Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI

BAHAN PUSTAKA
MANAJEMEN
PERPUSTAKAAN

KELOMPOK VI :
AULIA RAHMI
M. RIZKY PUTRA PERDANA
NADYA ANGGINI WULANSARI
Klasifikasi perpustakaan merupakan kegiatan
teknis perpustakaan yang memungkinkan koleksi
perpustakaan tertata secara sistematis dan dapat
ditemukan kembali secara efisien dan efektif. Secara
harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan dan
pengelompokkan.

Harrod’s Librarians Glossary menyebutkan


bahwa klasifikasi adalah pengelompokan benda
secara logis menurut ciri-ciri kesamaannya. Menurut
Sulistyo Basuki, klasifikasi adalah proses
PENGERTIAN pengelompokkan/ pengumpulan benda atau entitas
KLASIFIKASI PERPUSTAKAAN yang sama, serta memisahkan benda atau entitas
yang tidak sama.

Dalam pengertian secara umum bahwa


klasifikasi ialah suatu kegiatan yang
mengelompokan benda yang memiliki beberapa ciri
yang sama dan memisahkan benda yang tidak sama.
Dalam kaitannya di dunia perpustakaan klasifikasi
diartikan sebagai kegiatan pengelompokan bahan
pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya
pengarang, fisik, isi, dsb.
Prinsip-prinsip Pengklasifikasian
1. Klasirlah buku/bahan pustaka menurut subjeknya kecuali untuk
kesusasteraan hendaknya lebih diutamakan menurut bentuk
penyajiannya, atau bentuk karyanya.
2. Klasirlah buku/bahan pustaka sesuai dengan apa yang menjadi
maksud dan tujuan pengarang/penulis.
3. Klasirlah buku/bahan pustaka berdasarkan subjek yang paling
spesifik.
4. Apabila menjumpai bahan pustaka yang membahas tiga subjek
atau lebih dan merupakan bagian dari subjek yang lebih luas,
maka kelompokkan pada subjek yang lebih luas tersebut.
5. Apabila sebuah bahan pustaka membahas subjek yang belum
atau tidak terdapat nomor kelasnya dalam bagan (DDC), maka
kelompokkan buku tersebut pada nomor kelas yang subjeknya
paling dekat dengan subjek yang dibahas, jangan membuat
nomor sendiri.
Sistem Klasifikasi Perpustakaan
Adapun beberapa sistem klasifikasi
buku di perpustakaan menurut
Bafadal, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem abjad nama pengarang.
2. Sistem abjad judul buku.
3. Sistem kegunaan buku.
4. Sistem penerbit.
5. Sistem bentuk fisik
6. Sistem bahasa
7. Sistem subyek
Macam-Macam Klasifikasi Secara umum menurut Suwarno, klasifikasi terbagi
menjadi dua macam, yaitu:

1. Klasifikasi artifisial (artificial classification).


Klasifikasi berdasarkan sifat yang kebetulan ada
pada koleksi, seperti sifat warna pada kulit buku
yang sama atau buku yang dikelompokkan
berdasar pada tinggi buku, juga bahan pustaka
yang sejenis seperti skripsi dll.

2. Klasifikasi fundamental (fundamental


classification). Klasifikasi berdasarkan isi atau
subjek buku, yang sifatnya tetap pada bahan
pustaka walaupun kulitnya berganti atau
formatnya diubah.
Prosedur Klasifikasi
Perpustakaan

1. Menganalisis suatu bahan pustaka


2. Pemilihan nomor kelas yang tepat
Prosedur 3. Pemberian notasi
Klasifikasi 4. Menentukan call number
Perpustakaan 5. Menentukan tajuk judul
6. Memasukan data ke dalam buku induk milik
perpustakaan
7. Memasukan semua data kedalam aplikasi informasi
LASer 2.0
8. Mencetak label dan barcode
9. Penulisan pada cap atau stempel milik Perpustakaan
Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey initerdapat 3
komponen, yaitu Bagan, indeks Relatif, dan Tabel-tabel.

1. Bagan (Schedules)
Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip
“desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi
kedalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi).
Prosedur 2. Indeks Relatif (Relative Index)
Klasifikasi Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad.
Perpustakaan Istilahistilahtersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini
didaftar sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila
suatu subyek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut
aspek dari subyek yang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan
notasi suatu subyek adalah melalui indeks relatif.
3. Tabel-Tabel
Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu dengan menyediakan sejumlah
tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada table-tabel tersebut hanya dapat
digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata
lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri, selalu dirangkaikan
dengan notasi dalam bagan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai