Anda di halaman 1dari 98

Tafsir ‘Ilmi Surah ar-Ra’d ayat 2 (Pemahaman Makna ‘Amad

Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah


fī al-Qur’an Al-Karīm Perspektif al-Qur’an dan Sains)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

ANDI ZAINAL ABIDIN


NIM 160069

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS


USHULUDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
Dr. Masiyan, M.Ag Jambi 19 April 2019
Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,. MA,. M.Hum
Alamat : Fakultas Ushuluddin Uin Sts Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fakultas Ushuluddin
Muaro Jambi dan Studi Agama
Uin STS Jambi
di –
JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan


yang berlaku di Fakultas Ushuluddin UIN STS jambi, maka kami berpendapat
bahwa skripsi saudara ( Andi Zainal Abidin) dengan Judul “Tafsir „Ilmi Surah ar-
Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr
Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains)”
telah dapat diajukan untuk di munaqoshahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al-
Qur‟an Dan Tafsir (IAT) Di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
Demikianlah yang bisa dapat kami sampaikan kepada bapak ibuk, semoga
bermampaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

wassalām

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Masiyan, M.Ag Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum


NIP. 19730713 200501 1 006 NIP. 19861215 201101 1 004

i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertandangan di bawah ini :


Nama : Andi Zainal Abidin
Nim : UT160069
Tempat/Tangal Lahir : Tanjung Pinang, 07 Januari 1998
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
Alamat : Kenali Asam Bawah, Kec. Kota Baru, Kota Jambi, Jambi

Dengan menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Tafsir „Ilmi


Surah ar-Ra‟d ayat 2 (Pemahaman Makna „Amad Menurut Zaglul al-Najjar
dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an
dan Sains)”. Adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian
hari ternyata ini tidak benar, maka saya sepenuh bertanggung jawab sesuai dengan
hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.

Dengan demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan seperlunya.

Jambi, 19 Juni 2019


Penulis,

Andi Zainal Abidin


NIM: UT.160069

ii
iii
MOTTO

َ ْ َّ َّ َ ْ َّ
َ ‫الن َىار َل ٰا ٰيج ل ِاولى ْال َا ْل‬ َ ْ َ َّ ‫اَّن ف ْي َخ ْلق‬
ْ ‫الس ٰم ٰيت َو ْال َا‬
‫ابِۙ ال ّذين‬
ّ ‫ب‬ ّ ّ ٍ ّ ‫و‬ ‫ل‬ّ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫اف‬‫ل‬
ّ ّ‫خ‬‫اخ‬‫و‬ ‫ض‬ّ ‫ر‬ ّ ّ ّ ّ

َّ ِ
‫ض‬ ‫ر‬ َّ ‫اّٰلل ك َي ًاما َّو ِك ِػ ْي ًدا َّو َع ٰلى ِج ِن ْيبه ْم َو َي َخ َفك ِر ْو َن ف ْي َخ ْلق‬
ْ ‫الس ٰم ٰيت َو ْال َا‬ َ ‫َي ْذك ِر ْو َن ه‬
ِۚ ّ ّ ّ ّ ّّ ّ

َّ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ْ ِ ً َ َ ٰ َ ْ َ َ َ َ ََّ
‫اب الن ّار‬‫اطلاِۚ ستدنك ف ّلنا عذ‬
ّ ‫ربنا ما خللج وذا ة‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
(al-„Imrān: 190-191)

iv
PERSEMBAHAN

Lewat setiap tarikan nafas yang terhirup, suatu rasa syukur yang wajib
tertanam di dalam hati. Sungguh hanya kepadamu ya Rabb rasa syukur dari segala
nikmat dan karunia yang telah engkau beri dan anugerahkan kepadaku. Taburan
cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat
dan salam kepada kekasih kami Nabi Muhammad Saw makhluk terbaik yang
engkau ciptakan, penebar rahmat bagi seluruh alam.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang yang tercinta dan
tersayang atas kasihnya yang melimpah. Dari didikan kalian yang ku aplikasikan
dengan ketikan hingga menjadi barisan tulisan dengan beribu kesatuan, berjuta
makna kehidupan, tidak bermaksud yang lain hanya ucapan terima kasih yang
setulusnya tersirat di hati yang ingin ku sampaikan atas segala usaha dan jerih
payah pengorbanan untuk anakmu selama ini. Hanya sebuah kado kecil yang
dapat ku berikan dari bangku kuliahku yang memilki sejuta makna, sejuta cerita,
sejuta kenangan, pengorbanan, dan perjalanan untuk dapatkan masa depan yang
ku inginkan atas restu dan dukungan yang kalian berikan. Saudara kandungku
kakak dan dua adikku yang tersayang, terima kasih atas do‟a, kasih sayang,
kesabaran dan dorongan semangatnya. Semoga kita bisa mewujudkan semua
harapan orang tua kita, baik di dunia begitupun di akhirat kelak. Amin.
Ucapan Terima kasih yang tiada tara untuk guru-guruku sejak awal dini ku
belajar hingga pada jenjang pergurun tinggi, yang telah membimbing dan
mengajariku banyak ilmu, hanya ucapan terima kasih yang dapat kuberikan. Dan
tiada balasan yang pantas untukmu wahai guruku, melainkan hanyalah ridho
Allah Swt.
Merampungkan skripsi jelas bukanlah momen mudah yang harus kujalani
sebagai mahasiswa, terima kasih kepada Bapak Dr. Masiyan, M.Ag dan Bapak
Dr. D.I Ansusa Putra, Lc,.M.A,.M.Hum tidak hanya sebagai guru namun kalian

v
sebagai pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktu, pikiran hingga
mengantarkanku mengantungi gelar sarjana.
Selanjutnya karya ini kupersembahkan untuk teman-teman seperjuangan
selama menjalani pendidikan mulai dari SD, MTS, MA hingga pada bangku
kuliah, terkhusus buat teman-teman satu jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
angkatan 2016 kebersamaan kita dalah kenangan yang tak akan terlupakan. dan
tidak lupa pula ucapan banyak terima kasih kepada segenap civitas akademika di
lingkungan Fakultas ushuluddin dan Studi Agama, yang telah banyak membantu
dan membimbing saya selama proses perkuliahan.

vi
ABSTRAK

Banyak ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia agar memperhatikan


dan mengamati kejadian-kejadian yang diciptakan oleh Allah swt. Pada surah ar-
Ra‟d ayat 2 adalah salah satu ayat al-Qur‟an yang membahas hal tersebut yang
harus diamati sehingga nantinya akan memberikan pemahaman apa yang
dimaksudkan oleh Allah pada firman-Nya tersebut. Untuk memahami ayat
tersebut penulis menganalisa pandangan Zaglul al-Najjar, karena ia adalah pakar
Geologi serta kepiawaiannya dalam tafsir al-Qur‟an yang berbasis sains.
Penelitian ini menggunakan metode tematik yang dimaksudkan untuk
mengungkap maksud ayat tertentu secara kontekstual. Pendekatan penelitian yang
penulis gunakan adalah pendekatan tafsir „ilmi (library research), yaitu
pendekatan yang berorientasikan sains. Dengan menekankan pada sumber tertulis
terutama karya Zaglul al-Najjr “Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-
Karīm”, dengan tujuan mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap surah ar-
Ra‟d ayat 2 yang secara kontekstual bertentangan dengan apa yang
diinformasikan Allah dalam al-Qur‟an, namun tidak pada kenyataannya karena
penulis menemukan bagaimana pemahaman Zaglul al-Najjar tentang ayat
tersebut, bahwa pada dasarnya segalanya peciptaan Allah Swt adalah bukti kuasa
dan kebesaran-Nya, namun pada ayat ini Zaglul al-Najjar memberikan analisa
bahwa langit terangkat karena ada tiannya. Hal ini dijawab dengan penjelasan
secara sains dan dikuatkan pula dengan ayat-ayat al-Qur‟an lainnya.
Menurutnya, disebutkan dalam kitab tafsinya Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī
al-Qur‟an Al-Karīm bahwa tiang langit itu adalah empat energy yang
tersembunyi, yaitu Gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, gaya elektromagnetik dan
gaya gravitasi yang dimediasi oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan boson
acuan, ditunjukkan dalam warna merah muda yang merupakan partikel yang
menghantarkan keempat gaya tersebut (gaya fundamental).

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah setinggi-tingginya ke hadirat Allah swt, yang telah memberikan


kekuatan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai tugas
akhir studi dan semoga Allah meridhai perjuangan ini. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah saw, keluarga sahabat dan kepada seluruh kaum muslimin yang
mengikuti beliau hingga hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan tugas akhir ini tidak akan berjalan
dengan lancar tanpa konstribusi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yakni ayahanda tercinta dan ibunda tercinta yang
selalu memberi motivasi dan nasehat serta doa yang sangat berharga dan tidak
tidak dapat tergantikan oleh apapun di dunia ini. Begitu juga kepada saudara-
saudara tersayang dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberi
semangat kepada penulis untuk melanjutkan penulisan skripsi ini hingga
selesai.
2. Bapak Dr. Masiyan,M.Ag sebagai pembimbing I dan Dr. D.I Ansusa Putra,
Lc,.M.A,.M.Hum sebagai pembimbing II, dan kepada Ibu Ermawati,
S.Ag,.MA sebagai pembimbing akademik (PA), yang telah berkenan
meluangkan waktu dan menyempatkan diri membimbing dan memberi
masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada bapak (nama penguji) selaku penguji
utama dan kepada bapak (nama penguji) sebagai penguji kedua yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta arahan dan masukan kepada penulis
sehingga selesai penulisan skripsi ini.
3. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Abdul Halim,
M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, dan juga kepada
Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, M.HI selaku ketua prodi Ilmu Alquran
dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Serta kepada seluruh
bapak/ibu dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Selain itu,

viii
ucapan terima kasih juga kepada karyawan/karyawati pustaka Ushuluddin,
pustaka UIN Jambi, dan pustaka Wilayah, yang telah membantu untuk
mencari bahan rujukan serta memberi kemudahan kepada penulis dalam
pengurusan administrasi selama penulisan skripsi.
4. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan,
teman-teman angkatan 2016 jurusan IAT dan teman-teman di pondok
pesantren Darul Arifin. Kalian semua luar biasa, sukses buat kita.
Akhirnya penulis menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt, semoga
amal kebaikan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah swt.
Amin ya Rabbal „Alamin.
Jambi, April 2020
Penulis,

Andi Zainal Abidin


NIM: UT.160069

ix
DAFTAR ISI
NOTA DINAS ......................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................... ii
PENGESAHAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Batasan Masalah........................................................................................... 6
D. Tujuan dan kegunaan penelitian................................................................... 6
1. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6
2. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7
F. Metode Penelitian......................................................................................... 9
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 9
2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 10
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 10
4. Metode Analisis Data ............................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA
‘AMAD ................................................................................................... 13
A. Definisi Kata „Amad................................................................................... 13
B. Ayat-ayat Tentang „Amad .......................................................................... 15
1. Kata „amad disebut dalam 3 ayat ........................................................... 16
2. Kata „imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9 ................................. 17
C. Penafsiran Kata „Amad Dalam Kitab Tafsir .............................................. 17

x
1. Periode Tafsir Klasik .............................................................................. 18
2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern) ................................................... 19
BAB III ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM
SURAT AL-RA’D AYAT 2 .................................................................. 25
A. Biografi Zaglul Al-Najjar........................................................................... 26
1. Namanya ................................................................................................. 26
2. Riwayat Pendidikan ................................................................................ 27
3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik ............................................ 28
4. Karya-karya ............................................................................................ 31
B. „Amad Di dalam Ilmu Kosmologi (Sains) .................................................. 32
1. Gaya Nuklir Kuat ................................................................................... 33
2. Gaya Nuklir Lemah ................................................................................ 34
3. Gaya Elektromagnetik ............................................................................ 34
4. Gaya gravitasi ......................................................................................... 35
C. Gravitasi Universal Newton ....................................................................... 37
D. Gelombang Gravitasi ................................................................................. 39
E. Teori Superstring dan Kohesi Alam Semesta ............................................ 40
BAB IV ANALISIS KATA ‘AMAD PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN ILMU
DAN SAINS ........................................................................................... 44
A. Langit Dan Bumi Suatu Yang Padu ........................................................... 46
B. Meluasnya Bangunan Langit Dengan Kekuatan ........................................ 55
C. Langit Pada Mulanya Berupa Asap............................................................ 57
D. Langit dan Bumi Tidak Jatuh Dengan Adanya Kekuatan Gravitasi .......... 59
E. Langit Sebagai Atap ................................................................................... 65
1. Troposfer ................................................................................................ 66
2. Stratosfer ................................................................................................ 67
3. Mesosfer ................................................................................................. 67
4. Termosfer ............................................................................................... 68
5. Eksosfer .................................................................................................. 68
F. Makna Tujuh Lapis Langit ......................................................................... 68

xi
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72
A. Kesimpulan ................................................................................................ 72
B. Saran ........................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
CURICULUM VITAE ........................................................................................ 78

xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan hurufdan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi
dengan huruf dan tanda sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

es (dengan titik di
‫ث‬ Sa Ṡ
atas)

‫ج‬ Jim J Je

ha (dengan titik di
‫ح‬ Ha Ḥ
bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

Zet (dengan titik di


‫ذ‬ Zal Ż
atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

xiii
‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

Es (dengan titik di
‫ص‬ Sad Ṣ
bawah)
Es (dengan titik di
‫ض‬ Dad Ḍ
bawah)
Es (dengan titik di
‫ط‬ Ta Ṭ
bawah)
Es (dengan titik di
‫ظ‬ Za Ẓ
bawah)
Koma terbalik (di
‫ع‬ „ain ،
atas)

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ´ Apostrof

xiv
‫ي‬ Ya Y Ye

B. Vokal (tunggal dan rangkap)


Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
------
َ Fathah A A

------
ِ Kasrah I I

------
ُ Dhammah U U

2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

َ ‫ي‬
---- Fathah dan ya‟ Ai a-i

َ ‫و‬
---- Fathah dan wau Au a-u

C. Vokal Panjang (maddah)


Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
َ a dan garis di
‫ا‬ Fathah dan alif Ā
atas

‫َي‬
a dan garis di
Fathah dan ya‟ Ā
atas

xv
‫ي‬ Kasrah dan ya‟ Ī
ّ i dan dan garis

‫ِو‬
Dhammah dan U dan garis di
Ū
wawu atas
Contoh:
َ َ
‫كال‬ - qāla

َ
‫َرمى‬ - ramā

َ
‫ّك ْيل‬ - qīla

ِ َ
‫َيل ْيل‬ - yaqūlu

D. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
1. Ta marbutah hidup
Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dhammah, transliterasinya adalah /t/
2. Ta marbutah mati
Ta marbutah yang matiatau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah /h/ Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka
ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َ َْ َ َ
‫َر ْوضث الأطفال‬ - rauḍah al-aṭfāl

َ
‫الددينث الدنيرة‬ - al-Madīnah al-Munawwarah

‫طلدث‬ - Ṭalḥah

E. Syaddah

xvi
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:

‫ربنا‬ - rabbanā

‫نزل‬ - nazzala

َ
‫البر‬ - al-birr

F. Kata Sandang (di depan huruf syamsiah dan qamariah)


Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫ال‬
namun dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang
diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.
1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiah
Kata sandang yang dikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti huruf qamariah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata sandang ditulis
terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sandang.
Contoh:

‫الرجل‬ - ar-rajulu

‫السيدة‬ - as-sayyidatu

‫الشمس‬ - asy-syamsu

xvii
‫الللم‬ - al-qalamu

G. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:

‫حأخذون‬ - ta´khużūna

‫النيء‬ - an-nau´

‫شيئ‬ - syai´un

H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi´il, isim maupun harf, ditulis terpisah,
hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata
lain yang mengikutinya.
Contoh:
َ َ َ َّ َ
‫از ّق ْي‬ َّ ‫ّٰلل ل َذ ِو َخ ْي ِر ا‬
‫لر‬ َ ‫َو إن ا‬ - wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn
ّ

َ َ َ َ َ ِ ََ
‫فأ ْوفيا الك ْيل َو الدي زان‬ - fa auful kaila wal mīzāna
ّ

َ َ َْ
‫او ْي ِم الخ ّل ْيل‬
ّ ‫ّإةر‬ - ibrāhīmul khalīl

I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti
apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk
menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu

xviii
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
َ َ
‫وما محمد إلا َرسيل‬ - Wa mā Muḥammadun illā rasūl

َ َ
‫إن أول َةيج َوضع للناس‬ - Inna awwala baitin wuḍi‟alinnāsi

ْ َ َ
‫لػالمين‬ ‫الحمد ّٰلل َرب ا‬ - Alḥamdu lillāhi rabbil „ālamīn

Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan
kata lain, sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak
dipergunakan.
Contoh:
َ َ َ
‫نصه َمن اّٰلل َو كخح كريب‬ - Naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb

َ َ
‫ّٰلل الأمر جميػا‬ - Lillāhil amru jamī‟an

َ َ َ
‫و اّٰلل َةكل شيئ عليم‬ - Wallāhu bikulli sya‟in alīm

J. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefashihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.
Karena itu, peresmian pedoman transliterasi Arab Latin (versi Internasional) ini
perlu disertai dengan pedoman tajwid.

xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang menetapkan masalah akidah dan hidayah,
hukum syari‟at dan akhlak. Bersamaan dengan itu, di dalamnya juga terdapat
ayat-ayat yang menunjukkan berbagai kenyataan ilmiah, sehingga memberikan
dorongan kepada manusia untuk mempelajarinya, membahas, dan menggalinya.
Al-Qur‟an al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam
agama Islam, memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah
merupakan realitas-realitas independen apalagi terakhir (ultimate), melainkan
“tanda-tanda” (signs,ayat) dari kebesaran dan keberadaan tuhan.1 Selain itu al-
Qur‟an juga sebagai sumber ajaran dan landasan utama bagi sebuah pemikiran dan
peradaban Islam. Maka banyak ayat al-Qur‟an menuntut manusia agar senantiasa
membaca, mengkaji dan memahaminya. Dengan demikian, untuk mengerti dan
memahami isi al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya, maka dibutuhkan sejumlah
perangkat, di antaranya yang paling utama yaitu ilmu tafsir. Tafsir secara
etimologis berarti al-idhah wa al-tabyin, penjelasan dan keterangan. Dan secara
terminology ilmu tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab al-Qur‟an, menjelaskan
maknanya, menggali hukum-hukum, hikmah dan ilmu yang terkandung di
dalamnya.2 Yaitu dengan penafsiran yang bercorak ilmiah untuk menjelaskan
isyarat-isyarat al-Qur‟an mengenai gejala alam yang bersentuhan dengan wujud
Tuhan yang Maha hidup dan Mahakuasa.3
Ayat-ayat al-Qur‟an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau
menjadi ilmuwan begitu banyak. al-Qur‟an menggunakan berbagai istilah yang
berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan
mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; al-Ghasyiyah:
17-20; Yunus: 101; al-Anbiya‟: 30), membaca (al-„Alaq: 1-5) agar mengetahui
suatu kejadian (al-An‟am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15),
menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus:

1
Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains&Sosial, (Jakarta: AMZAH 2012), 1
2
Tim Tafsir Salman, Tasfir Ilmiah Atas Juz „Amma, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), 27.
3
Samsurrahman, Pengantar „Ilmu tafsir, (Jakarta: AMZAH 2014), 190.

1
2

101; al-Ra‟d: 4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah:5, 13), menjadi ulu al-
albab (ali „Imran: 7; 190-191; al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus:
3).
Sedangkan pandangan al-Qur‟an tentang sains maupun teknologi, dapat
diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.:
َ ْ ْ ََّ َ َ ْ ََّ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ ََ َ ْ ْ ََ َ ََ َ َّ َ ْ
ْ ‫ا ْك َرأ ة‬
‫اس ّم َر ّةك ال ّذ ْي خلقِۚ خلق ال ّان َسان ّم ْن عل ٍقِۚ ّاك َرأ َو َر ُّةك الاك َر ِمِۙ ال ّذ ْي عل َم ّةاللل ّمِۙ عل َم ال ّان َسان‬ ّ ّ

َ ْ َ
‫َما ل ْم َيػل ْم‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya”. (al-„Alaq: 1-5).4
Kata iqra‟, menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang
tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra‟ itu mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia5
Salah satu tanda-tanda kebenaran di dalam al-Qur‟an dan alam semesta
dipadukan melalui mukjizat al-Qur‟an dan mukjizat alam semesta yang
menggambarkan kekuasaan tuhan karena al-Qur‟an lebih dahulu daripada temuan
ilmiah. Masing-masing mengakui dan membenarkan mukjizat yang lain agar
keduanya menjadi pelajaran bagi setiap orang yang mempunyai akal sehat dan
hati bersih atau orang yang mau mendengar, Allah Swt menciptakan fitrah yang
bersih dan mulia dalam diri manusia, lalu melengkapimya dengan bakat dan
sarana pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui
kenyataan-kenyataan besar di alam semesta ini. Fitrah manusia mukmin mengarah
ke alam semseta untuk mengungkap rahasia dan tujuan penciptaan-Nya serta

4
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
5
Jamal Fakhri, “Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jurnal TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010. 125.

