Anda di halaman 1dari 33

RESUME MATERI AJAR MATA KULIAH MANAJEMEN PERPUSTAKAAN

SEMESTER 7

Dosen Pengampu: Nurani Hadnistia Darmawan, M. Pd


Resume: Ratnasari (60403070117046)

1. Klasifikasi Bahan Pustaka ( Kelompok 1 )


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) klasifikasi adalah penyusunan
bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standart yang tetapkan.
Sedangkan dalam pengertian secara umum, klasifikasi ialah suatu kegiatan
mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri yang sama dan memisahkan benda
yang tidak sama. Dalam dunia perpustakaan, klasifikasi diartikan sebagai kegiatan
mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang,
fisik, isi, dan sebagainya. Menurut penulis, klasifikasi dilakukan dengan tujuan untuk
memudahkan para pustakawan dalam memilih dan mendapatkan buku-buku yang
diperlukan secara cepat dan tepat. Terdapat banyak tujuan dilakukannya Kalsifikasi
dalam perpustakaan yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Namun penulis akan
memaparkan salah satu tujuan klasifikasi yaitu menurut Sudarsono (2016: 11) dalam
buku Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, yaitu sebagai berikut:
A. Untuk memudahkan peserta didik dalam mencari buku-buku yang dipesan oleh
peserta didik
B. Mempermudah guru pustakawan mengetahui perimbangan bahan pustakawan.
C. Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam menyusun suatu daftar bahan-
bahan pustaka yang berdasarkan sistem kalsifikasi.
Dalam makalah ini juga, penulis memaparkan 7 prinsip pengklasifikasian yang
mengutip dari pendapat menurut Sulistyo (2010: 97) yaitu: 1.) Mempertimbangkan
layaknya keterpakaian buku; 2.) klasifikasi buku berdasar pada subyeknya, kemudian
berdasarkan karyanya; .3.) mengutamakan buku-buku karya umum dan kesastraan; 4.)
memperhatikan tujuan pengarangnya; 5.) mengklasifiksai dengan subyek yang sangat
spesifik; 6.) mengklasifikasi pada subyek yang dominan apabila buku terdiri dari 2 atau 3
subyek; 7.) klasifikasi buku pada subyek yang paling bermanfaat bagi pemakai
perpustakaan apabila terdapat dua subyek yang sama. Penjelasan selanjutnya yaitu
tentang macam-macam sistem klasifikasi diantaranya yaitu:
1. Sistem klasifikasi antifisal; yaitu sistem yang mengelompokkan bahan-bahan
pustaka berdasarkan ciri atau sifat lainnya, misalnya menurut pengarang, atau
berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2. Sistem Klasifikasi Utility; Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan
kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan
dewasa.
3. Sistem Klasifikasi Fundamental; Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri
subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku.
Dari beberapa macam sistem klasifikasi diatas, dalam makalah ini penulis
menjelaskan secara rinci tentang sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC)
dimana sistem ini merupakan sistem klasifikasi yang termasuk ke dalam sistem
klasifikasi fundamental. Sistem klasifikasi ini juga merupakan sistem klasifikasi yang
sering digunakan pada perpustkaan umum. Mengutip dari pernyataan Hartono & Hum
(2016: 131) yang menyatakan bahwa DDC yaitu sebuah sistem klasifikasi yang banyak
digunakan di seluruh dunia. Secara umum, DDC dinilai sebagai suatu sistem klasifikasi
populer, terutama karena cakupannya yang meliputi seluruh bidang ilmu pengetahuan
(universal), fleksibel dalam penggolongan dan sistem notasi yang dilengkapi indeks
relatif. Terdapat beberapa prinsip dasar dalam klasifikasi DDC yang dikutip dari
pernyataan menurut Towa, dkk (2008: 3 - 9) yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip dasar desimal
Pada prinsip ini, klasifikasi persepuluh dewey pertama-tama membagi
ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama. Kemudian, masing-masing kelas
utama itu dibagi lagi kedalam 10 divisi, dan selanjutnya masing-masing divisi
dibagi lagi kedalam 10 seksi, sehingga dengan demikian DDC terdiri dari 10 kelas
utama, 100 divisi, dan 1000 seksi. Oleh karena pola perincian ilmu pengetahuan
yang berdasarkan kelipatan sepuluh inilah maka DDC disebut dengan Klasifikasi
Persepuluhan atau Klasifikasi Desimal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari
table berikut ini.

Kelas utama Divisi Seksi Pembagian lebih


lanjut
000 Karya umum 300- Ilmu-ilmu 370- Pendidikan 371 Pendidikan
100 Filsafat & Sosial 371- Pendidikan Secara Umum
Psikologi 310- Statistik Secara Umum 371.1 Pengajaran
200 Agama 320- Ilmu Politik 372- Pendidikan dan Pengajar
300 Ilmu-Ilmu Sosial 330- Ekonomi Dasar 371.2 Administrasi
400 Bahasa 340- Hukum 373- Pendidikan Pendidikan
500 Ilmu-Ilmu Murni 350- Administrasi Menengah 371.3 Metode
600 Ilmu-ilmu Umum 374- Pendidikan Mengajar dan
terapan (teknologi) 360- Masalah Sosial Dewasa belajar
700 Kesenian dan dan Pelayanan 375- Kurikulum 371.4 Bimbingan
olahraga 370- Pendidikan 376- Pendidikan dan Penyuluhan
800 Kesusastraan 380- Perdagangan, Wanita 371.5 Disiplin
900 Sejarah dan komunikasi, 377- Sekolah dan Sekolah
geografi Transportasi Agama 371.6 Sarana Fisik
390- Adat Istiadat, 378- Pendidikan 371.7 Kesehatan
Etiket, Cerita Rakyat Tinggi dan Keselamatan
379- Pendidikan Sekolah
Negara 371.8 Siswa
371.9Pendidikan
Khusus

2. Prinsip dasar susunan umum-khusus


Dari contoh-contoh kelas utama, divisi, seleksi, serta sub-seleksi di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa semakin khusus suatu objek, semakin panjang
notasi, karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya. Pembagian
tersebut berlangsung dari umum ke khusus.
3. Prinsip dasar disiplin
Pada prinsip ini, menyatakan bahwa Penyususnan dan pembagian DCC
terutama didasarkan pada lapangan spesialisasi ilmu pengetahuan atau disiplin atau
cabang ilmu pengetahuan tertentu, dan bukan pada suatu subyek.
4. Prinsip hierarki
Hierarki adalah susunan suatu sistem klasifikasi dari umum ke khusus. DDC
adalah klasifikasi yang hierarki baik dalam notasi maupun dalam relasi antar
disiplin dan relasi antar subyek.
Pembahasan terakhir dalam makalah ini yaitu tentang cara mengklsifikasi buku.
Mengklasifikasikan buku merupakan langkah yang penting dalam pengelolaan
perpustakaan dan bahan pustaka. Penulis memaparkan beberapa langkah yang dapat
ditempuh oleh pustakawan dalam mengklaisfikasi buku-buku perpustakaan secara umum
yaitu sebagai berikut:
1) Menentukan sistem klasifikasi.
2) Menyiapkan bagan klasifikasi.
3) Menyiapkan buku
4) Menentukan subyek buku
Dari semua pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa dalam melakukan
kegiatan klasifikasi bahan pustaka, seorang pustakawan harus memahami terlebih dahulu
sistem yang akan dipakai dalam mengklasifikasi bahan pustaka tersebut serta
memperhatikan langkah-langkah dalam melakukan kalsifikasi sehingga bahan pustaka
dapat tersusun dan tersimpan sesuai degan rapi sesuai dengan subyek yang ada pada buku
tersebut.

2. Katalogisasi Bahan Pustaka ( Kelompok 2 )


Mengutip pernyataan Menurut Darmanto (2020: 53) menyatakan bahwa katalogisasi
merupakan kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan-bahan pustaka,
seperti buku, majalah, CD dan film mikro menurut standar atau peraturan tertentu. Hasil
mengkatalogkan dapat berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog
atau yang dimuat dalam data komputer. Adapun 5 fungsi dari katalogisasi yang penulis
sampaikan menurut Sulistyo dan Basuki dalam (Piliang, 2017: 3) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat pengumpul atau “assembling list” yaitu fungsi mencatat, mendafatar
atau mengumpulkan setiap koleksi yang ada di perpustakaan.
b. Sebagai alat pencari atau “finding list” yaitu untuk membimbing pemakai dalam
mencari dan menemukan koleksi yang dicari.
c. Sumber yang memberikan alternatif pilihan karya.
d. Memberikan petunjuk dimana buku disusun dalam rak.
e. Sumber penyusunan bibliografis.
Selanjutnya, dijelaskan pula macam-macam katalog yang merujuk pada
pernyataan menurut Wardoyo (2016: 9) yang menyatakan bahwa katalog perpustakaan
memiliki bentuk fisik yang bermacam-macam. Keberagaman bentuk fisik katalog
didasari dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi yang ada. Berikut
merupakan beberapa macam katalog:
1. Katalog kartu; yaitu katalogiasi yang menggunakan kartu berukuran 7.5 x 12.5
cm. Di bagian tengah bawah kartu diberi lubang agar dapat dilewati kawat
sebagai penekan dan pengaman kartu, katalog kartu disusun secara sistematis
pada laci katalog, sehingga tidak mudah dicabut.
2. Katalog berkas; merupakan katalog yang terdiri dari beberapa lembar kertas
berupa kertas A4/HVS, dijadikan satu, diikat dan dimasukkan dalam ordner,
dibuat dalam kertas berukuran 20 x 10 cm dan satu jilidnya berisi 50 buah
kertas.
3. Katalog kertas; merupakan katalog berbentuk buku yang dicetak sesuai
dengan kebutuhan untuk nantinya disebarkan dan digunakan.
4. Katalog COM (Computer Output Microform); merupakan katalog dengan
penggunaan alat khusus yaitu microreader. Dengan katalog ini, rekaman
bibliografi bahan pustaka dibuat Degnan microfilm.
5. Katalog computer terpasang (Online Public Access Catalogue); yaitu bentuk
katalog terbaru dengan menggunakan program aplikasi seperti CDS/ISIS,
Inmagic, VTLS, Dynix, Tinlib, dan lain-lain. Pada katalog ini, data cantuman
bibliografi dan koleksi perpustakaan ditampilkan melalui terminal komputer.
Perpustakaan yang menggunakan katalog ini berkembang menjadi
perpustakaan digital.
6. Katalog CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory); merupakan sebuah
katalog yang dikemas dalam bentuk CD dan dioperasikan menggunaka
komputer.
Adapun penjelasan selanjutnya yaitu cara membuat katalog yang merujuk pada
pendapat menurut Dachliyani (2019: 31-33) yang dapat dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah di bawah ini:
1. Perhatikan buku yang akan dibuat katalog.
2. Tentukan tajuk entri utamanya, apakah buku tersebut karya satu, dua atau tiga
orang pengarang.
3. Jika ada satu orang pengarang maka Tajuk Entri Utama pada nama pengarang
tersebut.
4. Jika buku karya 2 atau 3 orang pengarang maka Tajuk Entri Utama pada
pengarang yang pertama kali disebut dalam buku tersebut.
5. Jika buku tidak ada nama pengarang aslinya karena buku tersebut karya editor,
karya penyunting, karya penerjemah, maka Tajuk Entri Utama pada judul
buku tersebut.
6. Jika buku membicarakan tentang suatu lembaga, seperti contohnya anggaran
dasar lembaga tersebut, maka Tajuk Entri Utama pada nama lembaga tersebut.
7. Jika buku berupa undang-undang, peraturan, instruksi dll. Maka Tajuk Entri
Utama menggunakan judul seragam.
8. Setelah menentukan Tajuk Entri Utama, maka selanjutnya yaitu tentukan judul
buku tersebut, lima ketukan dari Tajuk Entri Utama.
9. Judul ditulis apa adanya, huruf kapital ditulis hanya huruf pertama pada judul,
jika ada nama orang, ada nama geografis.
10. Jika buku tersebut terdiri dari dua bahasa, yaitu lembar kiri dalam bahasa
Indonesia, lembar kanan dalam bahasa asing maka buku tersebut merupakan
buku dengan judul paralel, sehingga judul yang pertama ditulis adalah judul
dalam bahasa asing diikuti tanda baca sama dengan ( = ) kemudian judul
dalam bahasa Indonesia.
11. Jika buku ada anak judulnya maka setelah judul pokok diberi tanda titik dua
( : ) dilanjutkan dengan anak judul.
12. Selanjutnya beri tanda baca titik, tanda baca sambung dua kali ( . - - )
cantumkan no, edisi, dan cetakan buku tersebut jika ada.
13. Untuk masuk ke daerah impresum (kepenerbitan) beri tanda baca titik dan
tanda sambung dua kali (. - - ), kota terbit beri tanda baca titik dua ( : ) ,
penerbit beri tanda koma ( , ), tahun terbit beri tanda titik ( . ).
14. Untuk daerah kolasi masuk lima ketukan dari Tajuk Entri Utama, yang
pertama harus dicantumkan halaman terakhir romawi jika ada beri tanda koma
( , ) dilanjut jumlah halaman buku tersebut beri tanda titik dan titik dua ( . : )
jika ada ilustrasi (gambar, foto, bagan, kurva, grafik, dll, yang berfungsi
memperjelas isi buku) beri tanda titik dan titik koma ( . ; ) tinggi buku beri
tanda baca titik dan tanda sambung dua kali ( . - - ) cantumkan judul seri jika
ada.
15. Jika bahan perpustakaan ada bahan penyerta lain seperti kaset, CD, peta dan
ada halaman lampiran dengan menggunakan halaman baru maka beri tanda
baca tambah ( + ) setelah tinggi buku.
16. Untuk daerah catatan, masuk lima ketukan dari Tajuk Entri Utama. Hal-hal
yang harus dicantumkan dalam daerah catatan diantaranya yaitu jika ada judul
asli, buku hasil kerja sama, bibliografi (biasanya di dalam buku ditulis: daftar
buku, daftar bacaan, daftar referensi, daftar acuan, dll).
17. Jika tidak ada daftar pustaka dll, tetapi ada catatan kaki maka di daerah
catatan ditulis termasuk bibliografi (tanpa jumlah halaman).
18. Jika halaman lampiran menyatu dengan isi halaman buku maka di daerah
catatan dicantumkan termasuk lampiran (tanpa jumlah halaman).
19. Selanjutnya cantumkan Indeks (jika ada tanpa jumlah halaman).
20. Cantumkan nomor ISBN (jika ada).
21. Masih diketukan ke lima dari Tajuk Entri Utama, cantumkan subjek buku
(huruf capital semua) diawali dengan nomor Arab (1, 2, 3).
22. Selanjutnya tentukan Tajuk Entri Tambahan di daerah jejakan, diawali
dengan huruf romawi (seperti: judul, pengarang II, pengarang III, editor,
penyunting, penterjemah, dan judul seri) semua itu jika ada.
23. Selesai sudah membuat katalog buku, selanjutnya menentukan subjek dan
notasi klasifikasi.

