Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER OVARIUM

OLEH KELOMPOK 7 :
1. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
2. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
3. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
4. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
5. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)
A13A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
segala karunia dan limpahan rahmatNya, sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Kanker
Ovarium”.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini, penulis telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menyempurnakan tugas ini namun mungkin masih terdapat
kekeliruan, kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan tugas ini.
Tugas ini merupakan salah satu tugas kelompok dari mata kuliah “Keperawatan
Maternitas II”. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
ini.
Demikian yang kami dapat sampaikan, semoga tugas ini bermanfaat untuk semua
pihak. “Om Shanti, Shanti, Shanti, om”

Denpasar, 12 Oktober 2021

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER OVARIUM
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada
umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal
yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti.
Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak
(Digiulio,2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai
histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih banyak
dijumpai pada penderita berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel lebih
banyak pada wanita usia > 50 tahhun (Manuaba, 2013).

2. Etiologi atau Penyebab


Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko terjadinya
kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
1) Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industry
2) Faktor reproduksi
a. Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium
b. Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan
resiko dua sampai tiga kali
c. Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker
d. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi
selama lima tahun atau lebih
e. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetik
a. 5-10 % adalah herediter
b. Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat
menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium

3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium


Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada keseragamannya,
namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker ovarium dibagi
dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu sebagai berikut.
a. Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60 % dari semua neoplasma ovarium
yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas, dan ganas.
Keganasan epitel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa
b. Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan.
c. Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk
keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus
endodermal.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), Klasifikasi stadium menurut FIGO (Federation
International de Gynecologis Obstetrics) 1988 sebagai berikut :
Klasifikasi stadium kanker ovarium
Stadium FIGO Kategori

Stadium I Tumor terbatas pada ovarium


Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak
ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum

Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak


terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu
dari tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor
pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada
cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau Dua ovarium Dengan
perluasan ke pelvis

Iia Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopii. Tidak


ada sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
Iib Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker
di cairan asites atau bilasan peritoneum

Iic Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif


pada cairan asites atau bilasan peritoneum
III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke kelenjer
getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis
dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang

IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter


terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjer getah
bening regional
IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura mengandung
sel kanker positif. Termasuk metastasis pada parenkim
hati
5. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium sebagai
berikut.
1. Perut membesar/merasa adanya tekanan
2. Dispareunia
3. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu :
1. Peningkatan lingkar abdomen
2. Tekanan panggul
3. Kembung
4. Nyeri punggung
5. Konstipasi
6. Nyeri abdomen
7. Urgensi kemih
8. Dispepsia
9. Perdarahan abnormal
10. Flatulens
11. Peningkatan ukuran pinggang
12. Nyeri tungkai
13. Nyeri Panggul

6. Patofisiologi Kanker Ovarium


Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor lingkungan, reproduksi
dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium
epiteliel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi
di industri barat. Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, tidak hamil dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua
itu di anggap mungkin menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau
lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gen-gen
supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan
penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan
autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang
terdapat penderita kanker ovarium. Bila yang menderita kanker ovarium, seorang
perempuan memiliki 50 % kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium
dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor epiteliel ;(2) tumor
stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling
sering adalah adenomakarsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai
berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa ovarium.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya
dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti
rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.pada
beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut
pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,
ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista
fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada
perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun,
disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang digunakan untuk menentukan
diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan
pelvis) sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad ; 2
% dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World Health
Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis
dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 %
hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker ovarium berkembang dari
bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua tumor
ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila
ganas.