2
3

berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam semesta dan menentukan


bagaimana ia harus berbuat dan bersikap. Tidak hanya manusia tetapi seluruh
alam semesta ini diciptakan dengan fitrah keimanan kepada Allah Swt, Tuhan
semesta alam.6
Epistemologi sufi melalui penafsiran-penafsiran fenomena alam (dalam
kajian sufistik), D.I Ansusa Putra menjelaskan bahwa fenomena alam merupakan
salah satu jalan untuk mencapai esensi Tuhan. Sedangkan keberadaan Tuhan
dapat dikaji melalui tanda-tanda-Nya.7 Sudah terdapat beberapa kebenaran ilmiah
yang telah dijelaskan oleh al-Qur‟an, tetapi tujuan penjelasan ayat al-Qur‟an
tersebut untuk menunjukkan dan membuktikan kebesaran Tuhan dan keesaan-
Nya, serta memberikan motivasi dan mendorong manusia untuk mengadakan
penelitian dan observasi agar lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-
Nya.8
Salah satu yang merupakan penelitian ilmiah yaitu pembuktian kebenaran
al-Qur‟an terhadap bagaimana penciptaan alam semesta. Sekian lama para ilmuan
berpendapat bahwa alam semesta bersifat azali (sudah demikian semenjak di
ciptakan) dan costan (tidak berubah). Namun, abab-20 membuktikan bahwa ilmu
astronomi mengalami perkembangan yang signifikan,9 sehingga mampu menguap
misteri dari berbagai aspek pembahasan penelitian seperti konsep penciptan alam
semesta, pemisahan langit dan bumi dan lain sebagainya. Namun, pembahasan
pada penelitian ini penulis akan mengangkat sebuah penelitian ilmiah tentang
“Tiang langit” sebagaimana Allah Swt menjelaskan di dalam al-Qur‟an pada
surah Ar-Ra‟d ayat 2 sebagai berikut:
َ َ َ َّ ‫َ ه‬
َ َ َّ ‫ّٰلل الذ ْي َر َف َع‬
‫الس ٰم ٰي ّت ّةغ ْي ّر غ َم ٍد ح َر ْون َىا‬ ِ ‫ا‬
ّ

6
Ahmad Fu‟ad Pasya, Dimensi Sains Al-Qur‟an, terjemahan M.Arifin, (Jakarta:PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2006) 1-2.
7
D.I Ansusa Putra, Jurnal: Epistemologi Tafsir Sufi Perspektif Esoterik-Fenomenologi
(Jurnal Ulul Albab Volume 19, No.2 Tahun 2018), 185. pdf
8
M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), 75.
9
Hisham Talbah, Perj, Syarif Hade Masyah, Ensiklopedia Mukzizat Al-Qur‟an dan Hadis,
(PT. Sapta Sentosa, 2009).
4

”Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu


lihat”. (QS. Ar-Ra‟d:2).10
Makna “tiang” langit dalam bahasa Arab yaitu „amad yang merupakan
jama‟ dari kata „imaadun yang bermakna tiang. Wahbah Az-Zuhaili
mengemukakan pendapat tentang permasalahan ini di dalam tafsirnya (Tafsir Al-
Munir) bahwa Allah Swt menginformasikan kesempurnaan dan totalitas kuasa-
Nya dan keagungan kekuasan-Nya. Allah Swt yang menciptakan langit tanpa
tiang, kita tidak melihat adanya tiang dan pilar karena langit memang tidak
َ َ
mempunyai tiang dan pilar sama sekali. Kalimat (‫ )ح َرون َىا‬adalah untuk memperkuat

makna keberadaan langit tanpa tiang. Maksudnya bahwa Allah membuktikan


wujud dan kuasa-Nya. Seandainya langit memiliki tiang dan pilar, tentu ayat ini
tidak mengandung bukti petunjuk wujud Allah Swt. langit bisa tegak dengan
kuasa Allah Swt, penjagaan, pemeliharaan dan penganturan-Nya. Allah Swt yang
menjadikannya seperti itu. Walaupun ada yang mengatakan, itu adalah
keseimbangan hukum gravitasi antara bintang-bintang dan planet-planet, tetap
saja itu semua adalah ciptaan Allah Swt.11
Pendapat di atas sesuai firman Allah Swt secara tekstual, bahwa benar Allah
swt menciptakan langit dan bumi diantara keduanya tidak ada tiang. Namun,
berbeda halnya dengan pendapat Zaghlul Al-Najjar bahwa langit itu terangkat
sebab ada tiangnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pemahaman Zaglul Al-Najjar di dalam kitab tafsir Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī
Al-Qur‟anil Al-Karīm tentang hal tersebut.
Maka berkenaan dengan penelitian pada skripsi ini, Allah Swt telah
menjelaskan di dalam al-Qur‟an secara umum bahwa langit dan bumi itu adalah
sebuah gumpalan atau satu yang padu yang dipisahkan. Firman-Nya di dalam
surah al-Anbiya‟: [21]: 30 :

10
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
11
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari‟ah, Manhaj ) terjemahan (Jakarta:
Gema Insani, 2014), 105-106.
5

َ ََ َ َ َِّ َ ْ َْ َ َ َ ٰ َْ ََ ًْ ََ َ َ َْ َ َ َّ َ َ
َّ ‫ا َول ْم َي َر الذيْ َن ك َف ِر ْوا اَّن‬
‫الس ٰم ٰي ّت َوالا ْرض كانتا َرحلا ففخلن ِىما َوجػلنا ّم َن الما ّۤء كل ذ ْي ٍء حي افلا‬
ٍ ّ

َ ِ ْ
‫ِيؤ ّمن ْين‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”12
Al-Qur‟an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, tetapi
para ilmuwan dari hasil observasinya mengemukakan bahwa kejadian tersebut
benar adanya. Observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang
raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. ini berarti
bahwa alam semesta berekspansi. Ekspansi itu, menurut fisikawan Rusia George
Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus miliar galaksi yang masing-
masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang, apabila ditarik kebelakang,
kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron.13 Namun,
pembahasan lebih lanjut akan pada penelitian ini akan di jelaskan pada bab
selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi masalah utama dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah
ar-Ra‟d ayat 2 dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah)?. Masalah utama ini akan
duraikan dalam sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad dalam surah
ar-Ra‟d ayat 2?
2. Bagaimanakah pandangan sains dalam menjelaskan „amad (tiang langit?

12
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
13
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat
Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib) (Bandung: PT Nizan Pustaka, 2007). 175-176.
6

C. Batasan Masalah
Setelah pemaparan latar belakang di atas bahwa di dalam al-Qur‟an yang
menjelaskan tentang „amad (tiang langit) cukup luas dan tidak hanya pada satu
ayat seperti penulis cantumkan di atas. Namun, terdapat pada empat ayat dengan
dua kata yang berbeda yaitu „amad terdapat pada surah Ar-ra‟d ayat 2, Luqman
ayat 10, al-Humazah ayat 9, dan „imaad terdapat pada surah al-Fajr ayat 6-9
Namun, di dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan terfokus
pada satu ayat yaitu surah ar-Ra‟d ayat ke-2 terhadap pemahaman Zaglul al-Najjar
di dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm pada kata
„amad dan juga bagaimana pandangan dalam ilmu sains berpadu dengan dalil-
dalil Al-Qur‟an.

D. Tujuan dan kegunaan penelitian


Rumusan masalah di atas dapat membantu penulis untuk menetapkan
maksud dan tujuan penelitian, sehingga penelitian ini mencapai target yang
diinginkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengungkap beberapa
masalah berikut ini:
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah utama pada penelitian ini, yaitu
Bagaimana pemahaman makna „amad (tiang langit) surah ar-Ra‟d ayat 2
dalam penafsiran tafsir „ilmi (ilmiah). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad
dalam kitab Tafsīr Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm.
b. Untuk mengetahui pandangan sains dalam menjelaskan kata „amad
dalam kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟anil Al-Karīm
2. Kegunaan Penelitian
a. Agar menambah wawasan penafsiran al-Qur‟an yang berkaitan dengan
ayat-ayat ilmiah tentang tiang langit.
7

b. Menambah refrensi keilmuan (khazanah) Islam terhadap penafsiran


ayat al-Qur‟an tentang tiang langit.
c. Memberikan kontribusi bagi pengembangan-pengembangan studi tafsir,
terutama paradigma tafsir yang berkaitan langsung dengan ilmu-ilmu
pengetahuan modern.
Dengan demikian, besar harapan penulis agar semoga penelitian ini
memberikan kontribusi, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan rujukan karya
Ilmiah lain yang yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang sedang
peneliti kerjakan. Dengan tinjauan pustaka ini, penulis ingin menunjukkan bahwa
apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama,
Skripsi karya Agus Rizal dengan judul “Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut al-
Qur‟an Berdasarkan Penafsiran Surah al-Anbiya` Ayat 30”14. Skripsi ini meneliti
tentang bagaimana proses pemisahan antara langit dan bumi, ketika menafsirkan
kata ratqa dan fatqa ahli tafsir berbeda penafsiran. Sebagian Mereka menafsirkan:
dulu langit dan bumi adalah sesuatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya
dengan mengangkat langit ke tempatnya. Sebagian ulama yang lain
memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang
terpadu. Para pakar banyak menemukan bukti yang cukup kuat, yang menyatakan
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan
ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara langit
dan bumi.
Pembahasan masalah asal mula kejadian dan evolusi alam sebenarnya
merupakan perkara ghaib yang pada hakikatnya hanya Allah lah yang
mengetahuinya. Namun, Allah Swt memerintahkan agar manusia memperhatikan
serta memikirkan apa yang ada di langit dan di bumi, sebagaimana telah Allah
informasikan di beberapa ayat dalam al-Qur‟an tentang fenomena alam bahwa

14
Agus Rizal (NIM: 341103101) Skripsi: Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut Al-Qur‟an
Berdasarkan Penafsiran Surah Al-Anbiya` Ayat 30, (Darussalam-Banda Aceh: Jurusan Tafsir
Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2016). pdf
8

langit itu sebagai atap tanpa tiang yang meyangga karena dengan kekuatan yang
di ciptakan oleh Allah.
Kedua, Jurnal Ade Jamarudin dengan judul “Konsep Alam Semesta
Menurut Al-Qur‟an”15 Dalam Al-Qur‟an dikatakan bahwa alam semesta
“mengalami perluasan atau mengembang”. Pada awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa
alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan.
Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan
teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”. Pada awal abad ke-20,
fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George
Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan
menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan
teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-
bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di
mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa
alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan
di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus
mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam al-Qur‟an pada saat tak seorang
pun mengetahuinya. Ini dikarenakan al-Qur‟an adalah firman Allah, Sang
Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Ketiga, Muhammmad Rusli dengan judul “Konsep Penciptaan Alam
Semesta Dalam Tafsir Al-Misbah.”16 Pada surah Al-Anbiya‟: 30 ayat dipahami
oleh sebahagian para ilmuan sebagai salah satu mukjizat al-Qur‟an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang
dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang

15
Ade Jamarudin, Jurnal: Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur‟an (JURNAL
USHULUDDIN Vol. XVI No. 2, Juli 2010), 145. pdf
16
Muhammad Rusli (10832002773), Skripsi: Konsep Penciptaan Alam Semesta Dalam
Tafsir Al-Misbah, (Riau: Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau,
2013), 57. pdf.
9

menyatakan bahwa langit dan bumi yang tadinya merupakan satu gumpalan atau
َ َّ
yang diistilahkan oleh ayat ini dengan (‫ ) َرحلا‬ratqan, lalu gumpalan itu terpisah

sehingga terjadilah pemisahan antara langit dan bumi. Allah membelah langit dan
bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan di bumi, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas
dan membiarkan bumi ditempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya
dengan udara.
Rujukan karya ilmiah yang telah penulis paparkan di atas, berbeda dengan
penelitian yang akan penulis teliti. Ketiga penelitian ini mempunyai relevansi
dengan penelitian yang akan penulis teliti, yaitu dalam penelitian ini penulis juga
akan menjelaskan bagaimana konsep atau proses terciptanya alam semesta, hanya
saja dalam penelitian ini lebih spesifik dalam meneliti tentang pemahaman makna
„amad menurut Zaglul al-Najjar dalam Tafsīr Al āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an
Al-Karīm Perspektif al-Qur‟an dan Sains.

F. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah, agar lebih terarah dan rasional diperlukan
suatu metode yang sesuai dengan obyek yang akan dikaji, karena metode
merupakan cara bertindak supaya penelitian berjalan terarah dan mencapai hasil
yang maksimal.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan merupakan cara berpikir yang
diadopsi peneliti tentang bagaimana desain riset dibuat dan bagaimana
penelitian akan dilakukan. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan tafsir „ilmi. Yaitu pendekatan yang berorientasikan
sains. Objektif kajian ini adalah untuk menganalisis terjemahan makna ayat
Al-Kauniyyah dalam terjemahan al-Qur‟an yang lebih sesuai seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dewasa ini.
10

2. Sumber dan Jenis Data


Penulisan ini bersifat Study kepustakaan (library research), yaitu
mengumpulkan data dari berbagai literatur yang ada hubungan dengan
penulisan ini yang selanjutnya diformulasikan kedalam bentuk karya ilmiah.
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapat informasi secara lengkap
serta menyatukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam
melakukan penelitian dan kegiatan ilmiah. Terdapat dua sumber kepustakaan
yang menjadi rujukan dalam penelitian ini,yaitu:
a. Sumber Data Primer
Untuk penulisan ini, penulis menggunakan buku-buku dan juga
sumber yang lain yang ada hubungannya atau literatur yang menjadi
refrensi utama dalam penelitian ini. Adapun literatur pokok dalam
penelitian ini adalah kitab Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-Karīm
karya Zaglul al-Najjar.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang
menjadi pendukung dalam penelitian ini, baik berupa buku, artikel, tulisan
ilmiah, internet dan lain sebagainya guna dapat melengkapi data-data
primer di atas sehingga dapat memperkuat argumentasi yang dibangun
dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan ini yaitu dengan mengumpulkan
berupa buku, artikel, tulisan ilmiah, internet dan lain sebagainya untuk di
susun sesuai pembahasan yang berkaitan.
4. Metode Analisis Data
Penelitian ini dapat dikategorikan tafsir tematik atau tafsir maudhu‟I
karena metode ini adalah metode yang efektif untuk dapat memperoleh
kesimpulan yang komprehensif dari seluruh ayat yang memuat tema tentang
tiang (langit). Setelah mendapatkan data-data yang cukup baik dari sumber
primer dan sekunder kemudian penulis melukakan analisa.
11

Data-data yang telah terkumpul mengenai seputar penafsiran


Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat tentang tiang langit dan teori
pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengannya disusun secara sistematik,
dan kemudian dijelaskan dan dianalisis. Dalam rangka mencari
pemahaman mengenai penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap ayat-ayat
tentang tiang langit serta korelasinya dengan teori pengetahuan ilmiah.
Dan juga metode penulisan skripsi ini berpedoman pada buku panduan
karya tulis ilmiah yang di sepakati pada Fakultas Ushuluddin UIN STS
Jambi.17
Adapun penerjemahan ayat-ayat al-Qur‟an, penulisan mengacu
pada terjemahan al-Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia,
sementara penerjemahan tafsir ayat yang berkenaan dengan penulisan,
penulis harus menggunakan penerjemah dan juga kamus bahasa Arab
karena belum menguasai bahasa Arab seutuhnya.

G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini agar sistematis dan untuk menjawab pertanyaan
pada penelitian ini, maka merujuk pada tekhnik penulisan yang disepakati pada
Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi. Secara ringkas pembahasan ini terbagi
kepada empat bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I membahas latar belakang masalah, yaitu mengapa topik ini diangkat
menjadi permasalahan untuk diteliti. Sementara untuk lebih memfokuskan
permasalahan, maka akan dikemukakan rumusan masalah. Kemudian tujuan dan
kegunaan penelitian, yaitu menguraikan target yang akan dicapai dalam penelitian
dan kegunaannya untuk memberi kontribusi terhadap pengembangan studi tafsir
khusunya serta yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Untuk
membuktikan bahwa penelitian ini belum ada pembahasan sebelumnya maka
dalam bab ini perlu dikemukakan tinjauan pustaka. metode penelitian juga
dikemukakan karena untuk memberikan gambaran tentang prosedur dan cara

17
Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi 2016).
12

penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini, dan yang terakhir
pada bab I adalah sistematika penulisan, sebagai gambaran awal dari penelitian.
Bab II menjelaskan penafsiran kata „amad dalam perspektif beberapa
mufassir. Kemudian menyimpulkan bagaimana paradigma mufassir secara
mayoritas. Yang mana merupakan penafsiran sesuai dengan periodesasi atau
perkembangan zamannya, yaitu periode klasik dan periode modern. Selanjutnya,
pada bab III yaitu penjelasan bagaimana pandangan Zaglul al-Najjar dalam
penafsiran kata „amad di dalam kitab tafsir Al-āyāt Al-Kauniyyah fī al-Qur‟an Al-
Karīm, dengan penjabaran pembahasan dengan konsep ilmiah. Bab IV yaitu
penjelasan kata „amad dalam ilmu sains yang dipadukan dengan dalil-dalil al-
Qur‟an. Kemudian bab V adalah bab yang terakhir dari pembahasan skripsi ini
yaitu, penutup yang meliputi; kesimpulan dari pembahasan tentang tiang langit
dan kemudian saran-saran.
BAB II
PARADIGMA MUFASSIR TERHADAP PENAFSIRAN KATA ‘AMAD

A. Definisi Kata ‘Amad

Dalam bahasa Arab kata (‫ )الػمد‬adalah sesuatu yang dibebankan padanya,

dan di katakan (‫ )غمد‬adalah sesuatu yang ditopangi, yang berdiri. Kata (‫)غماد‬

yaitu suatu yang disandari, dan kata (‫ )غمدت‬adalah sesuatu yang apabila

disandari, seperti tembok dan kata (‫ )الػميد‬adalah sesuatu yang berdiri atau yang

ditopangi atasnya layaknya tenda dari kayu atau seperti (‫)غميد البيج‬ tiang

rumah.18

Secara bahasa kata ‫ غمد‬terdiri dari tiga huruf disebut juga dengan fi‟il

tsulatsi mujarrad, juga tergolong fi‟il yang membutuhkan objek (fi‟il muta‟addi)

seperti: ‫غمدت السلف‬ (saya telah menopang atap), ‫( اغمدخيمث‬saya sedang

menopang tenda), ‫( اغمد السلف‬topanglah atap tersebut), dan mashdarnya ‫غمد‬

bermakna penopang. Kata ‫ غمد‬adalah bentuk jama‟ dari ‫ غماد‬yang artinya tiang,

peyangga atau penopang. Maksud ‫ غمد‬adalah fi‟il yang membutuhkan objek

yaitu disebut penopang atau tiang karena ada sesuatu yang ditopangi, seperti
halnya dalam surah ar-Ra‟d ayat 2 bahwa langit adalah objek yang ditopangi oleh

18
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah fi Al-Qur‟an Al-Karim, (Beirut:
Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379

13
tiang (langit).19 Sedangkan secara istilah kata ‫ غمد‬bermakna tiang, yang gunanya

menyangga benda-benda yang terbentang atasnya. Semua benda yang


dibentangkan atas tanah pasti memerlukan tiang sebagai penyangga. Dalam
teknologi rekayasa kontruksi, telah ditemukan bagaimana suatu atap dapat
dibentang tanpa tiang yang meyangganya. Hal seperti ini hanya mungkin
dilakukan bila bentuk bangunan itu bulat seperti bola (spherical, surface of
evolution). Namun demikian, para ahli belum sepakat tentang bentuknya.
Sebagian menyatakan bahwa bentuknya mesti seperti bola, yang lain mengatakan
seperti sadel, dan ada pula yang berpendapat bahwa bentuknya seperti terompet.
Pada kontruksi demikian, dinding dan tiang menyatu menjadi permukaan bola itu
sendiri. Dengan demikian, kita dapat memahami kontruksi lagit tanpa tiang hanya
mungkin apabila langit itu berbentuk bola. Dari penemuan ilmiah diungkapkan
bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang bentuknya seperti sebuah bola
besar.20
Sedangkan dalam KBBI definisi tiang adalah tonggak panjang dari bambu,
besi, kayu dan sebagainya untuk menyokong atau meyangga (atap, lantai,
jembatandan sebagainya) atau sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
penghidupan dan sebagainya.
Tiang memiliki 5 arti, tiang adalah sebuah homonim karena arti-artinya
memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari tiang
dapat masuk ke dalam jenis kiasan sehingga penggunaan tiang dapat bukan dalam
arti yang sebenarnya. Tiang memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga tiang dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Berikut ini adalah arti tiang:
Pertama Arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dan
sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh: tiang antena,

19
Abdul Ghani Abu al-„Azam, Mu‟jam Al-Ghaniy, (Tarikh Al-Nasyr: 2014).
20
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama
RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 297.
tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya
sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita.
Kedua Arti kata tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal
untuk memasang layar dan sebagainya. Contoh: Tiang agung, tiang topang, kapal
dua tiang.
Ketiga Arti kata tiang adalah tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga
(atap, lantai, jembatan, dan sebagainya). Tiang juga berarti pilar.
Keempat Arti kata tiang adalah sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
penghidupan, dan sebagainya. Contoh: Salat merupakan tiang agama, tentara yang
kuat adalah tiang negara, usaha perkebunan buah-buahan merupakan tiang
penghidupan mereka.
Kelima Arti kata bertiang adalah ada tiangnya. Bertiang juga berarti
mempunyai tiang.21
Definisi dan arti kata tiang adalah tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu
dan sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan. Contoh, tiang antena,
tiang listrik, tiang telepon, (bendera) setengah tiang, bendera yang dipasang hanya
sampai di tengah-tengah tiang sebagai tanda berdukacita. Arti lainnya dari kata
tiang adalah tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk
memasang layar dan sebagainya. Contoh, tiang agung, tiang topang, kapal dua
tiang.

