ratusan rusa lain yang
tinggal di halaman istana megah ini. Ada juga Shana,temanku yg agak cerewet.
“Hei,Jaduk! Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita.
Ayo, kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap
dengan wortel di tangan mereka memanggil kita!”.
“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk
mengambil makanan dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.
“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh
para tamu istana ini!” kata Shana cemberut. Aku diam saja tak peduli. Namun,
Shana tidak pergi juga.
la malah tampak girang dan berkata lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan
penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang berkunjung ke kota ini.
Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti suka
mendengar berita ini…”.
“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain
bersama anak-anak dan wortelnya itu di pagar istana.
“Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu
penting,” kataku sambil menaikkan tandukku.
“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana
kalau kau jadi presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan
aku. Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-
tamu penting yang akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang
untuk melihat-lihat halaman istana ini, mereka pasti akan melihat aku juga.
Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan kehebatan tandukku
ini
Malam harinya, aku tertidur di bawah pohon beringin tua yang rindang.
Mimpiku sungguh indah. “Hei, Jaduk! Pagi-pagi begini, kenapa kamu tampak
lesu? Lihat, rusa-rusa lain sudah mulai mencari makanan. Mereka bergerak
menghiasi halaman istana. Katanya, kau ini rusa penghias istana.Tapi kenapa
kau hanya berbaring malas di balik pohon beringin ini?” tanya Shana yang
datang sambil mengomel. “Jangan ganggu aku. Aku sedang tak bersemangat.
Sedih rasanya hatiku!”
"Hah? Sedih? Tamu-tamu penting itu sudah datang, kan? Katanya kau ingin
menghibur mereka…”.
“Ah sudahlah. Aku tak mau bertemu mereka!” Mata Shana terangkat heran.
“Hei, ada apa denganmu? Ini bukan seperti si Jaduk, rusa bertanduk hebat:”.
“Aku tidak suka pada keluarga tamu-tamu penting itu! Anak-anak mereka
nakal! Mereka menancapkan buah apel di ujung tandukku. Dengan susah payah
aku harus melepaskannya:’ gerutuku.  
“Ha ha ha …,”seketika Shana tertawa terbahak. “Ehem …”dehemku keras.
Shana menghentikan tawanya.
“Oh, maaf! Aku tak bisa menahan geli. Wajahmu pasti jadi lucu, kalau ada apel
di ujung tandukmu! Ha ha… Hmm, jadi kau diam saja ketika mereka
mempermainkanmu?”.
 “Nggg lya Tadinya aku ingin mereka terhibur dengan memamerkan tandukku
yang hebat. Tapi, ternyata mereka mendekati aku hanya untuk mempermainkan
aku”
“Kau tidak marah?”tanya Shana lagi. “Aku marah. Tapi aku berusaha menahan
marahku. Sekarang, aku tak mau mendekati mereka lagi.”
“Ya sudahlah Kalau begitu, hari Minggu nanti, kau temani aku saja. Kita hibur
anak-anak di pinggir pagar istana. Mereka memang bukan tamu penting.Tapi,
mereka anak-anak manis dan sopan. Mereka akan memberikan wortel
untukmu,” ajak Shana sabar.
Kupandangi mereka dari kejauhan. Kali ini, mataku tidak menghadap ke
arah istana yang megah itu. Melainkan ke jeruji pagar istana yang di baliknya
dipenuhi anak-anak yang ceria. Anak-anak manis itu . memberikan wortel
dengan tulus untuk teman-temanku. Kulihat Shana sudah berdiri di depan jerui
pagar itu dengan mulut lahap mengunyah wortel. Aku pun melangkahkan kaki
mendekati pagar istana yang ramai. Siap menyantap wortel dan bermain
bersama mereka.

Anda mungkin juga menyukai