Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KATALOGISASI
‘‘ Pengkatalogan Subjek ’’
Dosen Pengampuh: NUR ARIFIN S. I. P ,. M. I. P

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah :
Katalogisasi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

RAEHAN ZAMER ZOHER 214180026


RISKA AULIA PUTRI 214180013
AFIFAH JULIANTI 214180006
DIVA KHAERUNISA 214180002
AFRIANSYAH 214180004

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh….

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah ”Katalogisasi” dengan judul
“Pengatalogan Subjek”.

Sholawat Beserta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Mahammad Saw. yang membawa kita dari zaman jahilia menuju ke zaman yangg terang
menderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan keritik yang membangun
dari bapak “NUR ARIFIN S. I. P ,. M. I. P selaku dosen Mata Kuliah “Katalogisasi”.

Palu, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................3
C. TUJUAN ...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
A. Analisis Subyek ....................................................................................................4
B. Cara Menentukan Subyek ....................................................................................7
C. Sistem dan Prinsip Penerapan Tajuk Subjek ........................................................8
D. Jenis – jenis subdivisi............................................................................................9
E. Pengertian Klasifikasi .........................................................................................12
F. Pengertian Tajuk Subjek .....................................................................................13
G. . Klasifikasi ...........................................................................................................15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................18

A. KESIMPULAN ...................................................................................................18
B. SARAN ...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada umumnya, seseorang yang memerlukan informasi dalam bentuk buku atau
bentuk bahan pustaka tertentu dari perpustakaan akan mencarinya di dalam katalog
melalui pengarang atau judul. Namun sering pula terjadi bahwa orang tidak merasa pasti
benar mengenai nama pengarang atau judul yang dimaksud. Dalam hal ini pencarian
melalui subyek sangat membantu. Pencarian melalui subyek dapat memandu orang untuk
memperluas atau mempersempit subyek yang dimaksud karena entri-entri katalog yang
disusun dan dikelompokkan menurut subyek disertai acuan ke subyek-subyek terkait.
Oleh karena itu penggunaan tajuk subyek pada katalog sangat penting untuk membantu
pencarian suatu topik atau disiplin ilmu tertentu yang dimiliki perpustakaan. Sama halnya
dengan pencarian melalui tajuk pengarang atau judul, pencarian melalui tajuk subyek
juga mengacu pada karya atau bahan pustaka tertentu.

Katalog sebagai salah satu sarana temu kembali informasi di perpustakaan, yang
membuat segala informasi yang terdapat dalam buku atau bahan pustaka lainnya.
Informasi dalam buku tersebut antara lain meliputi judul, pengarang, kolasi, impresum,
serta subyek. Dalam penentuan subyek buku atau bahan pustaka lainnya diperlukan
analisis subyek yang akurat dengan dibantu sarana daftar tajuk subyek komprehensif,
sedangkan dalam katalogisasi proses pembuatan tajuk subyek disebut mengkatalog
subyek.

Pengatalogan subjek bertujuan menggunakan kata-kata (istilah) yang seragam


untuk bahan pustaka perpustakaan mengenai subyek tertentu. Subyek adalah topik yang
merupakan kandungan informasi (content) dalam buku, pita video, dan bentuk rekaman
lainnya yang terdapat pada koleksi perpustakaan. Sedangkan tajuk subjek adalah kata (-
kata) yang digunakan dalam katalog perpustakaan untuk meringkas kandungan informasi
tersebut. Istilah tajuk subyek dapat juga diartikan sebagai suatu istilah atau kosa kata
yang terkendali dan berstruktur untuk menyatakan suatu konsep subyek bahan pustaka.
Sebagai kosa kata atau frase, karena tidak selalu terdiri atas satu suku kata, melainkan

1
2

dapat berbentuk dua atau lebih suku kata, tetapi bukan suatu kalimat. Dikatakan
terkendali karena diarahkan untuk menggunakan istilah yang tetap untuk menyatakan
konsep yang sama, meskipun banyak istilah padanannya.