B. Ayat-ayat Tentang ‘Amad


Dalam aspek ilmiah, meskipun al-Qur‟an bukan kitab ilmu pengetahuan,
tidak sedikit ayat-ayatnya yang berbicara tentang isyarat-isyarat ilmu pengetahuan
dan metode pengembangannya. Tidak kurang dari 750 ayat di antaranya berbicara
tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kebenaran al-Qur‟an antara lain
terungkap dan terbukti dengan banyaknya penemuan ilmiah dan berkembangnya
ilmu pengetahuan.22

21
Lektur.ID, “Tiang-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, diakses melalui alamat
https://lektur.id/arti-tiang/. tanggal 03 Maret 2020.
22
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (ditinjau dari aspek kebahasaan, isyarat ilmiah,
dan pemberitaan ghaib),(Bandung:PT Mizan Pustaka, 2007). 115
Dalam al-Qur‟an telah disinggung hakikat-hakikat ilmiah yang
dikemukakannya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak
terlepas dari ciri umum reaksinya, yakni memuaskan orang kebanyakan dan para
pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan
para pemikir melalui perenungan dan analisis dengan tujuan mendapatkan makna-
makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan itu. Salah satunya seperti
hakikat ilmiah tentang bagaimana penciptaan langit dan bumi dan lebih terfokus
kepada ayat tentang ilmiah yang menjelaskan bahwa Allah menciptakan langit
tanpa tiang.
Disebutkan dalam kitab Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur‟ānil Karīm
tentang redaksi ayat ini pada surah ar-Ra‟d ayat 2, surah Luqman ayat 10, surah
al-Humazah ayat 6-9 dengan kata „amadin dan disebutkan pula dengan kata yang
berbeda yaitu „imaadin yang terletak pada surah al-Fajr ayat 6-9.23
1. Kata ‘amad disebut dalam 3 ayat
a. Surah Ar-Ra’d Ayat 2
َْ َّ ‫َ ه‬
َّ َّ َْ َ َ َ ِ َ َ َ َ َّ ‫ّٰلل الذ ْي َر َف َع‬
‫الس ٰم ٰي ّت ّةغ ْي ّر غ َم ٍد ح َر ْون َىا ذَّم ْاسخ ٰيى على الػ ْر ّش َو َسخ َر الش ْم َس َوالل َم َر‬ ّ
ِ ‫ا‬
َ ِ ِ ِ َ ِ َّ َ َ ْٰ ِ َ َْ َ َ َ ْ َّ ٌّ ِ
‫كل يج ّر ْي ّلاج ٍل ُّم َس ًّمى ِيد ّة ِر الا ْم َر ِيف ّصل الا ٰي ّج لػلك ْم ّة ّللا ّۤء َر ّةك ْم ح ْي ّكن ْين‬

“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu”.24

b. Surah Luqman ayat 10 (dengan kata ‘amadin)

ِ َ َ ْ َ َْٰ
ِ َّ َْ َ َ َ َ َّ ‫َخ َل َق‬
‫الس ٰم ٰي ّت ّةغ ْي ّر غ َم ٍد ح َر ْون َىا َوالقى ّفى الا ْر ّض َر َو ّاد َي ان ح ّم ْيد ّةك ْم َو َةد ّف ْي َىا ّم ْن ك ّل‬
َ َ ِ َ ْ َ َْ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ
‫السما ّۤء َما ًۤء فانْۢبخنا ّف ْي َىا ّم ْن ك ّل ز ْو ٍج ك ّري ٍم‬
ْ ‫داۤة ٍث وانزلنا ّمن‬

23
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut:
Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379
24
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
“Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis
makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan
dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik”.25

c. Surah al-Humazah ayat 9 (dengan kata ‘amadin)

َ ََّ ُّ َ
ࣖ ‫ّف ْي غ َم ٍد ُّمدد ٍة‬

“(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”.26

2. Kata ‘imaad disebut dalam Surah al-Fajr ayat 6-9

َّ َ َ
َ َْ َ ْ ِ ْ ْ َ ْ ِ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫ات ال ّػم ّادٍۖ ال ّت ْي ل ْم يخلق ّمرل َىا ّفى ال ّبل ّادٍۖ َوذ ِم ْيد ال ّذين ج ِاةيا‬
ّ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ا‬ّ ٍٍۖ ‫الم حر كيف فػل رةك ّة‬
‫اد‬ ‫ػ‬

َْ ْ َّ
ٍۖ‫الصخ َر ّةالي ّاد‬

“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu


berbuat terhadap (kaum) „Ad? (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum „Ad)
yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain, dan (terhadap) kaum
samud yang memotong batu-batu besar di lembah”.27

C. Penafsiran Kata ‘Amad Dalam Kitab Tafsir


Aktifitas penafsiran al-Qur‟an telah melawati proses sejarah yang sangat
panjang, dimulai sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup hingga sampai
sekarang. Munurut Muhammad Husain adz-Dzahabi secara garis besar penafsiran
Al-Qur‟an dibagi menjadi dua periode, yaitu periode klasik dan periode modern.
Tafsir al-Quran pada masa klasik mencakup masa Nabi Muhammad saw, sahabat,

25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ibid.
dan tabi‟in, masa kodifikasi (pembukuan). Periode klasik merentang dari masa
Rasulullah saw sampai dengan abad ke-8. Setelah abad ke-8 H dan selanjutnya,
disebut periode modern.28
Berdasarkan hal tersebut penulis akan menjelaskan tentang „amad menurut
beberapa kitab tafsir baik klasik maupun kontemporer (modern). Sehingga dapat
mengetahui penafsiran para ulama sesuai dengan periodesasi atau perkembangan
zamannya. Dengan menampilkan penafsiran beberapa kitab tafsir terhadap
penafsiran kata „amad, diharapkan akan diketahui adanya perbedaan antara
penafsiran Zaqlul Al-Najjar dengan ulama tafsir yang lain.
1. Periode Tafsir Klasik
Tafsir periode klasik adalah tafsir yang muncul dan berkembang pada
masa rasulullah hingga munculnya tafsir pada masa pembukuan (akhir masa
Daulat Bani Umayyah atau awal Daulat Bani Abbasiyyah).29
a. Ath-Thabari
Ath-Thabari dalam kitab Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an
menjelaskan bahwa Allah Swt yang meninggikan tujuh lapis langit tanpa
tiang sebagaimana yang kita lihat, maka Allah menjadikan langit itu
sebagai atap yang tebal bagi bumi.
Dan „amad adalah jamak dari „umudun yaitu searti dengan sawariy
(tiang), sesuatu yang menopang bangunan.30
b. Al-Baghawi
Al-Baghawi dalam Tafsir al-Baghawi menafsirkan bahwa kata
„amad jamak dari „umudun yang bermakna peyangga ataupun penopang
yang terletak di bawah atap. Pada kata „taraunaha‟ ada dua pandangan,
salah satunya yakni kembali kepada kata as-sama‟ maksudnya kalian
melihat langit itu terangkat tanpa tiang (di bawahnya), yakni bukan tanpa
penopang ataupun penyangga dan juga tidak ada sesuatu yang

28
Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir(peta metodologi penafsiran Al-Qur‟an periode
klasik hingga kontemporer), (Yogyakarta: NUN PUSTAKA YOGYAKARTA, 2003). 32.
29
Ibid, 33.
30
Abu Ja‟far Muhammad, Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an, (Bairut: Muassah ar-
Risalah, 1994), jilid IV, 401.
menggantungnya. Adapun pandangan kedua yakni kembali kepada kata
„amad. Maksudnya, ada tiang namun tidak terlihat. Dari perkataan ini
bahwasanya tiangnya langit itu di atas gunung qaf. Menurut ibnu Abbas
pandangan pertama adalah pandangan yang lebih benar dibanding
pandangan kedua.31
c. Al-Baidhawi (685 H)
Al-Baidhawi dalam Tafsir Al-Baidhawi menafsirkan bahwa kata
„amad jama‟ dari „imadun, seperti kalimat ihab dan ahab, atau „amud
seperti adimun dan adamun dan bisa dibaca „umudun seperti rusulun. Pada
kalimat taraunaha menjadi sifat bagi „amad atau kalimat baru untuk
kesaksian dengan penglihatan mereka kepada langit-langit seperti yang
demikian. Ini adalah dalil menunjukkan adanya sang pencipta yang
bijaksana, maka sungguh terangkatnya langit atas semua benda-benda
langit yang sama sepertinya dalam hakikat haramiyyah, dan
pengkhususannya dengan apa yang sesuai. Demikian itu mesti dengan
pengkhususan bukan dengan benda bukan pula dengan fisik yang
mendominasi sebagian kemungkinan atas sebagian keinginannya, dan atas
metode ini semuanya telah disebutkan dari beberapa ayat.32

2. Periode Tafsir Kontemporer (Modern)


Metode tafsir kontemporer adalah, metode penafsiran al-Qur‟an yang
menjadikan problem kemanusiaan yang ada sebagai semangat penafsirannya.
Persoalan yang muncul dihadapan dikaji dan dianalisis dengan berbagai
pendekatan yang sesuai dengan problem yang sedang dihadapinya serta
sebab-sebab yang melatar belakanginya. Tafsir kontemporer yang merupakan
kelanjutan dari tafsir modern mempunyai akar sejarah yang cukup panjang.
Sejarah tafsir modern bermula dari kemunculan modernisasi Islam.
Modernisasi Islam pun ternyata tidak ada begitu saja. Ia juga dipicu oleh
modernisasi dan renaissance yang muncul di Barat. Modernisasi tafsir muncul
31
Imam Husain bin Mas‟ud, Ma‟alimu al-Tanzil (Bairut: Darul Kitab „Ilmiyah, 1995), Juz
3, 426-427.
32
Nashiruddin Abi Sa‟id Abdullah, Anwaru at-Tanzil Wa Asrar at-Ta‟wil, (Bairut: Darul
Kitab „Ilmiyah, 1988), jilid I, 500-501.
karena masalah ketidakpuasan para mufassir modern terhadap karya-karya
mufassir sebelumnya. Para mufassir modern ini berpendapat bahwa karya-
karya mufassir sebelumnya tidak menyentuh permasalahan-permasalahan
umat.33
a. Tafsir Al-Maraghi
Menurut Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maragi menjelaskan bahwa
surah ar-Ra‟d ayat 2 adalah salah satu dalil yang menunjuk kepada wujud,
kesaan dan kekuasaan-Nya. Allah Swt menciptakan langit menjulang
tinggi dari bumi tanpa tiang, bahkan hanya dengan perintah dan
penundukan-Nya saja langit itu menjulang tinggi dan dengan kejauhan
yang tidak kalian ketahui, kalian melihatnya tanpa tiang yang menjadi
sandaran dari bawahnya, dan tanpa gantungan yang mengaitnya dari atas,
menyatukan segala yang ada dalam satu kesatuan wujud dengan tatanan
yang rapi dan halus, mengadakan hubungan antara semua yang ada itu,
dan menjadikannya seakan satu mata rantai yang berhubungan, tidak
terpisah antara sebagian dengan sebagian yang lain. Maka, seperti keluarga
matahari yang terdiri dari matahai, bulan dan bintang-bintang, di dalam
geraknya saling berhubungan dengan suatu tatanan khusus melalui gaya
tarik menarik yang tidak pernah menyimpang dari sunnah Allah. Tidak
menyalahi jalan yang telah ditetapkan. Allah swt baginya. Demikianlah
keadaanya hingga alam ini berakhir.34
b. Tafsir Al-Azhar
Dalam tafsir Al-Azhar Prof DR. HAMKA berpendapat bahwa langit
itu sangatlah jauh dan berlapis-lapis, sehingga tidak ada batas tempat
tertumbuknya penglihatan. Melainkan hanya warna biru belaka yang kita
lihat. Disebut samawat, yang berarti banyak langit, sedangkan menurut
HAMKA adalah semua langit, yang juga kadang-kadang disebut di dalam
al-Qur‟an tujuh langit. Namun, hal itu sebenarnnya mengingatkan kepada

33
Hadi Mutamam, “Kontribusi dan Kritik Tafsir Kontemporer”, Jurnal AL-FIKR Volume
17 Nomor 1 Tahun 2013. 162.
34
Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Mesir: Mushthafa Al-
Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M), Juz XIII, 106-109.
manusia bahwa langit itu terbentang demikian rupa di atas kepala kita, dan
bintang-bintang menghiasinya di waktu malam dengan indahnya, namun
dia melindungi kita laksana atap bagi kita, namun kita tidak melihat di
mana tiangnya. Apakah tiang itu? Apakah kekuatan daya tarik-menarik
dan perimbangan berat dan jarak di antara satu bintang dengan bintang
yang lain? Mungkin itulah tiangnya. Misalnya ukuran jarak di antara
matahari dengan bumi dan ukuran jarak antara bumi dengan bulan,
mungkin itu tiangnya.35
c. M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah memberikan
pandangan terhadap ayat ini bahwa Allah Swt yang menurunkan al-
Qur‟an, Allah juga yang meninggikan langit, yakni menjadikannya tinggi
sejak penciptaannya dalam keadaan tanpa tiang penyanggah yang dapat
kamu lihat dengan mata kepala kamu semua, atau yang kamu lihat
ketiadaannya dengan mata kepala kamu, kemudian Allah bersemayam di
atas „Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan antara lain guna
kemaslahatan makhluk.

Pada kalimat (‫ )رفع السماوات‬yaitu mengandung makna memisahkannya

dari bumi, sehingga matahari dan bintang-bintang dapat memancarkan cahayanya


ke bumi, dan hujan yang ditampung oleh awan dapat tercurah. Itu semua telah
terjadi dan tidak mungkin akan terjadi tanpa ada yang mengatur dan

mengendalikannya. Selanjutnya, pada kalimat (‫ )ةغير غمد حرونىا‬dalam arti

sebenarnya ada tiangnya, hanya saja tidak terlihat dengan mata kepala. Tiang
tersebut adalah daya-daya yang diciptakan Allah Swt sehingga tiang ini dapat
meninggi dan tidak jatuh ke bumi, serta tidak pula planet-planet yang ada di alam
raya ini saling bertabrakan.

35
Prof. DR. Haji Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: PUSTAKA
NASIONAL PTE LTD, tanpa tahun), Jilid 5, 3729-3731.
Kata ‫ ذم‬pada ayat ini bukan dimaksudkan untuk menunjukkan jarak waktu,

tetapi untuk menggambarkan betapa jauh berbeda dan besar tingkat penguasa

„Arsy, dibanding dengan penciptaan langit dan bumi. Kata ‫ رفع‬menggunakan

bentuk kata kerja masa lampau ketika berbicara tentang peninggian langit yaitu
„telah meniggikan‟. Sedangkan ketika berbicara tentang pengaturan-Nya

digunakan bentuk kata mudhari‟ (masa kini dan datang) yaitu ‫ يدةر‬ini karena

peninggian langit itu telah rampung dengan selesainya penciptaan langit dan
bumi. Sedang pengaturan dan pemeliharaan-Nya berlanjut terus menerus sejak
dahulu, sekarang, hingga masa mendatang.36
Dari beberapa penafsiran baik dari periode klasik maupun kontemporer
yang penulis pilih, secara umum mengatakan bahwa langit yang ditinggikan oleh
Allah Swt. ada tiang, namun tidak terlihat sebagaimana nyatanya sekarang ini. Hal
tersebut menjadikan dalil bahwa segala sesuatu ada penciptanya dengan keesaan
dan kekuasaan-Nya, yaitu Allah Swt yang maha bijaksana. Namun pada
prinsipnya penafsiran Zaglul al-Najjar bisa menjelaskan ketidak terlihatan tiang
itu dengan pendekatan sains. Oleh karena itu, pendapat di atas bukanlah suatu
pendapat yang bertentangan dengan al-Qur‟an pada surah ar-Ra‟d ayat 2, karena
َ َ
di sebutkan dalam kitab Jami‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an pada kalimat ‫ّةغ ْي ّر غ َم ٍد‬

(tanpa tiang) para ahli ta‟wil37 menjadi ikhtilaf di antara mereka, tetapi
َ
sebagiannya mena‟wilkan bahwa ‫( ّةػ َم ٍد‬dengan tiang) hanya saja tidak terlihat. Di

antaranya adalah Hasan bin Muhammad, Tsana „Affan, Himad, Hamid, Hasan
bin Muslim dan Mujahid. Diriwayatkan bahwa Ibn Abbās, Mujāhid, Hassān dan

36
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 6, 548-550.
37
Menurut Muhammad Husayn al-Dzahabi, adapun yang dimaksud dengan ta‟wil menurut
pandangan kebanyakan ulama kontemporer (khalaf) yang didukung kalangan fuqaha (ahli-ahli
hukum Islam), mutakallimin (para teolog), muhadditsin (ahli-ahli hadits) dan kelompok sufistik
(mutashawwiyah) ialah: mengalihkan lafal dari makna (pengertianya) yang kuat (rajih) kepada
makna lain yang dikuatkan/dianggap kuat (marjuh) karena ada dalil lain yang mendukung. (Dr. H.
Muhammad Suma, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, halaman 312).
Qatādah mengatakan ada tiang tetapi tidak nampak. Maksudnya Allah yang
meninggikan langit dengan tiang yang kamu tidak dapat melihatnya. Iyās bin
Mu„āwiyah berpandangan bahawa langit berada di atas bumi seperti kubah tanpa
tiang. Di dalam ayat yang lain Allah menyatakan:

َ‫الس َما َۤء َا ْن َح َلع‬ ِ َِْ ْ َ ْ َْ ْ ْ َ َ ْ ِْ َ َْ َّ ِ َ َّ ‫َ َ َ ََّ ه‬


َّ ‫ك‬‫اّٰلل َسخ َر لكم ما ّفى الار ّض والفلك تج ّري ّفى البد ّر ّةام ّره ويم ّس‬
ْ ْ َ ‫ال ْم ح َر ان‬
َ َّ َ ‫َّ ْ َّ ه‬
ٌ
‫اس ل َر ِء ْوف َّر ّخ ْي ٌم‬ َْْ َ َ
ّ ‫على الار ّض ّالا ّة ّاذ ّنه ّان اّٰلل ّةالن‬
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia)
apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan
Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan
izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.
(Q.S Al-Hajj 22: 65).38
َ َ
‫ ح َر ْون َىا‬adalah penguat (ta‟kid) untuk menafikan adanya tiang yaitu terangkat

tanpa tiang yang dapat kamu saksikan dan inilah kekuasaan yang paling
sempurna.
Di dalam kitab tafsir Fi Dzilāl al-Qurān oleh Sayyid Quthb menyatakan
bahwa ayat ini merupakan bukti kekuasaan dan hikmah kebijaksanaan tadbiran
Allah dengan mempamerkan keajaiban alam. Langit adalah penciptaan yang amat
besar apabila manusia merenungi dan menelitinya ketika bersendirian. Ia
kelihatan begitulah selama-lamanya (sebelum kiamat) tidak berpegang kepada
suatu apa pun, ia kelihatan sayup saujana tanpa tiang dan dapat dipandang dengan
jelas.39
Sebagai tambahan bahwa Terdapat dua belas ayat i„jāz „ilmiy di dalam
surah al-Ra„d yaitu ayat 2, 3, 4, 5, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 17 dan 41. Ayat 2
menceritakan tentang penciptaan langit, „arash, matahari dan bulan. Ayat 3 dan
4 menyentuh mengenai gunung, sungai, kebun buah-buahan, tamar, anggur
serta kejadian siang dan malam. Manakala ayat 8 mengenai rahim ibu (kejadian

38
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
39
Sayyid QuÏb, Tafsir Fi Úilal Al-Qurān, cet. ke 12 (Kaherah: Dar al-Syuruq, 1986).
embrio sempurna dan tidak sempurna). Ayat 12 mengenai kilat dan awan.
Guruh dan petir dalam ayat 13. Wadi, air, api, buih dan logam ayat 17. Ayat 41
menyentuh mengenai pengerutan bumi. Ayat 16 mengenai kegelapan dan
cahaya serta Allah sebagai pencipta semua perkara. Berikut di dalam tabel:
Ayat Bidang Ilmu Keterangan
2,15, 16 Kosmologi dan Langit,matahari,bulan,kejadian
Astronomi siang dan malam
3, 5, 12 Geologi Bumi,gunung,sungai,wadi dan
tanah
4 Botani Anggur,tamar,buah-buahan
berpasangan
8 Embriologi Rahim ibu,kejadian janin yang
sempurna dan tidak
12, 13 Metereologi Kilat,petir,guruh,awan dan air
hujan
17 Kimia Buih,api,logam
16, 10 Fisika Suara/bunyi,cahaya,gelap
41 Geormofologi Pengerutan bumi
Tabel di atas adalah klasifikasi ayat i„jāz „ilmi yang terdapat dalam surah
al-Ra„d. Ayat-ayat i„jāz „ilmi adalah penjelasan terhadap realita ilmiah dengan
nas-nas kauniyah yang termaktub di dalam al-Qur‟an.
BAB III
ANALISIS PENAFSIRAN ZAGLUL AL-NAJJAR DALAM SURAT
AL-RA’D AYAT 2
Kajian terhadap al-Qur‟an memerlukan banyak ragam ilmu, salah satunya
adalah ilmu tafsir. Oleh karena itu, adanya ilmu tafsir agar tidak terjatuh ke dalam
kesalahan dan bahkan penyimpangan ketika berusaha memahami ayat-ayat al-
Qur‟an. Kemudian untuk memahami suatu ayat maka perlu melakukan analisa,
yang mana dalam hal ini penulis mengutip penafsiran Zaglul al-Najjar pada surah
ar-Ra‟d ayat 2, sebagai berikut:
َْ َّ ‫َ ه‬
ٌّ ِ َّ َّ َْ َ َ َ ِ َ َ َ َ َّ ‫ّٰلل الذ ْي َر َف َع‬
‫الس ٰم ٰي ّت ّةغ ْي ّر غ َم ٍد ح َر ْون َىا ذَّم ْاسخ ٰيى على الػ ْر ّش َو َسخ َر الش ْم َس َوالل َم َر كل‬ ّ
ِ ‫ا‬

َ ِ ِ ِ َ ِ َّ َ َ ْٰ ِ َ َْ َ َ َ ْ َّ
‫يج ّر ْي ّلاج ٍل ُّم َس ًّمى ِيد ّة ِر الا ْم َر ِيف ّصل الا ٰي ّج لػلك ْم ّة ّللا ّۤء َر ّةك ْم ح ْي ّكن ْين‬

“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu


lihat, kemudian Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menundukkan
matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah
ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan
Tuhanmu”. (Q.S ar-Ra‟d:2).40
Di dalam ayat ini Allah menceritakan mengenai kesempurnaan kuasa-Nya
dan kehebatan pemerintahan-Nya. Yaitu dengan izin dan perintah-Nya
ditinggikan langit tanpa tiang bahkan dengan izin dan perintahnya serta untuk
memberi kemudahan kepada makhlukNya, Allah mengangkatnya jauh dari bumi.
Jaraknya tidak dapat dijangkau oleh manusia dan manusia tidak mengetahui jarak
bumi dengan langit. Langit dunia menutupi keseluruhan bumi dan semua yang
ada di sekitarnya termasuklah air dan udara dari semua arah dan penjuru. Tegak di
atasnya dari semua sudut dan jarak yang sama antara langit dan bumi dari semua
arah. Jarak perjalanan antara keduanya adalah lima ratus tahun. Tebalnya juga
sejauh perjalanan lima ratus tahun. Begitu juga langit kedua menutupi langit
dunia. Jarak perjalanannya antara langit dunia dengan langit ke dua juga adalah

