Anda di halaman 1dari 11

METODE PENELITIAN ILMU PERPUSTAKAAN

METODE PENGKLASIFIKASIAN KARYA LITERATUR ISLAM BERDASARKAN


DDC DI PERPUSTAKAAN UIN STS JAMBI KLASIFIKASIAN KARYA LITERATUR
ISLAM

Dosen Pengampu : M. Rum, M.SI

Kelompok 3

1. Muhammad Farhan Alfarizi (404190141)

2. Kemas M. Firdaus (404190152)

3. Ira Sapira (404190050)

4. Merry Handayani (404190157)

5. Livia Dwiani Singal (404180096)

6. Zein Ahmad Kamil (404190051

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI STS JAMBI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu panduan atau standar dalam mengelompokkan koleksi terutama buku di
perpustakaan adalah Sistem Dewey Decimal Classification (DDC). Dewey Decimal
Classification (DDC) yang ada diperpustakaan ini sangat berguna untuk semua orang yang ingin
datang ke perpustakaan. Karena DDC ini diibaratkan sebagai petunjuk untuk orang-orang yang
ada diperpustakaan.

Berikut sekilas tentang penjelasan mengenai Dewey Decimal Classification (DDC). Dewey
Decimal Classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi hasil karya Melvil Dewy. Dewey
telah memulai sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai
pustakawan di Amherst Collage, Massachusetts, disebuah negara bagian Amerika Serikat.
Kemudian tahun 1876, Dewey dapat menerbitkan buku edisi pertama dengan judul
“Classification and Subject Index for Cataloguing, and Arranging the Books and Pamphlets of
Library.

Pada edisi-edisi selanjutnya, DDC terus melakukan dengan menambahkan subjek-subjek


yang belum terdapat didalamnya. Memang ada banyak jenis sistem klasifikasi perpustakaan yang
dibuat, akan tetapi ada yang bisa bertahan selama DDC. DDC sudah ada kurang lebih dari satu
abad sejak dikeluarkannya buku edisi pertama sampai sekarang. Keunggulannya adalah lebih
sistematik, universal, fleksibel, lengkap dan siap pakai. Sedangkan kelemahannya terletak pada
kesannya yang terlalu American centris dan kurang menarik pada bidang-bidang tertentu yang
ada di luar Amerika dan Eropa Barat, seperti bidang agama, manajemen pemerintah dan bahasa-
bahasa.

DDC ini mempunyai peraturan dalam mengklasifikasi suatu buku. Dalam peraturan tersebut
sistem pengklasifikasiannya memiliki sepuluh kelas utamadidalamnya, sepuluh kelas utama
tersebut menjelaskan tentang isi kandungankeseluruhan dalam buku tersebut. Salah satu dari
kelas utama tersebut menyangkuttentang keagamaan yang dimana berada pada nomor
200.Dalam nomor 200 ini terdapat berbagai agama seperti Kristen, Hindu, Budha,Islam dan lain-
lain. Karena dulu agama lebih dominan pada yang barat tanpamemperhatikan agama yang berada
di timur jadi agama Islam menjadi sempitpenjabarannya, yang dimana akhirnya kementrian
agama membuat sebuah klasifikasikhusus untuk agama Islam.Agama Islam ini masuk kedalam
nomor 297 pada DDC. Setelah dibuat klasifikasikhusus oleh kementrian agama, maka agama
islam pada DDC mendapat perluasanpenjabaran dan penulisannya menjadi berbeda dengan yang
ada di DDC. Klasifikasikhusus agama Islam ini memiliki karakteristik sendiri yang mana hanya
berlaku diIndonesia dan terikat aturan DDC - Tabel Pembantu seperti Sub Divisi
Standard(Standard Sub Division), Tabel Wilayah (Area Notations), Tabel Bahasa, Indeks Relatif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya klasifikasi khusus Islam


2. Kelebihan dan kekurangan klasifikasi khusus Islam dan ddcs 297
3. Cara mengatasi penyusunan sistem klasifikasi literatur Islam ddc 297

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui terbentuknya sejarah klasifikasi khusus islam


2. Mengerti tentang kelebihan dan kekurangan klasifikasi khusus islam dengan DDCS 297
3. Mengetahui cara mengatasi penyusunan sistem klasifikasi literatur Islam ddc 297
BAB II

Kajian Teori

A. Sejarah Klasifikasi Agama Islam

Sistem pengelompokan koleksi agama islam sebenarnya bertujuan untuk memudahkan


penyusunan, penyimpanan, dan temu kembali berdasarkan bentuk/fisik atau didasarkan pada
isi/subjek.

