Anda di halaman 1dari 5

Nama : Saniyya Hayu Rahmadita

Prodi : D3 Perpustakaan A
NIM : V1020073
Dosen Pengampu : Rr.Indriyanti Kurniasih,S.Hum,M.IP

UAS KLAFIKASI DAN TAJUK SUBJEK


Pertanyaan :
1. Klasifikasi adalah.......
Pengklasifikasian di perpustakaan salah satunya mempergunakan DDC, Indonesia
mempergunakan sistem DDC sebagai sistem klasifikasi terpakai di Indonesia. Apa
pertimbangan perpusnas memilih sistem klasifikasi DDC sebagai sistem klasifikasi
terpakai di indonesia?
2. Ada berapa tabel pembantu dalam pengklasifikasian DDC?
jelaskan fungsi dari masing-masing tabel pembantu tersebut!
3. Jelaskan secara ringkas prinsip umum pengklasifikasian!
4. No kelas dan notasi apa saja yang biasanya di adaptasi dan dilakukan perluasan untuk
DDC Indonesia?
5. Buatlah dalam bentuk bagan! Bagaimana urutan/ cara melakukan pemilihan no klasikasi
sampai dengan pembentukan no klasifikasi sebuah koleksi perpustakaan
Jawaban :
1. Klasifikasi adalah penglompokan dari ciri fisik,warna,ciri isi dan lain-lain dengan
menggunakan system tertentu sehingga akan memudahakan pencarian dan penempatan
Kembali koleksi Pustaka di rak buku.
Perpustakaan-perpustakaan di Indonesia pada umumnya menggunakan DDC terutama
untuk perpustakaan umum. Sistem klasifikasi DDC digunakan untuk pihak internal,
kerjasama antar perpustakaan. Pada awalnya DDC digunakan sejak berdirinya
Perpustakaan BPPT sampai pada tahun 1982, dan pada tahun 1983 selanjutnya diubah
menjadi sistem klasifikasi NTIS. Namun pada kenyataannya sistem DDC mulai digunakan
kembali dari tahun 2010 sampai sekarang, tetapi DDC hanya digunakan sebagai penerusan
dari sistem terdahulu, dan yang dipakai untuk penelusuran melalui OPAC dan label,
termasuk katalog juga sistem klasifikasi NTIS.
Penggunaan kedua sistem klasifikasi tersebut memang berbeda. Sistem klasifikasi NTIS
digunakan untuk penelususran melalui OPAC serta penggunaan label buku, sedangkan
untuk DDC digunakan kembali karena alasan untuk kerjasama perpustakaan yaitu
pertukaran data koleksi.
2. Tabel-tabel dalam pengklasifikasian DDC ada 6 tabel pembatu