40
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

25
lima ratus tahun. Begitulah seterusnya langit ketiga , keempat, kelima , keenam
dan ketujuh.41
Ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan langit, Allah
menerangkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang seperti yang terlihat.
Andai saja benda sebesar dan seluas langit ini mesti memerlukan tiang untuk
menyangganya, dapat dibayangkan betapa semrawutnya alam semesta. Namun,
dengan kekuasaan Allah Swt, alam diciptakan menyerupai bentuk sebuah bola
yang besar, yang dindingnya menyatu dengan tiang yang saling bertemu antara
dasar, dinding, dan atap atau langitnya. Temuan ilmiah menyatakan teknologi
bangunan seperti bola inilah yang menyebabkan suatu konstruksi tidak lagi
memerlukan tiang. Tampak bahwa karya dari rekayasa teknologi yang demikian
sejalan dengan informasi al-Qur‟an. Inilah kekuasaan Allah yag tidak ada
bandingnya.42
A. Biografi Zaglul Al-Najjar
Sebelum melangkah pada analisa Zaglul Al-Najjar, berikut adalah biografi
Zaglul Al-Najjar:
1. Namanya
Namanya adalah Dr. Zaghlul Raghib Muhammad al-Najjar, ia adalah
seorang geologiwan asal Mesir, akademikus, sekaligus seorang da‟i muslim
yang fokus membahas kemukijzatan ilmiah dalam al-Qur‟an dan hadis.43
Beliau adalah guru besar ilmu geologi di Universitas Terusan Suez,
sekaligus kepala Lajnah Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur‟an di Dewan Tertinggi
Urusan Keislaman.44
Beliau dilahirkan pada tanggal 17 November 1933, di desa Masyal,
distrik Basyun, provinsi al-Gharbiyyah.45

41
Karimah Binti Mat Zin dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam Surah Al-
Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018, 58.
42
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama
RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 296.
43
Wikipedia, ‫” “النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫ زغلول_النجار‬, tanggal 14 Juni 2020.
44
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar
al-Ma‟rifah, 2007), 5.
2. Riwayat Pendidikan
Ia dibesarkan di keluarga yang religius, kakeknya adalah imam di
desanya dan ayahnya seorang penghafal al-Qur‟an. Zaghlul menceritakan
bahwa ketika ia melakukan kesalahan saat membaca al-Qur‟an, ayahnya
membenarkan bacaannya dalam keadaan tertidur.46
Ia sendiri mempelajari al-Qur‟an sejak kecil di tempat pembelajaran al-
Qur‟an (kuttab) di desanya dan juga di bawah didikan ayahnya yang
merupakan salah satu pengajar yang terkemuka.47
Ia selesai menghafal al-Qur‟an pada usia 9 tahun. Kemudian ia pindah
ke Kairo bersama ayahnya dan masuk ke salah satu sekolah dasar. Lalu ia
masuk ke Sekolah Menengah Syubra pada tahun 1946 dania termasuk salah
satu lulusan terbaik.48
Kepala sekolahnya pernah menyuruhnya mengikuti perlombaan bahasa
Arab karena kecakapannya dalam hal tersebut. Namun ia malu untuk
melakukannya karena salah satu gurunya juga mengikuti perlombaan
tersebut. Tetapi kepala sekolahnya menentang alasan tersebut dan
mengatakan bahwa gurunya tidaklah mewakili sekolah. Zaghlul pun
mengikuti lomba tersebut dan berhasil meraih posisi pertama sementara
gurunya di posisi 42.49
Setelah itu, ia masuk ke fakultas sains di Universitas Kairo, ia memilih
jurusan geologi yang baru dibuka saat itu. Beliau menyukai jurusan tersebut
karena ketuanya adalah seorang doktor asal Jerman dan Zaglul unggul di
jurusan itu.50

45
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim, 5.
46
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلول_النجار‬
47
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar
al-Ma‟rifah, 2005), 5.
48
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫زغلول_النجار‬
49
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫زغلول_النجار‬
50
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫زغلول_النجار‬
Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1955 dan mendapat gelar Sarjana
Muda Bidang Sains dengan yudisium Summa Cum Laude. Sebagai lulusan
terbaik, pihak universitas memberikannya Penghargaan Barakah untuk
kategori geologi.51
Setelah lulus, Zaghlul pernah dipenjara karena campur tangannya di
salah satu demonstrasi politik dan persidangannya membuktikan
ketidakbersalahannya. Tetapi keputusan politik menolak ketetapannya untuk
kembali ke universitas karena sebab hubungannya dengan kelompok al-
Ikhwan al-Muslimin.52
Ia dianggap sebagai ancaman yang nyata untuk kekuasaan politik
sekuler Mesir saat itu, ia diasingkan dari Mesir pada awal tahun 1960 dan
bisa kembali ke negaranya pada tahun 1970.53
Setelahnya ia mendapatkan gelar doktor (Ph.D) bidang geologi dari
Universitas Wales di Inggris pada tahun 1963 dan mendapat gelar mitra di
sana. Selain itu, ia juga mendapatkan Penghargaan Riset Robertson.54
Selain itu, ia juga mendapatkan gelar guru besar (Profesor) ilmu
geologi di Universitas Kuwait pada tahun 1972 dan di Universitas Qatar pada
tahun 1978.55
3. Pekerjaan, Kegiatan Ilmiah dan Akademik
Ia pernah bekerja di Perusahaan Petroleum Shahari, Pusat Riset
Nasional di Kairo, pertambangan fosfat di Lembah Nil, petambangan emas di
al-Barramiyyah (padang pasir di bagian timur Mesir) dan pertambangan batu
bara di Semenanjung Sinai.56
Ia pernah mengajar di banyak universitas, seperti Universitas „Ain
Syams di Kairo, Universitas King Sa‟ud di Riyadh, Universitas Wales di

51
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim, 5.
52
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫زغلول_النجار‬
53
Wikipedia, “Zaghloul El-Naggar”, diakses melalui alamat
https://en.wikipedia.org/wiki/Zaghloul_El-Naggar,tanggal 14 Juni 2020.
54
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim, 5.
55
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلول_النجار‬
56
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim, 5.
Inggris, Universitas Kuwait, Universitas Qatar di Doha, Universitas
Perminyakan dan Pertambangan King Fahd di Zhahran tahun 1978-1996. Ia
juga bekerja sebagai dosen tamu di Universitas California di Los Angeles
pada tahun 1977-1978.57
Ia pernah ikut serta dalam pembentukan jurusan geologi di Universitas
King Sa‟ud di Riyadh pada tahun 1959-1967, Universitas Kuwait pada tahun
1967-1678 dan Universitas Perminyakan dan Pertambangan King Fahd di
Zhahran pada tahun 1979-1996.58
Ia pernah menjadi penasihat Pendidikan Tinggi Institut Pembangunan
Arab di Khabar, Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1996-1999. Lalu menjadi
rektor Universitas al-Ahqaf di Yaman pada tahun 1999- 2000, rektor Institut
Pendidikan Tinggi Markfield di Inggris pada tahun 2000-2001, serta ketua
Lajnah Kemukjizatan Ilmiah al-Qur‟an di Dewan Tertinggi Urusan
Keislaman Mesir pada tahun 2001 sampai sekarang. Selain itu, ia juga guru
besar di Universitas Internasional Sains Islam di Amman, Yordania.59
Ia adalah nggota beberapa lembaga-lembaga ilmiah lokal dan
internasional, di antaranya ia terpilih sebagai anggota di Lembaga al-Muslim
al-Mu‟ashir di Liechtenstein tahun 1975. Ia ikut serta dalam pembentukan
Badan Internasional Mukjizat Ilmiah al-Qur‟an dan Sunnah Nabawi,
Rabithah al-„Alam al-Islami di Mekkah pada tahun 1981 dan terpilih sebagai
anggota dewan pengurusnya.60
Ia juga ikut serta dalam pembentukan Badan Amal Islam Internasional
sekaligus terpilih sebagai anggota dewan pengurusnya pada tahun 1986 serta
anggota dewan komisaris Lembaga Informasi Keislaman di London,
Inggris.61

57
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلول_النجار‬
58
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلول_النجار‬
59
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ .‫زغلول_النجار‬
60
Zaghlul al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim: Al-Juz‟ al-Rabi‟
(Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyyah, 2007), 10.
61
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim, 6.
Ia terpilih sebagai anggota badan redaksi jurnal-jurnal ilmiah seperti
Journal of Foraminiferal Research yang diterbitkan di New York tahun 1966
dan Journal of African Earth Sciences di Paris tahun 1981. Ia juga terpilih
sebagai penasihat ilmiah jurnal al-Muslim al-Mu‟ashir di Washington tahun
1970, jurnal al-Rayyan di Qatar dan jurnal Islamic Sciences di India tahun
1978, serta jurnal al- Syari‟ah wa al-Qanun yang diterbitkan Universitas Uni
Emirat Arab.62
Ia bekerja sebagai penasihat sains untuk Lembaga Riset Robertson di
Britania, perusahaan Petroleum Arab di al-Khafji, Dubai Islamic Bank di Uni
Emirat Arab, dan penasihat ilmiah museum kebudayaan Islam di Swiss.
Selain itu ia juga ikut serta dalam pembentukan seluruh Dubai Islamic Bank,
Faishal Islamic Bank Mesir dan Bank al-Taqwa.63
Ia telah berkeliling dunia internasional sebagai pembicara tentang Islam
dan beragam masalahmasalah kaum muslimin secara umum, serta secara
khusus hal-hal terkait kemukjizatan ilmiah al-Qur‟an dan sunnah Nabiyang
disampaikan dengan bahasa Arab dan Inggris.64 Perjalanannya mulai dari
Kanada di Utara sampai Afrika Selatan dan Australia di Selatan, dari
Amerika di Barat hingga Asia Tengah di Timur.65
Ia juga mengisi beberapa acara TV dan radio terkait keislaman,
kebudayaan yang bermacam-macam. Di antaranya acara Mukjizat Sosial
dalam Al-Qur‟an dan Sunnah yang disiarkan selama bulan Ramadhan tahun
1429 di saluran Iqra‟.66

62
Zaghlul al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim: Al-Juz‟ al-Rabi‟,
10-11.
63
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
64
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim, 6
65
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
66
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
4. Karya-karya
Beliau memiliki lebih dari 150 riset dan artikel ilmiah yang telah
dipublikasikan, serta lebih dari 45 kitab dengan dalam Arab, Inggris, Perancis
dan Jerman.67 Adapun di antara karya-karyanya adalah:
a. Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim.
b. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim.
c. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim.
d. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Nabat fi al-Qur‟an al-Karim.
e. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Hayawan fi al-Qur‟an al-Karim.
f. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: Khalq al-Insan fi al-Qur‟an al-Karim.
g. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Insan min al-Milad ila al-Ba‟ts fi al-
Qur‟an al-Karim.
h. Min Ayat al-I‟jaz al-Inba‟i wa al-Tarikhi fi al-Qur‟an al-Karim.
i. Madkhal ila Dirasah al-I‟jaz al-„Ilmi fi al-Qur‟an al-Karim wa al-
Sunnah al-Nabawiyyah al-Muthahharah.
j. Qadhiyyah al-Takhalluf al-„Ilmi wa al-Tiqni fi al-„Alam al-Islami al-
Mu‟ashir.
k. Khawathir fi Ma‟iyyah Khatim al-Anbiya‟ wa al-Mursalin Sayyidina
Muhammad.
l. The Geological Concept of Mountains in the Qur‟an.
m. Treasures in the Sunnah: A Scientific Approach.

Selain itu, ia juga menulis artikel mingguan di Surat Kabar al-Ahram


al-Mishriyyah tentang kemukjizatan ilmiah di dalam al-Qur‟an dengan judul
“Min Asrar al-Qur‟an” (Di Antara Rahasiarahasia al-Qur‟an) yang hingga
kini telah memuat lebih dari 250 artikel.68

67
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
68
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
Di surat kabar yang sama, ia juga menulis 60 artikel mengenai
kemukjizatan ilmiah dalam hadis Nabi selama bulan Ramadhan dari tahun
1422 sampai 1424. Kemudian diterbitkan dalam bentuk buku yang terdiri dua
jilid dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.69 Ia juga menulis
sederet artikel yang bermacam-macam di banyak jurnal seperti al-Da‟wah, al-
I‟jaz, al-Furqan, Qafilah al-Zait, al-Mujtami‟, al-Risalah dan yang lainnya. Ia
juga memiliki sederet rekaman audio, video dan CD di banyak majalah, salah
satunya adalah jurnal al-Islam wa al-„Ilm.70

B. ‘Amad Di dalam Ilmu Kosmologi (Sains)


Pelajaran ilmu kosmologi menunjukan kepada eksistensi energi yang
tersembunyi, tentang struktur dasar materi, atom, molekul dan hingga tentang
kesempurnaan terciptanya langit. energi yang tersembunyi tersebut para ahli
mengemukakan 4 energi,71 atau yang disebut gaya fundamental yang bekerja di
alam semesta.
Gaya fundamental di alam atau yang dikenal sebagai gaya nuklir, gaya
elektromagnetik, gaya lemah, dan gaya gravitasi. Seluruh interaksi gaya-gaya ini
dimediasi oleh partikel-partikel medan. Interaksi elektromagnetik dimediasi oleh
±
boson W dan bozon Z0, interaksi gravitasi dimediasi oleh graviton; interaksi
nuklir dimediasi oleh gluon. Suatu partikel bermuatan dan anti partikelnya
memiliki massa yang sama, tetapi muatannya berlawanan.
Sifat-sifat lainya juga akan memiliki nilai yang berlawanan, misalnya
bilangan lepton dan bilangan baryon. Pasangan partikel-anti partikel dapat
diproduksi dalam reaksi nuklir apabila energi yang tersedia lebih dari 2 2mc,
dimana m adalah massa partikel atau massa antipartikel. Partikel-partikel selain
partikel medan di golongkan sebagai hadron dan lepton. Hadron berinteraksi
melalui keempat gaya fundamental. Hadron memiliki ukuran dan struktur jadi

69
Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim, 6.
70
Wikipedia, “ ‫” النجار زغلول‬, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
.‫زغلو_النجار‬
71
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut:
Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 379
bukan merupakan partikel elementer. Hadron terbagi lagi menjadi menjadi dua
jenis baryon dan meson.
Secara umum, baryon adalah partikel-partikel yang berukuran paling besar,
memiliki bilangan baryon yang bukan nol, serta spin 1/2 atau 3/2 . Meson
memiliki bilangan baryon nol serta spin yang nol atau bilangan bulat. Lepton
tidak memiliki struktur atau ukuran dan di anggap sebagai partikel yang benar-
benar elementer. Lepton hanya berinteraksi melalui gaya lemah, gravitasi dan
elektromagnetik. Enam jenis lepton yang diketahui adalah: elektron e- , muon μ- ,
tau τ-; dan neutrino-neutrinonya ve, vu, dan vτ. Dalam seluruh reaksi dan
peluruhan, besaran seperti energi, momentum linear, momentum sudut, muatan
listrik, bilangan baryon, dan bilangan lepton bersifat kekal. Partikel-partikel
tertentu memiliki sifat yang disebut keasingan dan charm. Sifat-sifat yang tidak
umum ini bersifat kekal dalam peluruhan atau reaksi nuklir, tetapi tidak bersifat
kekal saat berinteraksi melalui gaya lemah.
Para ahli teori fisika partikel elementer telah mendalikan bahwa semua
hadron terdiri atas unit-unit kecil yang disebut quark. Bukti-bukti eksperimental
menunjukan kebenaran model ini. Quark mengandung muatan listrik pecahan, dan
terbagi menjadi enam flavor yaitu up (u), down (d), strange(s), charmed (c), top
(t) dan bottom (b). Setiap baryon mengandung tiga quark, sedangkan setiap meson
mengandung satu quark dan satu antiquark. Mekanisme mixing neutrino
merupakan energy gelap dalam kosmologis.72
1. Gaya Nuklir Kuat
Gaya paling kuat di alam semesta, gaya nuklir kuat, adalah gaya yang
menjaga proton dan neutron tetap saling menyatu membentuk inti atom. Proton
dan elektron bermuatan masing-masing positif dan negatif. Muatan yang
berbeda akan tarik-menarik, sementara muatan yang sama akan saling tolak-
menolak. Semakin kecil jarak antara keduanya, semakin besar gaya tolak-
menolak maupun tarik-menariknya. Dalam inti atom, sejumlah proton

72
Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si dan Anngota, Studi Neutrino Dan Partikel Elementer Di Alam
Semesta, (Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 1-2.
berkumpul bersama dalam jarak yang sangat dekat, dan dengan demikian
menghasilkan gaya tolak yang luar biasa kuat. Namun mengapa inti atom tidak
tercerai-berai? Jawabannya adalah karena ada gaya yang lebih kuat lagi yang
menjaga inti atom tetap menyatu, yaitu gaya nuklir kuat. Gaya ini hanya
bekerja efektif dalam skala subatomik dan lebih jauh itu kekuatannya
berkurang jauh dan kalah kuat oleh gaya-gaya lain yang bekerja lebih baik
pada jarak yang lebih besar. Oleh karena itu gaya nuklir kuat hanya dialami
oleh quark sementara lepton terlalu besar ukurannya untuk dapat dipengaruhi
oleh gaya ini.73
2. Gaya Nuklir Lemah
Gaya nuklir lemah mengubah satu jenis quark menjadi jenis yang lain.
Dengan demikian gaya inilah yang menyebabkan sebuah proton dapat berubah
menjadi neutron dengan berubahnya sebuah quark atas menjadi quark bawah,
dan begitu juga sebaliknya: neutron berubah menjadi proton karena sebuah
quark bawah berubah menjadi quark atas. Karena gaya ini bertanggung jawab
terhadap perubahan dalam inti atom, maka gaya nuklir lemah menjelaskan
fenomena radioaktivitas dan peluruhan.74
3. Gaya Elektromagnetik
Gaya elektromagnetik adalah gaya yang bertanggungjawab terhadap
adanya listrik dan praktis terhadap adanya teknologi modern yang kita
gunakan. Gaya elektromagnetik menjaga elektron tetap mengorbit inti atom,
menjaga atom-atom dalam molekul saling terikat, dan ia juga
bertanggungjawab terhadap fenomena kemagnetan dan juga menjelaskan
kenapa ada sinar matahari, sinar-x, sinar gamma, gelombang radio, ataupun
sinar ultraviolet. Hampir semua fenomena dalam kehidupan sehari-hari kita
dapat dijelaskan oleh interaksi elektromagnetik di antara partikel. Gaya ini
hanya bekerja apabila ada muatan listrik, oleh karena itu lepton yang tidak
bermuatan seperti neutrino tidak dipengaruhi oleh adanya medan listrik.

73
Ibid.
74
Ibid.
4. Gaya gravitasi
Gaya gravitasi adalah gaya yang timbul dari adanya massa, dan dirasakan
oleh objek yang juga punya massa. Gaya inilah yang menyebabkan Bulan
mengorbit Bumi, Bumi mengorbit Matahari, dan bintang-bintang terikat dalam
satu sistem yang dinamakan galaksi. Gaya grativasi juga lah yang
menyebabkan kenapa kita jatuh ke bawah dan kenapa tidak terlempar dari
permukaan Bumi. Kekuatan gaya ini sangat lemah dan hanya bisa diukur
apabila melibatkan massa yang jauh lebih besar daripada massa atom. Namun
apabila dibandingkan dengan tiga gaya lainnya, gravitasi adalah gaya jarak
jauh yang dapat bekerja hingga jarak yang jauh sekali. Inilah gaya yang
mengikat alam semesta dan menyebabkan galaksi tidak cerai-berai.75
Gaya elektromagnetik dan gaya lemah sekarang di anggap sebagai
manifestasi dari suatu gaya tunggal yang di sebut sebagai gaya listrik
lemah.Gabungan antara QCD dan teori listrik lemah disebut model standar.
Radiasi gelombang mikro latar yang ditemukan oleh Penzias dan Wilson dengan
jelas menunjukan bahwa alam semesta tercipta dari Big Bag sekitar 11 sampai 20
miliaran tahun yag lalu. Radiasi latar ekuivalen dengan radiasi benda hitam
bersuhu 3K (Mangano, 2006). Berbagai percobaan astronomi yang telah
dilakukan telah menunjukan bahwa alam semesta mengembang.76
Empat gaya ini dimediasi oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan
boson acuan (gauge boson), ditunjukkan dalam warna merah muda. Partikel ini
merupakan partikel yang menghantarkan keempat gaya fundamental. Dengan
demikian interaksi antara partikel terjadi karena adanya pertukaran boson dari satu
partikel ke partikel lain, satu partikel melepas boson lalu ditangkap oleh partikel
lain. Besarnya gaya yang dialami bergantung pada seberapa cepat boson
dipertukarkan. Gaya nuklir kuat dihantarkan oleh partikel bernama Gluon, gaya
elektromagnetik dibawa oleh Photon, gaya nuklir lemah dihantarkan oleh
pasangan partikel yang dinamakan boson W± (positif dan negatif) dan boson Z0,
dan gravitasi dihantarkan oleh Graviton. Dari 5 partikel ini, hanya graviton yang
75
Ibid.
76
Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si dan Anngota, Studi Neutrino Dan Partikel Elementer Di
Alam Semesta, (Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 1-2.
belum dikonfirmasikan keberadaannya oleh eksperimen, dan seringkali dianggap
berada di luar model standar. Belum ditemukannya graviton terkait dengan salah
satu problem kontemporer dalam ilmu fisika yaitu belum ditemukannya teori
kuantum untuk gravitasi, yaitu sebuah teori yang dapat menjelaskan gravitasi
dalam skala sub-atomik.77
Menurut Zaghlul Al-Najjar empat energy tersebut adalah tiang yang
tersembunyi(rahasia) yang berdiri atasnya bangunan langit dan bumi.78
Penggabungan kekuatan listrik dan magnetic di dalam satu kekuatan atau
yang disebut dengan elektromagnetik, para ahli mencoba untuk menggabungan
dua kekuatan tersebut dengan kekuatan nuklir lemah (the electro weak force), di
mana dua kekuatan ini tidak dapat dipisahkan pada suhu tinggi yang terjadi pada
alam. Oleh karena itu, para ahli mencoba menggabungkan antara kekuatan listrik
lemah dan kekuatan nuklir kuat itu menjadi satu kekuatan dan itu adalah salah
satu teori yang di kenal dengan nama teori medan tunggal (the grand unified
theoris), kemudian semua itu digabungkan dengan daya tarik yang dinamakan
daya tarik besar (super gravity) yang diyakini para ahli bahwa dengan kekuatan
tersebut ada suatu kekuatan besar dalam suhu tinggi ketika permulaan penciptaan
alam semesta, kemudian berbeda dengan kekuatan empat yang telah disebutkan di
atas, yaitu salah satu dari empat kekuatan tersebut merupakan kekuatan alam
semesta yang menjadi saksi bahwa Allah swt adalah sang maha pencipta dengan
kesatuan mutlak di atas semua ciptaan-Nya, maka alam semesta itu seperti kain
yang sangat rapat dan saling terikat, dan ikatan itu adalah suatu kekuatan besar
yang tersebar pada seluruh komponen bagian-bagian terkecil pada alam semesta,
dan ini adalah suatu kekuatan yang ditunjukkan dalam bagian yang banyak dalam
suatu energy, dan energy tersebut adalah suatu dasar pada alam semesta, dengan
materi yang menunjukan apa yang terdapat pada materi tersebut tanpa adanya
energi yang tidak terdapat padanya, maka alam semesta adalah materi dan energy

77
Tri L. Astraatmadja, “Zarah dan Gaya Fudamental Di Alam Semesta” diakses melalui
alamat https://langitselatan.com/2012/04/24/zarah-dan-gaya-fundamental-di-alam-semesta/ tanggal
19 Februari 2020.
78
Zaglul Raghib al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut:
Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 383
yang tersebar di setiap tempat dan waktu dengan proporsi dan konsentrasi yang
bervariasi yang menghasilkan jaringan yang akurat kuat pada setiap bagiannya.