Sedangkan berstruktur karena ada kaitan antara tajuk satu dan tajuk yang lain,
sesuai dengan struktur ilmu dan pengetahuan. Tajuk subjek biasanya dicantumkan pada
bagian awal entri katalog yang disusun dalam katalog subyek berabjad, baik dalam
katalog bentuk kartu, bentuk buku, bentuk mikro, maupun OPAC (Online Public Access
Catalog). Pada makalah ini akan di bahas bagaimana cara analisis subyek dan bagaiman
cara menggunakan tajuk subyek.
3

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis subyek ?


2. Bagaimana cara menentukan subyek ?
3. Apa saja prinsip – prinsip penentuan subyek ?
4. Apa saja jenis – jenis subdivisi subyek ?
5. Apa perbedaan klasifikasi dan tajuk subyek ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis subyek
2. Untuk mengetahui cara menentukan subyek
3. Untuk mengetahui prinsip – prinsip penentuan subyek
4. Untuk mengetahui jenis – jenis subdivisi subyek
5. Untuk mengetahui perbedaan klasifikasi dan tajuk subyek
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Subyek

Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang memadai, sebab di sinilah


pengindek dituntut kemampuannya untuk menentukan subyek apa yang dikandung dalam
bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang mendasar perlu dikenali pengindek dalam
menganalisis subyek yakni jenis konsep dan jenis subyek. Dengan mengenali ketiga hal
tersebut akan membantu dalam menetapkan pada atau dalam subyek apa suatu dokumen
ditempatkan. Berikut akan dibahas kedua hal tersebut secara ringkas.

1. Jenis Konsep
Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep yaitu:
a. Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu
pengetahuan. Dibedakan menjadi 2 kategori:
1) Disiplin Fundamental. Meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Oleh
para ahli disiplin fundamental dikelompokkan menjadi 3 yakni ilmu-ilmu sosial,
ilmui lmu alamiah, dan ilmu-ilmu kemanusia.
2) Sub disiplin, merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental. Misalnya
dalam disiplin ilmu fundamental alamiah, sub disiplinnya terdiri atas fisika,
kimia, biologi, dsb.
b. Fenomena (topik yang dibahas), merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian
dari disiplin ilmu. Misalnya pendidikan remaja. “Pendidikan” merupakan konsep
disiplin ilmu, sedangkan “remaja” adalah fenomena yang menjadi objek atau
sasarannya.
c. Bentuk, ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan menjadi 3 jenis:
1) Bentuk Fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu
subyek Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, dsb.

4
5

2) Bentuk Penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan


pustaka/dokumen. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu: a) Menggunakan lambang-
lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll. b) Memperhatikan
tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis, sistematis, dsb. c)
Menyajikannya untuk kelimpok tertentu, misalnya bahasa Inggris untuk pemula,
Psikologi untuk ibu rumah tangga.

3) Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu


subyek. Misalnya “Filsafat Sejarah” disini yang menjadi subyeknya adalah
sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk intelektual. 1
2. Jenis Subyek
Dalam kegiatan analisis subyek, dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis
subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Subyek Dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub
disiplin ilmu saja. Misalnya: “Pengantar Ekonomi”, yaitu menjadi subyek
dasaranya “Ekonomi”.
b. Subyek Sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal
dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan
oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas
sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya “Pengantar ekonomi
Pancasila” terdiri dari “subyek dasar ekonomi” dan faset “Pancasila”.
c. Subyek Majemuk, yaitu subyek yang teridiri dari subyek dasar disertaifokus dari
dua atau lebih fasaet. Misalnya: “Hukum adat di indonesia”. Subyek dasarnya
yaitu“Hukum” dan dua fasetnya yaitu” Hukum Adat” (fasaet jenis) dan
“Indonesia” (faset tempat).
d. Subyek Kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar
dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya “Pengaruh agama Hindu
terhadap agama Islam”. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu “Agama Hindu”
dan Agama Islam”.