Adapun macam-macam penyusunan katalog kartu yang dibagi dalam 2 macam


diantaranya yaitu:

1. Katalog berabjad (kamus): kartu pengarang, judul, dan kartu subjek disusun
secara berabjad.
2. Susunan menurut nomor klasifikasi: kartu pengarang, judul, dan kartu subjek
disusun menurut nomor klasifikasi.

Katalog tersusun menjadi 3 hal, diantaranya yaitu:

1. Katalog pengarang; Katalog pengarang digunakan jika buku yang akan kita
cari hanya diketahui nama pengarangnya.
Contoh Katalog Pengarang

190

HAR HARDONO Hadi, P

j Jati diri manusia berdasarkan filsafat organisme white head/ P.


Hardono Hadi.- cet. 7. -Yogyakarta : Kanisius,

2002. 219 hlm. ; 21 cm. - (Pustaka Filsafat)

Bibliografi : hlm. 213-215

Indeks

ISBN : 979-497-674-1

1. FILSAFAT MODERN I. Judul

II. Seri

2. Katalog Judul; Katalog judul digunakan jika kita hanya mengetahui judul bukunya saja
dari buku yang ingin dicari
Contoh katalog judul

Jati Diri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme White Head

11 190
HAR HARDONO Hadi, P

j Jati diri manusia berdasarkan filsafat organisme white head/ P. Hardono


Hadi.- cet. 7. -Yogyakarta : Kanisius,

2002. 219 hlm. ; 21 cm. - (Pustaka Filsafat)

Bibliografi : hlm. 213-215

Indeks

ISBN : 979-497-674-1

1. FILSAFAT MODERN I. Judul

II. Seri

3. Katalog subjek; digunakan untuk mengetahui berbagai buku yang membahas subjek yang
sama.
Contoh katalog subjek

FILSAFAT MODERN
19 190

HAR HARDONO Hadi, P

j Jati diri manusia berdasarkan filsafat organisme white head/ P. Hardono


Hadi.- cet. 7. -Yogyakarta : Kanisius,
2002. 219 hlm. ; 21 cm. - (Pustaka Filsafat)

Bibliografi : hlm. 213-215

Indeks

ISBN : 979-497-674-1

1. FILSAFAT MODERN I. Judul

II. Seri

Dari semua penjelasan di atas, maka dapat kita pahami bahwa kegiatan
katalogisasi merupakan kegaiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan-
bahan pustaka, seperti buku, majalah, CD dan film mikro menurut standar atau
peraturan tertentu. Katalogisasi memiliki beberapa fungsi yang intinya kegiatan ini
dilakukan untuk mempermudah para pustakawan maupun para pengunjung
perpustakaan dalam menemukan buku yang dicari. Katalog juga memiliki beberapa
macam yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan perpustakaan.

3. Pengaturan dan pemeliharaan buku-buku ( Kelompok 3 )


Dalam makalah ini dijelaskan bahwa pengaturan buku-buku perpustakaan sekolah
berarti penyusunan dan penyimpanan buku perpustakaan sekolah dengan sebaik mungkin
sehingga memudahkan pengambilan dan pengembaliannya, sehingga bukupun dapat
terpelihara dengan baik. Adapun tahapan-tahapan dalam penyusunan buku-buku
perpustakaan yaitu sebagai berikut:
1. Label Buku atau Call Number (Nomor Panggil); yaitu suatu kode nyang dibuat untuk
suatu bahan pustaka agar bahan pustaka tersebut dapat dengan mudah dikenali,
disusun dalam jajaran katalog atau dalam rak, dan mudah ditelusuri kembali. Dalam
nomor panggil biasanya terdiri dari nomor klasifikasi bahan pustaka, nama pengarang,
dan judul.
Contoh kartu katalog yang dilengkapi dengan nomor panggilan:

Nomor panggil

633.18-155
BADBADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PERTANIAN
pPascapanen padi : materi latihan petugas/kursus kontak tani/Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian
.—Jakarta : BPLP, 1993. iv, 86 p. : ill.; 21 cm

838/D/94 633.18-155

Rice 2. Harvesting - Food crops


Judul

Kartu katalog atau yang disebut juga sebagai label punggung buku digunakan
sebagai tanda yang diletakan pada bahan pustaka sebagai pertanda kepemilikan, atau
sebagai titik lokasi bahan pustaka. Suaida Marsah (2000: 10). Label punggung buku
ditempelkan pada bagian luar kulit/sampul buku, biasanya di sebelah bawah.
Penempelan label berada lima sentimeter dari bagian terbawah buku. Untuk buku-
buku yang lebih tipis, label dapat ditempelkan pada sampul/halaman pertama buku
yang bersangkutan. Untuk koleksi non buku, label dapat ditempelkan pada bagian
sampul atau wadah penyimpannya sepanjang tidak mengganggu isi yang terkandung
di dalamnya. Dalam pembuatan label buku, ada beberapa jenis label yang dapat
digunakan yaitu kertas perekat dan kertas HVS.
2. Kartu Buku dan Kantung Buku
Perpustakaan BINA MUTIARA :
Kartu buku berukuran ¼ folio, dibuat dari atas kertas manila berwarna atau
Call No. 631.55
kertas putih. Kartu ini berisi nomor inventaris, nama pengarang buku, judul buku,
Pengarang : Badan Pendidikan & Latihan
sandi pustaka dan tanggal pengembalian.
Pertanian

Contoh
Judul : Pasca paben kartu buku:
padi : materi latihan ... Bogor : BPLP, 1993