C. Gravitasi Universal Newton


Keberhasilan Newton menemukan hukum gravitasi dapat menjelaskan
bagaimana kerja gravitasi pada situasi atau kondisi normal, kemudian hukum
gravitasi tersebut dikenal dengan hukum gravitasi universal newton. Pada jaman
dahulu hukum gravitasi newton dipadukan dengan hukum kepler untuk mencari
letak benda-benda langit dan menghitung massanya. Kesederhanaan
perhitungan yang dilakukan Newton membuat orang awam mudah menerima
hukum gravitasinya. Tapi kenyataannya alam semesta tidaklah sesederhana
itu, karena alam semesta terdiri dari milyaran bahkan trilyunan benda-benda
ruang angkasa yang saling mempengaruhi letak yang satu dengan lainnya.
Ternyata bumi dan tata surya hanyalah sebagian kecil dari isi yang ada di jagat
raya ini.

Jangkauan gaya gravitasi mencapai ribuan bahkan jutaan kilometer, maka


gaya gravitasi tidak mungkin menjelajah ruang angkasa dalam waktu yang
sangat singkat. Jika gaya gravitasi bergerak sama dengan cara bergeraknya
cahaya, maka menurut Einstein kecepatan gaya gravitasi tidak boleh melebihi
kecepatan cahaya.79 Oleh karena itu, dengan jarak jangkauan yang jauh
maka jelas gaya gravitasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjelajah
ribuan atau bahkan jutaan kilometer, tidak mungkin bisa dijelajah dalam waktu
sekejap. Meskipun teori gravitasi Newton ada pertentangan dengan teori
relativitas khusus Einstein, namun teori gravitasi Newton dapat memprediksi
dengan tepat bentuk dan orbit planet-planet dalam tata surya, sekalipun
perhitungan dilakukan dengan anggapan bahwa gaya gravitasi bekerja dengan
sesaat. Bahkan jika dianggap gravitasi tidak bekerja dalam waktu sesaat,
sesuai dengan relativitas Einstein, maka orbit planet harus mengalami koreksi.
Anehnya jika koreksi Einstein dimasukkan justru memberikan hasil prediksi
79
Muhammad Syaipul hayat dan Sutarno, “Epistemologi dan keterbatasan teori gravitasi”,
Jurnal Ilmiah Multi SciencesVol. IX No. 1Halaman: 33 –40, 2017. 37.
orbit planet yang tidak sesuai dengan data astronomi. Berdasarkan hal
tersebut Einstein membuat kesimpulan bahwa ada mekanisme yang belum
dijelaskan pada teori gravitasi universal Newton.80

Hukum gravitasi umum Newton, yang berbunyi: Gaya gravitasi antara dua
benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus dengan
massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya.

Besarnya gaya gravitasi dapat ditulis dengan persamaan matemats F2

Dengan:
12 = 21 = = besar gaya tarik-menarik antara kedua benda (N
𝐺 = tetapan umum gravitasi
𝑚1 = massa benda 1 (kg)
𝑚2 = massa benda 2 (kg)
r = jarak antara kedua benda (m)81
Tiga hal yang harus diperhatikan jika menggunakan persamaan hukum
gravitasi umum Newton adala sebaga berikut :
1. Benda dianggap berbentuk bola seragam atau berupa partikel (titik
mater)sehingga r adalah jarak pisah antar kedua pusat benda.Garis kerja
gaya gravitasi terletak pada garis hubung yang mneghubungkan pusat benda
𝑚1 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑚2.

80
Ibid,
81
Muhammad Rully Syaepudin, “Konsep Gaya Gravitasi Temuan Al-Biruni Untuk
Pembelajaran Kelas Xi Di Jenjang Pendidikan Madrasah” (Bandung: Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, TA‟ALLUM: Jurnal Pendidikan Islam Volume 05, Nomor
02, November 2017, Halaman 197-208.
2. 12 adalah gaya gravitasi pada benda 1 yang dikerjakan oleh benda 2
(disebut aksi); 21 adalah gaya gravitasi pada benda 2 yang dikerjakan oleh
benda 1 (disebut reaksi), jadi, 12 dan 21 adalah dua gaya yang bekerja
pada benda yang berbeda sama besar, dan berlawanan arah (termasuk
pasangan aksi-reaksi).
Karena sebagian besar objek langit memiliki massa yang menakjubkan.
Maka menurut Zaglul gravitasi umum newton adalah ikatan sejati dari massa-
massa ini, meskipun jaraknya sangat jauh, kekuatan tak terlihat ini mewakili
jaringan sejati yang menghubungkan semua bagian alam semesta, seperti halnya
bumi dan langit. Hal demikian adalah kekuatan pengangkat langit yang tidak
terlihat. Gaya gravitasi umum newton tersebut bertindak untuk meringkuk alam
semesta ke dalam bidang apapun dan memaksa semua bentuk materi dan energy
untuk bergerak di langit dalam garis melengkung. Gravitasi kuantum
menggabungkan semua hukum yang berkaitan dengan gravitasi, dengan
mempertimbangkan semua efek kuantum, mengingat bahwa koordinat alam
semesta mengikuti model koordinat terestrial yang serupa, dan bahwa dimensi
alam semesta mengikuti model bumi yang serupa dengan tiga dimensinya selain
ruang dan waktu sebagai dimensi keempat, hal itu itu adalah kekuatan dominan di
alam semesta yang merupakan rahasia alam semesta.82

D. Gelombang Gravitasi
Teori yang dikemukakan Albert Einstein tentang gravitasi akhirnya terbukti.
Lebih dari 100 tahun setelah ia menerbitkan teori relativitas umum, para ilmuwan
telah menemukan apa yang diperkirakan Einstein sebagai bagian dari teori
gelombang gravitasi. Gelombang gravitasi ini berasal dari gerakan materi yang
mengakibatkan perubahan kelengkungan ruang dan waktu di sekitarnya.

82
Zaghlul Raghib Al-Najjar, Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (Beirut:
Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001), Jilid. IV, Cet. II, hal. 384-385.
Gelombang gravitasi ini dapat dianalogikan sebagai riak ruang waktu yang
merambat dengan kecepatan cahaya dalam vakum.83
Salah satu gaya gravitasi dengan gelombang gravitasi haruslah berbeda,
gaya gravitasi mewakili gravitasi material yang terlibat dalam komposisi benda
yang dimurnikan yang dipertukarkan dengan benda lain, sedangkan gelombang
gravitasi adalah efek gaya gravitasi dan teori relativitas umum menunjukkan
gelombang gravitasi kosmik sebagai penghubung antara ruang dan waktu sebagai
gelombang. Ini memengaruhi medan gravitasi di alam semesta karena
memengaruhi benda-benda langit yang menjumpainya, dan banyak upaya telah
dilakukan para ahli untuk mengeksplorasi gelombang gravitasi yang datang
kepada kita dari luar tata surya kita, tetapi mereka belum berhasil.
Gravitasi dan gelombang terjadi sejak awal diciptakannya langit dan bumi,
dan alam semesta ini akan dihancurkan dengan kekuasan-Nya, maka segala
aktifitas perluasan alam semesta terhenti. Maka mulailah gravitasi dan gelombang
mengerutkan alam semesta dan semua komponen alam semesta kembali menyatu
seperti bentuk awal diciptakannya alam semesta. Sebagaimana Allah jelaskan
dalam al-Qur‟an:
ْ ِِ ْ
َ ْ ٰ َِّ َّ َ ْ َ َ ً ْ َ ِ ْ ُّ ْ َ َ ََّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َْ َ َْ
‫الس ّج ّل ّللكت ّب كما ةدأنآ اول خل ٍق ن ّػيده وعدا علينا ّانا كنا ف ّػ ّلين‬
ّ ‫ييم نط ّيى السماۤء كط ّي‬

“(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-


lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama,
begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami
tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya.” (Q.S Al-Anbiya‟: 104).84

E. Teori Superstring dan Kohesi Alam Semesta


Partikel elementer diperkirakan berbentuk pegas/spiral/spring, yang bisa
bergetar kesemua arah, dan masing-masing partikel mempunyai frekuensi
resonansi yang unik atau harmonik. Harmonik yang berbeda menentukan gaya
83
Washington, “Teori Gelombang Gravitasi Einstein Akhirnya Terbukti” diakses melalui
alamat http://www.jurnalasia.com/sains-teknologi/teori-gelombang-gravitasi-einstein-akhirnya-
terbukti/tanggal 31 Maret 2020.
84
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
dasar yang berbeda. Teori ini disebut String Theory. Disamping itu kuantum juga
mempelajari interaksi antara partikel-partikel tersebut. Ada tiga macam interaksi
yaitu , gaya elektromagnetik adalah gaya yang mengikat elektron untuk tertarik ke
inti atom dan yang mendasari interaksi antar atom, gaya inti kuat adalah gaya
yang menyebabkan proton dan neutron dalam inti atom tidak saling tolak
menolak, gaya inti lemah adalah gaya yang bekerja ketika peluruhan sinar beta.
Untuk ukuran makro Einstein mengemukakan teori Relativitas Umum .
Teori ini menerangkan adanya interaksi gravitasi dengan mengganti teori gravitasi
Newton. Gaya gravitasi adalah gaya yang bekerja pada benda-benda alam yang
besar, misal antara matahari dengan bumi dan planet-planet yang lain. Disamping
itu Einstein memimpikan untuk menciptakan suatu teori tentang segala sesuatu
(Theory of everything) yang bisa membuka sebagian besar rahasia alam ini. Teori
ini berusaha menggabungkan keempat interaksi dasar diatas yaitu interaksi
elektromaknetik, kuat, lemah dan gravitasi. Dengan mempertimbangkan partikel
elementer sebagai suatu string yang masing-masing mempunyai harmonik
tertentu. Teori ini disebut Superstring Theory. Pada th 1960 dimulainya ide
mengenai teori ini dengan perkembangan naik turun. Pada th 1980 teori ini
mendapat tantangan karena adanya anomali perhitungan dimana kalkulasi
persamaan mendapatkan hasil yang berbeda (inkonsistensi matematis). Pada tahun
1984 hal ini dapat dipecahkan.85
Perkembangan selanjutnya adalah berkembangnya teori ini menjadi 5
variasi, yang tentu saja membingungkan karena pada dasarnya para fisikawan
berharap bisa menemukan satu teori yang elegan yang bisa menjelaskan semua
hukum-hukum alam. Pada th 1990 kelima teori ini bisa digabungkan menjadi satu
teori saja yang kemudian dinamakan M-theory. Teori superstring belum bisa
dibuktikan karena dalam bidang sains, suatu teori harus bisa dibuktikan secara
experimen, sehingga bisa diterima sebagai suatu kebenaran ilmiah. Hal ini
disebabkan dimensi string yang sangat kecil (sekitar satu per trilyun trilyun dari
ukuran satu atom) sehingga membutuhkan teknologi yang tinggi untuk bisa

85
Listiana Satiawati, “Teori Supersting”, diakses melalui alamat
http://www.fisikanet.lipi.go.id, tanggal 3 April 2020.
mengamatinya dan sampai sekarang hal itu masih belum mampu dilakukan. Juga
dalam perhitungannya masih harus memecahkan masalah matematika yang sangat
rumit, menyangkut dimensi yang dilibatkan yaitu meliputi 10 atau lebih dimensi
termasuk dimensi waktu.
Kesepuluh dimensi meliputi 3 dimensi ruang yaitu panjang lebar dan tinggi
dimensi keempat adalah dimensi waktu. Sedangkan ukuran string yang sangat
kecil jauh lebih kecil dari ukuran atom akan muncul dimensi yang lainnya.
Gambar diatas adalah perkiraan bentuk dari 6 dimensi oleh Calabi-You manifold
yang memunculkan ide dari simetri cermin. Hal yang sulit dilihat dan
dibayangkan karena orang terbiasa dengan pandangan 3 dimensi saja. Teori dan
experimen untuk menemukan partikel elementer masih terus dilakukan oleh
fisikawan diseluruh dunia, disamping itu perumusan matematika untuk
menunjang teori-teori ini juga terus dikembangkan.86 Ini adalah suatu kontribusi
dari fisikawan ( dan fisikawati) untuk kesejahteraan umat manusia yang
merupakan bagian dari alam semesta ini.
Ilustrasi pada pembahasan di atas, Misalnya, matahari. Ia menarik bumi
dengan kekuatan gravitasi yang sangat besar sehingga bumi berlari mengitari
matahari dalam orbit melingkar. Seandainya tidak ada tarikan matahari terhadap
bumi, tentu bumi sudah keluar dari orbitnya yang melingkari matahari dan ia
terdorong menuju angkasa raya yang tidak karuan, gelap, dan beku. Dengan
tergelincirnya bumi dari orbitnya, kehidupan di bumi pun punah karena suhu di
angkasa raya (yang tak terjangkau matahari) mencapai minus 270 derajat, suatu
suhu yang sangat dingin dan tidak ada satu atom pun yang bisa bergerak pada
suhu itu.

Allah berfirman, "Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak
bergeser (dari orbitnya)." (Fathir: 41). Untuk mengetahui seberapa kuat tarikan
gravitasi matahari terhadap bumi, kita bisa membuat asumsi bahwa daya gravitasi
itu lenyap karena suatu sebab tertentu. Agar bumi tetap tertaut dengan matahari
dan berputar mengelilinginya, kita harus mengikatkan bumi pada matahari dengan

86
Ibid,
tali-tali yang terbuat dari baja-bahan tambang yang paling kuat dan paling kukuh
untuk menahan tarikan.Suatu tali baja dengan diameter 1 milimeter mampu
menahan tarikan sebesar 100 kilogram. Dengan demikian, kita membutuhkan 1
triliun tali baja sepanjang 156 juta kilometer, dengan diameter masing-masing 5
meter. Setiap satu tali baja tersebut mampu menahan tarikan lebih dari 1 juta ton.
Maka, berapakah kekuatan tarikan atau daya gravitasi matahari terhadap bumi?
Kekuatannya adalah 1 juta kali 1 triliun ton.

Lalu, jika kita ikatkan tali-tali itu ke permukaan bumi yang menghadap
matahari, pasti kita akan terkejut karena di depan kita akan muncul hutan tali baja.
Sebab, jarak di antara dua tali baja tersebut lebih kecil daripada besar tali-tali baja
itu. Hutan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari dan mengganggu
setiap gerak dan aktivitas makhluk bumi. Semua kekuatan yang sangat itu
digunakan untuk mencegah agar pergerakan bumi tidak melenceng dari orbitnya
yang mengelilingi matahari. Sungguh benar firman-Nya, "Allah yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat." (Ar-Rad: 2) dan
"Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak bergeser (dari
orbitnya).'' (Fathir: 41).
BAB IV
ANALISIS KATA ‘AMAD PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN ILMU
SAINS
Untuk dapat memahami sunnatullah yang beraturan di alam semesta ini,
manusia telah dibekali oleh Allah Swt dua potensi penting, yaitu potensi fitriyah
(di dalam diri manusia) dan potensi sumber daya alam (di luar diri manusia). Di
samping itu, al-Qur‟an juga memberikan tuntunan praktis bagi manusia berupa
langkah-langkah penting bagaimana memahami alam agar dicapai manfaat yang
maksimal. Suatu cara penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu
pengetahuan ditunjukkan al-Qur‟an dalam surat al-Mulk ayat 3-4 yang intinya
mencakup proses kagum, mengamati, dan memahami. Dalam konteks sains, al-
Qur‟an mengembangkan beberapa langkah/proses sebagai berikut:87
Pertama, al-Qur‟an memerintahkan kepada manusia untuk mengenali secara
seksama alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-sifat dan proses-proses alamiah
yang terjadi di dalamnya. Perintah ini, misalnya, ditegaskan di dalam surat Yunus
ayat 101:
َ ِ ْ َّ َ َ ِ ُّ ِ ْٰ ِْ َْ َّ ‫ِكل ْان ِظ ِر ْوا َم َاذا فى‬
‫الس ٰم ٰي ّت َوالا ْر ّض َو َما حغ ّنى الا ٰيج َوالنذ ِر غ ْن ك ْي ٍم لا ِيؤ ّمن ْين‬ ّ ّ

“Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah


bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang yang tidak beriman”.88
Dalam kata unzhuru (perhatikan), Baiquni memahaminya tidak sekedar
memperhatikan dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian yang
seksama kebesaran Allah Swt dan makna dari gejala alam yang diamati Perintah
ini tampak lebih jelas lagi di dalam firman Allah di surat al-Ghasyiyah ayat 17-20:
َ ْ َ ِ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ
َّ ‫ا َف َلا َي ْن ِظ ِر ْو َن الى ْالاةل ك ْي َف ِخل َل ْج َواّ لى‬
َ ‫الس َماۤء ك ْي َف ِرف َػ ْج َواّ لى الج‬
‫ال ك ْيف ن ّصبج َواّ لى‬
ّ ّ‫ت‬ ّ ّ ّ ّّ ّ ّ

ْ َ َ َ َْ
‫الا ْر ّض ك ْيف ِس ّطدج‬

87
Jamal Fakhri, “Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jurnal TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010. 125.
88
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.

44
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? dan
langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
Dan bumi bagaimana dihamparkan?.89
Kedua, al-Qur‟an mengajarkan kepada manusia untuk mengadakan
pengukuran terhadap gejala-gejala alam. Hal ini diisyaratkan di dalam surat al-
Qamar ayat 49:
َ َ ِ ٰ َْ َ َ َِّ َّ
‫ّانا كل ذ ْي ٍء خللنه ّةلد ٍر‬

“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.90


Ketiga, al-Qur‟an menekankan pentingnya analisis yang mendalam terhadap
fenomena alam melalui proses penalaran yang kritis dan sehat untuk mencapai
kesimpulan yang rasional. Persoalan ini dinyatakan dalam surat al-Nahl ayat 11-
12:
ْ َ ٰ َٰ َ ٰ َّ ْ َ ٌ ٰ َّ َ ِ ِ ْ ِ ُّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ َّ َ َ ْ َّ ِ ِ َ َ َّ َ َ
ْ
‫ت ّةام ّره ّان ّفي ذ ّلك لاي ٍج ّللي ٍم‬
ْۢ ‫وسخر لكم اليل والنىارِۙ والشمس واللمر والنجيم مسخر‬

َ ْ ِ ْ َّ
ِۙ‫يػ ّللين‬

“Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan
bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang mengerti”91
Tiga langkah yang dikembangkan oleh al-Qur‟an itulah yang sesungguhnya
yang dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi (pengamatan),
pengukuran-pengukuran, lalu menarik kesimpulan (hukum-hukum) berdasarkan
observasi dan pengukuran itu.92
Dengan observasi ilmiah dengan berbagai hipotesis, sains berkembang
sangat cepat melampaui berbagai bidang keilmuan, khususnya bidang-bidang
ilmu sosial. Pada periode awal sains sangat erat dengan filsafat yang dianutnya,

89
Ibid,
90
Ibid,
91
Ibid,
92
Ibid, 126.
yakni sains yang bercorak kosmologis atau antroposentris. Pada gerak
kemajuannya, sains menemukan sesuatu yang benar-benar belum diketahui dan
terklasifikasikan,93 salah satunya dalam kajian ilmiah atau sains yaitu pembahasan
tentang „amad (tiang langit).
Dalam al-Qur‟an kata „amad terdapat dalam surah Ar-ra‟d ayat 2 yang
menjadi pembahasan pada penelitian skripsi ini yang mana telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, namun secara spesifik kata „amad tidak ada dalam istilah ilmu
sains-kosmologi. Oleh karena itu, pada bab ini akan membahas istilah kata yang
berbeda namun dapat dipahami dalam satu makna. Yaitu penjabaran silogisme,
penarikan kesimpulan secara deduktif dari beberapa pernyataan sebagai berikut:

A. Langit Dan Bumi Suatu Yang Padu


Pada asalnya langit dan bumi adalah padu, lalu Allah Swt pisahkan antara
keduanya, yang dibuktikan dalam firman-Nya:
َ َِّ َ ْ َْ َ َ َ َ َّ َ َ
َ ٰ َْ ََ ًْ ََ َ َ َْ َّ ‫ا َول ْم َي َر الذيْ َن ك َف ِر ْوا اَّن‬
‫الس ٰم ٰي ّت َوالا ْرض كانتا َرحلا ففخلن ِىما َوجػلنا ّم َن الما ّۤء كل ذ ْي ٍء‬ ٓ ّ

َ ِ ْ َ ََ َ
‫حي افلا ِيؤ ّمن ْين‬
ٍ

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”.(Q.S al-Anbiya‟:30).94
Di dalam al-Qur‟an disingung tentang apa itu alam semesta. Suatu kali al-
Qur‟an menjelaskan bahwa, alam semesta adalah langit dan bumi. al-Qur‟an
terkadang menunjuk apa itu alam semesta secara lebih abstrak. Seperti pada ayat
di atas menyebutkan bahwa jagad raya ini adalah sebuah massa atau susunan
unsur-unsur itu berada dalam perbentangan. Sehingga alam semesta dalam

93
Ridwanul Hakim Authonul Muther, “Kontingensi Alam Semesta: Sebuah Pengantar
Kosmologi” diakses melalui alamat http://lsfdiscourse.org/kontingensi-alam-semesta-sebuah-
pengantar-kosmologi/ tanggal 25 Februari 2020.
94
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
persfektif al-Qur‟an dapat dipahami sebagai perbentangan unsur-unsur yang
saling mempunyai keterkaitan. Sedang jagad raya dimana alam semesta yang
terbentang ini mempunyai atau mencakup pula hukum-hukum atau sebab-sebab
alamiahnya. Proses penciptaan langit dan bumi yang diuraikan dalam ayat
tersebut menjelaskan bahwa sebelum terjadinya seperti sekarang, langit dan bumi
adalah satu yang padu lalu dipisahkan. Ayat tersebut terdapat kata ratq (bersatu
padu), keterpaduan ini berarti ruang (al-samawat) dan materi (al-ard) dapat
dipahami jika keduanya berada disatu titik-titik singaluraritas yang merupakan
volume yang berisi seluruh mater. Sedangkan kata fatq (memisahkan) terjadi
dalam suatu ledakan dahsyat atau dentuman besar yang melontarkan materi
keseluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan sangat cepat sehingga
tercipta universum yang berekspansi.
The Big Bang adalah fenomena tentang terbentuknya alam semesta yang
dijelaskan oleh ahli fisika astronomi. Teori ini didukung oleh data hasil observasi
dan experiment oleh astronomer dan astrophysicist selama puluhan tahun.
Menurut Big Bang, seluruh alam semesta awalnya adalah sebuah massa yang
sangat besar (primery nebula). Kemudian terjadilah sebuah ledakan besar „Big
Bang‟ (secondary separation) yang membentuk galaksi. Kemudian dalam galaksi
terbentuk bintang, planet, matahari, bulan dan benda angkasa lainnya.95
Gagasan Big Bang didasarkan pada alam semesta yang berasal dari keadaan
panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua
galaksi di alam semesta akan memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada model
Big Bang, alam semesta berasal dari ledakan sebuah konsentrasi materi tunggal
beberapa tahun yang lalu yang secara terus menerus berekspansi sehingga pada
keadaan yang lebih dingin (pergeseran merah galaksi) seperti sekarang. 96 Selain
teori Big Bang, menurut para ahli juga ada teori lain dalam terbentuknya alam
semesta yaitu Teori keadaan tunak dan teori osilasi.