1 Gatot subrata, Tajuk subjek, Hal 2- 5


6

Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks terdapat 4


(empat) fase, yaitu:
1) Fase Bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam
halini subyek yang diutamakan ialah subyek yang disajikan. Misalnya
“Statistik untuk wartawan” subyek yang diutamakan ialah “Statistik” bukan
“wartawan”.
2) Fase Pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi
antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek
yang dipengaruhi. Misalnya “pengaruh Abu Merapi terhadap Pertanian di D.I
Yogyakarta”. Disini subyek yang diutamakan ialah “Pertanian” bukan “Abu
Merapi”.
3) Fase Alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
membahas subyek lain. Disini subyek yang diutamakan ialah subyek yang
dibahas atau dijelaskan. Misalnya: “Penggunaan alat kimia dalam analisis
darah”. Disini yang diutamakan adalah “Darah” bukan “Kimia”.
4) Fase Perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka terdapat
berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain. Untuk
menentukan subyek mana yang akan diutamakan, ketentuannya sebagai
berikut:
• Pada subyek yang dibahas lebih banyak, misalnya: “Islam dan Ilmu
Pengetahuan”. Jika Islam lebih banyak dibahas, utamakan subyek
“Islam” dan sebaliknya.
• Pada subyek yang disebut pertama kali. Misalnya “Perpustakaan dan
Masyarakat” ditetapkan pada subyek “Perpustakaan”
• Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai
perpustakaan. Misalnya “Hukum dan Kedokteran”. Di Fakultas Hukum
akan ditetapkan subyek “Hukum” dan bila di perpustakaan kedokteran
akan ditempatkan dalam subyek “Kedokteran”.
3. Urutan Sitasi
Agar diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam penentuan
subyek dan (nomor kelas) maka oleh Ranganathan menggunakan konsep yang
7

dikenal “Urutan Sitasi”. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal
dengan akronim P-ME-S-T, yakni:
P - Personality (Wujud)
M - Matter (Benda) E - Energy (Kegiatan)
S - Space (Tempat)
T - Time (Waktu)
Contoh:
“Konstruksi Jembatan Beton Tahun 20-an di Indonesia”.
Jembatan - Personality (P)
Beton - Matter (M) Konstruksi - Energy (E)
Indonesia - Space (S)
Tahun 20-an - Time (T)2

B. Cara Menentukan Subyek


Sebelum pustakawan atau pengindeks dapat menempatkan suatu bahan pustaka pada
kelas atau penggolongan yang sesuai, pustakawan perlu mengetahui lebih dahulu subyek
apa yang dibahas dalam buku tersebut, sudut pandangan yang dianut penulis serta bentuk
penyajiannya. Untuk itu pengindeks perlu mengetahui bagaimana membaca buku secara
“teknis” untuk mengetahui isi buku. Beberapa langkah untuk mengetahui isi buku secara
cepat adalah sebagai berikut:
1. Judul buku tidak selalu mencerminkan isi yang dibahasnya, bahkan kadang-
kadang membingungkan. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
Sebagai contoh buku dengan judul habis Gelap Terbitlah Terang, Si Hijau Yang
Cantik, Gema Tanah Air, tidak dapat ditentukan subyeknya begitu saja. Untuk
memperoleh keterangan atau petunjuk lebih jauh perlu dilihat anak judul (judul
tambahan), serta judul seri (kalau ada). Namun demikian kadang-kadang judul

