SEMESTER 7
1. Katalog berabjad (kamus): kartu pengarang, judul, dan kartu subjek disusun
secara berabjad.
2. Susunan menurut nomor klasifikasi: kartu pengarang, judul, dan kartu subjek
disusun menurut nomor klasifikasi.
1. Katalog pengarang; Katalog pengarang digunakan jika buku yang akan kita
cari hanya diketahui nama pengarangnya.
Contoh Katalog Pengarang
190
Indeks
ISBN : 979-497-674-1
II. Seri
2. Katalog Judul; Katalog judul digunakan jika kita hanya mengetahui judul bukunya saja
dari buku yang ingin dicari
Contoh katalog judul
11 190
HAR HARDONO Hadi, P
Indeks
ISBN : 979-497-674-1
II. Seri
3. Katalog subjek; digunakan untuk mengetahui berbagai buku yang membahas subjek yang
sama.
Contoh katalog subjek
FILSAFAT MODERN
19 190
Indeks
ISBN : 979-497-674-1
II. Seri
Dari semua penjelasan di atas, maka dapat kita pahami bahwa kegiatan
katalogisasi merupakan kegaiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan-
bahan pustaka, seperti buku, majalah, CD dan film mikro menurut standar atau
peraturan tertentu. Katalogisasi memiliki beberapa fungsi yang intinya kegiatan ini
dilakukan untuk mempermudah para pustakawan maupun para pengunjung
perpustakaan dalam menemukan buku yang dicari. Katalog juga memiliki beberapa
macam yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan perpustakaan.
Nomor panggil
633.18-155
BADBADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PERTANIAN
pPascapanen padi : materi latihan petugas/kursus kontak tani/Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian
.—Jakarta : BPLP, 1993. iv, 86 p. : ill.; 21 cm
838/D/94 633.18-155
Kartu katalog atau yang disebut juga sebagai label punggung buku digunakan
sebagai tanda yang diletakan pada bahan pustaka sebagai pertanda kepemilikan, atau
sebagai titik lokasi bahan pustaka. Suaida Marsah (2000: 10). Label punggung buku
ditempelkan pada bagian luar kulit/sampul buku, biasanya di sebelah bawah.
Penempelan label berada lima sentimeter dari bagian terbawah buku. Untuk buku-
buku yang lebih tipis, label dapat ditempelkan pada sampul/halaman pertama buku
yang bersangkutan. Untuk koleksi non buku, label dapat ditempelkan pada bagian
sampul atau wadah penyimpannya sepanjang tidak mengganggu isi yang terkandung
di dalamnya. Dalam pembuatan label buku, ada beberapa jenis label yang dapat
digunakan yaitu kertas perekat dan kertas HVS.
2. Kartu Buku dan Kantung Buku
Perpustakaan BINA MUTIARA :
Kartu buku berukuran ¼ folio, dibuat dari atas kertas manila berwarna atau
Call No. 631.55
kertas putih. Kartu ini berisi nomor inventaris, nama pengarang buku, judul buku,
Pengarang : Badan Pendidikan & Latihan
sandi pustaka dan tanggal pengembalian.
Pertanian
Contoh
Judul : Pasca paben kartu buku:
padi : materi latihan ... Bogor : BPLP, 1993
No. Induk :
Peminjam Tanggal Ket.
Kembali
Merujuk pada jurnal Rusmono Dody dan Santika S (2011: 56) yang
memaparkan bahwa kantung buku dibuat dari kertas HVS dalam bentuk segitiga
mamupun segi empat yang berfungsi sebagai tempat kartu buku dan ditulisi sandi
pustaka maupun nomor inventaris.
Contoh kantung buku:
3. Slip Tanggal
Sama halnya dengan kartu buku, pada slip tanggal dicantumkan nama, judul,
dan pengarnag buku, kemudian nomor panggil buku, nama peminjam dan lama
Date Slip
peminjaman/ tanggal kembali.
Perpustakaan BINA
Contoh gambar slip tanggal kembali:
MUTIARA :
No. Induk :
Nama Tanggal
Peminjam kembali
Selanjutnya membahas tentang penyusunan buku, dalam penyusunan buku ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Pengaturan buku; 2. Pengaturan majalah;
dan 3. Pengaturan surat kabar. Dalam sejarah perpustakaan sistem penyusunan buku
dalam rak dilakukan berdasarkan klasifikasi yaitu:
1. Berdasarkan bentuk fisik buku (besar, kecil, tinggi dan rendah buku).
1. Kerusakan oleh alam dan lingkungan; Faktor alam atau lingkungan yang dapat
merusak bahan pustaka ini diantaranya cahaya, udara, air, api dan bencana alam.
