Anda di halaman 1dari 28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian pengembangan, karena

dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran fisika

berdasarkan kecerdasan majemuk siswa pada materi fluida statis dan

mengimplementasikan di sekolah yang sesuai.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Babat pada semester genap

dan dilakukan secara bertahap, yakni tahap Ujicoba 1 dan Ujicoba 2.

Tahap Ujicoba 1 dilaksanakan bulan Maret – April dan Ujicoba 2

dilaksanakan bulan Juni, Tahun Ajaran 2015/2016.

C. Sasaran Penelitian

Perangkat pembelajaran yang diterapkan pada 25 siswa kelas XI IPA

1 dan 25 siswa kelas XI IPA 2 di SMAN 1 Babat semester genap tahun

pelajaran 2015/2016 dan yang bertindak sebagai guru adalah peneliti

sendiri.

63
64

D. Definisi Operasional Variabel

1. Kelayakan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran dikatakan layak digunakan apabila

memenuhi unsur-unsur kualitas, kepraktisan, dan keefektifan.

2. Kualitas Perangkat

Perangkat pembelajaran dikatakan memiliki kualitas baik apabila:

a) Validitas perangkat minimal berkategori baik

Validitas perangkat pembelajaran merupakan penilaian yang

diperoleh dari tiga validator tentang kelengkapan dan kesesuaian isi

perangkat.

b) Keterbacaan BAS dan LKS minimal berkategori mudah

Keterbacaan BAS dan LKS merupakan cara untuk memperoleh

gambaran kemudahan atau kesulitan siswa memahami BAS dan

LKS. Keterbacaan BAS dan LKS diukur secara deskriptif

kualitatif. Data keterbacaan yang diperoleh mencerminkan tingkat

kesulitan pemahaman BAS dan LKS bagi siswa.

3. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran dikatakan memenuhi unsur kepraktisan

apabila:

a) Keterlaksanaan RPP minimal berkategori baik

Keterlaksanaan RPP adalah tingkat pencapaian tahapan dalam

RPP yang dilakukan guru selama proses pembelajaran

berlangsung. Keterlaksanaan RPP dinilai oleh dua orang


pengamat dan diukur dengan menggunakan instrumen berupa

lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Data yang diperoleh

merupakan gambaran kesesuaian pelaksaaan tahapan

pembelajaran berdasarkan RPP yang dibuat.

b) Kendala atau hambatan yang muncul dapat diatasi.

4. Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila:

a) Ketuntasan hasil belajar minimal berkategori sedang

Ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

berdasarkan kecerdasan majemuk secara individu maupun

klasikal minimal berkategori sedang. Siswa dikatakan tuntas

apabila skor yang diperoleh siswa dan dikatakan tuntas

secara klasikal jika 85% siswa dalam kelas berkategori tuntas.

b) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berkategori baik

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah frekuensi

kegiatan siswa yang muncul selama pembelajaran berlangsung.

Kegiatan siswa terdiri atas mendengarkan penjelasan guru,

membentuk kelompok, menginstal aplikasi LKS dalam android.

membaca LKS, mengerjakan LKS berdasarkan tipe kecerdasan,

merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melaksanakan

percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data,

mempresentasikan hasil percobaan, menanggapi dan menjawab

penyajian dari kelompok lain, menyimpulkan hasil diskusi,


menyampaikan pendapat atau mengkomunikasikan informasi

kepada kelas dan guru. Aktivitas siswa diamati menggunakan

instrumen berupa lembar pengamatan aktivitas siswa. Data yang

diperoleh merupakan gambaran berlangsungnya pembelajaran

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirancang.

c) Respon siswa minimal positif

Respon siswa adalah pendapat dan tanggapan siswa terhadap

komponen KBM yang meliputi: materi/isi pelajaran, LKS, cara

guru mengajar, suasana belajar, dan tahapan-tahapan yang

diarahkan guru dalam proses pembelajaran. Diamati

menggunakan instrumen berupa lembar respon siswa. Data respon

siswa yang diperoleh menggambarkan tanggapan siswa terhadap

keberlangsungan pembelajaran.