2
Hetty Gultom, “Analisis Subjek Bahan Pustaka” Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Medan, 2014. Hal. 4-5
8

buku dengan mudah memberikan petunjuk tentang isinya, seperti Ekonomi,


Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya.
2. Kata pengantar sebuah buku dapat memberikan petunjuk kepada pengklasir,
tentang, maksud dan ide suatu bahan pustaka yang disampaikan kepada pembaca,
dan sasaran masyrakat pembaca. Kata pengantar biasanya dibuat oleh pengarang.
Tetapi ada kalanya dibuat oleh ahli dalam bidangnya atas pemintaan pengarang.
3. Daftar isi sebuah buku merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang subyek
buku tersebut, karena memuat secara terperinci tentang pokok bahasan perbab,
serta subbab.
4. Bibliografi atau sumber yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun buku dapat
memberikan petunjuk tentang subyek suatu buku.
5. Pendahuluan suatu buku biasanya memberikan informasi tentang sudut pandang
pengarang tentang subyek, dan ruang lingkup pembahasan.
6. Apabila dari langkah di atas pengklasir belum bisa menemukan subyek buku
maka langkah yang perlu dilakukan adalah membaca teks buku secara
keseluruhan atau sebagian, atau mencari smber informasi dari timbangan bku
pada koran atau majalah ilmiah terpercaya, serta bisa juga dari katalog penerbit.
7. Meminta pertolongan dari orang yang ahli dalam bidangnya. Ini merupakan jalan
keluar terakhir apabila pengklasir mengalami kesulitan dalam menentukan subyek
buku yang tepat.

C. Sistem dan Prinsip Penerapan Tajuk Subjek

Kegiatan analisis subyek akan menghasilkan suatu rangkuman spesifik tentang topik atau
pokok masalah suatu judul bahan pustaka. Fenomena adalah perwujudan yang
dibicarakan oleh disiplin ilmu. Apabila kita kaitkan dengan istilah tajuk subyek, maka
tajuk subyek adalah kosa kata atau istilah yang dipilih untuk mengungkapkan fenomena
dalam proses analisis subyek. Dalam tajuk subyek dikenal adanya sistem identik dan
semantik karena dalam penggunaannya dikenal pertunjuk lihat dan lihat juga, ada hierarki
(istilah luas dan istilah sempit) dari suatu pokok bahasan, dan ada cakupan untuk
9

memberikan penjelasan ruang lingkup yang termasuk dalam istilah tersebut. Semua ini
untuk menjaga konsistensi dalam penggunaan tajuk subyek. Simaklah uraian berikut.

• Petunjuk lihat. Petunjuk ini berarti bahwa istilah yang disebut sebelum kata lihat tidak
digunakan. Kita diperintahkan untuk melihat istilah yang disebut sesudah kata lihat.
Istilah ini sama artinya dengan kode satu tanda silang (X). Perhatikan contoh berikut.
Bahasa Dunia, lihat BAHASA UNIVERSAL Atau X Bahasa Dunia XX Bahasa
Universal.
• Petunjuk lihat juga. Petunjuk ini memerintahkan kita untuk membandingkan istilah
yang disebut sebelum perintah lihat juga dengan istilah yang disebut sesudahnya. Di
sini kita dapat memilih yang lebih tepat untuk menyatakan konsep subyek yang kita
hadapi. Perintah lihat juga sama artinya dengan kode dua silang (XX). Perhatikan
contoh berikut. BALADA (KESUSASTERAAN), lihat juga NYANYIAN RAKYAT
XX NYANYIAN RAKYAT.
• Cakupan. Cakupan untuk menjelaskan dalam konsep subyek apa saja dapat digunakan
tajuk subyek. Sebagai contoh, Biografi: digunakan untuk kumpulan biografi yang
tidak terbatas pada satu negara/golongan orang. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses penerapan tajuk subyek sebagai berikut.
• Bahasa. Sebaiknya menggunakan bahasa resmi negara kita, yaitu Bahasa Indonesia
yang disempurnakan dengan segala aspeknya.
• Keseragaman. Banyak sinonim atau kesamaan arti istilah untuk mengungkapkan
maksud yang sama. Dalam memilih tajuk subyek dituntut untuk menentukan satu
pilihan istilah untuk mengungkapkan konsep subyek yang sama.
• Pemilihan istilah. Hendaknya memilih kata yang diketahui dan biasa digunakan oleh
masyarakat pemakainya.
• Adaptasi istilah asing. Hal ini dilakukan bila terpaksa. Misalnya karena belum ada
padanan istilah Indonesia yang tepat; ungkapannya terlalu panjang dalam bahasa
Indonesia; atau istilah asing lebih popular dari Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
• Ketetapan/kekhususan. Istilah yang dipakai tidak lebih luas pengertiannya dari judul
atau konsep subyek bahan pustaka yang diklasifikasi.
10