7. Pathway
8. Respon Tubuh Terhadap Fisiologis
1. Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut menginvasi
ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai asites akan menekan
lambung sehingga menimbulkan gejala gastrointestinal seperti nyeri ulu hati,
kembung, anoreksia, dan intoleransi terhadap makanan
2. Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain salah
satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi penekanan pada
pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan seperti susah buang air kecil
atau urgensi kemih
3. Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa yang
semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati, netralisir
racun di hati terjadi penurunan, terjadi penumpukan toksik atau racun di tubuh
sehingga sistem imun tubuh menurun sehingga menimbulkan gejala kelelahan.
(Reeder, dkk. 2013)
9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila
pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker
ovarium). Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner (2015), sebagai berikut.
1. Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat
bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi.
2. Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau kolonoskopi,
serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada, urografi IV, dan
pemindaian CT.Scan.
10. Penatalaksanaan Kanker Ovarium
Menurut Reeder, dkk (2013), asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan,
dukungan fisik dan emosi selama prosedur tindakan, dan dukungan emosi untuk
mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi, perawat melakukan
pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan.
Perawat memberikan dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan
menyesuaikan diri, memberi kesempatan untuk menceritakan dan mengatasi rasa
takut, serta membantu mengoordinasikan sumber dukungan bagi keluarga dan proses
pemulihan. Selama memberi perawatan, perawat membantu klien dan keluarga untuk
mengklarifikasi nilai dan dukungan spritual serta menemukan kekuatan pribadi untuk
digunakan sebagai koping. Wanita dan keluarga diharapkan mampu melalui fase
berduka dan kehilangan saat menghadapi penyakit yang mengancam jiwa.
Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan, seperti hospice care,
perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan multilevel yang dapat mendukung kualitas
kehidupan dan kematian yang damai mulai digali. Alternatif ini meningkatkan fungsi
selama mungkin, meredakan nyeri, mendorong interaksi dengan orang yang dcintai,
dan memberikan dukungan emosional dan spritual.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kanker Ovarium
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keganasan kanker ovarium sering dijumpai pada usia sebelum menarche atau
di atas 45 tahun (Manuaba, 2010).

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan abnormal atau menorrhagia pada wanita usia
subur atau wanita diatas usia 50 tahun / menopause untuk stadium awal
(Hutahaean, 2009). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran massa
yang disertai asites (Reeder, dkk. 2013).
b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011) yaitu :

(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang dan gejala perkemihan kemungkinan menetap
(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis,
distensi abdomen, penurunan berat badan dan nyeri pada abdomen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara dan
kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50 % (Reeder, dkk. 2013).
e) Riwayat haid/status ginekologi
Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat menstruasi dan terjadi gangguan
siklus menstruasi (Hutahaean, 2009).
f) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena ketidakseimbangan sistem
hormonal dan wanita yang melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun (Padila,
2015).

g) Data keluarga berencana


Biasanya wanita tersebut tidak menggunakan kontrasepsi oral sementara
karena kontrasepsi oral bisa menurunkan risiko ke kanker ovarium yang ganas
(Reeder, dkk. 2013).

h) Data psikologis
Biasanya wanita setelah mengetahui penyakitnya akan merasa cemas, putus
asa, menarik diri dan gangguan seksualitas (Reeder, dkk. 2013).
i) Data aktivitas/istirahat
Pasien biasanya mengalami gejala kelelahan dan terganggu aktivitas dan
istirahat karena mengalami nyeri dan ansietas.
j) Data sirkulasi
Pasien biasanya akan mengalami tekanan darah tinggi karena cemas.
k) Data eliminasi
Pasien biasanya akan terganggu BAK akibat perbesaran massa yang menekan
pelvis.
l) Data makanan/cairan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam nutrisi tetapi kalau
dibiarkan maka akan mengalami pembesaran lingkar abdomen sehingga akan
mengalami gangguan gastrointestinal.
m) Data nyeri/kenyamanan
Pasien biasanya mengalami nyeri karena penekanan pada pelvis.
n) Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran
Kesadaran pasien tergantung kepada keadaan pasien, biasanya pasien sadar,
tekanan darah meningkat dan nadi meningkat dan pernafasan dyspnea
2. Kepala dan rambut
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, tidak ada hematom
dan rambut tidak rontok.
3. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada lesi.
4. Wajah
Pada mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil +/+,
pada hidung tidak ada pernapasan cuping hidung, pada mulut dan gigi
mukosa tidak pucat dan tidak ada sariawan.
5. Leher
Tidak ada pembendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjer tiroid.
6. Thoraks
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris.
7. Paru-paru
a. Inspeksi
Pernapasan dyspnea, tidak ada tarikan dinding dada.
b. Palpasi
Fremitus kiri dan kanan sama.
c. Perkusi
Suara ketok sonor, suara tambahan tidak ada.
d. Auskultasi
Vesikuler.
8. Jantung
Pada pasien kanker ovarium biasanya tidak ada mengalami masalah pada
saat pemeriksaan di jantung
a. Inspeksi
Umumnya pada saat inspeksi, Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi Ictus cordis teraba.
c. Perkusi
Pekak.
d. Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung S1 adalah
penutupan bersamaan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung
S2 adalah penutupan katup aorta dan pulmanalis secara bersamaan.
9. Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, aerola mamae hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan.
10. Abdomen
a. Inspeksi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, akan terlihat adanya
asites dan perbesaran massa di abdomen
b. Palpasi
Pada stadium awal kanker ovarium, belum adanya perbesaran massa,
sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium, di raba akan terasa
seperti karet atau batu massa di abdomen
c. Perkusi
Hasilnya suara hipertympani karena adanya massa atau asites yang telah
bermetastase ke organ lain
d. Auskultasi
Bising usus normal yaitu 5- 30 kali/menit
11. Genetalia
Pada beberapa kasus akan mengalami perdarahan abnormal akibat
hiperplasia dan hormon siklus menstruasi yang terganggu. Pada stasium
lanjut akan dijumpai tidak ada haid lagi
12. Ekstremitas
Tidak ada udema, tidak ada luka dan CRT kembali < 2 detik. Pada stadium
lanjut akan ditandai dengan kaki udema. (Reeder, dkk. 2013).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada pasien kanker
ovarium yaitu :
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
abnormal
b. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma
ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan
abnormal atau menurun yang mengarah ke komplikasi.
2. Pencitraan
USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada
stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke
rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan stadium
IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan
gastrointestinal
3. Prosedur diagnostik
Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada
stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker.
4. Pemeriksaan lain
Laparatomi eksplorasi, termasuk evaluasi nodus limfe dan reseksi tumor,
dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium berapa
kanker ovarium tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker ovarium
menurut adalah sebagai berikut :
1) Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi serabut saraf
b. Konstipasi berhubungan dengan tumor
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pelvis
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan
diafragma
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh
g. Kesiapan meningkatkan harapan berhubungan dengan keyakinan
h. Kesiapan meningkatkan koping keluarga berhubungan dengan
kesembuhan
i. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
2) Post operasi :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera kulit
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(Herdman. H.T & Kamitsuru. S (2015).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NIC NOC


Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan kompresi serabut keperawatan, pasien mampu
saraf mengontrol nyeri dengan kriteria 1) Lakukan pengkajian nyeri
hasil : komprehensif yang meliputi
Defenisi : pengalaman sensori lokasi, karakteristik,
dan emosional tidak 1) Mengenali kapan nyeri onset/durasi, frekuensi,
menyenangkan yang muncul terjadi kualitas, intensitas atau
akibat kerusakan jaringan 2) Menggambarkan faktor beratnya nyeri dan faktor
aktual atau potensial atau yang penyebab pencetus
digambarkan sebagai 3) Melaporkan perubahan 2) Observasi adanya petunjuk
kerusakan. terhdap gejala nyeri pda nonverbal mengenai
profesional kesehatan ketidaknyamanan terutama
Batasan Karaktreristik : 4) Mengenali apa yang terkait pada mereka yang tidak
dengan gejala nyeri dapat berkomunikasi secara
1) Bukti nyeri dengan
5) Melaporkan nyeri yang efektif
menggunakan standar
terkontrol 3) Pastikan perawatan
periksa nyeri untuk pasien
analgesik bagi pasien
yang tidak
dilakukan dengan
mengungkapkannya
pemantauan yang ketat
2) Fokus menyempit 4) Gunakan strategi komunikasi
3) Fokus pada diri sendiri terapeutik
4) Keluhan tentang intensitas 5) Gali pengetahuan dan
menggunakan standar skala kepercayaan pasien
nyeri mengenai nyeri
5) Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas

Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Saluran Cerna


dengan tumor keperawatan, pasien tidak
mengalami gangguan eliminasi 1) Catat tanggal buang air
Defenisi : penurunan frekuensi dengan kriteria hasil : besar terakhir
normal defekasi yang disertai 2) Monitor BAB termasuk
kesulitan atau pengeluaran 1) Pola eliminasi teratur frekuensi, konsistensi,
feses tidak tuntas atau feses 2) Warna feses normal bentuk, volume dan warna
yang keras, kering, dan 3) Kemudahan dalam BAB 3) Monitor bising usus
banyak. 4) Pengeluaran feses tanpa 4) Catat masalah BAB yang
bantuan sudah ada sebelumnya
Batasan Karakteristik : 5) Suara bising usus normal 5) Ajarkan pasien mengenai
1) Anoreksia makanan- makanan tertentu

2) Adanya feses lunak, seperti


pesta di dalam rektum
3) Bising usus hiperaktif
4) Bising usus hipoaktif
5) Darah merah pada feses
6) Distensi abdomen
7) Feses cair
8) Feses keras dan berbentuk
9) Keletihan umum
10) Massa abdomen yang
dapat diraba

Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Perawatan Retensi Urin


berhubungan dengan keperawatan, pasien tidak
penekanan pelvis mengalami gangguan eliminasi 1) Lakukan pengkajian
urin dengan kriteria hasil : komprehensif sistem
Defenisi : disfungsi eliminasi perkemihan
urin 1) Pola eliminasi baik 2) Monitor efek dari
2) Bau urine, jumlah urine, obat-obat yang diresepkan
Batasasan Karakteristik : warna urine, kejernihan urine 3) Pasang kateter urin sesuai
normal kebutuhan
1) Anyang-anyangan
3) Mengosongkan kantong 4) Anjurkan
2) Disuria
kemih sepenuhnya pasien/keluargauntuk
3) Dorongan berkemih
4) Mengenali keinginan untuk mencatat urin output, sesuai
4) Inkontinensia
berkemih kebutuhan
5) Inkontinensia urin
5) Monitor intake dan output
6) Nokturia
Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan keperawatan, status pernafasan
penekanan diafragma pasien normal dengan kriteria 1) Posisikan pasien
hasil : untuk memaksimalkan
Defenisi : inspirasi dan atau 1) Frekuensi pernafasan normal ventilasi
ekspirasi yang tidak memberi 2) Irama pernafasan normal 2) Motivasi pasien untuk
ventilasi adekuat 3) Kedalaman inspirasi normal bernafas pelan
4) Suara auskultasi normal 3) Monitor status
Batasan Karakteristik : 5) Kepatenan jalan nafas baik pernafasan dan oksigenas
Manajemen Ventilasi
1) Bradipnea
Mekanik : Invasif
2) Dispnea
3) Fase ekspirasi memanjang 1) Monitor kondisi
4) Ortopnea yang mengindikasikan
5) Penggunaan otot bantu perlunya dukungan
pernapasan ventilasi
6) Peningkatan diameter 2) Monitor apakah terdapat
anterior- posterior gagal nafas
7) Penurunan kapasitas vital 3) Mulai teknik relaksasi
8) Penurunan tekanan
ekspirasi
9) Penurunan tekanan
inspirasi
10) Penurunan ventilasi
semenit
11) Pernapasan bibir
12) Pernapasan cuping hidung
13) Perubahan ekskursi dada
14) Pola nafas abnormaL
15) Takipnea
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan Makan
Ketidakseimbangan nutrisi
keperawatan, nafsu makan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh
baik dengan kriteria hasil : 1. Kolaborasi dengan tim
berhubungan dengan faktor kesehatan lain untuk
biologis 1) Hasrat atau keinginan untuk mengembangkan rencana
makan ada perawatan dengan
Defenisi : asupan nutrisi tidak 2) Pasien menyenangi makanan melibatkan klien dan
cukup untuk memenuhi 3) Pasien merasakan makanan orang-orang terdekatnya
kebutuhan metabolik 4) Energi untuk makan ada dengan tepat
5) Intake makanan teratur 2. Rundingkan dengan ahli
Batasan Karakteristik :
6) Intake nutrisi teratur gizi dalam menentukan
7) Intake cairan teratur asupan kalori harian yang
1) Berat badan 20 % atau 8) Rangsangan untuk makan ada diperlukan
lebih dari bawah rentang 3. Dorong klien untuk
berat badan ideal mendiskusikan makanan
2) Bising usus hiperaktif yang disukai bersama ahli
3) Cepat kenyang setelah gizi
makan 4. Timbang berat badan klien
4) Diare 5. Monitor intake/asupan
5) Gangguan sensasi rasa dan asupan cairan secara
6) Kehilangan rambut
berlebihan tepat
7) Kelemahan otot pengunyah
8) Kelemahan otot untuk
menelan
9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi
11) Kesalahan persepsi
12) Ketidakmampuan
memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang minat pada
makanan
Setelah dilakukan tindakan Bantuan Perawatan Diri
Intoleransi Aktivitas
berhubungan dengan keperawatan, daya tahan pasien
meningkat dengan kriteria hasil : 1) Pertimbangkan usia
imobilitas, ketidakseimbangan
pasien ketika
antara suplai dan kebutuhan
1. Pasien rutin melakukan meningkatkan aktivitas
oksigen, dan tirah baring
aktivitas 2) Monitor kemampuan
2. Aktivitas fisik tidak terganggu diri secara mandiri
Batasan karakteristik :
3. Konsentrasi pasien tidak 3) Monitor kebutuhan
1) Dispnea setelah beraktivitas terganggu pasien terkait dengan
2) Keletihan 4. Tidak terganggu pemulihan alat-alat kebersihan
3) Ketidaknyamanan energi setelah aktivitas 4) Berikan lingkungan yang
setelah beraktivitas 5. Hemoglobin normal terapeutik
4) Perubahan 6. Hematokrit normal 5) Berikan peralatan kebersihan
elekrokardiogram (EKG) pribadi
5) Respons frekuensi 6) Berikan bantuan pasien
jantung abnormal terhadap sampai pasien mampu
aktivitas melakukan perawatan diri
6) Respons tekanan darah mandiri