E. Rancangan Pengembangan Perangkat Penelitian

Penelitian pengembangan pembelajaran terdiri dari tiga tahap, yaitu

tahap pengembangan, tahap validasi perangkat pembelajaran, tahap

penerapan perangkat pembelajaran dan tahap analisis data.

1. Tahap Pengembangan Perangkat

Pengembangan perangkat pembelajaran ini mengikuti rancangan

pembelajaran model 4-D (four D model) yang terdiri dari empat tahap

(Thiagarajan & Semmel, 1974) yaitu, pendefinisian (define),

perancangan (Design), pengembangan (develop), dan penyebaran


(disseminate). Pengembangan perangkat yang dilakukan peneliti

hanya sampai pada tahap ketiga, karena hasil pengembangan

diterapkan terbatas sehingga model 4-D yang telah direduksi menjadi

model 3-D yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
Analisis Kebutuhan

Analisis Siswa Pe
nd
efi
nis
Analisis Tugas Analisis Konsep
ia
n

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan


Tes

Pe
ra
Draft 1 Perancangan Awal Perangkat nc
Pembelajaran an
ga
n
Validasi

Draft 2 Revisi 1

Pe
Ujicoba 1 (ujicoba terbatas) ng
e
m
Draft 3 ba
Revisi 2
ng
an

Ujicoba II Analisis

Perangkat Pembelajaran Perumusan Perangkat


Pembelajaran Akhir

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D


(diadaptasi dari Ibrahim, 2002)
Tahapan pengembangan perangkat pembelajaran diuraikan sebagai

berikut:

1. Tahap Pendefinisian (define)

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Tahap pendefinisian meliputi

analisis kebutuhan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan

analisis perumusan tujuan pembelajaran.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan sebagai kajian awal tentang kebutuhan

pengembangan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di

Indonesia dengan berdasarkan kurikulum pembelajaran. Pengembangan

berdasarkan kebutuhan kompetensi masa depan yaitu kemampuan

berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif dengan mempertimbangkan

nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis

dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup

dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan

kesiapan untuk bekerja cerdas sesuai dengan bakat/minat siswa, dan

peduli terhadap lingkungan (Kemendikbud, 2013).

b. Analisis Siswa

Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa yang

meliputi kemampuan akademik, usia, latar belakang pengetahuan, dan

tingkat perkembangan kognitif siswa. Hasil analisis siswa dapat


dijadikan gambaran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

atau materi pembelajaran. Hasil analisis yang dilakukan peneliti bekerja

sama dengan guru fisika kelas XI SMA Negeri 1 Babat sebagai berikut:

1) siswa mempunyai anggapan awal bahwa fisika adalah pelajaran yang

sulit sehingga tidak tertarik untuk belajar; 2) siswa kurang memahami

konsep fisika; 3) sumber belajar siswa yang kurang memadai untuk

semua tipe kecerdasan.

c. Analisis Tugas

Tujuan analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi

dalam satuan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan garis besar

materi dalam kurikulum. Rangkaian analisis tugas merupakan dasar

dalam menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan materi yang dipilih

yaitu fluida statis, sehingga analisis tugas diuraikan sebagai berikut :

1) Standar Kompetensi (SK) :

Menerapkan Konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu

(benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

2) Kompetensi Dasar (KD) :

a) Menerapkan hukum-hukum fluida statis dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari.

b) Merencanakan dan melaksanakan eksperimen yang

memanfaatkan sifat-sifat fluida untuk mempermudah suatu

pekerjaan.

3) Materi Pokok : Fluida Statis


4) Konsep : Massa Jenis dan tekanan hidrostatis, hukum Pascal,

hukum Archimedes dan tegangan permukaan.