Sejarah singkatnya: Klasifikasi decimal di Indonesia dikenalkan sekitar 1916 bersama


dengan pembentukan asosiasi perpustakaan, tapi belum dapat diketahui klasifikasi tersebut
termasuk DDC atau UDC. DDC pertama yang diketahui digunakan di Indonesia yaitu DDC edisi
15, secara resmi digunakan pada tahun 1952 oleh Pelatihan Kursus Staf Perpustakaan UI. Reaksi
pustakawan Indonesia mengenai klasifikasi Islam datang enam tahun kemudian. Diawali ketika
A. Kartawinata menulis bahwa istilah Mohammedanism tidak sesuai untuk Islam dan beliau
mengusulkan perluasan notasi 297. Pada tahun 1973, pemerintah meluncurkan Tahun Buku
Internasional yang kegiatannya ada seminar klasifikasi perpustakaan. Pada seminar tersebut
pustakawan Indonesia menyimpulkan bahwa notasi pada 279 di DDC edisi 18 tidak cukup untuk
mencakup semua aspek Islam. Untuk mengatasi hal itu, pustakawan Indonesia membentuk
sebuah komite untuk revisi notasi 279.

Pedoman klasifikasi Islam pertama kali diterbitkan oleh perpustakaan Nasional adalah
―Klasifikasi Bahan Pustaka tentang Indonesia Menurut DDC oleh Soekarman dan J.N.B
Tairas”, diterbitkan pada tahun 1993 dan menggunakan notasi 2X0. Pada tahun 2005
Perpustakaan Nasional kembali menerbitkan pedoman klasifikasi Islam dengan judul
“Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC).
Berbeda dengan edisi sebelumnya, notasi yang digunakan adalah 297. Penerbitan pedoman
klasifikasi Islam tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan literatur bidang agama khususnya
agama Islam cukup besar. Selain itu, dalam sistem klasifikasi persepuluhan Dewey (edisi 22),
kelas agama Islam menempati seksi (297) yang kecil dan terbatas. Dalam berbagai kajian
penggunaan klasifikasi persepuluhan Dewey bidang agama Islam notasinya dirasa kurang
memadai, terbukti dari segi posisinya hanya menempati suatu seksi, struktur notasi kurang
mencerminkan pengembangan ilmu bidang agama Islam maupun kelengkapan subjek. Pada
tahun berikutnya, Perpustakaan Nasional menyusun kembali Daftar Tajuk Subjek Islam. Kedua
pedoman ini menjadi produk yang dibakukan oleh Perpustakaan Nasional dan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) dan diterbitkan pada tahun 2006 dengan judul ―Daftar Tajuk
Subjek Islam dan Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal
Classification”.

Pada tahun 1985 akhirnya Perpustakaan Pusat Islam Indonesia di Jakarta menerbitkan
adaptasi dan perluasan DDC karena kemungkinan menggunakan 220-289 untuk Islam sementara
297 untuk Kristen ditolak karena kemustahilannya. Kemudian pada tahun 1987 terbitan adaptasi
dan perluasan tersebut diresmikan oleh Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Versi ini banyak digunakan terutama pada sekolah berbasis Islam, lembaga
pendidikan tinggi Islam, perguruan tinggi Islam serta perpustakaan khusus.

Pada tahun 2005 Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) mengeluarkan versi 297
untuk Islam yang berbeda notasinya dari DDC. Versi ini belum kompatibel dengan DDC edisi
22. Secara historis, pustakawan Indonesia telah menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap
klasifikasi Islam yang namun belum didengar oleh editor DDC. Hal ini diharapkan untuk
kedepannya revisi notasi 297 harus melibatkan pustakawan Muslim dari berbagai negara
bersama sama OCLC sebagai penerbit, dan dapat berpartisipasi lebih baik dalam DDC edisi
mendatang.