2. Kerusakan oleh manusia; Sikap manusia yang dapat merusak bahan pustaka
diantaranya yaitu seperti merobek bagian halaman buku, mencorat coret buku
yang dibaca, melipat halaman buku, menekuk buku di dalam tas, dan menggulung
buku.
3. Kerusakan oleh binatang; Binatang yang sering menyebabkan kerusakan pada
bahan pustaka diantaranya yaitu binatang pengerat dan serangga. Bahan pustaka
terdiri dari kertas dan perekat yang kedua sumber tersebut merupakan sumber dari
makanan bagi binatang tersebut. jamur juga dapat merusak bahan pustaka oleh
karena itu bahan pustaka perlu dipelihara dan dirawat agar tidak habis oleh
binatang tersebut.
Apabila sudah terjadi kerusakan pada bahan pustaka, maka terdapat beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan pada bahan pustaka yang
rusak. Ada beberapa cara atau teknik dalam memperbaiki bahan pustaka, tergantung
pada kondisi bahan pustaka yang akan diperbaiki, misalnya seperti menambal,
laminasi, dan penjilidan.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2. Pelaporan Perpustakaan
Pelaporan perpustakaan berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan
kegiatan peprustakaan dan gambaran kemajuan peprustakaan. Laporan
perpustakaan dapat diambil dari data statistik perpustakaan, yang meliputi
statistik bahan pustaka, statistik anggota, statistik pengunjung, layanan
perpustakaan, dan sebagainya. Statistik peprustakaan dapat disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan diagram.
3. Unsur-unsur yang harus dilaporkan
Dalam statistik perpustakaan, unsur-unsur yang harus dilaporkan diantaranya
yaitu: a) pengadaan bahan pustaka; b) pengolahan bahan pustaka; c)
keanggotaan perpustakaan; d) koleksi yang dipinjam; e) layanan referensi; dan
f) jasa reproduksi.
Pembahasan selanjutnya yaitu pelayanan referensi. Pelayanan referensi
merupakan bagian dari layanan perpustakaan yang tugasnya menginterpretasikan
seluruh koleksi perpustakaan untuk kepentingan pemakainya. Pelayanan referensi
perpustakaan merupakan layanan di perpustakaan yang secara langsung
berhubungan dengan pembaca, dengan pelayanan ini pemakai dibantu untuk
menemukan informasi dengan cepat dan juga menelusuri informasi dengan lebih
spesifik. Tujuan layanan referensi ini yaitu membantu pemustaka menemukan
informasi dengan cepat dan tepat, menelusur informasi dengan pilihan yang lebih
luas, dan memungkinkan pemakai menggunakan koleksi rujukan dengan lebih
tepat guna. Adapun pelayanan pemberian bimbingan belajar yang merupakan
usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan bimbingan belajar membaca
peserta didik melalui perpustakaan yang dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Menyediakan bahan pustaka yang menarik
2. Menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan dengan
penataan ruang yang bagus dan pelayanan yang ramah.
3. Membuat promosi
4. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi di
perpustakaan
5. Menyediakan waktu khusus untuk berkunjung ke perpustakaan
Dalam pengadaan ruang perpustakaan di sekolah dasar, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Tata Ruang
Adapun Contoh denah ruangan perpustakaan di bawah ini:
Keterangan denah:
1. Pintu masuk
2. Meja dan kursi peminjaman
3. Meja dan kursi petugas
4. Lemari katalog
5-9. Rak buku
10-11. Meja baca/ belajar
12. Meja kerja petugas berukuran besar
13. Rak penyimpanan alat peraga pendidikan
14. Meja media pendidikan
2. Dekorasi
Dekorasi yang harus diperhatikan diantaranya yaitu seperti warna cat, konsep
dekorasi, lukisan dinding yang bagus, penempatan globe, dan hiasan lain yang dapat
menambah nilai artistic ruangan perpuatakaan.
3. Penerangan dan Ventilasi
Sama halnya dengan dekorasi, penerangan ruangan perpustakaan sekolah
dasar juga memberikan pengaruh psikologis kepada para pengguna perpustakaan.
Oleh karena itu, setiap ruangan memerlukan Teknik penerangan yang berbeda-beda.