95
Eti Yuli Widayanti, “Analisis Materi Astronomi Pada Pembelajaran Sains”, Jurnal
Pendidikan Agama Islam Volume 01 Nomor 01 Mei 2013, 8
96
H. Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2006), 49.
Teori keadaan tunak (stesdy State Theory) yang diusulkan pada tahun 1948
H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge, menurut teori ini,
alam semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Materi secara terus
menerus datang berbentuk atom-atom hydrogen dalam angkasa (space) yang
membentuk galaksi baru dan menganti galaksi lama yang bergerak menjauhi kita
dalam ekspansinya.97
Sedangkan teori oselasi menjelaskan bahwa alam semesta tidak ada awal
dan tidak ada akhirnya. Dalam model Osilasi dikemukakan bahwa sekarang alam
semesta tidak konstan, melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman
besar (Big Bang), kemudian beberapa waktu yang akan datang gravitasi
mengatasi efek ekspansi sehingga alam semesta akan mulai mengempis
(collapse), akhirnya mencapai titik koalisensi (gabungan) asal dimana temperatur
dan tekanan tinggi akan memecahkan semua materi kedalam partikel-partikel
elementer (dasar) sehingga terjadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi.
Alam semesta mungkin telah memulai dalam sebuah dentuman besar (Big Bang),
atau mungkin berada dalam keadaan tetap atau dalam keadaan berosilasi.98
Tiga teori tersebut adalah penemuan para ahli fisika astronomi, yang
menjelaskan kejadian adanya alam semesta ini. Namun, dalam ilmu kosmologi
teori Big Bang merupakan penemuan ilmiah yang sesuai dengan firman Allah
Swt. Karena teori ini didukung oleh data hasil observasi dan experiment oleh
astronomer dan astrophysicist selama puluhan tahun, juga teori lainnya
merupakan kejadian yang berawal dari teori Big Bang. Teori model osilasi
misalnya, bahwa alam semesta ini berekspansi setelah Big Bang. Jika ditinjau lagi
dari teori ekspansi dan kontraksi. Menurut teori ini alam tercipta dengan
sendirinya tidak ada awal dan akhirnya.
Dengan terjadinya ledakan besar merupakan bukti kemutlakan kekuasaan
Allah Swt karena sebagaimana diketahui bahwa ledakan itu biasanya
menyebabkan pecahan-pecahan materi dan setelah itu pasti akan menyisakan
puing. Sedangkan ledakan alam semesta yang memisahkan langit dan bumi ini,

97
Ibid, 50.
98
Ibid, 51
menyebabkkan terciptanya system alam semesta dengan susunan yang tepat dan
terkendali jarak, hubungan dan interaksinya, serta tepat bentuk dan ukurannya,
teratur gerakan, jalan dan pergantiannya, yang dibangun dengan cara yang sama
dan dengan system yang paling tepat hingga pada bagiannya yang terbesar,
sekalipun jaraknya jauh, bendanya sangat banyak dan sangat rumit hubungannya.
Yang semua ini, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa ada pengaturan
yang tepat dan ketentuan sebelumnya yang tidak mampu dilakukan oleh siapa pun
kecuali tuhan semesta alam.
Dengan itu, seorang ilmuwan inggris kontemporer Stephen Hawking
menyinggung hal ini di dalam bukunya yang berjudul A Brief Story of Time yang
diterbitkan di Canada pada tahun1988, akan tetapi dia mengatakannya dengan
sangat malu di lingkungan orang-orang yang tidak bertuhan, terutama di kalangan
Barat secara umum yang telah hidup masa ilmu dan teknologi. Buku itu dipenuhi
dengan kesimpulan-kesimpulan yang menegaskan hakikat penciptaan dan
keagungan Sang Pencipta, Allah swt.99
Dalam beberapa ayat, Allah Swt menyatakan bahwa Dia mencipta alam
semesta dalam jangka waktu enam hari (masa). Allah SWT berfirman:

ِ ُّ َ َ َ َْْ َ
َّ‫ض َو َما َة ْي َن ِى َما ف ْي سَّخث ا‬
َ
َّ ‫َول َل ْد َخ َل ْل َنا‬
‫امٍَّۖو َما َمَّسنا ّم ْن لغ ْي ٍب‬
ٍ ‫ي‬ ّ ّ ّ ‫ر‬‫ا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬
ّ
ٰ ‫الس ٰم‬
‫ي‬

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit
pun”.(Q.S Qaf: 38).100
Ayat di atas Allah Swt menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam
enam masa (sittati ayyaamin), selanjutnya para mufasir bersepakat dalam
menafsirkan ayat ini. Bahwa yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam
tahapan atau periode bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.
Dan juga bukan hari dalam pengertian konvensional sebagai satu waktu yang

99
Dr. Zaghlul Al-Najjar, Ayat-ayat Kosmos Dalam Al-Qur‟an Al-Karim, (Jakarta: Shorouk
International Bookshop, 2010), 228.
100
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
terdiri daripada 24 jam. Buktinya, sebutan kata hari di sini tidak diikuti dengan
ungkapan “menurut perhitunganmu” seperti firman Allah Swt:
َ ُّ ِ َ َّ َ ََْ َ ْ َ َ َ ِ ْ ِ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ
‫السما ّۤء ّالى الا ْر ّض ذَّم َيػ ِرج ّال ْي ّه ّف ْي َي ْي ٍم كان ّملد ِارهٓ الف َسن ٍث ُّّما حػد ْون‬ ‫ِيد ّة ِر الا ْم َر ّمن‬

“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu
tahun menurut perhitunganmu”. (Q.S Al-Sajadah: 5).101
Di dalam buku al-I„jāz al-„Ilmiy fi al-Qurān wa al-Sunnah karangan Naif
Munir Faris mendakwahkan bahwa para mufasir bersepakat membahagikan enam
masa ini kepada tiga bahagian yang sama. Setiap bahagian terdiri daripada dua
hari penciptaan dalam pengertian relatif. Pertama, dua hari untuk mencipta bumi
seperti firman Allah:
َ َ ْٰ َ ٰ ً َ َْ َ َ ِ َ ْ َ َ َْ ََ َ َّ َ ِ ْ َ َ ِ َّ َ ْ ِ
ِۚ‫كل اىِٕنك ْم لتكف ِر ْون ّةال ّذ ْي خلق الا ْرض ّف ْي َي ْي َم ْي ّن َوتجػل ْين لهٓ اندادا ذ ّلك َر ُّب الػل ّم ْين‬

“Katakanlah, “Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan


bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya?
Itulah Tuhan seluruh alam”. (Q.S Fussilat: 9).
Kedua, dua hari untuk menyusun lapisan tujuh langit secara bertingkat.
Allah Swt berfirman:
َ ْ ُ َ َ ْ ُّ َ َ َّ َََّّ َ َ ْ َ َ َ ِ ٰ ََْ ْ ََْ َ ٰ َ َ ْ َ َّ ِ ٰ َ َ
ٍۖ‫ات ّف ْي ييمي ّن واوحى ّف ْي ك ّل سما ٍۤء ام َروا وزينا السماۤء الدنيا ّةمص ّاةيح‬
ٍ ‫فلضىىن ستع سمي‬

َْ َْ َْ َ ٰ ً ْ
‫زْ ّز الػ ّل ْي ّم‬
‫َو ّخفظا ذ ّلك حل ّد ْي ِر الػ ّ ي‬

“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit
Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat
(dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu)
untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa,
Maha Mengetahui”. (Q.S Fussilat: 12).102

101
Ibid,
102
Ibid,
Setelah berlakunya “big bang” (‫ ) الػظيم الانفجار‬dua hari selepas itu

bermulalah pembentukan langit menjadi tujuh lapis dalam jangka masa dua hari
juga. Pada tahun 1840, pakar astronomi Amerika yang berasal dari Rusia yaitu
George Gamov menguatkan lagi ayat ini dengan teori Big Bang. Pada tahun 1989,
NASA telah melancarkan satelitnya Cobe Explorer. Setelah tiga tahun ia
menghantar maklumat secara detail ke bumi untuk menguatkan lagi teori Big
Bang. Penerokaan ini merupakan penerokaan kurun keduapuluh. Fakta sains ini
telah disebut di dalam al-Qurān semenjak 1435 tahun yang lalu.
Ketiga, dua hari untuk mengurus bumi secara geologi dan menciptanya
sekian rupa agar boleh dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kemudahan
manusia. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah:
َ َ َ
َ َّ ‫َو َج َػ َل ف ْي َىا َر َواد َي م ْن َف ْيك َىا َو ٰة َر َك ف ْي َىا َو َكَّد َر ف ْي َىآ ا ْك َي َاح َىا ف ْي ا ْر َة َػث اَّيام َس َيا ًۤء ل‬
‫لساۤى ِّٕل ْين‬ ّ ٍ ّ ٓ ّ ّ ّ ّ ّ ّ ّ

“Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan


kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi
penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan)
mereka yang memerlukannya”. (Q.S Fussilat: 12).103
Ayat-ayat ini mengisyaratkan gunung-gunung, meteor, yang ke bumi dan
menancap di atas lapisan kerak bumi setelah mengalami pengerasan, dengan dalil

frasa “‫ ” فيكىا من‬yang bermaksud dari atasnya. Manakala, frasa “‫ “ فيىا وةارك‬yang

bermaksud dan memberi keberkatan di dalamnya. Berarti Dia memperbanyakkan


kebaikan di dalamnya dengan mencipta infrastruktur air, tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang melata sebagai persiapan untuk menyambut manusia, sambil
menentukan kadar rezekinya. Proses ini dikerjakan dalam tempo empat hari.104

103
Ibid,
104
Karimah Binti Mat Zin dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam Surah Al-
Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018, 65-68.
Menurut M. Quraish shihab dalam tafsir Al-Misbah tentang konsep
penciptaan alam semesta ini, bahwa proses penciptaan alam raya yang melalui
enam periode itu adalah sebagai berikut:105
Periode pertama adalah periode ar-Ratq, yakni gumpalan yang menyatu. ini
merupakan asal kejadian langit dan bumi. Sesuai firman Allah swt:
َ َِّ َ ْ َْ َ َ َ َ َّ َ َ
َ ٰ َْ ََ ًْ ََ َ َ َْ َّ ‫ا َول ْم َي َر الذيْ َن ك َف ِر ْوا اَّن‬
‫الس ٰم ٰي ّت َوالا ْرض كانتا َرحلا ففخلن ِىما َوجػلنا ّم َن الما ّۤء كل ذ ْي ٍء‬ ٓ ّ

َ ِ ْ َ ََ َ
‫حي افلا ِيؤ ّمن ْين‬
ٍ

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya;
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”. (Q.S. Al-Anbiya [21] :30).106
Periode kedua adalah al-Fatq, yakni, masa terjadinya dentuman dahsyat Big
Bang yang mengakibatkan terjadinya awan/kabut asap.
َ ِ َ َّ
ِ
‫ىىَّن َس ْت َع َس ٰم ٰي ٍت َوو َي‬ َّ ‫ِو َي الذ ْي َخ َل َق لك ْم َّما فى ْال َا ْرض َجم ْي ًػا ِذَّم ْاس َخ ٰٓيى الى‬
ِ ‫الس َماۤء َف َس هي‬
ّ ّ ّ ّ ّ ّ

َ َ ِ
ࣖ ‫ّةك ّل ذ ْي ٍء ع ّل ْي ٌم‬

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah
[2] : 29).107
Periode ketiga adalah terciptanya unsur-unsur pembentukan langit yang
terjadi melalui gas hidrogen dan helium.
ِ َ َ ْ َ َ َََْ َ َ ْ ََ
َ ‫ض ٰد‬
ٍۖ‫ىىا‬ ‫واغطش ليلىا واخرج‬

105
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an, Vol.
11,(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 176.
106
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
107
Ibid,
“Dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya
(terang benderang)”. (Q.S An-Nazi‟at [79] : 29).
Periode keempat terciptanya bumi dan benda-benda angkasa dengan
berpisahnya awan berasap itu serta memadatnya akibat daya tarik.
َ ٰ َ َْ َ َْْ َ
َ ‫ك َد ٰخ‬
‫ىىا‬ ‫والارض ةػد ذ ّل‬

“Dan setelah itu bumi Dia hamparkan”. (Q.S. an-Naziat [79] :30).108
Periode kelima adalah masa penghamparan bumi serta pembentukan kulit
bumi lalu pemecahannya, pergerakan oasis109 dan pembentukan benua- benua dan
gunung-gunung serta sungai-sungai dan lain-lain.
َ ِ ْ َ ََ َ َ َِّ َ ْ َْ َ َ
‫َوجػلنا ّم َن الما ّۤء كل ذ ْي ٍء حي افلا ِيؤ ّمن ْين‬
ٍ

“….Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa
mereka tidak beriman?”. (Q.S. al-anbiya [21] : 30).110
Periode keenam adalah pembentukan kehidupan dalam bentuknya yang
paling sederhana, hingga penciptaan manusia.
Dr. Danial Zainal Abidin telah menyusun semula pandangan-pandangan
para saintis mengenai kronologi apa yang berlaku selepas ledakan Big Bang.
Kronologi itu dibahagikan kepada enam fasa. Fasa pertama (Ledakan dan
Pengembangan). Peringkat ini bermula daripada saat ledakan Big Bang sehingga
berlalu masa 0.0000000000000000000000000000001 saat. Kosmos pada masa itu
melalui proses pengembangan yang laju. Ia berkembang daripada ukuran sebesar
atom kepada ukuran sebiji buah nangka dalam masa yang begitu singkat yaitu
kurang daripada satu per sebilion saat dalam keadaan suhu yang mencecah 10
kuasa 27°C. Dalam masa yang singkat angkasa dipenuhi elektron dan quarks.
Fasa kedua (Pendinginan dan Kelahiran Nukleus). Pada peringkat ini masa
berlalu lebih kurang tiga minit. Suhu, yang di peringkat sebelumnya berada di
tahap yang tinggi, melalui proses penyejukan dan turun ke paras 10 kuasa 8°C.

108
Ibid,
109
Dalam geografi, oasis jamak dari oase atau ceanega yang berarti daerah yang terpencil
110
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
Keadaan ini memungkinkan quarks bercantum sesama sendiri dan bertukar
menjadi proton dan neutron. Percantuman proton dan neutron melahirkan nukleus
dan proses kelahiran nukleus ini menjadi asas kepada kelahiran atom hidrogen
dan helium kemudiannya. Oleh sebab atom belum lagi wujud di peringkat ini,
kosmos berada dalam keadaan yang gelap gelita.
Fasa ketiga (Kelahiran Atom). Fasa ini memakan masa lebih kurang
300,000 tahun. Di peringkat ini elektron bercantum dengan proton serta neutron
dan dengan itu lahir atom-atom, terutamanya atom-atom hidrogen dan helium.
Kelahiran atom-atom ini menjadi titik permulaan kepada kelahiran cahaya di
kosmos. Suhu pada masa itu mencecah lebih kurang 10,000 °C.111
Fasa keempat (Asap dan Kelahiran Galaksi Serta Bintang). Fasa ini
bermula 300,000 tahun sehingga lebih kurang satu bilion tahun selepas Big Bang.
Pada peringkat ini tarikan graviti menyebabkan gas-gas hidrogen dan helium
bercantum sehingga melahirkan gumpalan asap raksasa. Daripada gumpalan-
gumpalan asap ini lahir galaksi. Walaupun gumpalan-gumpalan asap yang kecil,
ia berperanan melahirkan bintang-bintang.
Fasa kelima (Percantuman Galaksi, Kelahiran Big Hole, Supernovae dan
matahari). Fasa ini memakan masa daripada 1 bilion hingga 9 bilion tahun selepas
ledakan Big Bang. Pada peringkat awal fasa ini galaksi-galaksi bercantum antara
satu sama lain. Proses cantuman berlaku dengan dahsyat sekali sehingga
menyebabkan kemusnahan sebahagian bintang. Bintang yang hancur bersama-
sama dengan gas yang terhasil, terhumban ke suatu pusat dan dengan itu
menghasilkan satu lubang yang terlalu padat (very dense) tanpa mempunyai isi
padu( with no volume). Lubang ini mempunyai tarikan graviti yang terlalu kuat
dan dikenali sebagai lubang hitam atau black hole . Apa sahaja yang
memasukinya, termasuk cahaya, tidak mampu keluar daripadanya. Gas-gas yang
tertarik oleh lubang hitam ini berada di tahap suhu yang tinggi sehingga

111
Karimah Binti Mat Zin dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam Surah Al-
Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018, 68
mengeluarkan cahaya terang benderang yang pada hari ini dikenali sebagai
quasars. Selepas ia memasuki lubang hitam, ia lenyap selama-lamanya.112
Pada peringkat ini proses kehancuran bintang berlaku dengan pesatnya.
Proses kehancuran ini menghasilkan ledakan dahsyat yang dikenali sebagai
supernovae. Ledakan ini mengeluarkan elemen-elemen berat seperti emas, perak,
uranium, plumbum (lead) dan seumpamanya. Kesemua ini menjadi asas bagi
melahirkan galaksi-galaksi baru. Di penghujung fasa ini (lebih kurang 5 bilion
tahun dahulu) lahirlah matahari dan sistem solar.113
Fasa keenam (Kejadian Bumi dan Atmosfera serta Permulaan kehidupan).
Fasa ini bermula lebih kurang 9 bilion tahun selepas ledakan Big Bang, yaitu 4.5
bilion tahun dahulu. Di peringkat ini bermula kejadian bumi dan atmosfera yang
berhubungan dengannya. 1 bilion tahun selepas itu (lebih kurang 3.5 bilion tahun
yang lepas) lahir hidup-hidupan pertama di atas bumi.114

B. Meluasnya Bangunan Langit Dengan Kekuatan


Pada sepertiga pertama abad ke-20, para ahli Astronomi mengamati proses
meluasnya alam semesta yang melahirkan perdebatan-perdebatan panjang, hingga
akhirnya para ilmuan menerima fakta tersebut, bahwa al-Qur‟an telah terlebih
dahulu memberi informasi tentang fakta tersebut sejak 1400 tahun yang lalu
dengan firman Allah Swt:
َ َّ
َ ِ
‫ىد َّواّ نا ل ِم ْي ّسػ ْين‬ ْ َ َ ٰ ْ َ َ َ َّ َ
ٍ ‫والسما َۤء ةنينىا ّةاي‬

“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar
meluaskannya”(Q.S al-Dzariyat: 47).115
Ayat diatas menginformasikan tentang ekspansi langit yang bersifat
melebar, memuai, al-musi‟un dalam ayat tesebut muncul dalam bentuk fa‟il yang
memberikan penekanan kepada suatu yang bersifat tetap dan permanen. Allah

112
Ibid,.
113
Ibid,.
114
Ibid,.
115
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
akan memperluas langit itu dengan kekuasaan-Nya, dengan demikian sifat
ekspansi al-sama atau ruang alam terus berlaku sampai masa sekarang dengan
masa akan dating.