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap tugas-tugas dalam

materi pelajaran yang harus dimengerti oleh siswa. Tugas yang harus

dilaksanakan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

adalah mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Pada tahap ini,

LKS yang digunakan adalah LKS berdasarkan kecerdasan majemuk

siswa (kecerdasan badan kinestetis, logis matematis, spasial, linguistik,

interpersonal, dan intrapersonal) yang terdiri dari 3 LKS dianataranya

LKS-01 tekanan hidrostatis, LKS-02 hukum archimedes, LKS-03

hukum pascal. LKS dikemas dalam bentuk hardcopy dan softcopy

(aplikasi android) sehingga dapat digunakan belajar siswa di luar kelas.

d. Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep

utama yang diajarkan meliputi konsep massa jenis, tekanan hidrostatis,

hukum Pascal, dan hukum

Archimedes. Analisis konsep disusun secara sistematis dalam bentuk

peta konsep, diperlihatkan pada Gambar 3.2.


FLUIDA
(zat alir)

terdiri atas

Zat Cair Zat Gas

membahas

dibahas tidak dibahas

Fluida Statis Fluida Dinamis


(Diam) (Bergerak)

Hukum Pokok
Hidrostatik
Massa
memiliki
Jenis
Hukum
berlaku Pascal

Tekanan
Hukum
Hidrostatis
Archimedes

Tegangan
Permukaan

Gambar 3.2 Diagram peta konsep materi fluida statis

e. Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan dengan mengubah analisis

tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran berdasarkan

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,


yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Rangkaian

tujuan ini merupakan dasar untuk menyusun tes dan rancangan

perangkat pembelajaran fisika SMA materi fluida statis.

2. Tahap Perancangan

Tujuan dari tahap ini adalah merancang prototipe atau bentuk awal

perangkat pembelajaran. Hasil dari tahap perancangan perangkat

pembelajaran sebagai berikut:

a. Penyusunan Tes

Penyusunan tes meliputi pre test yang telah disiapkan untuk mengetahui

kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh masing-masing siswa, post test

digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan majemuk yang dimiliki

oleh siswa setelah pembelajaran dan tes kognitif untuk mengetahui

apakah hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM atau belum.

b. Pemilihan Media

Pemilihan media yang tepat yaitu harus sesuai indikator dalam

penyajian materi pembelajaran dan disesuaikan pula dengan

karakteristik siswa maupun fasilitas yang terdapat di sekolah.

c. Rancangan Awal

Rancangan awal mencakup pemilihan strategi pembelajaran dan sumber

belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap ini

meliputi : (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) Lembar


Kegiatan Siswa (LKS); (3) Bahan Ajar Siswa (BAS); dan (4) Tes Hasil

Belajar.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dari para pakar

sehingga didapat bentuk akhir perangkat yang dapat digunakan dalam

ujicoba I. Tahap ini meliputi validasi perangkat dan revisi I, menyusul

ujicoba I. Hasil dari ujicoba I, dianalisis, revisi II, kemudian

diimplementasikan pada ujicoba II.

a. Validitas Perangkat oleh Pakar

Validasi perangkat pembelajaran berguna untuk menyempurnakan

desain awal pembelajaran agar lebih baik sehingga siap untuk

diterapkan. Perangkat pembelajaran yang telah dibuat kemudian

divalidasi oleh para pakar untuk memeroleh validasi isi dan validasi

konstruksi melalui sejumlah saran serta revisi perangkat pembelajaran.

b. Uji Coba I

Perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti dijadikan

sebagai draf I, kemudian divalidasi oleh pakar dibidangnya yang

kemudian disebut dengan validator. Hasil validasi perangkat tersebut

kemudian dijadikan sebagai draf II yang selanjutnya digunakan pada uji

coba I. Uji coba I dilakukan untuk memeroleh masukan langsung dari

lapangan dalam rangka mengukur keterbacaan dan keterlaksanaan


perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Pada uji coba I yang

bertindak sebagai pengajar adalah peneliti dan pengamatan dilakukan

oleh dua orang pengamat. Hasil uji coba I digunakan sebagai bahan

untuk menyusun makalah komprehensif. Makalah komprehensif yang

telah diujikan telah diterima oleh tim penguji dengan sedikit revisi yang

disebut sebagai draf III yang kemudian digunakan dalam proses KBM

pada uji coba II.

c. Ujicoba II

Perangkat yang telah direvisi pada ujicoba I dan dijadikan sebagai draft

III, diterapkan untuk ujicoba II. Hasil ujicoba II kemudian digunakan

sebagai bahan untuk menyusun laporan tesis yang akan diujikan oleh

dewan penguji.