B. Kelebihan dan kekurangan klasifikasi literatur Islam dan ddcs 297

 Kelebihan
Kelebihan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cakupan fasetnya lebih luas dari bagan klasifikasi Islam Dewey Decimal
Classification misalnya pada faset fikih dan sejarah Islam. Pada Dewey Decimal
Classification faset fikih dikelompokan pada notasi 340.59 dan tidak diperinci secara
detail. Sedangkan untuk faset sejarah Islam dalam bagan klasifikasi Islam Dewey
Decimal Classification belum terakomodir.
2. Lebih terperinci, misalnya pada rincian faset Al-Qur’an, Hadis, Aqaid dan Ilmu
Kalam, Fikih, Ahlak dan Tasawuf, Sosial dan Budaya, Filsafat dan Perkembangan,
Aliran dan Sekte, dan Sejarah Islam dan Biografi.
3. Memiliki tatanan kelas lebih sistematis dan praktis.
4. Notasi dasar lebih pendek yaitu 2X0 (divisi)
5. Dalam penjajaran, bahan pustaka dapat ditempatkan sebelum dan atau setelah notasi
297 dengan catatan harus konsisten dan taat asas.

 Kelemahan
Kelemahan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam
diantaranya adalah sebagai beriktut:
1. Kurang terperinci pada Kelas Islam umum (2X0), untuk faset Islam dan Bahasa; dan
faset Islam dan Sastra belum terakomodir.
2. Akan terjadi penumpukkan notasi pada subjek yang berbeda [Islam umum (2X0)],
misalnya untuk notasi Islam dan filsafat; Islam dan ilmu sosial; Islam dan ilmu murni;
Islam dan Teknologi; Islam dan kesenian; Islam dan bidang lainnya dikelompokan
pada notasi 2X0 [Islam (umum)]. Sehingga notasi untuk berbagai subjek tersebut
akan mempunyai notasi yang panjang dan harus menggunakan bagan Dewey Decimal
Classification.
3. Qualifier kurang, terutama pada faset-faset yang menggunakan istilah Arab misalnya
pada faset tajwid, gramatika Al-Qur’an, ma’ani AlQur’an, majaz Al-Qur’an, amsal
Al-Qur’an, I’jazul Al-Qur’an, nasikh dan mansukh, garib Al-Qur’an, rasm Al-Qur’an,
dan faset-faset lainnya yang menggunakan istilah Arab.
4. Petunjuk penggunaan tabel kurang, misalnya pada faset organisasi sosial dan faset
sekte dan aliran dalam Islam seyogyanya diberikan petunjuk untuk menggunakan
tabel 2 wilayah. Karena pada faset tersebut menguraikan organisasi dan sekte yang
berada beberapa wilayah yang berbeda.
5. Indeks relatif masih terdapat kekurangan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kurang terperinci, masih terdapat faset-faset yang belum terakomodir dalam
indeks seperti faset Druz, Jubaiyah dan lain sebagainya.
b. Cross reference (petunjuk silang) kurang, misalnya pada Perzinahan lihat Zina,
dan lain sebagainya.
6. Akan menimbulkan broken order.
7. Tidak konsistennya waktu untuk pengembangan bagan klasifikasi.
8. Belum ada badan pengawas.

C. Cara mengatasi penyusunan sistem klasifikasi literatur Islam ddc 297

Penyusunan bagan klasifikasi Islam ini didasarkan pada struktur yang ada dalam DDC.
Bagan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagan yang memuat istilah-istilah subjek dalam
bidang kajian Islam dengan disertai notasi dasar dari 297–297.9, tabel-tabel dan indeks untuk
membantu pemakai dalam mencari notasi subjek. Dengan berdasarkan prinsip persepuluhan
seperti DDC, dalam menyusun bagan klasifikasi, Namun bagan klasifikasi Islam ini membagi
seksi menjadi sepuluh kelas sub seksi, dan dari sepuluh kelas sub seksi dibagi lagi menjadi
sepuluh sub-sub seksi kelas, dan seterusnya. Selanjutnya notasi dasar 297 mengalami adaptasi
dengan mengambil notasi dasar 297 yang dipendekkan dengan menyingkat 97 menjadi X,
sehingga menjadi 2X0 dan penyusunan pedomaan ini tetap mengikuti kaidah-kaidah yang ada
dalam DDC, seperti penggunaan tabel tambahan yang ada dalam DDC yaitu: 1. Tabel 1 Sub
Divisi Standar (Standard Subdivisions) 2. Tabel 2 Wilayah (Area Notations) 3. Tabel 3 Subdivisi
Kesusastraan 4. Tabel 4 Subdivisi Bahasa 5. Tabel 5 Etnik dan kelompok bangsa 6. Tabel 6
Bahasa-bahasa Penggunaan instruksi-instruksi yang ada dalam bagan juga mengikuti sistem yang
ada di dalam DDC. Buku pedoman ini juga dilengkapi dengan indeks relatif yang digunakan
untuk memudahkan penggunaannya.