No. Induk :
Peminjam Tanggal Ket.
Kembali
Merujuk pada jurnal Rusmono Dody dan Santika S (2011: 56) yang
memaparkan bahwa kantung buku dibuat dari kertas HVS dalam bentuk segitiga
mamupun segi empat yang berfungsi sebagai tempat kartu buku dan ditulisi sandi
pustaka maupun nomor inventaris.
Contoh kantung buku:

3. Slip Tanggal
Sama halnya dengan kartu buku, pada slip tanggal dicantumkan nama, judul,
dan pengarnag buku, kemudian nomor panggil buku, nama peminjam dan lama
Date Slip
peminjaman/ tanggal kembali.
Perpustakaan BINA
Contoh gambar slip tanggal kembali:
MUTIARA :

Call No. 631.55


BAD P

No. Induk :

Nama Tanggal
Peminjam kembali
Selanjutnya membahas tentang penyusunan buku, dalam penyusunan buku ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Pengaturan buku; 2. Pengaturan majalah;
dan 3. Pengaturan surat kabar. Dalam sejarah perpustakaan sistem penyusunan buku
dalam rak dilakukan berdasarkan klasifikasi yaitu:
1. Berdasarkan bentuk fisik buku (besar, kecil, tinggi dan rendah buku).

2. Berdasarkan warna kulit buku (warna merah,hijau, biru, dan sebagainya)


3. Berdasarkan nama pengarang buku yang disusun secara alpabets (A-Z)

4. Berdasrkan penerbit yang disusun secara alpabets nama penerbit (A-Z)


5. Berdasarkan subyek buku yang disusun secara alpabets subyek atau pokok
bahasan isi buku.

Pembahasan selanjutnya yang tertuang dalam makalah ini yaitu mengenai


pemeliharaan buku-buku Pemeliharaan bahan pustaka merupakan kegiatan yang
mencakup segala usaha pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan kerusakan
buku atau dengan kata lain menyelamatkan buku dari unsur-unsur yang rusak.
Pemeliharaan ini bertujuan untuk menyelamatkan nilai-nilai informasi yang
terkandung dalam bahan pustaka atau dokumen. Menurut Ratnasari, dkk (2019: 47).
Selain daripada itu, dengan adanya pemeliharaan yang baik pada bahan pustaka
diharapkan bahan pustaka tersebut awet dan tidak cepat rusak. Adapun fungsi dan
manfaat dari pemeliharaan bahan pustaka yang masih merujuk pada jurnal menurut
Ratnasari, dkk (2019: 47) yaitu: a) Fungsi perlindungan; b) Fungsi pemeliharaan; c)
Fungsi kesehatan; d) Fungsi Pendidikan; e) Fungsi sosial; dan f) Fungsi keindahan.
Manfaat dilakukannya pemeliharaan bahan pustaka yaitu: a) memelihara bahan
pustaka; b) mengolah perlengkapan perpustakaan; c) melestarikan bahan pustaka; d)
melindungi bahan pustaka dari penyebab kerusakan; dan e) memperbaiki buku-buku
yang tidak teratur pada tempatnya. Upaya dalam pemeliharaan bahan pustaka dapat
dilakukan dnegan menjaga kebersihan ruangan perpustakaan itu sendiri, lemari, rak,
dan buku bebas dari debu. Mengadakan larangan merokok, makan dan minum di
dalam perpustakaan.

Selanjutnya, dalam makalah ini dijelaskan pula faktor penyebab kerusakan


buku-buku yang dapat disebabkan oleh beberapa hal yang mengutip dari pendapat
Salamah, Ummu ( 2015: 197-198) yakni:

1. Kerusakan oleh alam dan lingkungan; Faktor alam atau lingkungan yang dapat
merusak bahan pustaka ini diantaranya cahaya, udara, air, api dan bencana alam.
2. Kerusakan oleh manusia; Sikap manusia yang dapat merusak bahan pustaka
diantaranya yaitu seperti merobek bagian halaman buku, mencorat coret buku
yang dibaca, melipat halaman buku, menekuk buku di dalam tas, dan menggulung
buku.
3. Kerusakan oleh binatang; Binatang yang sering menyebabkan kerusakan pada
bahan pustaka diantaranya yaitu binatang pengerat dan serangga. Bahan pustaka
terdiri dari kertas dan perekat yang kedua sumber tersebut merupakan sumber dari
makanan bagi binatang tersebut. jamur juga dapat merusak bahan pustaka oleh
karena itu bahan pustaka perlu dipelihara dan dirawat agar tidak habis oleh
binatang tersebut.

Apabila sudah terjadi kerusakan pada bahan pustaka, maka terdapat beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan pada bahan pustaka yang
rusak. Ada beberapa cara atau teknik dalam memperbaiki bahan pustaka, tergantung
pada kondisi bahan pustaka yang akan diperbaiki, misalnya seperti menambal,
laminasi, dan penjilidan.