F. Implementasi Perangkat Pembelajaran di Kelas

Penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran

berdasarkan teori kecerdasan majemuk termasuk jenis penelitian

kuantitatif dengan data yang diperoleh dari pre test dan post test terhadap

sampel penelitian. Pada implementasi ujicoba penelitian ini menggunakan

rancangan One-Group Pretestt-Posttest Design. Desain penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut.

O1 X O2

(Sugiyono, 2010: 110)


Keterangan :
O1 : Tes awal pembelajaran (pre-test)
O2 : Tes akhir pembelajaran (post-test)
X : Perlakuan (penerapan pengembangan LKS)

G. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian diperlukan

instrumen yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun

instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan data dalam

pengetahuan ini sebagai berikut :

1. Lembar validitas perangkat pembelajaran dilakukan pada isi

keseluruhan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap

perencanaan. Validitas perangkat dilakukan oleh pakar yang kompeten

dibidang pembuatan perangkat pembelajaran. Validasi perangkat

pembelajaran meliputi :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penilaian RPP terdiri atas 4 kriteria yaitu tidak baik (nilai 1),

kurang baik (nilai 2), baik (3), dan sangat baik (nilai 4). Instrumen

validasi RPP diadopsi dari BSNP 2007 dan dikembangkan oleh

peneliti.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS dikembangkan oleh peneliti dengan mengadaptasi dari

Nurhayati (2011) dengan aspek penilaian meliputi syarat-syarat

didaktik, kelayakan isi, prosedur dan pertanyaan. Bentuk check list


dengan skor penilaian 1 sampai 4, yaitu tidak baik (nilai 1), kurang

baik (nilai 2), baik (3), dan sangat baik (nilai 4).

c. Bahan Ajar Siswa (BAS)

Kriteria bahan ajar siswa yang memuat materi pokok fluida

statis dikembangkan oleh peneliti yang diadopsi dari BSNP 2007

dengan aspek penilaian meliputi komponen keterbacaan dan

komponen penyajian. Penilaian BAS terdiri atas 4 skala penilaian

yaitu tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), baik (3), dan sangat

baik (nilai 4). Instrumen validasi BAS diadopsi dari (BSNP, 2007)

dan dikembangkan oleh peneliti.

d. Tes Hasil Belajar (THB)

Bentuk instrumen check list meliputi: validasi soal, bahasa dan

penulisan soal, dan kesimpulan. Penilaian dilakukan terhadap

seluruh butir soal tes hasil belajar. Penilaian butir soal tes hasil

belajar terdiri atas 4 skala penilaian yaitu tidak valid (nilai 1),

kurang valid (nilai 2), cukup valid (nilai 3), dan valid (4).

Instrumen validasi BAS diadopsi dari (BSNP, 2007) dan

dikembangkan oleh peneliti.

e. Media (LKS) pada mobile multimedia (android)

LKS dikembangkan oleh peneliti dengan mengadaptasi dari

Nurhayati (2011) dalam bentuk android dengan aspek penilaian

meliputi syarat-syarat didaktik, kelayakan isi, prosedur dan

pertanyaan. Bentuk check list dengan skor penilaian 1 sampai 4,


yaitu tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), baik (3), dan sangat

baik (nilai 4).

2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Bentuk instrumen check list meliputi: aktivitas siswa, frekuensi,

dan jumlah. Lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk

mendeskripsikan aktivitas siswa yang muncul selama proses

pembelajaran berlangsung.. Lembar ini diisi oleh dua orang pengamat

yaitu guru fisika yang mengajar di SMA N 1 Babat.

3. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP digunakan untuk

mendeskripsikan keterlaksanaa RPP pada pembelajaran fisika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah dirancang oleh

peneliti. Lembar ini diisi oleh dua orang pengamat.

4. Lembar Kendala atau Hambatan

Bentuk instrumen check list meliputi kendala dan solusi kendala

yang muncul selama proses KBM. Lembar kendala atau hambatan ini

digunakan sebagai indikator hambatan yang sering muncul dalam

proses KBM.

5. Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran

Bentuk instrumen check list meliputi uraian pertanyaan dan

penilaian atau pendapat. Angket ini digunakan untuk mengukur

pendapat dan tanggapan siswa terhadap komponen KBM yang

meliputi: materi/isi
pelajaran. Format LKS, bahan ajar, suasana belajar, cara guru

mengajar, dan tes hasil belajar yang direkam melalui angket ini.

6. Tes Kecerdasan Majemuk

Tes kecerdasan majemuk dinilai dengan menggunakan lembar

penilaian tes kecerdasan majemuk dalam bentuk check list dengan

skor 1 sampai 5. Siswa mengisi angka pada kolom penilaian menurut

skala pilihan yang menggambarkan diri siswa.

Sangat menggambarkan diri saya = 5

Menggambarkan diri saya =4

Cukup menggambarkan diri saya =3

Sedikit menggambarkan diri saya = 2

Tidak menggambarkan diri saya =1

Pemberian skor diadopsi dari beberapa sumber, diantaranya makalah

online MI Cheklist Cindu Ebeling.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara

langsung. Observasi yang dilakukan ada dua macam, yaitu:


Observasi penilaian hasil belajar siswa pada aspek afektif

dan psikomotor yang dilakukan oleh observer selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan

secara langsung oleh guru mata pelajaran fisika di SMAN 1 Babat.

Observasi ini dilakukan pada saat peneliti melakukan proses

pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

2. Lembar Angket

Dalam penelitian ini angket yang diberikan kepada siswa yaitu

angket respon siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk.

3. Tes

Metode pengumpulan data dilakukan dengan nilai pre test sebelum

perlakuan dan nilai post test setelah perlakuan.

a. Pre Test

Pada tahap ini siswa diberi pre test yang telah disiapkan untuk

mengetahui kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh masing-

masing siswa dan juga pengetahuan awal siswa terhadap materi

fluida statis.

b. Post Test

Pada tahap akhir, setelah kelas diberi perlakuan dengan

menerapkan pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan

majemuk, kemudian kelas tersebut diberikan post test. Tes ini


digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan majemuk yang

dimiliki oleh siswa setelah pembelajaran.

c. Tes Kognitif

Setelah post test, diberikan tes kognitif untuk mengetahui

apakah hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM atau belum.

I. Teknik Analisis Data

Analisis hasil pengembangan perangkat pembelajaran dan hasil

ujicoba perangkat pembelajaran fisika yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Validitas Perangkat Pembelajaran

Validitasi perangkat pembelajaran meliputi RPP, LKS, Bahan

Ajar Siswa dan Tes Hasil Belajar. Data yang diperoleh dianalisis

dengan deskriptif kualitatif yaitu dengan cara rata-rata skor tiap aspek.

Hasil penskoran dideskripsi sebagai berikut :

1.0 – 1.5 : tidak baik/tidak valid (belum dapat digunakan)

1.6 – 2.5 : kurang baik/kurang valid (dapat digunakan dengan merevisi

besar)

2.6 – 3.5 : Baik/valid (dapat digunakan dengan merevisi kecil)

3.6 – 4.0 : Sangat baik/sangat valid (dapat digunakan tanpa revisi)

(Adaptasi Ratumanan, dan Laurens, 2003: 19)


Tingkat reliabilitas instrumen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

( )
(Borich dalam Ibrahim, 2005)

Keterangan:
R : Reliabilitas
A : Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
memberikan frekuensi tinggi
B : frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
memberikan frekuensi rendah
Instrumen reliabel jika koefisien reliabilitas ≥ 75%

a. Validitas RPP

Analisis data validitas komponen RPP dilakukan dengan deskriptif

kualitatif yaitu dengan merata-rata skor masing-masing komponen.