‫الۡيدي‬bermaksud kekuatan dan kekuasaan yaitu kekuasaan Allah mencipta

alam ini. ‫ الۡيدي‬juga bermaksud kekuatan graviti yang bermula semenjak peristiwa

Big Bang (‫) الانفجارالػظيم‬. Yaitu kekuatan yang menahan jirim langit supaya

beredar pada orbitnya.116 Semuanya berlaku dengan kekuatan dan kekuasaan


Allah. Seperti firman Allah:
َ ِ َّ َ َ ٌّ ِ َ َ َّ ِ َ ِ ْ َّ َ َ ْ َ َ َّ َ
َ ‫الش ْم ِس َي ْن ْۢ َتغ ْي ل َىآ ا ْن ِح ْدر َك ال َل َم‬
‫ك ي ْس َتد ْين‬
ٍ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ي‬ْ ‫ف‬ّ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫و‬ ‫ار‬
ّ ‫ى‬ ‫الن‬ ‫ق‬ ‫اة‬
ّ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ي‬‫ال‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ّ ّ ‫لا‬

“Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak
dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya”. (Q.S
Yaasin: 40).117
Apabila ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubung dengan kejadian langit dan
bumi ini dikaitkan dengan penemuan semasa, kita akan mengagumi ayat-ayat ini
kerana ia menceritakan mengenai fasa-fasa kejadian langit dan bumi secara
sistematik.
Ayat di atas (Q.S al-Dzariyat: 47) memberikan informasi tentang ekspansi
langit yang bersifat melebar, menuai, al-musi‟un dalam ayat tersebut muncul
dalam bentuk fa‟il yang memberikan penekanan kepada suatu yang bersifat tetap
dan permanen. Allah akan memperluas langit itu dengan kekuasaan-Nya, dengan
demikian sifat ekspansi langit atau ruang alam terus berlaku sampai sekarang dan
masa yang akan mendatang.118
Pada tahun 1929, di Observatorium Mount Wilson di California, seorang
astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting

116
Ibid.,70.
118
Badr al-Din Muhammad ibn Abd. Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur‟an, jilid IV
(Beirut: Al-Maktabah al-Asriyah, tanpa tahun) 68.
dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop
raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang
bergeser ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini
terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini
menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang
diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan
cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan
akan cenderung merah.
Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang
cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut
senantiasa bergerak menjauhi kita. Tidak lama sesudah itu, Hubble membuat
temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita,
namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang
alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam
semesta itu senantiasa memuai. Pemuaian alam semesta secara tidak langsung
menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa „satu titik tunggal‟ yang mengandung semua
materi alam semesta ini pastilah memiliki volume nol” dan “kepadatan tak
terbatas”. Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki
volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam
semesta ini dinamakan dentuman besar (Big Bang), dan teori ini dinamai
mengikuti nama ledakan tersebut.119

C. Langit Pada Mulanya Berupa Asap


ََ َ ً ْ َ َْ ً ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ ََ َ َ َ ٌ َ ِ
َ َ َ َّ َ ٰ ‫ِذَّم ْاس َخ‬
ٓ‫ى ّالى السما ّۤء و ّني دخان فلال لىا و ّللار ّض ائ ّتيا طيعا او كروا كالتا‬
ٓ ‫ي‬

َْ َ َ ْ ََ
‫احينا طاۤى ِّٕػين‬

119
Ade Jamarudin, “Konsep Alam Semesta Menurut Al-Quran”, JURNAL USHULUDDIN
Vol. XVI No. 2, Juli 2010. 137.
“Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu
Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua
menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab,
“Kami datang dengan patuh.”(Q.S Fushilat:11).120

Sebelum penciptaan atau penyempurnaannya menjadi tujuh lapis langit,


pada waktu itu langit masih berupa asap, disebut juga dengan lebih jelas, yaitu
masih semacam gas,121 Sayyid QutUb mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
asap pada ayat di atas adalah nebula,sedangkan menurut Muhammad bin `Ali al-
Sabuni, melalui riwayat Ibnu Kathir bahwa yang dimaksud dengan asap pada ayat
tersebut adalah uap air yang naik ketika bumi diciptakan.122
Sedangkan menurut Zaghlul al-Najjar, bahwa kata asap pada ayat tersebut
dalam arti suatu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung
benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau hitam, dan
mengandung panas.123 Pendapat Zaghlul al-Najjar hampir sama dengan apa yang
dikatakan oleh Wahbahh Zuhayli, bahwa yang dimaksud dengan asap pada ayat di
atas adalah sebuah unsur yang berbentuk semacam gas, yang berwarna hitam.124
Telah terbukti secara ilmiah, bahwa penciptaan alam semesta yang sangat
luas, sangat akurat kontruksi dan sangat terkontrol geraknya dan sangat disiplin
dalam setiap urusannya, berawal dari satu planet yang berbobot sangat kecil,
bahkan hampir mendekati titik nol, sangat tinggi tingkat kepadatan dan tingkat
kepanasannya sampai ke tingkat tidak dapat dijangkau oleh hukum fisika dan
dimensi ruang dan waktu. Dari titik yang berbobot sangat kecil ini, Allah Swt
menciptakan alam semesta dengan perintah Ilahi „Kun‟ dalam proses yang disebut
para ahli fisika astronomi sebagai big bang. Dari ledakan besar ini menghasilkan

120
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
121
HAMKA, Tafsir al-Azhar, Jilid 24, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), 6423
122
Muhammad bin `Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafasir, Jilid III, (Beirut, Dar al-Qur`an al-
Karim, 1981), 117
123
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid 12, Cet. I, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), 388
124
Wahbah Zuhayli, Tafsir al-Munir: fi al-`Aqidah wa al-Syari`ah wa al-Manhaj, Jilid 12,
(Damaskus, Dar alFikr, 2009), 517
selaput tipis asap yang menjadi cikal bakal penciptaan langit dan bumi dengan
segala isinya.125

D. Langit dan Bumi Tidak Jatuh Dengan Adanya Kekuatan Gravitasi


Langit digambarkan menurunkan air dari proses hidrologis, mulai
penguapan yang naik membentuk awan, lalu diturunkan menjadi hujan. Langit
juga dianggap sebagai atap, karena segala yang melingkupi bumi mulai dari awan,
bintang-bintang sampai galaksi-galaksi, kita rasakan seolah berada di atas kita,
seolah kita dipayungi kubah langit yang sangat besar. Semuanya memang tanpa
tiang yang bisa kita lihat, karena semua benda itu pada dasarnya berada pada
posisi dan gerakan masing-masing, karena adanya gaya-gaya yang menahannya.
Yang paling berperan dalam menjadikan stabilnya benda-benda langit itu
terutama adalah gaya gravitasi.
Al-Biruni merupakan fisikawan muslim yang memberikan sumbangan
penting bagi pengukuran jenis berat (specific gravity) berbagai zat dengan hasil
perhitungan yang cermat dan akurat. Konsep ini sesuai dengan prinsip dasar yang
ia yakini bahwa seluruh benda tertarik oleh gaya gravitasi bumi126
Perbincangan tentang gerak benda-benda sudah dilakukan jauh sebelum
Newton menjelaskan tentang alasan mengapa benda bergerak. Gerak benda
merupakan cabang fisika yang sangat berkaitan erat dengan bidang fisika lainnya,
sehingga mempelajari gerak merupakan hal yang sangat penting dan ilmiah.
Banyak ilmuwan yang tertarik dan sibuk mempelajari tentang gerak termasuk
diantaranya Aristoteles, seorang filsuf dan ilmuwan yang banyak menuangkan
hasil pemikirannya tentang gerak. Aristoteles (384 SM – 322 SM) membagi gerak
menjadi dua kelompok besar yaitu : gerak alami (pure motion) dan gerak paksa
(violent motion).
Menurut Aristoteles gerak alami berkaitan dengan sifat bawaan dari
berbagai benda yang merupakan sifat intrinsik khusus dari benda itu sendiri.

125
Dr. Zaghlul Al-Najjar, Ayat-ayat Kosmos Dalam Al-Qur‟an Al-karim Jilid 1, (Jakarta:
Shorouk International Bookshop, 2010), 16.
126
Muhammad Rully Syaepudin1 dkk, “Konsep Gaya Gravitasi Temuan Al-Biruni”, Jurnal
Pendidikan Islam TA‟ALLUM, Vol. 05, No. 02, November 2017. 198
Aristoteles menyifati berbagai benda menurut kedekatan sifat-sifatnya terhadap
elemen dasar benda itu. Misalnya jika benda bergerak sentripetal dan gerak jatuh
bebas merupakan gerak alamiah dari sifat air dan tanah (bumi). Sedangkan benda
yag bergerak sentrifugal dan loncatan ke atas merupakan sifat alamiah api dan
udara dan gerak sirkuler (melingkar) adalah gerak alamiah dari sifat eter. Gerak
paksa menurut Aristoteles adalah gerak benda yang disebabkan adanya pengaruh
luar terhadap benda dan arahnya dapat ke sembarang arah seperti dorongan dan
tarikan yang berasal bukan dari benda itu sendiri. Lebih lanjut Aristoteles juga
menyatakan bahwa benda hanya akan bergerak apabila benda tersebut diberi gaya,
gerak benda akan berhenti apabila gaya dihilangkan, artinya gerak paksa itu akan
terjadi apabila benda tersebut diberikan gaya terus menerus. Pemahaman
Aristoteles mengenai percepatan benda didasarkan pada berat benda, maksudnya
benda yang memiliki berat yang lebih besar akan lebih cepat jatuh ke tanah
dibandingkan dengan benda yang lebih ringan.
Dengan demikian kecepatan jatuhnya benda merupakan proporsi dari berat
bendanya. Contoh yang diberikan untuk mendukung pemahaman Aristoteles ini
adalah : apabila ada benda yang beratnya sama dengan berat udara maka benda
tersebut akan melayang tidak jauh dan tidak naik, apabila benda beratnya lebih
besar dari berat udara maka benda akan jatuh, selanjutnya benda yang beratnya
lebih kecil daripada berat udara akan bergerak naik. Menurut pemahaman tersebut
maka berat benda mempengaruhi gerak jatuh benda. Berkaitan dengan pergerakan
benda-benda langit, Aristoteles menyatakan bahwa pergerakan benda-benda langit
itu sangat sempurna terus menerus karena adanya kekuatan yang diberikan oleh
sang pencipta. Aristoteles belum mengenal adanya gaya gravitasi, dan ia percaya
bahwa bumi merupakan pusat tata surya. Plato (427-347 SM) salah satu ilmuwan
Yunani mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan gravitasi, bahwa bintang
dan bulan bergerak mengelilingi bumi membentuk suatu lintasan berbentuk
lingkaran sempurna.127

127
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan Teori
Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40, 2017. 34-37.
Selanjutnya Claudius Ptolemaus pada abad ke-2 Masehi memberikan
dukungan pada pendapat Plato yang kemudian dikenal dengan teori geosentris.
Menurut teori geosentris bumi merupakan pusat tata surya, oleh karena itu planet
lain seperti bulan dan matahari berkeliling mengitari bumi. Namun pendapat ini
tidak dapat menjelaskan gerakan yang rumit dari planet-planet. Teori geosentris
yang dikemukakan oleh Plato dan Ptolemaus dibantah oleh Nicolas Copernicus
(1473-1543) seorang ilmuwan yang berkebangsaan Polandia. Copernicus
berusaha mencari jawaban atas kelemahan teori geosentris dengan
mengemukakan teori bahwa matahari sebagai pusat tata surya, sehingga bumi dan
planet-planet lainlah yang berputar mengelilingi matahari. Akibat pendapat yang
dikemukakan oleh Copernicus ini terjadi pertentangan diantara para ilmuwan pada
saat itu, sehingga para ilmuwan berlomba mencari bukti melalui pencarian data
yang teliti untuk membuktikan kebenaran teori yang sedang dipertentangkan
tersebut.
Tyco Brahe (1546–1601) berhasil menyusun data mengenai gerak planet
secara teliti. Data yang disusun Tyco kemudian dipelajari oleh Johannes Keppler
(1571–1630). Keppler menemukan keteraturan gerak planet berdasarkan data
yang disusun oleh Tyco, berdasarkan keteraturan tersebut Keppler
mengemukakan tiga aturan mengenai gerak planet, aturan yang dikemukakannya
dikenal dengan Hukum I, II dan III Keppler. Hukum-hukum Kepler berbunyi
sebagai berikut:
1. Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips,
dimana matahari terletak pada salah satu fokusnya.
2. Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari dengan planet adalah
sama untuk setiap periode waktu yang sama.
3. Kuadrat waktu yang diperlukan oleh planet untuk menyelesaikan satu kali
orbit sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet-planet tersebut
dari matahari..
Pendapat Copernicus dan hukum Keppler memiliki kesamaan bahwa gaya
sebagai penyebab keteraturan gerak planet dalam tata surya. Teori gravitasi
modern pemikiran tentang fenomena benda jatuh yang dikemukakan Aristetoles
bahwa benda yang memiliki berat yang lebih besar akan jatuh lebih cepat
mencapai tanah dibandingkan dengan benda yang memiliki berat yang lebih
ringan, dan bahwa laju jatuhnya benda sebanding dengan berat benda bertahan
sampai munculnya gagasan baru Galileo (1564-1642). Galileo menyatakan bahwa
semua benda apabila jatuh akan mengalami percepatan yang sama jika benda
tersebut tidak mengalami hambatan dan berada dalam ruang hampa. Sebuah benda
yang jatuh dari keadaan diam akan memiliki jarak tempuh yang sebanding dengan
kuadrat waktu. Argumen cerdik yang berikan Galileo adalah apabila sebuah benda
yang berat dijatuhkan dari keinggian 2 meter akan memukul sebuah tiang pancang
lebih dalam dibandingkan dengan batu yang sama dijatuhkan dari ketinggian 20
centimeter.128
Menurut Galileo jelas batu tersebut bergerak lebih cepat pada ketinggian
yang pertama. Selanjutnya Galileo juga menunjukkan bahwa selembar kertas dan
sebuah bola yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama pada saat yang
bersamaan, maka bola akan mencapai tanah terlebih dahulu. Tetapi apabila
percobaan tersebut diulang dengan membentuk kertas tersebut menjadi gumpalan
kecil akan terlihat bahwa kedua benda akan mencapai tanah pada saat yang
hampir bersamaan. Pada percobaan ini Galileo yakin bahwa udara menghambat
benda-benda yang ringan dan memiliki permukaan yang luas. Makanya, saat
logam dan bulu dijatuhkan bersamaan di suatu kolom vakum, keduanya mencapai
dasar dalam waktu yang bersamaan. Percobaan menggunakan bandul yang
dilakukan oleh Galileo menunjukkan bahwa semakin pendek tali bandul maka
waktu yang diperlukan untuk satu kali ayunan semakin pendek, dengan kata lain
gerakan bandul semakin cepat. Selain itu menurut Galileo kita tidak dapat jatuh
dari bumi karena bumi memiliki gaya berat. Semua benda mempunyai berat
namun titik pusat berat benda tidak selalu di tengah-tengah benda.129
Benda dapat diibaratkan sebagai matahari yang begitu besar sehingga
mampu menarik planet-planet yang ada di sekitarnya, tetapi planet-planet juga

128
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan Teori
Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40, 2017. 34-37
129
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan
Teori Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40, 2017. 34-37.
berusaha mempertahankan kedudukannya sehingga planet akan bergerak lebih
cepat pada saat berada pada posisi yang terjauh dari matahari dan akan bergerak
lebih lambat saat berada pada posisi paling dekat dengan matahari. Karena
gerakan planet yang demikian menyebabkan bentuk orbitnya ellips. Prinsip
bandul yang dikemukakan oleh Galileo ini dikenal dengan istilah isochronism
yang berarti keseragaman waktu. Prinsip ini juga dapat digunkan untuk mengukur
pergerakan bintang-bintang dan mengontrol waktu yang merupakan awal dari
dinamika pengetahuan modern yang berhubungan dengan hukum-hukum gerakan
dan gaya. Berkaitan dengan pergerakan benda-benda langit, Galileo merupakan
salah satu ilmuan yang mengikuti pendapat Copernicus, namun yang menjadi
masih misteri baginya adalah pertanyaan “jika bumi memang bergerak
mengelilingi matahari, mengapa kita tidak merasakannya?, kemudian karena bumi
bergerak, apabila ada sebuah benda yang jatuh dari ketinggian tertentu maka
benda tersebut tidak akan jatuh tepat dibawah titik jatuhnya melainkan agak
bergeser dari titik semula, dan menurut perhitungan Galileo seharusnya benda
tersebut jatuh 0,5 mil dari titik tersebut. Penjelasan Galileo tentang hal ini adalah
bahwa saat benda jatuh, bumi dan benda tersebut bergerak horizontal tanpa kita
rasakan.
Benda bergerak pada kecepatan horizontal yang sama dengan bumi sambil
tetap bergerak vertikal ke bawah sehingga jatuh tepat di bawah titik awal jatuhnya
benda. Benda yang jatuh dari suatu ketinggian selalu jatuh ke bawah merupakan
hal yang sudah dianggap lumrah dan biasa, namun apakah pernah dipikirkan
mengapa benda itu jatuh selalu menuju pusat bumi dan tidak pernah sebaliknya
naik ke atas atau diam saja ditempatnya? Menjelang berakhirnya abad ke-17 Sir
Isaac Newton (1642-1727), seorang ilmuwan inggris, berhasil menyingkap teka-
teki alam yang menarik perhatian itu.130
Sebagian orang menceritakan bahwa jawaban tentang teka-teki itu diperoleh
Newton ketika sebuah apel jatuh ke kepalanya sewaktu ia sedang merenungi
masalah ini di bawah sebuah pohon apel di pekarangan rumahnya. (apakah

130
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan Teori
Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40, 2017. 34-37.
kejadian jatuhnya buah apel yang menimpa kepala Newton ini benar? Masih
diragukan kebenarannya). Namun menurut cerita, kejadian ini yang mengilhami
Newton menemukan hukum yang kemudian dikenal dengan “hukum gravitasi
newton”. Hukum gravitasi yang dikemukakan Newton menyatakan bahwa dua
buah benda yang terpisah oleh jarak tertentu cendrung akan saling tarik menarik
yang merupakan gaya alamiah, besarnya gaya alamiah ini sebanding dengan
massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
kedua benda. Secara matematika peryataan hukum gravitasi Newton itu dapat
dituliskan: , dengan G adalah tetapan gravitasi = 6,67. 10-11 Nm2 /kg2 , m1 dan
m2 masing-masing adalah massa benda pertama dan massa kedua, serta r adalah
jarak pisah antara kedua benda. Mekanika benda langit dan mekanika bumi yang
sebelumnya merupakan dua pengetahuan yang terpisah, dianggap satu kesatuan
oleh Sir Isaac Newton. Bila dilihat kembali pertanyaan di atas, dimana terdapat
dua buah benda yang saling mempengaruhi, yaitu bumi dan benda yang jatuh
menuju pusat bumi. Menurut Newton antara bumi dan benda timbul gaya tarik
menarik, dimana bumi menarik benda sedangkan benda juga menarik bumi.131
Gaya tarik bumi terhadap benda disebut gaya berat atau gaya gravitasi dan
lebih sering dikenal dengan berat benda. Sebaliknya juga berlaku tarikan yang
sama dilakukan benda kepada bumi yang besarnya sama. Dalam hukum yang
dinyatakan Newton tersebut, jarak antara benda dengan bumi dihitung dari benda
ke pusat bumi yang berada sekitar 4.670 kilometer di bawah permukaan bumi.
Dengan bantuan hukum gravitasi Newton ini orang mulai memahami penyebab
kecendrungan jatuhnya benda menuju pusat bumi, namun demikian masih ada
pertanyaan lanjutan yang mengganjal dalam pikiran orang yaitu mengapa benda
yang jatuh menuju pusat bumi, bukan sebaliknya bumi yang tertarik menuju
benda? Berkaitan dengan pergerakan planet dalam tata surya ternyata saat itu
hukum gravitasi Newton berhasil menjelaskan bagaimana mekanisme dua buah
objek bermassa yang berinteraksi dalam gaya tarik menarik gravitasi. Matahari
dalam sistem tata surya menurut teori ini memiliki gaya tarik yang sangat besar

131
Ibid,.
jangkauannya sehingga menarik benda-benda angkasa yang bermasaa relatif kecil
planet, komet, asteroid melayang pada orbitnya.132
Konsep gaya gravitasi, dimana dua benda yang terpisah dan tidak
saling sentuh dapat memberikan pengaruh satu sama lain, merupakan
konsep yang sulit dipahami bagi ilmuwan fisika klasik dahulu. Bagi mereka
semua gaya harus melalui persentuhan, minimal harus ada perantaranya.
Karena itu terkait dengan gaya gravitasi, mereka memperkenalkan konsep
medan gravitasi. Jadi pada ruang di sekitar sebuah benda yang bermassa M
akan timbul medan gravitasi. Apabila pada medan gravitasi tadi terdapat
sebuah benda yang bermassa, maka benda tadi akan mengalami gaya
gravitasi. Kuat medan gravitasi pada suatu titik dalam ruang diukur
dengan menggunakan suatu massa uji yang kecil.133

E. Langit Sebagai Atap


Langit juga dapat disebut sebagai atap, dengan makna sebagai segala
sesuatu yang ada di atas kita. Dengan demikian, kata langit dapat mencakup dari
atmosfer yang melingkupi bumi sampai galaksi yang terjauh. Dari kenyataan ini,
maka awan di troposfer juga merupakan bagian dari langit. Sehingga hujan yang
diturunkan dari langit adalah benar adanya. Lapisan ozon yang melindungi bumi
dari sinar ultraviolet dan ionofer yang digunakan sebagai pemantul gelombang
radio juga bagian dari langit. Karena itu, sungguh tepat bila disebutkan bahwa
langit sebagai atap yang terpelihara.134 Seperti pada ayat berikut:
َ ِ ْ ٰ َ ِ ً ِ ْ َّ ً ْ َ َّ َ ْ َ َ َ
‫السما َۤء َسلفا محف ْيظاِۚ َوو ْم غ ْن ا ٰي ّخ َىا ِمػ ّرض ْين‬ ‫وجػلنا‬

132
Ibid,.
133
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan
Teori Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40, 2017.
134
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian
Agama RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif
Al-Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 745.
“Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka
tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan,
angin, awan, dan lain-lain)”. (Q.S al-Anbiya‟: 32).135
Kini upaya memahami tujuh langit terus berkembang, baik dalam konteks
lapisan maupun konsep dimensi. Tujuh langit yang kokoh, diartikan dengan
lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi. Yaitu Trofosfer, Stratofer,
Mesosfer, Thermosfer dan Exosfer.
Atmosfer bumi adalah selaput udara yang menyelimuti permukaan bumi,
yang tertahan oleh gaya gravitasi bumi. Yang mana pada dasarnya atmosfer itu
melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari, memanasi
bumi dengan radiasi panas yang berasal dari energy yang diterimanya, dan juga
sebagai stabilisator suhu dari perbedaan temperatur ekstrem yang diakibatkan oleh
perbedaan penyinaran matahari anata siang dan malam. Di samping itu, atmosfer
juga melindungi bumi dari terjangan meteor-meteor yang tidak hentinya
menghujani bumi.136 Selimut udara ini memilki struktur yang berlapis-lapis, di
mana setiap lapisan memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari sifat fisiknya.
Berdasarkan kerapatan udara dan suhu, atmosfer dibagi menjadi lima lapis utama,
dari yang terendah sampai yang tertinggi sebagai berikut.
1. Troposfer
Troposfer Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya
paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan
terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain.
Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang
paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan
ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin, tekanan
dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu udara pada
permukaan air laut sekitar 27 derajat Celsius, dan semakin naik ke atas, suhu

135
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
136
Sebagai gambaran: suhu rata-rata permukaan bumi adalah 14oC atau 15oC. meskipun
terasa dingin, itu merupakan suhu yang aman dan menyejukkan bagi manusia. Sedang suhu di
bagian terluar atmosfer secara teoritis adalah 1500 0C, di mana tidak akan mungkin ada kehidupan.
semakin turun dengan laju penurunan sebesar 6,5º C tiap kilometer. Sehingga
setiap kenaikan 100 m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan
Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin,
musim salju, kemarau, dan sebagainya. Lapisan inilah yang menopang
kehidupan manusia.137
2. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari
ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif
stabil dan sangat dingin yaitu -70° F atau sekitar -57° C Pada lapisan ini angin
yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Lapisan ini juga
merupakan tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-
kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang
signifikan yang terjadi pada lapisan ini. Lapisan ini banyak mengandung ozon
walaupun kadar ozon di atmosfer hanya berkisar 6 x 10-7, walaupun hanya
sebagian kecil namun peranan ozon sangat penting yaitu melindungi bumi dari
radiasi sinar ultraviolet.138
3. Mesosfer
Lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang dengan
pertambahan ketinggian hingga lapisan keempat. Udara yang di sini akan
mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari angkasa dan
menghasilkan suhu yang tinggi. Kebanyakan meteor yang sampai ke bumi
terbakar lapisan ini. Kurang lebih 25 mil atau 40km ( 50-80 km) di atas
permukaan bumi, saat suhunya berkurang dari 290 K hingga 200 K, terdapat
lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun
ketika ketinggian bertambah, hingga menjadi sekitar -143° C (dekat bagian atas
dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km di atas permukaan bumi).139

137
Susilo Prawirowardoyo, Meteorologi, (Bandung: Penerbit ITB, 1996), 5
138
Handoko (ed), Klimatologi Dasar, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, Edisi kedua), 20.
139
Morris Neiburger, Understanding our Atmospheric environment, Ardina Purbo.
“Memahami Lingkungan Atmosfer Kita”, (Bandung: ITB Bandung, 1995, Edisi II), 34.
4. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81
km. lapisan ini berada di atas mesopause sampai pada ketinggian 650 km.
lapisan ini terkadang dinamai ionosfer, karena pada lapisan ini gas-gas akan
mengalami ionisasi. Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur
yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar 1982° C. Perubahan ini terjadi
karena serapan radiasi sinar ultra violet. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia
sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama
ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era
satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio
jarak jauh.140
5. Eksosfer141
Eksosfer adalah lapisan bumi yang terletak paling luar. Pada lapisan ini
terdapat refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu
meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga dikenal sebagai
cahaya Zodiakal.