4. Pelayanan Membaca (Kelompok 4)


Menurut Depdikbud (1996:43) Pelayanan perpustakaan adalah seluruh kegiatan
penyampaian bantuan kepada pemakai melalui berbagai fasilitas, aturan dan tata cara
tertentu pada sebuah perpustakaan, agar seluruh koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Pelayanan membaca berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
pengguna atau pengunjung perpustakaan yang berkaitan dengan informasi yang
dibutuhkan. Merujuk pada pernyataan Karmadi Martoatmojo, dalam bukunya “Pelayanan
Bahan Pustaka” terdapat dua macam layanan yaitu: a) Layanan Teknis, yaitu layanan
dalam mempersiapkan dan penyediaan bahan pustaka yang memadai; b) Layanan
Pembaca Perpustakaan, yaitu memberikan jasa layanan perpustakaan kepada pembaca
baik kepada anggota perpustakaan maupun kepada pengunjung perpustakaan; c) Jam
Layanan Perpustakaan, yaitu pengadaan jadwal tertentu yang berisi informasi waktu
buka, istirahat dan waktu tutup perpustakaan sehingga pemustaka bisa menyesuaikan
waktu pada saat berkunjung ke perpustakaan; d) Fasilitas Layanan Ruang Baca, yaitu
penyediaan fasilitas yang memadai sehingga pemustaka akan betah belajar di
perpustakaan. Fasilitas yang dapat disediakan diantaranya seperti menyediakan koleksi-
koleksi bahan pustaka sesuai kebutuhan, disediakan juga meja belajar, kursi, kipas
angina, ruangan ber AC, serta ambal untuk duduk lesehan.
Selain melayani para pembaca di perpustakaan, terdapat pula pelayanan sirkulasi
yang berarti suatu kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan,
peminjaman, pengembalian serta penyelesaian administrasinya. Adapun tujuan dari
pelayanan ini adalah memperlancar dan mempermudah proses peminjaman koleksi untuk
dibawa pulang. Dalam melakukan pelayanan ini, ada 7 pekerjaan yang harus dilakukan
oleh pustakawan diantaranya yaitu:
1. Membuat daftar peminjam, yang bertujuan untuk mengetahui identitas peminjam.
2. Membuat prosedur peminjaman.
3. Melakukan pemungutan denda apabila ada peminjam yang melanggar prosedur
peminjaman.
4. Melakukan pengawasan pada buku-buku tandon, yaitu buku-buku yang koleksinya
terbatas sehingga buku tersebut tidak boleh dipinjamkan untuk dibawa pulang.
5. Menentukan waktu peminjaman.
6. Membuat data statistik peminjaman.
7. Melakukan pinjaman antar perpustakaan.
Dalam melakukan peminjaman dan pengembalian buku, terdapat 7 sistem yang
menggolongkan peminjaman koleksi perpustakaan yaitu sebagai berikut:
1. Sistem ledger, yaitu sistem pinjaman yang menggunakan buku khusus, setiap halaman
diperuntukkan satu nama peminjam.
2. Sistem dummy, yaitu sistem yang menggunakan karton atau papan kayu yang
dibungkus kertas yang ukurannya sama dengan buku, kemudian ditulis lengkap data
buku. Pada saat dipinjam, ditulis nama peminjam dan kapan buku kembali. Karton
diletakkan di rak tempat buku yang dipinjam.
3. Sistem slip, sistem ini menggunakan slip yang berisi data tentang pinjaman dan data
yang berisi catatan buku yang dipinjam. Buku dicatat data bukunya dalam slip buku,
kemudian slip buku disimpan dalam meja peminjam.
4. Sistem kartu buku, sistem ini menggunakan kartu buku dan ditempatkan pada setiap
buku dan kartu keanggotaan atau kartu peminjaman, agar buku yang dipinjam dapat
sekaligus terlihat.
5. Sistem Browne, sistem ini menggunakan tiket pembaca berbentuk kantong. Untuk itu
diperlukan kartu buku yang berisi nomor panggil, nomor induks buku, pengarang,
judul, edisi, dan tahun terbit.bila peminjam ingin meminjam, petugas mencabut kartu
buku dari kantong, kemudian dimasukkan ke tiket pembaca. Tanggal harus
dikembalikan ditulis dislip tanggal kembali. Kantong buku kemudian disusun menurut
tanggal tanggal kembali. Bila anggota mengmbalikan buku, lokasi kartu buku dicari
berdasarkan tanggal pada slip tanggal kembali, serta rincian identifikasi buku yang
lain. Tiket buku kemudian dikembalikan pada anggota, sedangkan kartu buku
dimasukkan kembali ke kantong kartu buku.
6. Sistem Network, sistem ini menggunakan beberapa peralatan, seperti kartu peminjam,
kartu buku, dan slip tanggal kembali.
7. Sistem otomasisasi, sistem ini menggunakan perangkat teknologi modern, yang lebih
dikenal sistem terotomasisasi terintegrasi.
Dalam melakukan pelayanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka, terdapat
beberapa langkah yang harus di tempuh yaitu:
a. Proses peminjaman buku
b. Proses pengembalian buku

c. Proses pengajuan buku


d. Proses penerimaan buku

Selanjutnya, dalam makalah ini, penulis menjelaskan tentang statistik


perpustakaan yang terdiri dari statistik pengunjung, pelaporan perpustakaan, dan
unsur-unsur yang harus dilaporkan.
1. Statistik Pengunjung
Yaitu berupa data yang mempresentasekan jumlah pengunjung yang datang ke
perpustakaan. Pembuatan statistik peprustakaan merupakan tugas perpustakaan yang
cukup penting karena tolak ukur kemajuan peprustakaan dapat dilihat dari statistik
perpustakaan. Statistik ini memuat informasi kualitatif dari aktivitas perpustakaan,
misalnya jumlah pengunjung peprustakaan per tahun, jumlah tambahan koleksi per
tiga bulanan dan sebagainya. Data dapat dituaangkan dalam bentuk diagram
contohnya seperti diagram batang seperti Contoh di bawah ini

Statistik Pengunjung Perpustakaan Nasional

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Statistik Pengunjung Perpustakaan Nasional

Jika pustakawan ingin menghitung rata-ratanya dapat menggunakan rumus


sebagai berikut:

2. Pelaporan Perpustakaan
Pelaporan perpustakaan berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan
kegiatan peprustakaan dan gambaran kemajuan peprustakaan. Laporan
perpustakaan dapat diambil dari data statistik perpustakaan, yang meliputi
statistik bahan pustaka, statistik anggota, statistik pengunjung, layanan
perpustakaan, dan sebagainya. Statistik peprustakaan dapat disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan diagram.
3. Unsur-unsur yang harus dilaporkan
Dalam statistik perpustakaan, unsur-unsur yang harus dilaporkan diantaranya
yaitu: a) pengadaan bahan pustaka; b) pengolahan bahan pustaka; c)
keanggotaan perpustakaan; d) koleksi yang dipinjam; e) layanan referensi; dan
f) jasa reproduksi.
Pembahasan selanjutnya yaitu pelayanan referensi. Pelayanan referensi
merupakan bagian dari layanan perpustakaan yang tugasnya menginterpretasikan
seluruh koleksi perpustakaan untuk kepentingan pemakainya. Pelayanan referensi
perpustakaan merupakan layanan di perpustakaan yang secara langsung
berhubungan dengan pembaca, dengan pelayanan ini pemakai dibantu untuk
menemukan informasi dengan cepat dan juga menelusuri informasi dengan lebih
spesifik. Tujuan layanan referensi ini yaitu membantu pemustaka menemukan
informasi dengan cepat dan tepat, menelusur informasi dengan pilihan yang lebih
luas, dan memungkinkan pemakai menggunakan koleksi rujukan dengan lebih
tepat guna. Adapun pelayanan pemberian bimbingan belajar yang merupakan
usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan bimbingan belajar membaca
peserta didik melalui perpustakaan yang dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Menyediakan bahan pustaka yang menarik
2. Menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan dengan
penataan ruang yang bagus dan pelayanan yang ramah.
3. Membuat promosi
4. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi di
perpustakaan
5. Menyediakan waktu khusus untuk berkunjung ke perpustakaan

Selanjutnya ada pelayanan informasi, yaitu memberikan informasi kepada


pengguna perpustakaan sehingga memungkinkan pengguna mengikuti pengembangan
informasi terbaru yang dibutuhkan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing secara
teratur. Layanan yang diberikan yaitu: a) penyebaran daftar perolehan bahan pustaka
baru; b) penerbitan bibliografi secara berkala atau atas permintaan; c) penerbitan
bulletin sari karangan indeks; d) jasa penyebaran informasi terseleksi; dan e) jasa
penyusunan paket informasi secara berkala atau atas permintaan.
Pembahasan terakhirdalam makalah kelompok 4 ini yaitu tentang tata tertib
perpustakaan. Peraturan dan tata tertib pemakaian atau penggunaan perpustakaan
dibuat untuk mengatur kegiatan pelayanan perpustakaan agar berjalan dengan lancar
(Yusuf, Suhendar., 2014: 85).
Contoh tata tertib perpustakaan