Untuk ruang kerja petugas perpustakaan misalnya, tentunya membutuhkan
penerangan yang sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan di ruang itu. Kemudian
untuk ruang baca tentu membutuhkan penerangan yang lebih terang. Sedangkan untuk
ruang koleksi bahan Pustaka tidak membutuhkan penerangan yang terlalu terang,
karena bila terlalu terang bisa merusak jenis koleksi bahan Pustaka, terutama koleksi
berjenis cetakan seperti buku dan majalah.
Selain ruangan, peralatan dan perlengkapan perpustakaan sekolah juga penting untuk
diperhatikan. Mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dalam
Suhendar (2014 :23) jenis perabotan yang perlu di sediakan oleh perpustakaan sekolah
dasar ada 11 jenis perabotan, yaitu: rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca,
kursi baca, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, lemari katalog, papan pengumunan, meja
multimedia, dan tempat penitipan barang. Peralatan perpustakaan termasuk didalamnya
barang-barang yang diperlukan secara langsung untuk mengerjakan tugas atau kegiatan
di perpustakaan seperti buku pedoman perpustakaan, buku klasifikasi, kartu katalog,
buku induk, kantong buku, stempel inventaris, mesin ketik (komputer), alat tulis kantor,
selotip, lem dan lain sebagainya. Umumnya, peralatan yang terdapat pada sebuah kantor
(termasuk di perpustakaan) dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu yang bersifat habis
pakai dan yang bersifat tahan lama. Peralatan yang habis pakai maksudnya adalah
peralatan yang relatif cepat habis misalnya pensil, kertas tik, formulir pendaftaran
anggota perpustakaan, dan kertas untuk membuat kantong buku. Jenis peralatan ini
biasanya dibeli hampir setiap tahun. Menurut Darmono (2001) dalam Mutia Fitri (2011:
5) terdapat beberapa perlengkapan pokok (umum) yang dibutuhkan sebuah perpustakaan
antara lain:
1) Rak atau lemari buku
2) Rak surat kabar
3) Rak majalah
4) Meja dan kursi baca
5) Meja dan kursi kerja
6) Meja sirkulasi
7) Lemari arsip
8) Lemari multimedia
9) Laci penitipan tas atau locker
10) Lemari katalog
11) Kereta buku
12) Papan display
Selanjutnya, dalam pengadaan ruang perpustakaan, tata ruang pun tak kalah penting
untuk diperhatikan. Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan
perlu mempertimbangkan berbagai aspek. Hal ini bertujuan untuk dapat memikat
perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, dan salah satu cara yang bisa
dilakukan oleh petugas perpustakaan adalah dengan cara penataan ruangan perpustakaan
supaya lebih menarik dan fungsional, sehingga nantinya akan menarik minat peserta didik
untuk membaca di perpustkaan khususnnya perpustakaan yang ada di sekolah. Penataan
ruang dapat dimulai dari menata ruang petugas, menata ruang dan kursi belajar, lalu
menata ruang perpustakaan sekolah.
Contoh penataan ruang kerja petugas Contoh penataan ruang belajar
6. Petugas Perpustakaan Sekolah ( Kelompok 6 )
Merujuk pada pernyataan Menurut Darmono (2007: 267) pengertian petugas
perpustakaan sekolah diidentikan dengan personil atau petugas perpustakaan. Petugas
perpustakaan dapat disebut juga dengan pustakawan, terdapat definisi lain yang
dijelaskan oleh penulis yang menyatakan bahwa Pustakawan adalah seseorang yang telah
diangkat oleh pejabat dengan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjabat serta
melaksanakan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan
baik di lingkungan sekolah maupun di lembaga lainnya. Untuk menjadi seorang
pustakawan sekolah, terdapat kriteria khusus yang harus dimiliki oleh seorang
pustakawan sekolah . Berikut ini sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan
yaitu: a) memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah dan bidang Pendidikan;
b) memiliki minat terhadap penyelenggaraan perpustakaan; c) memiliki sifat ulet dalam
bekerja, tekun dan teliti, juga sikap disiplin yang tinggi; d) terampil dalam mengelola
perpustakaan sekolah; e) memiliki sikap suka membantu orang lain; dan f) memiliki
sikap ramah dan jujur.
