Panduan - Pengelolaan OBat Emergensi
Panduan - Pengelolaan OBat Emergensi
INSTALASI FARMASI
RS KATOLIK BUDI RAHAYU
Jl. Ahmad Yani No. 18
BLITAR
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KATOLIK BUDI
RAHAYU BLITAR
No.:
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN OBAT EMERGENCY
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI RAHAYU BLITAR
Menimbang :
1. Bahwa salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan obat yang bermutu dengan
pengelolaan obat yang benar.
2. Bahwa pengelolaan obat emergensi dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi.
3. Bahwa perlu adanya panduan sebagai tatalaksana dalam
pengelolaan obat emergensi.
4. Bahwa untuk memenuhi kepentingan tersebut diatas,
maka perlu diterbitkan Peraturan Direktur tentang
Panduan Pengelolaan Obat Emergensi di Rumah sakit
Rahayu Blitar.
Mengingat:
1. Undang – undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/MenKes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
4. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
1197/MenKes/ SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan
Farmasi Di Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Katolik Budi
Rahayu Blitar No………………….. Tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Budi Rahayu
Blitar.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI RAHAYU
BLITAR TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN OBAT
EMERGENCY.
Kedua : Panduan Pengelolaan Obat Emergensi sebagaimana yang
tercantum dalam lampiran peraturan ini
Ketiga : Perubahan Panduan Pengelolaan Obat Emergensi
harusnya dibahas sekurang kurangnya 3(tiga)tahun sekali
atau setiap 1(satu ) tahun sekali dilakukan evaluasi dan
dilakukan perubahan disesuaikan dengan perkembangan
yang ada..
Keempat : Panduan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan ditanda
tangani oleh Direktur Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu
dan apabila dikemudian hari terjadi kesalahan maka
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN : DI BLITAR
PADA TANGGAL : 15 Januari 2014
RS KATOLIK BUDI RAHAYU
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pengelolaan obat emergensi adalah salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengelola obat emergensi mulai dari seleksi,
pengadaan , pencatatan, pendistribusian, persiapan, penyaluran,
penyimpanan, pemberian, pendokumentasian, dan pendataan obat –
obat emergensi.
Obat emergensi adalah obat yang dibutuhkan dengan segera oleh
pasien dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi,
mengatasi keadaan gawat darurat, lainnya sehingga dapat
mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Pengelolaan obat emergensi untuk pasien saat pemesanan
sampai saat pemberian obat kepada pasien. Obat emergensi dikelola
karena dibutuhkan segera oleh pasien untuk menghindari
keterlambatan pemberian terapi sehingga dapat mempertahankan
kehidupan dan kesehatan pasien.
Obat obat emergensi merupakan bagian dari stok Instalasi
Farmasi bagian logistik farmasi yang dalam pengelolaan dan
pengadaannnya disesuaikan dengan unit/ruangan masing –
masing.dan dilaporkan secara berkala ke Instalasi Farmasi Bagian
Logistik Farmasi. Obat – obat emergensi dikelola oleh unit terkait
masing- masing dan secara berkala dilaporkan ke Instalasi Farmasi,
sehingga pengawasannya dibawah Instalasi Farmasi.
Obat – obat emergency dikelola oleh Instalasi Farmasi bagian
Logistik, untuk distribusinya disesuaikan dengan kekhususan
instalasi atau unit tersebut. Misalnya : Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Rawat jalan, ICU, Instalasi Rawat Inap , Unit Hemodialisa,
maka penyiapannya akan berbeda untuk obat emergensinya karena
memiliki kebutuhan obat emergensi yang berbeda pula.
Dalam mekanisme pengelolaan perbekalan farmasi untuk obat
emergensi harus selalu tersedia dan tidak boleh ada obat emergensi
yang kosong. Jenis – jenis obat emergensi yang tersedia meliputi obat
untuk mengatasi gangguan jantung, gangguan peredaran darah,
reaksi alergi, konvulsi, bronkospasme, Panitia Farmasi harus
menetapkan obat dan perlengkapan yang masuk dalam persediaan
untuk keaadaan emergensi
Persedian obat untuk keadaan emergensi harus dilakukan
inspeksi oleh Petugas dari Instalasi Farmasi secara rutin dan regulasi
tanggal kadaluwarso dan untuk mempertahankan isi pada jumlah
yang sudah ditetapkan.
2. Tujuan:
2.1. Melakukan pengelolaan obat emergensi agar obat – obat
emergensi selalu tersedia di masing – masing unit sesuai
dengan kebutuhan, terhindar dari kehilangan dan pencurian
dan memberi jaminan bahwa obat yang disiapkan tetap
bermutu baik.