➢ Subdivisi standar :
Tabel subdivisi standar (SS) digunakan apabila diikuti dengan angka dari bagan
klasifikasi. Dengan kata lain bahwa subdivisi standar tidak dapat berdiri sendiri
akan tetapi akan melekat pada notasi utama sedang tabel subdivisi sebagai bentuk
penyajian.
➢ Wilayah geografis :
Tabel wilayah ini terdapat di dalam indeks dan notasi wilayah dapat ditambahkan
kepada nomor dasar seperti yang diperlukan. Jadi, notasi wilayah boleh
ditambahkan tetapi harus melalui Subdivisi Standar.
➢ Subdivisi sastra, bentuk sastra :
Di dalam klas 800 (sastra) dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut Subdivisi
Standar. Untuk Sastra.
➢ Subdivisi Bahasa :
Notasi ini digunakan bersama dengan angka dasar (base number) untuk masing-
masing bahasa,
➢ Ras,bangsa,kelompok etnis :
suatu subjek perlu dibagi lebih lanjut menurut aspek ras, kelompok etnis,atau
kebangsaan tertentu
➢ Bahasa-bahasa :
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misalnya
terjemahan Alquran dalam bahasa Cina. Klasifikasi Persepuluhan Dewey edisi
ringkas yang disusun oleh Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas tidak
menyajikan instruksi penggunaan Tabel 6 dibawah notasi bagan yang perlu untuk
diberikan. Karena keterbatasan penyajian instruksi penggunaan Tabel 6 dalam
bagan, penjelasan lebih lanjut tidak diteruskan.
3. Prinsip umum pengklasifikasian
- Klasifikasikan sebuah bahan Pustaka menurut subjeknya (based number/ BN) dan
kemudian menurut bentuknya (tabel tambahan).
- Klasifikasikan bahan pustaka pada subjeknya yang paling spesifik jangan pada
golongan yang umum.
- Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud pengarangnya.
- Klasifikasilah bahan pustaka sesuai dengan kepentingan para pemustaka.
- Klasifikasi bahan pustaka pada subjek yang lebih di utamakan bilamana bahan
Pustaka tersebut mempunyai lebih dari satu subjek dan mempunyai hubungan satu
dengan yang lainnya.
- Klasifikasi bahan pustaka pada subjek yang lebih luas apabila bahan Pustaka
membahas lebih dari satu subjek tidak ada yang diutamakan dan subjek-subjek
tersebut merupakan bagian dari subjek yang lebih luas.
- Klasifikasi bahan pustaka pada subjek yang lebih dahulu disebutkan dalam bagan,
bilamana bahan pustaka membahas lebih dari satu subjek. Tidak ada subjek yang
lebih luas atau yang diutamakan dan tidak merupakan bagian dari subjek yang lebih
luas.
- Klasifikasi bahan pustaka pada nomor yang paling dekat bilamana subjek sebuah
bahan pustaka tidak mempunyai nomor dalam bagan klasifikasi.
4. Adaptasi dan Perluasan pada Bagan
1. Klasifikasi Agama Islam
Perkembangan literatur dalam bidang agama khususnya agama Islam cukup besar,
sehingga diperlukan suatu system pengolahan bahan perpustakaan yang baku, seragam dan
taat azas. Dalam DDC edisi-22, kelas agama Islam menempati seksi (297)yang sangat kecil
dan terbatas.
Dalam praktek adaptasi dan perluasan notasi untuk seksi Islam ini, berdasarkan keputusan
bersama antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 159 tahun
1987 menetapkan angka dasar seksi Islam adalah 2X0 dan untuk perpustakaan Nasional RI
menetapkan angka dasar seksi Islam(297).
Adaptasi dan perluasan notasi Islam untuk perpustakaan Nasional RI menetapkan 297,
kemudian secara rinci notasi Islam dapat dirinci dalam ringkasan di bawah ini. 297 Islam
• Al-Qur’an dan Ilmu yang berkaitan
• Hadis dan Ilmu yang berkaitan
• Aqaid dan Ilmu Kalam
• Fiqih
• Akhlak dan Tasawuf
• Sosial dan Budaya
• Perkembangan
• Aliran dan Sekte
• Sejarah Islam dan Biografi
Penerapan dan penggunaan intsruksi yang ada dalam bagan juga mengikuti sistem yang
ada dalam DDC. Perluasan Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Tajuk Subjek dan
Klasifikasi Agama Islam. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
2X0 = Islam (Umum)
2X1 = Al-Quran dan ilmu yang berkaitan
2X2 = Hadis dan ilmu yang berkaitan
2X3 = Aqaid dan Ilmu Kalam
2X4 = Fiqih
2X5 = Akhlak dan Tasawuf
2X6 = Sosial dan Budaya
2X7 = Filasafat dan Perkembangan
2X8 = Aliran dan Sekte
2X9 = Sejarah Islam dan Biografi
2. Klasifikasi Karya Hukum Indonesia
Untuk Klasifikasi Hukum dan Perundang-undangan. DDC memberikan beberapa
Alternatif. Angka-angka Klasifikasi untuk cabang-cabang hukum (kecuali hukum
internasional) dibentuk berdasarkan 4 (empat) unsur terpisah. Pertama, 34 sebagai notasi
dasar untuk hukum. Kedua, suatu digit yang menunjuk pada cabang hukum tertentu seperti:
2 Kontitusi dan hukum tata negara (hukum administratif)
3 Aneka ragam hukum publik
4 Hukum sosial
5 Hukum pidana
6 Hukum perdata (privat)
7 Hukum acara, Pengadilan
3. Klasifiaksi Pemerintahan Indonesia
Untuk mengklasifikasikan karya-karya tentang pemerintah pusat di Indonesia, DDC
memberi angka dasar 354 ditambah angka wilayah, menjadi 354.598, suatu angka yang
sudah cukup Panjang dibanding dengan 353 untuk notasi karya pemerintah pusat Amerika
Serikat. Namun di bawah notasi 353 lagi-lagi diberi catatan bahwa boleh dipakai untuk
karya pemerintah pusat negara lain di luar Amerika Serikat. Berarti di Indonesia 353 dapat
dipakai untuk karya tentang pemerintah pusat Indonesia. Untuk memudahkan pemakainya
dalam klasifikasi ini dilengkapi dengan pembagian-pembagian yang diperlukan.
Klasifikasi untuk departemen-departemen pemerintah pusat (353.1-353.8) oleh
Perpustakaan Nasional telah dibuatkan pembagiannya secara ringkas sebagai berikut:
353. Administrasi Pemerintah Pusat Indonesia
001 Manajemen personalia
002 Daftar pejabat dan karyawan
003 Ujian dinas
004 Angkatan kerja pemerintah
005 Pensiunan
006 Lain-lain kegiatan administratif
007 Perlengkapan dan pengolahan dokumen
008 Administrasi badan-badan pengawas kegiatan-kegiatan khusus
5.
• Melalui Indeks Relatif

MENCOCOKAN SUBJEK
MENGANALISIS
KEDALAM INDEKS
SUBJEK RELATIF

VERIFIKASI NO.KELAS
PENETAPAN NOMOR PADA INDEK RELATIF
KELAS TERHADAP BAGAN

• Melihat dari Bagan

MENENTUKAN
SUBJEK

MENENTUKAN
DISIPLIN ILMU

GOLONGKAN SECARA BERURUTAN


PENETAPAN NOMOR
DISIPLIN ILMU GOLONGKAN
KELAS
PADA KELAS DEVISI,SEKSI,SUBSE
UTAMA KSI,SUB-SUBSEKSI

Anda mungkin juga menyukai