Validitas ini dilakukan oleh validator yang kompeten di bidangnya.

b. Validitas BAS dan LKS

Validitas BAS dan LKS dianalisis secara deskriptif kualitatif yang

meliputi kelayakan isi, kebahasan, dan penyajian dilakukan oleh

validator, yang selanjutnya skor yang diberikan dirata-rata dengan

cara yang sama dengan analisis validitas RPP.

c. Keterbacaan BAS dan LKS

Keterbacaan BAS dan LKS dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Menggunakan perhitungan dengan cara sebagai berikut:


Selanjutnya, apabila hasil perhitungan lebih dari 75% maka

kategori teks adalah mudah atau berketerbacaan tinggi, apabila

hasil diantara 20%-75% maka kategori teks adalah sedang atau

berketerbacaan sedang, dan apabila hasil kurang dari 20% maka

kategori teks adalah sulit atau berketerbacaan rendah (Sadtono,

1976:7).

d. Validitas Tes hasil belajar (Tes kognitif)

Validitas lembar penilaian tes kognitif dilakukan oleh validator dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan cara merata-rata skor

tiap indikator soal. Hasil penskoran dideskripsikan dengan cara

yang sama dengan analisis validitas RPP.

e. Validitas Media (LKS dalam bentuk aplikasi di android)

Untuk pengujian media, dilakukan hal sebagai berikut :

 Black boxtesting adalah pengujian yang dilakukan hanya

mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa

fungsional dari perangkat lunak. Jadi dianalogikan seperti kita

melihat suatu kotak hitam, kita hanya bisa melihat penampilan

luarnya saja, tanpa tahu ada apa dibalik bungkus hitamnya.

Sama seperti pengujian black box, mengevaluasi hanya dari

tampilan luarnya, fungsionalitasnya tanpa mengetahui apa


sesungguhnya yang terjadi dalam proses detilnya (hanya

mengetahui input dan output).

 Pengujian Beta merupakan pengujian yang dilakukan secara

objektif, yaitu dengan menguji langsung terhadap siswa sebagai

pengguna dengan membuat kuisioner mengenai kepuasan

pengguna terhadap aplikasi yang dibuat.

2. Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dua

pengamat yang sudah dilatih sehingga memahami lembar pengamatan

secara benar, kemudian data diolah secara statistik deskriptif. Penilaian

pengamat terhadap pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengolahan

waktu dan pengamatan terhadap suasana kelas. Teknik analisis data

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.


P=∑

Keterangan :

P = persentase keterlaksanaan

∑K = jumlah aspek yang terlaksana

∑N = jumlah seluruh aspek yang dialami

(Arifin, 2010: 272)


Data yang terkumpul diolah, kemudian diinterpretasikan dengan

kriteria sebagai berikut:

1.0 – 1.5 : tidak baik (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak tepat
guna)

1.6 – 2.5 : kurang baik (dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak tepat guna)

2.6 – 3.5 : baik (dilakukan, sesuai aspek, tidak tepat guna)

3.6 – 4.0 : sangat baik (dilakukan, sesuai aspek, tepat guna)

(Adaptasi Ratumanan, dan Laurens, 2003: 19)

3. Pengamatan Aktivitas Siswa

Data pengamatan aktivitas siswa dilakukan untuk memberikan

deskripsi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif. Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama

kegiatan pembelajaran dianalisis deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan persentase. Persentase setiap aktivitas siswa kategori

tertentu pada setiap pertemuan yaitu frekuensi kategori pengamatan

tersebut dibagi frekuensi seluruh kategori pengamatan dikali 100%.

Pernyataan ini dapat disajikan dalam bentuk persamaan berikut.


P=∑

Keterangan :

P = persentase aktivitas siswa

∑R = jumlah frekuensi kategori pengamatan


∑N = jumlah frekuensi seluruh kategori pengamatan

(Arifin, 2010: 272)

Data yang terkumpul diolah, kemudian diinterpretasikan dengan

kriteria sebagai berikut:

1,0 – 2,0 : aktivitas siswa dalam kategori tidak baik

2,1 – 3,0 : aktivitas siswa dalam kategori kurang baik

3,1 – 4,0 : aktivitas siswa dalam kategori cukup baik

4,1 – 5,0 : aktivitas siswa dalam kategori baik

(Adaptasi Ratumanan, dan Laurens, 2003: 19)

4. Analisis Skor Tes Identifikasi Kecerdasan Majemuk

Lembar tes identifikasi kecerdasan majemuk ini digunakan pada

ssat pretetst dan posttest, dan dibuat dalam bentuk baris. Siswa

mengisi angka pada kolom penilaian menurut skala pilihan yang

menggambarkan diri siswa.