• Urutan sitasi. Agar taat asas dalam ungkapan, sebaiknya kita konsisten dalam
menerapkan PMEST

D. Jenis – jenis subdivisi


1. Subdivisi bentuk fisik
Banyak karya penyajian materinya tidak dalam bentuk narasi atau pemaparan,
melainkan dalam bentuk lain, seperti : daftar, skema, tabel, grafik, peta, gambar, dan
filmstrip. Contoh: direktori pustakawan, bibliografi bacaan anak, kamus psikologi,
kumpulan peta geologi, dan Injil bergambar. Dalam kasus semacam ini, perlu
ditunjukkan kepada pemakai katalog, bahwa karya tersebut bukan karya tentang
pustakawan, buku bacaan anak, psikologi, geologi, dan Injil. Subdivisi bentuk fisik
merupakan subdivisi yang paling umum :

- Almanak - Gazetir

- Atlas - Indeks

- Bibliografi - Kamus

- Buku pedoman,dsb. - Karya bergambar

- Daftar - Katalog

- Deskripsi - Majalah

- Direktori - Peta

- Ensiklopedi - Potret

2. Subdivisi topik atau aspek khusus


11

Suatu subjek dapat ditampilkan dari aspek tertentu. Aspek yang ingin dibahas mungkin
berupa sejarah dari subjek tertentu, atau karya yang berhubungan dengan filsafat,
penelitian, hukum, atau karya mengenai belajar dan mengajar. 3

Contoh : Agama -- Filsafat

Aeronautika -- Penelitian

Matematika -- Studi dan pengajaran

Pendidikan -- Sejarah

Radio --Undang-undang dan peraturan

3. Subdivisi geografis

Bila pembahasan dalam karya yang diolah terbatas pada wilayah geografis atau
wilayah politis tertentu, maka tajuk subjek dapat dirinci menurut nama tempat
geografi.

Contoh : Harimau -- Afrika

Hukum adat -- Aceh

Hukum pidana – Italia

Izin perjudian -- Medan

Kebebasan pers -- Singapura

Pendaftaran tanah -- Bali

Perbaikan kampung -- Bandung (Kota)

Perusahaan daerah -- Sulawesi Selatan

Sebaliknya nama geografi yang dijadikan tajuk subjek dapat juga dirinci menurut
subjek atau aspek tertentu.

Contoh : Indonesia -- Iklim

3Masitah, “Analisis Konsistensi Penentuan Tajuk Subjek Dalam Katalog Perpustakaan Di UPT
Perpustakaan UIN AR-RANIRY” Darussalam-Banda Aceh, 2018. Hal. 15
12

Indonesia -- Sejarah

Jakarta -- Sensus

Jawa Barat -- Bibliografi

Sumatera -- Peta

Beberapa tajuk subjek, terutama dalam bidang sains dan teknologi diberi keterangan
di antara tanda kurung siku mengenai kemungkinan penambahan subdivisi geografis.

Contoh :

Arsitektur Hindu

[Dapat ditambah subdivisi geografis]

Pertanian

[Dapat ditambah subdivisi geografis]

Industri

[Dapat ditambah subdivisi geografis]

4. Subdivisi kronologis

Bila pembahasan dalam karya yang diolah terbatas pada kurun/tenggang/ periode
waktu tertentu, maka tajuk subjek dapat dirinci menurut periode waktu yang
ditetapkan dalam karya yang dikatalog.