2.2. Sebagai acuan dalam pengelolaan obat emergensi di rumah
sakit sehingga tercapai kesamaan perepsi,pada setiap staf
pada unit yang terkait.
2.3. Terlaksananya pengelolaan obat emergensi dengan secara lebih
tertib dan teratur dengan pengelolaan yang benar.
2.4. Obat – obat emergensi dikelola karena dibutuhkan segera oleh
pasien sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan
terapi yang akhirnya dapat mempertahankan kehidupan dan
kesehatan pasien.
2.5. Semua staf pelaksana memahami cara pengelolaan obat
emergensi meliputi cara pemesanan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan dan pelaporan.
3. Pengertian
3.1. Obat emergensi adalah obat – obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau resusitasi atau life
support .
3.2. Tindakan emergensi adalah serangkaian usaha – usaha
pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat
dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian,
3.3. Anestesi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mendasari
berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun
analgia penjagaan keselamatan penderita yang mengalami
pembedahan dan tindakan yang lainnya, bantuan resusitasi,
pengobatan pada pasien yang gawat, pemberian terapi anestesi
inhalasi dan penanggulan nyeri yang menahun,
3.4. Pengelolaan obat emergensi adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk mengelola obat emergensi dari seleksi,
pemesanan, penyimpanan, pendistribusian dan pencatatan,
pelaporan dan pemberian obat emergensi untuk mengatasi
keadaan kegawata darutan.
BAB II
TATALAKSANA
Tatalaksana pengelolaan obat emergensi.
1. Pengadaan
1.1 Melakukan seleksi obat – obat emergensi untuk masing –
masing instalasi atau unit dengan cara mempertimbangkan
kebutuhan obat emergensi dari masing – masing instalasi atau
unit itu sendiri.
1.2 Instalasi Farmasi menyediakan obat – obat emergensi yang
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan masing – masing
instalasi atau unit tersebut.
1.3 Membuat daftar nama, jumlah obat emergensi dari masing –
masing instalasi atau unit beserta tanggal kadaluwarsanya,
tanggal pemakaian dan tanggal penggantian.
2. Penyimpanan
2.1 Penyimpanan obat emergensi dalam emergensi kits dikunci
dengan menggunakan segel plastik, disediakan gunting untuk
menggunting segel plastik, dan diberlakukan sebagai obat
inventaris masing – masing instalasi/unit
2.2 Dalam emergency kits juga disediakan tongue spatel , bag valve
mask resuscitator, orofaring, nasal oksigen canul, blood set,
infuse set pediatric, infuse set dewasa, wingned needle, folley
catheter sesuai dengan kebutuhan dari instalasi atau unit
tersebut.
2.3 Cara penyimpanan dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah
untuk mengambil dan menggunakan, dengan system FIFO(First
in First Out) ataupun FEFO(First Expire date First Out).
3. Pemantauan
3.1. Obat – obat yang dipakai pada tindakan emergensi harus segera
dilaporkan kepada Instalasi Farmasi setelah tindakan selesai.
3.2. Dilakukan pemantauan atau pengecekan tiap 3(tiga) bulan oleh
Petugas Instalasi Farmasi
3.3. Obat yang mendekati tanggal kadaluwarso minimal 4 bulan
akan diganti oleh petugas Instalasi Farmasi dengan obat
dengan tanggal kadaluwarso yang lebih panjang.
4. Penggunaan
4.1. Obat – obat emergensi hanya digunakan untuk tindakan
emergensi tidak boleh digunakan untuk pelayanan rutin.
4.2. Penggunaan obat emergensi diambil dari emergensi kits dengan
system pengambilan FIFO atau FEFO.
4.3. Penggunaan Obat emergensi dari emergensi kits dengan cara
menggunting kunci emergensi kits .
5. Penggantian
5.1. Penggantian obat emergensi dilaksanakan oleh Petugas
Instalasi Farmasi dengan cara meletakan obat penggantian
tersebut dengan system FIFO atau FEFO dan kunci emergensi
kit yang rusak diganti dengan yang baru.
5.2. Obat yang mendekati tanggal kadaluwarso minimal 4bulan
akan diganti oleh petugas Instalasi Farmasi dengan oabt
dengan tanggal kadaluwarso yang lebih panjang.
5.3. Petugas Instalasi Farmasi menuliskan tanggal penggantian dan
tanggal kadaluwarso serta menuliskan nama Petugas bukan
hanya tanda tangan.
BAB III
DOKUMENTASI