Dalam mengelola sebuah perpustakaan, tentu ada pemimpin yang berperan penting
di balik pengelolaan sebuah perpustakaan. pemimpin dalam struktur petugas
perpustakaan disebut sebagai seorang kepala perpustakaan atau dalam lingkup
perpustakaan sekolah disebut dengan guru pustakawan. Mengutip jurnal Menurut
Median Efrina (2017: 16) menyatakan bahwa kepala perpustakaan atau pustakawan
merupakan orang yang ditunjuk untuk memegang tanggungjawab sebagai pengelola,
pengatur dan pemeliharaan perpustakaan serta yang bertugas dalam memastikan bahwa
perpustakaan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat edukasi yang baik.
Departemen Pendidikan Nasional RI (2004) menyebutkan bahwa jabatan pustakawan
hendaknya dipegang oleh seseorang dengan pendidikan paling rendah strata 1 (S1) dalam
bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo), atau S1 bidang studi
lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan, dengan tugas
melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. Terdapat jenjang jabatan
untuk kepala pustakawan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
yaitu sebagai berikut:
1. Pustakawan tingkat terampil, bertugas untuk mengorganisasikan dan
mendayagunakan koleksi bahan pustaka/sumber informasi.
2. Pustakawan tingkat ahli, memiliki tugas untuk mengorganisasikan dan
mendayagunakan koleksi bahan pustaka, pemasyarakatan perpustakaan,
dokumentasi dan informasi.
Selain beberapa tugas umum yang telah disebutkan di atas, terdapat uraian tugas yang
lebih spesifik bagi kepala pustakawan yang terdiri dari beberapa unsur meliputi beberapa
kegiatan diantaranya:
1. Unsur pendidikan; yaitu menempuh Pendidikan formal misalnya S1, S2, atau S3.
2. Unsur pengelolaan perpustakaan; yaitu membuat perencanaan kegiatan
perpustakaan.
3. Unsur pelayanan perpustakaan; yaitu melakukan pelayanan teknis dan pelayanan
pemustaka.
4. Unsur pengembagan sistem kepustakawanan; yaitu melakukan pengkajian
kepustakawanan.
5. Unsur pengembangan profesi; yaitu membuat karya tulis ilmiah bidang
kepustakawanan.
6. Unsur penunjang tugas kepustakawanan; yaitu seperti Mengikuti seminar dan
pertemuan ilmiah dalam bidang kepustakawanan
Adapun fungsi adanya kepala pustakawan yang dikutip Menurut Ibrahim Andi
(2016: 34) yang menyatakan bahwa terdapat 7 fungsi kepala pustakawan yang disebut
POSDCORB yaitu akronim dari Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Staffing (penyusunan personalia), Directing (pengarahan),
Coordinating (koordinasi), Reporting (pelaporan) dan Budgeting (penganggaran) .
Di bawah seorang pemimpin tentu terdapat staff yang membantu pelaksanaan tugas
pemimpin. Dalam dunia perpustakaan sekolah, staff perpustakaan sekolah memiliki
beberapa peran yang didabi berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Bafadal (1991: 178)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa peran staf perpustakaan, diantaranya:
1. Petugas pelayanan teknis atau “processing”.
2. Pelayanan pembaca.
3. Petugas tata usaha
Ketiga peran diatas, selanjutnya diberi tugas yang berbeda yaitu sebagai berikut:
1. Petugas pelayan teknis atau “processing”
1) Membuat perencanaan pengadan bahan pustaka.
2) Mengusulkan bahan pustaka yang telah terpilih kepada kepala sekolah untuk
diadakan.
3) Menyebarkan informasi terbaru mengenai buku baru yang dimiliki
perpustakaan sekolah.
4) Menerima dan memeriksa bahan putaka dari bagian tata usaha untuk diproses
lebih lanjut.
5) Memberikan identitas bahan perpustakaan sebagai milik perpustakaan.
6) Melakukan inventarisasi ke dalam buku induk.
7) Melakukan klasifikasi bahan pustaka yang baru diterima.
8) Menerima subyek bahan pustaka.
9) Membuatkan kartu katalog (jika perpustakaan belum menerima otomasi).
10) Menyelesaikan tahap akhir pengelolaan bahan akhir yaitu: memberi identitas
bahan pustaka, seperti label, nomor panggil buku, lidah buku, dan kartu buku
(untuk perpustakaan yang belum menerapkan otomasi).
11) Melakukan entri data kedalam pengkalan data perpustakaan.
12) Membuat barkode buku.
13) Melakukan pengiriman bahan pustaka yang telah diproses kebagian sirkulasi.