F. Makna Tujuh Lapis Langit


َ ِ َ َّ
ِ
‫ىىَّن َس ْت َع َس ٰم ٰي ٍت َوو َي‬ َّ ‫ِو َي الذ ْي َخ َل َق لك ْم َّما فى ْال َا ْرض َجم ْي ًػا ِذَّم ْاس َخ ٰٓيى الى‬
ِ ‫الس َماۤء َف َس هي‬
ّ ّ ّ ّ ّ ّ

َ َ ِ
ࣖ ‫ّةك ّل ذ ْي ٍء ع ّل ْي ٌم‬

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S Al-Baqarah:
29).142
Penciptaan tujuh langit itu terjadi dalam dua masa. Allah Swt memberikan
informasi tersebut dalam surah Fussilat: 12, yaitu:

140
Benyamin lakitan, Dasar-dasar Klimatologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994), 11-12.
141
Ibid, 12.
142
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
َ ْ ُ َ َ ْ ُّ َ َ َّ َََّّ َ َ ْ َ َ َ ِ ٰ ََْ ْ ََْ َ ٰ َ َ ْ َ َّ ِ ٰ َ َ
ٍۖ‫ات ّف ْي ييمي ّن واوحى ّف ْي ك ّل سما ٍۤء ام َروا وزينا السماۤء الدنيا ّةمص ّاةيح‬
ٍ ‫فلضىىن ستع سمي‬

َْ َْ َْ َ ٰ ً ْ
‫زْ ّز الػ ّل ْي ّم‬
‫َو ّخفظا ذ ّلك حل ّد ْي ِر الػ ّ ي‬

“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit
Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat
(dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu)
untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa,
Maha Mengetahui”.143
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit
dengan menjadikannya tujuh lapis dalam masa. Masa yang dimaksud adalah dua
periode yang rentang waktunya sangat panjang. Pada awalnya, Allah menciptakan
langit pertama, dan kemudian disempurnakan menjadi tujuh langit yang berlapis-
lapis. Disebutkan dalam surah Al-Baqarah: 29.
Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap langit memiliki fungsi dan keadaan
yang berbeda. Masing-masing langit mempunyai kegunaan yang berbeda untuk
kepentingan makhluk yang ada di bawahnya. Misalnya, langit yang berfungsi
memperkuat gaya tarik planet-planet, sehingga benda-benda tetap bergerak pada
orbitnya, tidak oleng, atau menyimpang yang mungkin bisa menyebabkan
tabrakan antara satu dengan yang lainnya.
Tujuh langit yang diciptakan Allah dalam dua masa merupakan sesuatu
yang belum jelas hakikatnya bagi sebagian besar masyarakat. Beragam penjelasan
yang dikemukakan oleh para mufassir sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinannya. Seperti Al-Marahi, dalam karyanya Tafsir Al-Maraghi,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh langit adalah tujuh planet dalam
tata surya kita, selain bumi dan bulan. Sedangkan HAMKA, dalam Tasir Al-
Azhar, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh langit adalah untuk
menunjukkan adanya benda-benda langit yang sangat banyak jumlahnya. Dan
menurut sebagian ahli tafsir, maksudnya adalah bahwa tujuh langit itu diartikan
sebagai galaksi-galaksi yang terdapat di ruang angkasa yang jumlahnya sangat

143
Ibid,
banyak. Karena pendapat demikian didasarkan pada dua anggapan, yaitu bahwa
angka tujuh dalam bahasa Arab biasa digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
jumlahnya banyak atau suatu jumlah enam ditambah satu.144
Dalam kajian astronomis, pemahaman tentang tujuh langit berkembang
sesuai pemahaman manusia tentang alam semesta. Dalam kebudayaan Eropa
kuno, orang menganggap langit itu berlapis-lapis dengan bumi sebagai pusat alam
semesta (geosentrik). Bulan berada pada langit pertama, kemudian pada langit
kedua sampai ketujuh masing-masing ada Merkurius, Venus, Matahari, Mars,
Jupiter, dan Saturnus. Di luar langit tujuh itu ada bintang-bintang lainnya.145
Dengan demikian, pemahaman tentang tujuh langit ini menurut al-Qur‟an,
ungkapan tujuh atau tujuh puluh sering mengacu pada jumlah yang tak terhingga.
Misalnya, Allah mengibaratkan harta yang dinafkahkan di jalan Allah seperti
benih yang menumbuhkan tujuh bulir:
ْ َ َ َْ َ َ َ ‫ه‬ َّ ِ َ
َ ْ ِ َ َ
ٍ ٍ َ‫اّٰلل ك َمر ّل خَّت ٍث انْۢبخج َس ْت َع َسن ّاةل ّف ْي ك ّل ِسن ْۢ ِت‬ ِ َ َ َْ َ ْ ِ ْ َْ َ
ّ ‫مرل ال ّذين ِين ّفلين اميالى ْم ّف ْي َس ّب ْي ّل‬

َ ِ ‫ضػ ِف ل َم ْن يَّ َشا ِۤء َو ه‬


‫اّٰلل َو ّاس ٌع ع ّل ْي ٌم‬
ٰ ِ ِ ‫َ ِ َ َّ َ ه‬
ّ ّ ‫ّمائث خت ٍث واّٰلل ي‬

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti


sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”.(QS al-Baqarah: 261).146
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa siapa saja yang bersedekah di
jalan Allah, akan di balas dengan tujuh ratus kali lipat. Ungkapan tujuh ratus ini
bermakna berlipat ganda, yang banyaknya tidak dapat dihitung, dan bukan benar-
benar tujuh ratus kali lipat. Sebab, bila yang dijanjikan adalah benar-benar tujuh
ratus kali lipat, maka ada kemungkinan orang akan terpaku untuk menghitung-
hitung balasan tersebut.

144
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian Agama
RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Science (Dalam Perspektif Al-
Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari, 2013), Edisi 1. 547.
145
Ibid, 746.
146
Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word
Uraian ayat di atas mengisyaratkan bahwa kata tujuh yang terdapat dalam
ayat-ayat tersebut dimaknai bukan sebagai bilangan pasti sesudah enam sebelum
delapan, makna yang lebih tepat dari kata tujuh adalah sangat banyak sekali.
Dengan kata lain, istilah tujuh ini berarti jumlah yang lebih besar daripada yang
kita bayangkan. Sehingga “tujuh langit” bisa dimaknai jumlah benda langit yang
sangat banyak sekali.
Selanjutnya, al-Qur‟an juga menyebutkan bahwa tujuh langit itu dicipta
dalam keadaan bertingkat-tingkat (surah al-Mulk: 3 dan Nuh: 15). Ungkapan ini
tidak harus dimaknai bahwa tujuh langit itu berlapis-lapis, melainkan bahwa
benda-benda langit itu berada pada jarak yang berbeda-beda, sehingga dapat
disebut bertingkat-tingkat. Ada diantara langit itu yang jaraknya dekat dan ada di
antaranya yang jauh.147 Dan menurut Dr. Maurace Bucaille bahwa langit tujuh
artinya langit-langit yang banyak sekali dan tak dapat dibatasi dengan angka.148
Jadi, bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta pada mulanya
merupakan satu kesatuan yang mempunyai energi yang sangat besar. Selanjutnya
peristiwa alamiah terjadi dan mengakibatkan alam semesta terpecah dan terbagi-
bagi kepada bagian yang sangat banyak, sehingga masing-masing bagian memiliki
energi yang paling kecil sebelumnya. Peristiwa itu diakibatkan ledakan besar yang
mengakibatkan terciptanya gugusan galaksi, matahari, bintang-bintang dan satelit.
Pasca terjadinya ledakan, energi alam semesta terbagi kepada semua benda
dengan sistem yang sangat detil yang memungkinkan alam semesta ini dapat
melangsungkan perjalananya sampai batas waktu yang telah ditentukan (oleh
penciptanya).149

147
Ibid, 747.
148
Dr. Maurice Bucaille, Bible, Al-Qur‟an & Sains Modern, terjemahan, (Jakarta: 1978),
153. Pdf.
149
.Abdul Basith Al-Jamal, Daliya Shiddiq Al-Jamal, Ensiklopedi Ilmiah Dalam al-Qur‟an
dan Sunnah, Terj. Ahrul Tsani Fathurahman, Subhan Nur, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), 17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas bahwa prinsip
dasar tafsir ilmiah adalah menjelaskan isyarat-isyarat al-Qur‟an mengenai gejala
alam yang bersentuhan dengan wujud Tuhan yang Mahahidup dan Mahakuasa.
Dengan demikian, tiang langit adalah salah satu isyarat gejala alam yang

disebutkan di dalam al-Qur‟an. Maka pada kalimat ‫ ةغير غمد حرونىا‬dalam arti

sebenarnya ada tiangnya, hanya saja tidak terlihat dengan mata kepala melainkan
bahwa tiang tersebut adalah daya-daya yang diciptakan oleh Allah Swt sehingga
langit dapat meninggi, dan sebagian mufassir berpendapat bahwa langit yang
ditinggikan oleh Allah ada tiang namun tidak terlihat, karena hal tersebut menjadi
dalil bahwa segala sesuatu ada penciptanya yaitu Allah Swt dengan keesaan dan
kekuasaan-Nya yang Maha Bijaksana. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penafsiran Zaglul al-Najjar terhadap kata „amad (tiang langit) menjelaskan
bahwa langit itu terangkat karena adanya tiang sebagai peyangga. Namun,
tiang yang menyangga terangkatnya langit merupakan tiang yang
tersembunyi atau rahasia, yaitu gaya nuklir kuat, elektromagnetik, nuklir
lemah dan gravitasi (yang disebut dengan gaya fundamental), gravitasi
umum newton, dan gelombang gravitasi.
2. Penjelasan secara sains para ahli mengemukakan 4 energi yang rahasia
tersebut yang disebut gaya fundamental yang bekerja d alam semesta.
Yaitu gaya nuklir kuat, elektromagnetik, nuklir lemah dan gravitasi. Empat
gaya ini dimediasi oleh 5 partikel tak bermassa yang dinamakan boson
acuan (gauge boson), ditunjukkan dalam warna merah muda. Partikel ini
merupakan partikel yang menghantarkan keempat gaya fundamental.
Gravitasi umum newton jaringan sejati yang menghubungkan semua
bagian alam semesta yang bertindak untuk meringkuk alam semesta ke
dalam bidang apapun dan memaksa semua bentuk materi dan energy untuk
bergerak dalam garis melengkung. Kemudian Gelombang gravitasi adalah

72
73

efek gaya gravitasi dan teori relativitas umum menunjukkan gelombang


gravitasi kosmik sebagai penghubung antara ruang dan waktu sebagai
gelombang. Selanjutnya, atmosfer bumi adalah bukti secara sains atau
ilmiah karena atmosfer bumi adalah selaput udara yang menyelimuti
permukaan bumi, yang tertahan oleh gaya gravitasi.
B. Saran
Sebuah penelitian tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan
begitupun dengan penelitian ini, banyak hal yang penulis belum bisa untuk
sempurnakan dan masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti lain.
Akan tetapi, penulis telah berusaha agar karya ini dapat dimanfaatkan oleh banyak
orang untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan para pembaca. Dengan
demikian, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, baik mahasiswa,
dan dosen demi kesempurnaan dan kelayakan karya tulis ini untuk dibaca
kalangan mahasiswa maupun umum. Oleh karena itu sejalan dengan studi ilmiah,
penulis menyarankan kepada masyarakat pembaca (terutama mahasiswa) untuk
melakukan studi lebih lanjut tentang segi-segi yang belum terselesaikan dalam
kajian ini. Maka merupakan kebahagian tersendiri apabila mereka berkenaan
memanfaatkan kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Nashiruddin Abi Sa‟id. Anwaru at-Tanzil Wa Asrar at-Ta‟wil, (Bairut: Darul
Kitab „Ilmiyah, 1988).
al-„Azam , Abdul Ghani Abu, Mu‟jam Al-Ghaniy, (Tarikh Al-Nasyr: 2014).
Ali al-Sabuni Muhammad . Safwah al-Tafasir, Jilid III, (Beirut, Dar al-Qur`an al-
Karim, 1981).
Al-Jamal, Abdul Basith dan Daliya Shiddiq Al-Jamal, Ensiklopedi Ilmiah Dalam
Al-Qur‟an dan Sunnah, Terj. Ahrul Tsani Fathurahman, Subhan Nur,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003).
Al-Maraghiy, Ahmad Mushthafa. Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Mesir: Mushthafa
Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M).
Al-Najjar, Zaghlul Raghib. Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah fi Al-Qur‟an Al-Karim,
(Beirut: Maktabah al-Tsarwah al-Dauliyyah, 2001).
Al-Najjar, Zaghlul. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Ardh fi al-Qur‟an al-Karim.
Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2005.
Al-Najjar, Zaghlul. Min Ayat al-I‟jaz al-„Ilmi: al-Sama‟ fi al-Qur‟an al-Karim.
Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2007.
Al-Najjar, Zaghlul. Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim: Al-Juz‟ al-
Rabi‟. Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyyah, 2007.
Amrullah, Haji Abdulkarim. Tafsir Al-Azhar, (Singapura: PUSTAKANASIONAL
PTE LTD, tanpa tahun).
Arifullah dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (Jambi: Fak Ushuluddin IAIN STS
Jambi 2016).
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari‟ah, Manhaj ) terjemahan
(Jakarta: Gema Insani, 2014).
Bucaille, Dr. Maurice. Bible, Al-Qur‟an & Sains Modern, terjemahan, (Jakarta:
1978).
Fu‟ad Pasya, Ahmad. Dimensi Sains Al-Qur‟an, terjemahan M.Arifin,
(Jakarta:PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006).
HAMKA, Tafsir al-Azhar, Jilid 24, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982).
Handoko (ed), Klimatologi Dasar, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995, Edisi
kedua).
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kememterian
Agama RI Dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir
Science (Dalam Perspektif Al-Qur‟an Dan Sains), (Jakarta: Lautan Lestari,
2013), Edisi 1.
Lakitan, Benyamin. Dasar-dasar Klimatologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1994).
Mas‟ud, Imam Husain. Ma‟alimu al-Tanzil (Bairut: Darul Kitab „Ilmiyah, 1995)
Masyah, Ensiklopedia Mukzizat Al-Qur‟an dan Hadis, (PT. Sapta Sentosa, 2009).
Muhammad, Abu Ja‟far. Jami‟ al-Bayān fi Ta‟wīl al-Qur‟an, (Bairut: Muassah ar-
Risalah, 1994)
Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir(peta metodologi penafsiran Al-Qur‟an
periode klasik hingga kontemporer), (Yogyakarta: NUN PUSTAKA
YOGYAKARTA, 2003).
Neiburger, Morris. Understanding our Atmospheric environment, Ardina Purbo.
“Memahami Lingkungan Atmosfer Kita”, (Bandung: ITB Bandung, 1995,
Edisi II).
Prawirowardoyo, Susilo. Meteorologi, (Bandung: Penerbit ITB, 1996).
Qutub, Sayyid. Tafsir Fi Úilal Al-Qurān, cet. ke 12 (Kaherah: Dar al-Syuruq,
1986).
Rosadisastra, Andi. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains&Sosial, (Jakarta: AMZAH
2012).
Samsurrahman, Pengantar „Ilmu tafsir, (Jakarta: AMZAH 2014).
Shihab, M.Quraisy. Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan Media Utama,
2013).
Shihab, M.Quraisy. Mukjizat Al-Qur‟an (Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan,
Isyarat Ilmiah Dan Pemberitaan Ghaib) (Bandung: PT Nizan Pustaka,
2007).
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an,
Vol. 11,(Jakarta: Lentera Hati, 2002),
Tafsir Salman, Tim. Tasfir Ilmiah Atas Juz „Amma, (Bandung: Mizan Pustaka,
2014).
Tjasyono, H. Bayong. Ilmu Kebumian dan Antariksa (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2006).
Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad ibn Abd., Al-Burhan fi Ulum Al-Qur‟an, jilid
IV (Beirut: Al-Maktabah al-Asriyah, tanpa tahun).
Zuhayli, Wahbah. Tafsir al-Munir: fi al-`Aqidah wa al-Syari`ah wa al-Manhaj,
Jilid 12, (Damaskus, Dar alFikr, 2009).

Skripsi dan Special Report


Rizal, Agus. (NIM: 341103101) Skripsi: Pemisahan Langit Dan Bumi Menurut
Al-Qur‟an Berdasarkan Penafsiran Surah Al-Anbiya` Ayat 30,
(Darussalam-Banda Aceh: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2016).
Rusli, Muhammad. (10832002773), Skripsi: Konsep Penciptaan Alam Semesta
Dalam Tafsir Al-Misbah, (Riau: Jurusan Tafsir Hadits Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Kasim Riau, 2013).
Yusuf, Muhammad, S.Si., M.Si dan Anngota, Studi Neutrino Dan Partikel
Elementer Di Alam Semesta, (Universitas Negeri Gorontalo, 2013).

Jurnal
Ansusa Putra, D.I. “Epistemologi Tafsir Sufi Perspektif Esoterik-Fenomenologi”
(Jurnal Ulul Albab Volume 19, No.2 Tahun 2018).
Erwin, Muhammad Syaipul Hayat dan, Sutarno, “Epistemologi Dan Keterbatasan
Teori Gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol. IX No. 1.
Fakhri, Jamal. “Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran”, Jurnal TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010.
Hayat, Muhammad Syaipul t dan Sutarno, “Epistemologi dan keterbatasan teori
gravitasi”, Jurnal Ilmiah Multi SciencesVol. IX No.1.
Jamarudin, Ade. “Konsep Alam Semesta Menurut Al-Quran”, JURNAL
USHULUDDIN Vol. XVI No. 2, Juli 2010.
Mutamam, Hadi. “Kontribusi dan Kritik Tafsir Kontemporer”, Jurnal AL-FIKR
Volume 17 Nomor 1 Tahun 2013.
Widayanti, Eti Yuli. “Analisis Materi Astronomi Pada Pembelajaran Sains”,
Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 01 Nomor 01 Mei 2013.
Zin, Karimah Binti Mat. dkk, “Kajian Terhadap Ayat-Ayat I'jāz „Ilmiy Dalam
Surah Al-Ra„D” Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (1), Juni 2018.

Web-Site
Astraatmadja, Tri L. “Zarah dan Gaya Fudamental Di Alam Semesta” diakses
melalui alamat https://langitselatan.com/2012/04/24/zarah-dan-gaya-
fundamental-di-alam-semesta/ tanggal 19 Februari 2020.
Lektur.ID, “Tiang-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, diakses melalui
alamat https://lektur.id/arti-tiang/. tanggal 03 Maret 2020.
Muther, Ridwanul Hakim Authonul. “Kontingensi Alam Semesta: Sebuah
Pengantar Kosmologi” diakses melalui alamat
http://lsfdiscourse.org/kontingensi-alam-semesta-sebuah-pengantar-
kosmologi/ tanggal 25 Februari 2020.
Washington, “Teori Gelombang Gravitasi Einstein Akhirnya Terbukti” diakses
melalui alamat http://www.jurnalasia.com/sains-teknologi/teori-
gelombang-gravitasi-einstein-akhirnya-terbukti/tanggal 31 Maret 2020.
Wikipedia. “Zaghloul El-Naggar”. Diakses melalui alamat
https://en.wikipedia.org/wiki/Zaghloul_El-Naggar. Tanggal 14 Juni 2020.
Wikipedia. “ ‫” النجار زغلول‬. Diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/
‫ النجار_زغلول‬. Tanggal 14 Juni 2020.

Al-Qur’an dan terjemah


Tim Lajnah Pentashihan al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta: Badab Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2002), Qur‟an in Microsoft Word.
CURICULUM VITAE

Nama : Andi Zainal Abidin


Tempat, tanggal lahir : Tanjung Pinang, 07 Januari 1998
Alamat Asal : Jl. Nelayan Rt: 04 Dusun: 01, Desa Sungai Tawar, Kec.
Mendahara, Kab. Tanjung Jabung Timur, Prov. Jambi,
Indonesia.
Fakultas/ Jurusan : Ushuluddin dan Studi Agma/ Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
NIM : UT.160069
No. Telp (HP) : 082282148561
Pendidikan Formal:
SD N 80/X Sungai tawar Lulus Tahun 2010
MTS Riyadhul Muttaqin As‟Adiyah Sungai Tawar Lulus Tahun 2013
MAs Riyadhul Muttaqin As‟Adiyah Sungai Tawar Lulus Tahun 2016
Pendidikan Non Formal:
Pondok Pesantren Al-Mubarak
Ma‟had Al-Jami‟ah UIN Jambi
Pondok Pesantren Darul Arifin Jambi.

Jambi, 18 Mei 2020

Andi Zainal Abidin


NIM: UT.160069

Anda mungkin juga menyukai