abnormal terhadap aktivitas 7) Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas normal
sehari-hari
8) Ciptakan rutinitas aktivitas
perawatan diri
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
dengan status kesehatan keperawatan, pasien mampu
menurun mengontrol kecemasan dengan 1) Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil : tenang dan meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak 2) Nyatakan dengan jelas
nyaman atau kekhawatiran yang 1) Mengurangi penyebab harapan terhadap perilaku
samar disertai respons otonom kecemasan klien
(sumber sering kali tidak 2) Menggunakan strategi koping 4) Jelaskan semua prosedur
spesifik atau tidk diketahui oleh yang efektif termasuk sensai yang akan
individu) perasaan takut yang 3) Menggunakan teknik relaksasi dirasakan yang mungkin
disebabkan oleh antisipasi 4) Mempertahankan hubungan dialami pasien selama
sosial prosedur Berikan
terhadap bahaya. Hal ini
5) Mempertahankan tidur informasi faktual
merupakan isyarat kewaspadaan
adekuat terkait diagnosis,
yang memperingatkan individu perawatan, dan prognosis
akan adanya bahaya dan 5) Dorong keluarga untuk
memampukan individu untuk mendampingi klien dengan
tidak menghadapi ancaman cara yang tepat
6) Puji/kuatkan perilaku yang
Batasan Karakteristik : baik secara tepat
1) Agitasi 7) Bantu klien
2) Gelisah mengidentifikasikan situasi
3) Gerakan ekstra yang memicu kecemasan
4) Insomnia Terapi Relaksasi
5) Kontak mata buruk
6) Melihat sepintas 1) Gambarkan rasionalisasi
7) Mengekspresikan dan manfaat relaksasi serta
kekhawatiran karena jenis relaksasi yang
perubahan dalam tersedia
peristiwa hidup 2) Tentukan apakah ada
8) Penurunan produktivitas intervensi relaksasi di
9) Perilaku mengintai masa lalu yang sudah
10) Tampak waspada memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa distraksi
4) Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman
5) Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
6) Tunjukkan dan praktikkan
teknik relaksasi pada klien
7) Dorong pengulangan
teknik dan praktik-praktik
tertentu secara berkala
8) Berikan waktu yang tidak
terganggu
Post Operasi
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi
dengan tindakan keperawatan, pasien mampu
pembedahan mengontrol resiko proses infeksi 1) Bersihkan lingkungan
Defenisi : rentan mengalami dengan kriteria hasil : dengan baik setelah
invasi dan multiplikasi 1. Mengidentifikasi faktor dilakukan untuk setiap
organisme patogenik yang resiko infeksi pasien
dapat mengganggu kesehatan 2. Mengenali faktor resiko 2) Batasi jumlah pengunjung
3) Ajarkan cara cuci
individu terkait infeksi tangan bagi tenaga
3. Mengetahui perilaku kesehatan
Batasan Karakteristik : yang berhubungan dengan 4) Anjurkan pasien mengenai
resiko infeksi teknik mencuci tangan
1) kurang pengetahuan untuk 4. Mengidentifikasi tanda dengan tepat
menghindari pemajanan dan gejala 5) Anjurkan pengunjung untuk
2) malnutrisi infeksi mencuci tangan pada saat
3) gangguan integritas kulit 5. Memonitor perilaku memasuki dan
4) prosedur invasif diri yang meninggalkan ruangan
5) perubahan pH sekresi berhubungan dengan resiko pasien
infeksi 6) Gunakan sabun antimikroba
6. Memonitor faktor di 7) Cuci tangan sebelum dan
lingkungan yang sesudah kegiatan perawatan
berhubungan dengan resiko pasien
infeksi 8) Lakukan tindakan-
7. Mencuci tangan tindakan pencegahan
8. Mempertahankanlingkungan yang bersifat universal
yang bersih 9) Pakai sarung tangan steril
dengan tepat
10) Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
11) Berikan terapi antibiotik
yang sesuai
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai bagaimana
menghindari infeksi
Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka
berhubungan dengan cedera keperawatan, pasien mampu
kulit mempertahankan kondisi kulit 1) Angkat balutan dan plester
dengan kriteria hasil : perekat
Defenisi : kerusakan pada 2) Ukur luas luka
epidermis dan atau dermis 1) Suhu kulit normal 3) Berikan rawatan insisi pada
2) Elastisitas dan kelembaban luka
Batasan Karakteristik : kulit dapat di pertahankan 4) Berikan balutan yang sesuai
3) Perfusi jaringan baik jenis luka
1) Benda asing
4) Mampu melindungi kulit 5) Ganti balutan sesuai dengan
menusuk permukaan kulit
dan perawatan alami jumlah eksudat dan drainase
2) Kerusakan integritas kulit 6) Periksa luka setiap kali
perubahan balutan
7) Bandingkan dan catat setiap
perubahan luka
8) Anjurkan pasien dan
anggota keluarga untuk
mengenal tanda dan gejala
infeksi

Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Manajemen Obat


berhubungan dengan keperawatan, status kesehatan
gangguan struktur tubuh baik dengan kriteria hasil : 1) Tentukan obat apa yang
diperlukan, dan kelola
Defenisi : suatu kondisi ketika 1) Mengenali realita situasi menurut resep
individu mengalami suatu kesehatan 2) Tentukan kemampuan
perubahan fungsi seksual 2) Melaporkan harga diri yang pasien untuk mengobati
selama fase respons seksual positif diri sendiri dengan cara
berupa hasrat, terangsang, dan 3) Mempertahankan hubungan yang tepat
atau orgasme, yang dipandang 4) Menyesuaikan perubahan 3) Monitor efektifitas cara
tidak memuaskan, tidak dalam status kesehatan pemberian obat yang sesuai
bermakna, atau tidak adekuat 5) Mencari informasi tentang 4) Monitor
kesehatan efek samping
Batasan Karakteristik : 6) Melaporkan perasaan berharga obat
dalam hidup Peningkatan
1) Gangguan aktivitas seksual
harga diri
2) Gangguan eksitasi seksual
3) Gangguan kepuasan seksual 1) Monitor pernyataan pasien
4) Merasakan mengenai harga diri
keterbatasan seksual 2) Bantu pasien untuk
5) Penurunan hasrat seksual penerimaan diri
6) Perubahan minat terhadap 3) Jangan mengkritisi pasien
diri sendiri secara negatif
7) Perubahan minat terhadap 4) Sampaikan/ungkapkan
orang lain kepercayaan
8) Perubahan peran seksual diri pasien dalam
mengatasi situasi
5) Berikan hadiah atau pujian
6) Fasilitas lingkungan dan
aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga
diri
7) Monitor tingkat harga diri
dari waktu ke waktu
dengan tepat
Peningkatan Harga Diri
Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan
1) Monitor pernyataan pasien
berhubungan dengan program keperawatan, pasien mampu
mengenai harga diri
pengobatan beradaptasi terhadap disabilitas
2) Tentukan kepercayaan diri
fisik dengan kriteria hasil :
Defenisi : konfunsi dalam pasien dalam hal penilaian
gambaran mental lantang diri- 1) Menyampaikan secara lisan diri
fisik individu kemampuan untuk 3) Bantu pasien
menyesuaikan terhadap mengidentifikasi respon
Batasan Karakteristik : disabilitas positif dari orang lain
2) Menyampaikan secara lisan 4) Eksplorasi alasan-alasan
1) Berfokus pada fungsi masa penyesuaian terhadap untuk mengkritik diri atau
lalu disabilitas rasa bersalah
2) Berfokus pada penampilan 3) Beradaptasi terhadap 5) Fasilitasi lingkungan dan
masa lalu keterbatasan secara aktivitas-aktivitas yang
3) Menekankan pencapaian fungsional akan meningkatkan harga
4) Personalisasi bagian tubuh 4) Mengidentifikasi cara-cara diri
dengan nama untuk beradaptasi dengan 6) Sampaikan atau ungkapkan
5) Personalisasi bagian tubuh perubahan hidup kepercayaan diri pasien
yang menghilang dalam mengatasi situasi
6) Menolak
menerima perubahan
7) Menghindari
menyentuh tubuh
8) Menyembunyikan
bagian tubuh
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan
Teknik Relaksasi
berhubungan dengan gejala keperawatan, pasien mengalami
terkait penyakit status kenyamanan fisik yang 1) Gambarkan rasionalisasi
baik dengan kriteria hasil : dan manfaat
Defenisi : merasa kurang relaksasi
nyaman, lega, dan sempurna 1) Kontrol terhadap gejala 2) Ciptakan lingkungan yang
dalam dimensi fisik, 2) Relaksasi otot tenang
psikospritual, lingkungan 3) Posisi yang nyaman 3) Tunjuk dan praktikkan