14) Melakukan penyusunan (filling) kertu katalog yang dibuat meliputi katalog
pengerang, judul dan objek.
15) Melakukan pameran (display) buku baru.
16) Membuat statistik tambahan buku baru setiap priode tertentu.
17) Melakukan perawatan koleksi perpustakaan
18) Melakukan perbaikan buku
2. Petugas Pelayanan Pembaca
1) Memberikan layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.
2) Melakukan penagihan koleksi bahan pustaka yang terlambat dikembalikan.
3) Mengembalikan koleksi bahan pustaka yang selesai dipinjam maupun yang
selesai dibaca di tempat kedalam rak.
4) Memberikan besarnya sanksi denda bagi siswa yang terlambat mengembalikan
buku berdasarkan aturan yang berlaku.
5) Menentukan judul buku pengganti terhadap anggota yang menghilangkan
buku dengan melakukan koordinasi dengan bagian tata usaha dan pengolahan.
6) Membuat surat keterangan bebas pinjam bahan pustaka.
7) Memberikan layanan keanggotaan perpustakaan.
8) Menentukan judul buku yang akan diperbaiki untuk dibendel dan
mengirimkan daftar tersebut ke bagian pembedelan dengan tembusan ke
bagian tata usaha.
9) Menerima dan mengecek bahan pustaka baru yang telah selesai diproses dan
selesai diperbaiki untuk dimasukan ke dalam jajaran rak.
10) Memberikan layanan keanggotaan perpustakaan.
11) Menyiapkan dan menyusun statistik sirkulasi.
12) Membantu pembaca melakukan penelusuran informasi.
13) Melakukan layanan rujukan.
14) Melakukan evaluasi tahunan kegiatan bagian layanan sirkulasi.
15) Melakukan pemasaran dan promosi jasa perpustakaan.
16) Melakukan bimbingan pemanfaatan perpustakaan sekolah.
17) Melakukan bimbingan dan pembinaan minat membaca di lingkungan sekolah.
3. Petugas Tata Usaha
1) Menyelesaikan urusan surat menyurat mulai pembuatannya, pengetikannya,
sampai dengan pengirimannya.
2) Menyelesaikan urusan keuangan, yang mencakup pencatatan pemasukan,
pengeluaran dan pertanggung jawaban.
3) Menyelesaikan urusan personalia perpustakaan.
4) Mengelola perlengkapan perpustakaan, yang meliputi pengadaan,
pemeliharaan, penyaluran, investarisasi dan penghapusan.
5) Memelihara bahan-bahan pustaka
6) Menyediakan format/blangko untuk penunjang kegiatan perpustakaan seperti
blangko penagihan bahan pustaka, blangko isian permintaan dan
pencairan/penelusuran informasi.
7) Menyiapkan daftar buku yang akan dibeli/diadakan yang bahannya didapat
dari pistakawan/guru pustakawan/pimpinan perpustakaan/kepala sekolah atau
dari pengguna perpustakaan.
8) Menyiapkan daftar buku yang belum terbeli pada tahun anggaran sebelumnya.
9) Menyelesaikan administrasi langganan surat kabar/ majalah.
10) Melakukan pemeliharaan peralatan perpustakaan.
11) Melakukan pemeliharaan keberhasilan ruang perpustakaan dan lingkungan
sekitar.
12) Membuat laporan secara periodik kegiatan ketatausahaan perpustakaan.
Dalam mengemban tugas profesionalnya sebagai seorang petugas
perpustakaan, para pustakawan tentu harus diberikan pembinaan guna meningkatkan
kemampuan petugas perpustakaan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Pembinaan yang diberikan berupa pembinaan kemampuan dan pembinaan moral
kerja. Pembinaan kemampuan dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
yaitu: 1) on the job training; 2) konferensi dan seminar; 3) Workshop; 4) Pendidikan
formal; 5) promosi; dan 6) rolling. Sedangkan dalam pembinaan moral kerja, dapat
dilakukan beberapa usaha seperti: 1) memberi gaji atau tunjangan; 2) memberikan
perhatian kepada kondisi kerja petugas perpustakaan; 3) memberikan perhatian
kepada usaha petugas perpustakaan; 4) menghargai prestasi kerja petugas
perpustakaan; 5) Memberi kesempatan kepada petugas perpustakaan sekolah untuk
maju dan berkembang; dan 6) Mengikusertakan petugas perpustakaan sekolah dalam
kegiatan sekolah.