5. Ruang dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah ( Kelompok 5 )


Secara ideal luas ruangan perpustakaan sekolah, termasuk perpustakaan sekolah dasar
telah diberikan standar oleh Perpustakaan Nasional RI, yaitu dihitung 3M2 untuk setiap
siswa, selanjutnya dikalikan 10,5% dari populasi siswa sekolah yang bersangkutan.
Sebagai contoh: sekolah dasar A memiliki siswa sebanyak 360 orang siswa. Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka luas ruangan perpustakaan yang disediakan oleh sekolah dasar
A tersebut yaitu: 3 M2 x 360 orang x 10.5% = 113,4 m2, di bulatkan menjadi 113 m2. Atas
dasar perhitungan seperti itu, maka ruangan perpustakaan sekolah dasar bisa di tentukan
sebagaimana tabel di bawah ini.
No Jumlah Siswa Luas ruangan perpustakaan
1 360 - 480 orang 113 m2 – 151 m2
2 180 - 359 orang 57 m2 – 113 m2
3 91 - 179 orang 30 m2 – 57 m2

Dalam pengadaan ruang perpustakaan di sekolah dasar, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Tata Ruang
Adapun Contoh denah ruangan perpustakaan di bawah ini:

Keterangan denah:
1. Pintu masuk
2. Meja dan kursi peminjaman
3. Meja dan kursi petugas
4. Lemari katalog
5-9. Rak buku
10-11. Meja baca/ belajar
12. Meja kerja petugas berukuran besar
13. Rak penyimpanan alat peraga pendidikan
14. Meja media pendidikan
2. Dekorasi
Dekorasi yang harus diperhatikan diantaranya yaitu seperti warna cat, konsep
dekorasi, lukisan dinding yang bagus, penempatan globe, dan hiasan lain yang dapat
menambah nilai artistic ruangan perpuatakaan.
3. Penerangan dan Ventilasi
Sama halnya dengan dekorasi, penerangan ruangan perpustakaan sekolah
dasar juga memberikan pengaruh psikologis kepada para pengguna perpustakaan.
Oleh karena itu, setiap ruangan memerlukan Teknik penerangan yang berbeda-beda.
Untuk ruang kerja petugas perpustakaan misalnya, tentunya membutuhkan
penerangan yang sesuai dengan tugas yang harus dikerjakan di ruang itu. Kemudian
untuk ruang baca tentu membutuhkan penerangan yang lebih terang. Sedangkan untuk
ruang koleksi bahan Pustaka tidak membutuhkan penerangan yang terlalu terang,
karena bila terlalu terang bisa merusak jenis koleksi bahan Pustaka, terutama koleksi
berjenis cetakan seperti buku dan majalah.
Selain ruangan, peralatan dan perlengkapan perpustakaan sekolah juga penting untuk
diperhatikan. Mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dalam
Suhendar (2014 :23) jenis perabotan yang perlu di sediakan oleh perpustakaan sekolah
dasar ada 11 jenis perabotan, yaitu: rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca,
kursi baca, kursi kerja, meja kerja/sirkulasi, lemari katalog, papan pengumunan, meja
multimedia, dan tempat penitipan barang. Peralatan perpustakaan termasuk didalamnya
barang-barang yang diperlukan secara langsung untuk mengerjakan tugas atau kegiatan
di perpustakaan seperti buku pedoman perpustakaan, buku klasifikasi, kartu katalog,
buku induk, kantong buku, stempel inventaris, mesin ketik (komputer), alat tulis kantor,
selotip, lem dan lain sebagainya. Umumnya, peralatan yang terdapat pada sebuah kantor
(termasuk di perpustakaan) dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu yang bersifat habis
pakai dan yang bersifat tahan lama. Peralatan yang habis pakai maksudnya adalah
peralatan yang relatif cepat habis misalnya pensil, kertas tik, formulir pendaftaran
anggota perpustakaan, dan kertas untuk membuat kantong buku. Jenis peralatan ini
biasanya dibeli hampir setiap tahun. Menurut Darmono (2001) dalam Mutia Fitri (2011:
5) terdapat beberapa perlengkapan pokok (umum) yang dibutuhkan sebuah perpustakaan
antara lain:
1) Rak atau lemari buku
2) Rak surat kabar
3) Rak majalah
4) Meja dan kursi baca
5) Meja dan kursi kerja
6) Meja sirkulasi
7) Lemari arsip
8) Lemari multimedia
9) Laci penitipan tas atau locker
10) Lemari katalog
11) Kereta buku
12) Papan display
Selanjutnya, dalam pengadaan ruang perpustakaan, tata ruang pun tak kalah penting
untuk diperhatikan. Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan
perlu mempertimbangkan berbagai aspek. Hal ini bertujuan untuk dapat memikat
perhatian pemustaka agar mau datang ke perpustakaan, dan salah satu cara yang bisa
dilakukan oleh petugas perpustakaan adalah dengan cara penataan ruangan perpustakaan
supaya lebih menarik dan fungsional, sehingga nantinya akan menarik minat peserta didik
untuk membaca di perpustkaan khususnnya perpustakaan yang ada di sekolah. Penataan
ruang dapat dimulai dari menata ruang petugas, menata ruang dan kursi belajar, lalu
menata ruang perpustakaan sekolah.
Contoh penataan ruang kerja petugas Contoh penataan ruang belajar
6. Petugas Perpustakaan Sekolah ( Kelompok 6 )
Merujuk pada pernyataan Menurut Darmono (2007: 267) pengertian petugas
perpustakaan sekolah diidentikan dengan personil atau petugas perpustakaan. Petugas
perpustakaan dapat disebut juga dengan pustakawan, terdapat definisi lain yang
dijelaskan oleh penulis yang menyatakan bahwa Pustakawan adalah seseorang yang telah
diangkat oleh pejabat dengan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjabat serta
melaksanakan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan
baik di lingkungan sekolah maupun di lembaga lainnya. Untuk menjadi seorang
pustakawan sekolah, terdapat kriteria khusus yang harus dimiliki oleh seorang
pustakawan sekolah . Berikut ini sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan
yaitu: a) memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah dan bidang Pendidikan;
b) memiliki minat terhadap penyelenggaraan perpustakaan; c) memiliki sifat ulet dalam
bekerja, tekun dan teliti, juga sikap disiplin yang tinggi; d) terampil dalam mengelola
perpustakaan sekolah; e) memiliki sikap suka membantu orang lain; dan f) memiliki
sikap ramah dan jujur.
Dalam mengelola sebuah perpustakaan, tentu ada pemimpin yang berperan penting
di balik pengelolaan sebuah perpustakaan. pemimpin dalam struktur petugas
perpustakaan disebut sebagai seorang kepala perpustakaan atau dalam lingkup
perpustakaan sekolah disebut dengan guru pustakawan. Mengutip jurnal Menurut
Median Efrina (2017: 16) menyatakan bahwa kepala perpustakaan atau pustakawan
merupakan orang yang ditunjuk untuk memegang tanggungjawab sebagai pengelola,
pengatur dan pemeliharaan perpustakaan serta yang bertugas dalam memastikan bahwa
perpustakaan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat edukasi yang baik.
Departemen Pendidikan Nasional RI (2004) menyebutkan bahwa jabatan pustakawan
hendaknya dipegang oleh seseorang dengan pendidikan paling rendah strata 1 (S1) dalam
bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo), atau S1 bidang studi
lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan, dengan tugas
melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. Terdapat jenjang jabatan