Untuk mengatasi masalah-masalah terkait sistem klasifikasi karya literatur islam tersebut,
dalam penyusunannya, ilmu keislaman dibagi dalam kelompok besar meliputi: Islam (Umum),
Tafsir, Hadis, Aqaid dan ilmu kalam, Fiqih, Akhlak dan Tasawuf, Sosial dan Budaya Islam,
Filsafat dan perkembangan Islam, Aliran dan Sekte dalam Islam, serta sejarah Islam. Secara rinci
Klasifikasi ilmu keislaman dalam ilmu perpustakaan dibagi sebagai berikut:

 2X0 Islam (Umum), dapat ditambahkan dengan dengan notasi pada kelas besar DDC
 2X1 Al-Quran dan ilmu yang berkaitan, termasuk di dalamnya AlQurán dan terjemahnya,
tafsir, kumpulan ayat tertentu, kandungan al-Qurán

 2X2 Hadis dan ilmu yang berkaitan, beberapa yang termasuk termasuk di dalamnya
adalah ilmu-ilmu hadis, kumpulan hadis, kritik hadis

 2X3 Aqaid dan ilmu Kalam, termasuk juga aqidah dan iman.

 2X4 Fiqih, mencakup tentang Ibadah, muaámalah, munakahat, waris, jinayat, qada’,
hukum internasional.

 2X5 Akhlak dan Tasawuf, termasuk juga sufisme dan tarekat

 2X6 Sosial dan Budaya, termasuk di dalamnya kelas Masyarakat Islam, Ekonomi Islam,
politik Islam

 2X7 Filsafat dan Perkembangan, yang meliputi bidang filsafat Islam, Psikologi Islam,
dakwah, dendidikan Islam, pemikiran Islam

 2X8 Aliran dan Sekte, memuat bermacam-macam aliran dan sekte yang ada di Islam

 2X9 Sejarah Islam dan Biografi


BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis dan pendekatan penelitian (penulisan) : Menggunakan pendekatan Kualitatif

Jenis dan sumber data :

1. Jenis Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari
sumber utama. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
melalui observasi atau wawancara secara langsung di perpustakaan tersebut. Jadi data ini
akan didapat langsung oleh peneliti dari hasil observasi dan wawancara kepada subyek
yang akan diteliti yaitu pustakawan di Perpustakaan UIN STS Jambi.

2. Sumber Data Berbagai macam sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam menggali
informasi dalam penelitian kualitatif, antara lain meliputi:

a. Dokumen atau Arsip

b. Narasumber (informan)

c. Peristiwa atau Aktivitas

d. Tempat atau Lokasi

e. Benda, Gambar serta Rekaman.

Jadi berdasarkan uraian tersebut sumber data yang akan diperoleh melalui dengan menggali
informasi dari pustakawan dan pihak terkait yang bekerja di Perpustakaan UIN STS Jambi.

 Subjek penelitian atau populasi dan sampel Adapun yang akan menjadi subjek dalam
penelitian ini ialah menunjuk kepada tujuan dalam penelitian ini, karena tujuan dalam
penelitian ini adalah Untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan baru. Untuk
membuktikan atau menguji kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada. Dan Untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Maka kepala perpustakaan uin jambi yang
akan menjadi informan atau sumber data dalam penelitian ini. Teknik yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling.
Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

 Metode pengumpulan data

Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini serta diperlukannya kebenaran dan validitas data untuk mendapatkan
informasi yang tepat dan akurat. Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

 Analisis data :

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam penelitian ini tahapan yang digunakan dalam menganalisis data penelitian
kualitatif adalah tiga tahapan, yaitu Reduksi Data (Data Reduction), Paparan Data (Data
Display), Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/Verifying) seperti
yang dikemukakan oleh Miles & Huberman pada tahun 1992.
DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/196141522.pdf

http://www.academia.edu/35297276/
MAKALAH_SKEMA_KLASIFIKASI_KHUSUS_ISLAM_KELOMPOK_7

Adaptasi Dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC,” n.d.

———. “Daftar Tajuk Subyek Islam Dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi Perluasan DDC
Seksi Islam.” Jakarta: Departemen Agama RI, 1998.

Anda mungkin juga menyukai