Contoh : Hukum perdata -- Abad ke-19

Perundang-undangan -- 1945-1970

Administrasi pengadilan -- Sebelum 1942

Hak cipta — Inggris -- Abad ke-19

4. Pengertian Klasifikasi

Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin '"classis".
Klasifikasiadalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang
13

sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan
bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan
sistematis. Towa P. Hmakotrda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi
adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau
benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Kalau kita simak dalam kehidupan sehari-hari klasifikasi sudah banyak dilakukan oleh
manusia. Seperti di supermarket, di pasar, di toko buku, pedagang yang mengempokkan
barang dagangannya yang sejenis dalam satu kelompok yang sama. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembeli dalam memilih kebutuhan yang diperlukan.

Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan sistematis terhadap


buku dan bahan pustaka lain, atau katalog, atau entri indeks berdasarkan subyek, dalam
cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi (SulistyoBasuki:
1991). Dari pengertian ini klasifikasi mempunyai fungsi yaitu: sebagai tata penyusunan
buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis pada katalog,
bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.

5. Pengertian Tajuk Subjek

Tajuk subyek adalah kata, istilah atau frase yang digunakan pada katalogatau daftar lain
dalam perpustakaan untuk menyatakan topik suatu dari suatu bahan pustaka misalnya :
EKONOMI, MATEMATIKA, MANAJEMEN, FISIKA dan sebagainya.

1. Tujuan dan Fungsi


Penentuan tajuk subyek bertujuan mendaftar topik dari semua bahan pustaka
dibawah satu kata atau frase sehingga bahan pustaka yang mempunyai topik sama
akan terdaftar dalam satu kata atau satu frase. Sedangkan fungsinya adalah
membantu pemakai dalam mencari suatu topik atau disiplin ilmu tertentu yang
dimiliki perpustakaan.
2. Jenis Tajuk Subyek
Dalam kegiatan menganalisa subyek suatu dokumen terdapat bermacam-macam
jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
14

a. Subyek Dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub
disiplin ilmu saja. Misalnya: Pengantar Psikologi, yaitu menjadi subyek
dasarnya Psikologi.
b. Subyek Sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal
dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan
oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas
sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya Pengantar Psikologi
Sosial terdiri dari subyek dasar Psikologi dan satu faset Sosial (faset masalah).
c. Subyek Majemuk, yaitu subyek yang teridiri dari subyek dasar disertai fokus
dari dua atau lebih faset. Misalnya: Hukum Adat di Indonesia. Subyek dasarnya
yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat (faset jenis) dan Indonesia
(faset tempat).
d. Subyek Kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar
dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Misalnya Pengaruh Gizi
terhadap Kesehatan. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu Gizi dan Kesehatan.

Untuk mengetahui subyek yang mana yang akan diutamakan dalam subyek komplek
ini kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana hubungan interaksi antar subyek
tersebut, yang disebut dengan istilah Fase. Ada 4 fase dalam subyek kompleks yaitu ;

1. Fase bias, adalah suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu, pada
subyek ini yang diutamakan adalah subyek yang disajikan. Misalnya: Matematika
untuk insinyur, subyek yang diutamakan adalah Matematika bukan Insinyur.
2. Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling saling mempengaruhi
antara satu dengan yang lainnya, maka subyek yang diutamakan adalah subyek
yang dipengaruhi misalnya: Pengaruh gizi terhadap kesehatan, disini subyek yang
diutamakan adalah Kesehatan bukan Gizi.
3. Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat unutk menjelaskan subyek
lain, dalam fase ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang yang dibahas atau
subyek yang dujelaskan, misalnya : Penggunaan seismograf untuk mengukur
gempa vulkanik, subyek yang diutamakan adalah Gempa Vulkanik.
15