untuk kepala pustakawan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
yaitu sebagai berikut:
1. Pustakawan tingkat terampil, bertugas untuk mengorganisasikan dan
mendayagunakan koleksi bahan pustaka/sumber informasi.
2. Pustakawan tingkat ahli, memiliki tugas untuk mengorganisasikan dan
mendayagunakan koleksi bahan pustaka, pemasyarakatan perpustakaan,
dokumentasi dan informasi.
Selain beberapa tugas umum yang telah disebutkan di atas, terdapat uraian tugas yang
lebih spesifik bagi kepala pustakawan yang terdiri dari beberapa unsur meliputi beberapa
kegiatan diantaranya:
1. Unsur pendidikan; yaitu menempuh Pendidikan formal misalnya S1, S2, atau S3.
2. Unsur pengelolaan perpustakaan; yaitu membuat perencanaan kegiatan
perpustakaan.
3. Unsur pelayanan perpustakaan; yaitu melakukan pelayanan teknis dan pelayanan
pemustaka.
4. Unsur pengembagan sistem kepustakawanan; yaitu melakukan pengkajian
kepustakawanan.
5. Unsur pengembangan profesi; yaitu membuat karya tulis ilmiah bidang
kepustakawanan.
6. Unsur penunjang tugas kepustakawanan; yaitu seperti Mengikuti seminar dan
pertemuan ilmiah dalam bidang kepustakawanan
Adapun fungsi adanya kepala pustakawan yang dikutip Menurut Ibrahim Andi
(2016: 34) yang menyatakan bahwa terdapat 7 fungsi kepala pustakawan yang disebut
POSDCORB yaitu akronim dari Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Staffing (penyusunan personalia), Directing (pengarahan),
Coordinating (koordinasi), Reporting (pelaporan) dan Budgeting (penganggaran) .
Di bawah seorang pemimpin tentu terdapat staff yang membantu pelaksanaan tugas
pemimpin. Dalam dunia perpustakaan sekolah, staff perpustakaan sekolah memiliki
beberapa peran yang didabi berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Bafadal (1991: 178)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa peran staf perpustakaan, diantaranya:
1. Petugas pelayanan teknis atau “processing”.
2. Pelayanan pembaca.
3. Petugas tata usaha
Ketiga peran diatas, selanjutnya diberi tugas yang berbeda yaitu sebagai berikut:
1. Petugas pelayan teknis atau “processing”
1) Membuat perencanaan pengadan bahan pustaka.
2) Mengusulkan bahan pustaka yang telah terpilih kepada kepala sekolah untuk
diadakan.
3) Menyebarkan informasi terbaru mengenai buku baru yang dimiliki
perpustakaan sekolah.
4) Menerima dan memeriksa bahan putaka dari bagian tata usaha untuk diproses
lebih lanjut.
5) Memberikan identitas bahan perpustakaan sebagai milik perpustakaan.
6) Melakukan inventarisasi ke dalam buku induk.
7) Melakukan klasifikasi bahan pustaka yang baru diterima.
8) Menerima subyek bahan pustaka.
9) Membuatkan kartu katalog (jika perpustakaan belum menerima otomasi).
10) Menyelesaikan tahap akhir pengelolaan bahan akhir yaitu: memberi identitas
bahan pustaka, seperti label, nomor panggil buku, lidah buku, dan kartu buku
(untuk perpustakaan yang belum menerapkan otomasi).
11) Melakukan entri data kedalam pengkalan data perpustakaan.
12) Membuat barkode buku.
13) Melakukan pengiriman bahan pustaka yang telah diproses kebagian sirkulasi.
14) Melakukan penyusunan (filling) kertu katalog yang dibuat meliputi katalog
pengerang, judul dan objek.
15) Melakukan pameran (display) buku baru.
16) Membuat statistik tambahan buku baru setiap priode tertentu.
17) Melakukan perawatan koleksi perpustakaan
18) Melakukan perbaikan buku
2. Petugas Pelayanan Pembaca
1) Memberikan layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.
2) Melakukan penagihan koleksi bahan pustaka yang terlambat dikembalikan.
3) Mengembalikan koleksi bahan pustaka yang selesai dipinjam maupun yang
selesai dibaca di tempat kedalam rak.
4) Memberikan besarnya sanksi denda bagi siswa yang terlambat mengembalikan
buku berdasarkan aturan yang berlaku.
5) Menentukan judul buku pengganti terhadap anggota yang menghilangkan
buku dengan melakukan koordinasi dengan bagian tata usaha dan pengolahan.
6) Membuat surat keterangan bebas pinjam bahan pustaka.
7) Memberikan layanan keanggotaan perpustakaan.
8) Menentukan judul buku yang akan diperbaiki untuk dibendel dan
mengirimkan daftar tersebut ke bagian pembedelan dengan tembusan ke
bagian tata usaha.
9) Menerima dan mengecek bahan pustaka baru yang telah selesai diproses dan
selesai diperbaiki untuk dimasukan ke dalam jajaran rak.
10) Memberikan layanan keanggotaan perpustakaan.
11) Menyiapkan dan menyusun statistik sirkulasi.
12) Membantu pembaca melakukan penelusuran informasi.
13) Melakukan layanan rujukan.
14) Melakukan evaluasi tahunan kegiatan bagian layanan sirkulasi.
15) Melakukan pemasaran dan promosi jasa perpustakaan.
16) Melakukan bimbingan pemanfaatan perpustakaan sekolah.
17) Melakukan bimbingan dan pembinaan minat membaca di lingkungan sekolah.
3. Petugas Tata Usaha
1) Menyelesaikan urusan surat menyurat mulai pembuatannya, pengetikannya,
sampai dengan pengirimannya.
2) Menyelesaikan urusan keuangan, yang mencakup pencatatan pemasukan,
pengeluaran dan pertanggung jawaban.
3) Menyelesaikan urusan personalia perpustakaan.
4) Mengelola perlengkapan perpustakaan, yang meliputi pengadaan,
pemeliharaan, penyaluran, investarisasi dan penghapusan.
5) Memelihara bahan-bahan pustaka
6) Menyediakan format/blangko untuk penunjang kegiatan perpustakaan seperti
blangko penagihan bahan pustaka, blangko isian permintaan dan
pencairan/penelusuran informasi.
7) Menyiapkan daftar buku yang akan dibeli/diadakan yang bahannya didapat
dari pistakawan/guru pustakawan/pimpinan perpustakaan/kepala sekolah atau
dari pengguna perpustakaan.
8) Menyiapkan daftar buku yang belum terbeli pada tahun anggaran sebelumnya.
9) Menyelesaikan administrasi langganan surat kabar/ majalah.
10) Melakukan pemeliharaan peralatan perpustakaan.
11) Melakukan pemeliharaan keberhasilan ruang perpustakaan dan lingkungan
sekitar.
12) Membuat laporan secara periodik kegiatan ketatausahaan perpustakaan.
Dalam mengemban tugas profesionalnya sebagai seorang petugas
perpustakaan, para pustakawan tentu harus diberikan pembinaan guna meningkatkan
kemampuan petugas perpustakaan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Pembinaan yang diberikan berupa pembinaan kemampuan dan pembinaan moral
kerja. Pembinaan kemampuan dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya
yaitu: 1) on the job training; 2) konferensi dan seminar; 3) Workshop; 4) Pendidikan
formal; 5) promosi; dan 6) rolling. Sedangkan dalam pembinaan moral kerja, dapat
dilakukan beberapa usaha seperti: 1) memberi gaji atau tunjangan; 2) memberikan
perhatian kepada kondisi kerja petugas perpustakaan; 3) memberikan perhatian
kepada usaha petugas perpustakaan; 4) menghargai prestasi kerja petugas
perpustakaan; 5) Memberi kesempatan kepada petugas perpustakaan sekolah untuk
maju dan berkembang; dan 6) Mengikusertakan petugas perpustakaan sekolah dalam
kegiatan sekolah.