budaya, dan atau sosial 4) Baju yang nyaman teknik relaksasi pada
5) Tingkat energi klien
Batasan Karakteristik : 4) Dorong pengulangan
teknik praktik- praktik
1) Ansietas tertentu secra berkala
2) Berkeluh kesah 5) Dorong kontrol sendiri
3) Gangguan pola tidur ketika relaksasi dilakukan
4) Gatal 6) Evaluasidan
5) Gejala distress dokumentasikan
6) Gelisah respon terhadap terapi
7) Ketidakmampuan relaksasi
untuk rileks
8) Kurang puas
dengan keadaan
9) Menangis
10) Merasa dingin
11) Merasa kurang
senang dengan situasi
12) Merasa lapar
13) Merasa tidak nyaman
Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) &
Nursing Interventions classification (NIC) (2016)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien kanker
ovarium. Tindakan keperawatan tersebut melipu tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan berdasarkan kesimpulan perawat
sendiri. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang bekerjasama dengan dokter, ahli
gizi, dan lain-lain. Bekerjasama dengan dokter misalnya tindakan medis apa yang akan
dilakukan pada pasien kanker ovarium, seperti pemberian obat dan tindakan
pembedahan. Bekerjasama dengan ahli gizi misalnya menentukan diet pasien kanker
ovarium.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang dicapai dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Ada 2 jenis evaluasi yaitu :
a. Evaluasi formatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif
Merupakan hasil observasi dan analisis status pasien kanker ovarium
berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur apakah
tujuan sudah tercapai, tercapai sebagian atau tidak tercapai.
1) Tujuan tercapai
Tujuan ini dikatakan tercapai apabila pasien kanker ovarium menunjukkan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga masih perlu
dicapai.
3) Tujuan tidak tercapai
Tujuan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan kemajuan kearah kriteria
yang telah ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Gejala, Tanda Peringatan Dini, dan Faktor Risiko Kanker Ovarium risikokanker-
ovarium.htm. Diakses 2 September 2019
Danesh, K; Durrett, R; Havrilesky, L; Myers, M. 2012. A Branching Process Model of Ovarium
Cancer. Research Report. Duke University of Durham, New Colombia.
Steffensen, K,D; Ayesha,B, A; Yang,Y; Marianne, W; Pei, H; Jennie, C,H; Dan-Arin, S; Anders,
J; Thomas, R& Gil,M. 2011. Prevalence of Epithelial Ovarian Cancer Stem Cells
Correlates with Recurrence in Early-Stage Ovarian Cancer. Journal of Oncology. Vol
2011. Hal 1- 12.
Sahil, M.F. 2010. Penatalaksanaan Kanker Ovarium pada Wanita Usia Muda dengan
Mempertahankan Fungsi Reproduksi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Setiawan, S. D. (2015). the Effect of Chemotherapy in Cancer Patient To Anxiety. Jurnal
Majority, 4(4), 94–99. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/587
Triyanto,E. 2010. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Mekanisme Koping Istri yang
Menderita Kista Ovarium di Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman. Vol 5. No. 1.
Hal:1-7.
Zuhri,T,W. 2014. Kanker Bukan Akhir Dunia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Kong, H. (2018). Kanker ovarium S. 1–9. Retrieved from
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Ovarian
Cancer_Indonesian.pdf?ext=.pdf

Anda mungkin juga menyukai