4. Fase perbandingan, di dalam suatu dokumen terdapat berbagai subyek yang tidak
ada hubungannya antara subyek satu dengan subyek yang lainnya. Untuk
mengetahui subyek mana yang diutamakan maka harus mengikuti pedoman
sebagai berikut:
a. pada subyek yang dibahas lebih banyak, misalnya: Sejarah dan antropologi,
bila subyek Antropologi yang lebih banyak dibahas, maka subyek yang
diutamakan adalah
Antropogi dan begitu juga sebaliknya.
b. Pada subyek yang disebut pertama kali, misalnya: Media masa dan masyarakat,
subyek yang diutamakan adalah Media Masa karena media masa yang
disebutkan pertama kali.
c. Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai
perpustakaan, misalnya Politik dan ekonomi, pada perpustakaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik subyek yang diutamakan adalah Politik, sedangkan pada
perpustakaan Fakultas Ekonomi subyek yang diutamakan adalah Ekonomi.
Prinsip-prinsip dasar Penentuan Tajuk Subyek

1. Memenuhi keperluan pembaca, artinya dalam menyusun daftar tajuk subyek


kepentingan pembaca (masyarakat yang dilayani) selalu menjadi pertimbangan baik
dalam memilih istilah maupun menentukan jumlah tajuk subyek.
2. Satu istilah untuk semua, artinya satu kata atau istiah yang digunakan untuk satu
subyek berlaku untuk semua buku yang mempunyai subyek sama, sekalipun buku
satu dengan lainnya.4

G. Klasifikasi
1. Pengertian
Salah satu proses vital dalam Organisasi Informasi di perpustakaan yang ideal adalah
kegiatan klasifikasi yaitu pemilahan atau pengelompokan materi perpustakaan

4Ika Yuslina, Klasifikasi dan Tajuk Subyek, Upt Perpustakaan Universitas Negeri Malang
October , 2011. Hal 11-12
16

(dokumen). Kegiatan klasifikasi ini bertujuan untuk mengelompokkan dokumen yang ada
menjadi berbagai kelompok sesuai dengan subyek / tema, judul, penulis, dan parameter-
parameter lainnya yang akan memudahkan penempatan dokumen tersebut pada jajaran
koleksi, serta yang lebih penting lagi adalah untuk memudahkan proses temu kembali
(retrieval) ketika buku-buku tersebut dibutuhkan.
Secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan. Ada beberapa
pengertian mengenai klasifikasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia klasifikasi
adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yang ditetapkan. Menurut Sulistyo Basuki, Klasifikasi adalah proses
pengelompokan/pengumpulan benda atau entitas yang sama, serta memisahkan benda
atas entitas yang tidak sama .
Dalam kaitannya di dunia perpustakaan klasifikasi diartikan sebagai kegiatan
pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang,
fisik, isi dsb. Pada dasarnya di perpustakaan dikenal ada 2 (dua) jenis kegiatan
klasifikasi:
1) Klasifikasi Fundamental (Fundamental Classification) yaitu klasifikasi bahan pustaka
berdasarkan subjek/isi buku, sebab pada dasarnya pemakai perpustakaan lebih banyak
mencari informasi tentang subjek tertentu.
2) Klasifikasi Artifisial (Artificial Classification) yaitu klasifikasi bahan pustaka
berdasarkan ciri-ciri yang ada pada bahan pustaka. Misalnya klasifikasi berdasarkan
warna, ukuran dsb.5

Kita dapat mengatakan bahwa Klasifikasi merupakan proses-proses dalam hal :

• mendefinisikan kelas;
• menentukan hubungan antara kelas (seperti hubungan hierarki, antara lain), yaitu
membuat sebuah sistem klasifikasi; dan
• menetapkan elemen (dalam LIS, dokumen) untuk sebuah class dalam suatu sistem
klasifikasi

5Laila Rahmawati, Katalogisasi Dan Klasifikasi Peranannya Dalam Sistem Temu Kembali
Informasi “Informasi Retrieval System” Pada Perguruan Tinggi, IAIN Antasari Banjarmasin,
2017. Hal. 8
17

Ini sama dengan proses saling tergantung dari :


• mendefinisikan konsep-konsep (lihat Hjørland, 2009);
• menentukan hubungan semantik antara konsep-konsep (lihat Hjørland, jumlah b);
dan
• menentukan elemen-elemen yang jatuh di bawah konsep yang diberikan (untuk
menetapkan sebuah "hal" untuk sebuah konsep).