7. Pembinaan dan Pengembangan Minat baca ( Kelompok 7 )


Pembahasan pertama yang dibahas dalam makalah ini yaitu hakikat pembinaan dan
pengembangan itu sendiri. Mengutip pendapat Menurut Yurudik Yahya (2011) definisi
atau pengertian pembinaan adalah suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara
sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri
dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai
aspek cipta , rasa dan karya. Sedangkan hakikat perkembangan penulis mengutip dari
pernyataan Warner, 1969, dalam Moh. Surya yang menyatakan bahwa Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Perkembangan merupakan
suatu proses yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara
sistematik, dan berkesinambungan. Baik pada aspek fisik maupun psikis. Perkembangan
juga berjalan menuju kepada proses perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
(diulang) kembali.
Terdapat tujuh prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991), prinsip-prinsip ini
merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami seorang anak,
ketujuh prinsip ini antara lain: a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar; b) adanya perubahan; c) Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan
selanjutnya; d) pola perkembangan dapat diramalkan; e) terdapat perbedaan individu
dalam perkembangan; dan f) memiliki bahaya yang potensial.
Dalam kaitannya dengan minat baca, perkembangan dan pembinaan harus dilakukan
sejak dini. Artinya, pengembangan minat dan kebiasaan membaca yang baik harus
dimulai sedini mungkin pada masa anak-anak, orang tua, terutama ibu, dan guru-guru.
Pengembangan minat dan kebiasaan membaca harus dimulai dari rumah. Sementara
sekolah berkewajiban untuk membina minat dan kebiasaan membaca yang telah
dikembangkan di rumah. Adapunstrategi yang dapat ditempuh dalam upaya
meningkatkan minat baca yaitu sebagai berikut:
a. Bacakan cerita untuknya,
b. Peluk dan pangkulah anak, serta bacakan buku cerita yang memiliki gambar yang
dia inginkan,
c. Biarkan akan berimajinasi dengan cerita,
d. Jangan menolak jika anak minta dibacakan buku,
e. Jalani rutinitas membaca setiap hari dengan anak, dan
f. Beri anak bermacam-macam buku yang menarik.
Terdapat dua jenis teknik membaca yaitu membaca nyaring dan senyap. Kedua teknik
ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan serta situasi dan kondisi seseorang pada saat
membaca. Dijelaskan pula 14 prinsip membaca diantaranya yaitu:
1) Membaca adalah tindakan kompleks dengan banyak faktor yang harus
dipertimbangkan.
2) Membaca merupakan proses interpretasi terhadap makna dari simbol-simbol yang
tertulis
3) Membaca melibatkan kegiatan mengkonstruksi makna dari passage makna dari
bagian yang tertulis
4) Tidak ada satu cara yang paling tepat untuk mengajarkan membaca
5) Belajar membaca merupakan proses yang berkelanjutan
6) Siswa harus diajari pengenalan kata yang memungkinkan mereka dapat mengenali
pelafalan dan makna kata-kata sulit secara independent
7) Guru harus mendiagnosis kemampuan membaca siswa dan menggunakan hasil
diagnosisi tersebut sebagai dasar untuk merencanakan pengajaran
8) Membaca dan keterampilan berbahasa lainnya sangat berkaitan
9) Membaca merupakan bagian integral dari semua area isi pengajaran dalam program
pendidikan
10) Siswa perlu untuk mengetahui mengapa membaca itu penting
11) Kesenangan membaca harus dianggap sebagai hal yang penting
12) Kesiapan membaca harus dipertimbnagkan dalam semua level pembelajaran
13) Membaca harus diajarkan melalui cara yang menngarahkan siswa untuk mengalami
kesuksesan
14) Pentingnya dorongan untuk mengarahkan dan memantau diri dalam proses membaca
Selanjutnya penulis memaparkan penjelasan tentang kesiapan membaca. Seperti
yang kita tahu bahwa tahap awal kesiapan seseorang dalam membaca dimulai dimulai
saat anak dilahirkan dan biasanya berlangsung sampai anak berusia sekitar enam atau
tujuh tahun. Menurut Firdani & APE (2009: 67) kesiapan membaca anak dapat terlihat
dari beberapa kemampuan anak, yaitu meliputi:
1. mendengar dan membedakan bunyi bahasa;
2. memahami konsep tulisan;
3. memberi arti pada bacaan; dan
4. memahami dan menginterpretasi tulisan sederhana dan sebagainya.
Namun, untuk mempersiapkan anak dalam proses membaca, perlu usaha untuk
menumbuhkan rasa senang membaca pada anak. Berikut ini merupakan beberapa tips
bagi orang tua untuk memfasilitasi anak agar senang membaca, di antaranya (Firdani &
APE, 2009: 78):
1. menjadikan kegiatan membaca sebagai hobi yang menyenangkan bagi anak. Misalnya
dengan mencari buku bacaan atau majalah yang menarik dan membacanya bersama,
membacakan anak tulisan di kotak makanan atau minuman anak, label atau petunjuk
di jalan, dan sebagainya;
2. membaca pusisi atau sajak bersama dengan anak. saat membaca, orang tua dapat
membantu anak dengan menunjuk bacaan, menggerakkan jari dari arah yang tepat;
3. menyimak saat anak belajar membaca;
4. mengajak anak secara rutin mengunjungi toko buku atau perpustakaan;
5. menjadikan buku sebagai alternatif hadiah yang istimewa di saat-saat tertentu;
6. menyediakan buku, majalah, dan kertas di rumah agar bisa diakses dengan mudah
oleh anak;
7. memotivasi anak belajar membaca dan menuliskan apa yang telah dibaca.

Anda mungkin juga menyukai