Sangat menggambarkan diri saya = 5

Menggambarkan diri saya =4

Cukup menggambarkan diri saya =3

Sedikit menggambarkan diri saya = 2

Tidak menggambarkan diri saya =1

Untuk mengetahui skor kecerdasan siswa pada masing-masing

tipe kecerdasan maka digunakan perumusan sebagai berikut.


Jumlah poin yang ditermia x 5

Selanjutnya, untuk mengetahui adanya perbedaan antara hasil

kecerdasan majemuk siswa sebelum dengan sesudah diterapkan

pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan majemuk, dilakukan

analisis hasil Pretest dan Posttest melalui uji Gain. Adapun langkah-

langkah pengujiannya adalah sebagai berikut.

(Hake, 1999)

Kategori:
G – tinggi : Nilai g > 0,70
G – sedang : Nilai 0,30 < g > 0,70
G – rendah : Nilai g < 0,30

5. Analisis Tes Kognitif

Sebelum digunakan, sebagai instrumen penelitian yang berupa

soal post test perlu diuji coba. Hasil uji coba tes dengan

menggunakan:

Sensitivitas Butir Soal

Aiken (1997:69) menyatakan bahwa butir soal dikatakan baik

apabila sensitivitas antara 0 dan 1. Kriteria yang dipakai untuk

menyatakan bahwa butir soal peka terhadap pembelajaran jika S ≥ 0,

30. Adapun pengukuran sensitivitas butir soal dapat dihitung sebagai

berikut:
Keterangan:
S = Sensitivitas butir soal
Ra = Jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar
sesudah berlangsungnya proses pembelajaran
Rb = Jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar
sesudah berlangsungnya pembelajaran
T = Jumlah siswa

Indeks sensitivitas butir soal uraian dapat menggunakan

persamaan:

∑ ∑

Keterangan:
∑u21 = jumlah skor sebelum pembelajaran berlangsung
∑u12 = jumlah skor sesudah pembelajaran berlangsung
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
Skor Max = skor maksimal yang dicapai untuk batas tes
Skor min = skor minimal yang dicapai untuk batas tes
Kriteria sensitivitas soal:

1,00 = sangat sensitif


0,00 – 1,00 = butir-butir tes sensitif
-1,00 – 0,00 = tidak menggambarkan pengaruh
pembelajaran
Menurut Grounlund (1982), butir soal dikatakan sensitif

terhadap efek pembelajaran apabila mempunyai nilai S > 0. Jika S = 0,

maka butir soal dikatakan tidak dapat mengukurefek-efek

pembelajaran. Nilai S posotif yang semakin besar menunjukkan

bahwa kepekaan butir soal semakin besar.

6. Ketuntasan Individual dan Klasikal

Secara individu, seorang siswa kompeten apabila persentase (P)

indikator yang dicapai sebesar 65% dan secara klasikal apabila 85%

individu tuntas.

(Trianto, 2010)

7. Angket Respon Siswa

Data tentang respon siswa diperoleh dari angket respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan deskriptif kuantitatif, yaitu menghitung persentase

terhadap pernyataan yang diberikan. Data respon yang diperoleh

digunakan untuk menindaklanjuti kegiatan pembelajaran. Persamaan

untuk menghitung data hasil respon siswa sebagai berikut.



P=∑

Keterangan :
P = persentase respon siswa
∑K = jumlah skor respon siswa
∑N = jumlah seluruh skor respon siswa

Data yang terkumpul diolah, kemudian diinterpretasikan dengan

kriteria sebagai berikut:

85% ≥ RS : sangat positif (SP)


70% ≥ RS < 85% : positif (P)
50% ≥ RS < 70% : kurang positif (KP)
RS < 50% : tidak positif (TP)

Keterangan:

RS = Respon Siswa

(Adaptasi Khabibah, 2006: 97)

Anda mungkin juga menyukai