Contoh :

Untuk mengatakan bahwa konsep "Mu¨ller-Lyer illusion khayalan" adalah sejenis


"khayalan optis", yang merupakan jenis "fenomena persepsi", yang merupakan jenis "
fenomena psikologis”, adalah sama seperti klasifikasi”, Mu¨ller-Lyer illusion khayalan"
dalam kelas disebut "ilusi optik", yang merupakan bagian dari kelas lebih luas dari
"fenomena persepsi", yang merupakan bagian dari kelas lebih luas dari "fenomena
psikologis".

Ingetraut Dahlberg, menyatakan bahwa "unsur-unsur" dari skema klasifikasi adalah


"konsep atau representasi konsep-konsep" (Dahlberg, 1978, mukasurat 9). Satu demikian
dapat disimpulkan bahwa ketika sebuah konsep yang dipilih untuk sebuah kelas, konsep
pertanyaan dalam merujuk kepada sesuatu yang harus dipakai bersama oleh semua
dokumen-dokumen dari kelas itu, dan bahwa konsep ini diperlukan oleh dokumen-
dokumen. Namun, mengambil label "011" dalam DDC sebagai contoh, ia merujuk ke
kelas dokumen yang memiliki fitur umum yang mereka bibliografi dan tidak tentang
bibliografi (Gunnarsson, 2011, mukasurat 16).

Dalam konteks kepustakawanan, "klasifikasi" sering digunakan dalam sistem seperti


DDC, UDC, LCC, Colon, atau Bliss.6

6
Irma Devi Lestari, “Klasifikasi Online Dan Google” Vol. 10 No. 02, Oktober 2016, Hal. 84-85
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengatalogan subjek merupakan analisa terhadap isi subjek yang terdapat di dalam bahan
perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan nomor klasifikasinya.

Pada umumnya penentuan subjek suatu dokumen dinyatakan dengan notasi yang diambil
dari suatu skema klasifikasi, sedangkan untuk tajuk subjek diambil dari salah satu daftar
tajuk subjek, sesuai dengan kebijakan perpustakaan.

Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang
tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau
bentuk literatur tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengatalongan subjek menganalisa isi
dokumenhari bakal di dalam bahan perpustakaan serta melakukan deskripsi subjek suatu
bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan
nomor klasifikasi

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami sajikan, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam segi
pembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen agar kedepannya menjadi
lebih baik.

18
Daftar Pustaka

Subrata, G. (n.d.). Tajuk Subyek. Pustakawan Perpustakaan UM, 2-5.

Gultom, Hetty (2014) “Analisis Subjek Bahan Pustaka” Perpustakaan Universitas


Sumatera Utara Medan.

Masitah, (2018) “Analisis Konsistensi Penentuan Tajuk Subjek Dalam Katalog


Perpustakaan Di UPT Perpustakaan UIN AR-RANIRY” Darussalam-Banda Aceh.

Yuslina, Ika (2011) “Klasifikasi dan Tajuk Subyek” Upt Perpustakaan Universitas
Negeri Malang.

Perpustakaan Nasional RI. (2011) “Tajuk Subjek Perpustakaan Nasional”. Jakarta :


Perpusnas RI.

Yulia, Yuyu "Sistem Informasi Di Perpustakaan"

Rahmawati, Laila (2017) "Katalogisasi Dan Klasifikasi Peranannya Dalam Sistem Temu
Kembali Informasi “Informasi Retrieval System” Pada Perguruan Tinggi" IAIN Antasari
Banjarmasin.

Lestari, Irma Devi (2016) “Klasifikasi Online Dan Google” Vol. 10 No. 02, Hal. 84-85
Diakses pada 19 Oktober pukul 21:19

19

Anda mungkin juga menyukai