NIM : 12010324936
Arti atau makna dari semboyan Tut Wuri Handayani adalah sebagai seorang pendidik,
guru harus dapat memberikan teladan, dorongan, dan arahan. Adapun kedua penggalan lainnya
Ing Madya Mangun Karsa memiliki arti di tengah membimbing, memotivasi, memberikan
semangat, dan menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung dan kondusif. Sedangkan
untuk Ing Ngarsa Sung Tulada yaitu di depan, seorang pendidik atau guru mampu memberikan
contoh tindakan yang baik dan bermoral.
B. Makna Logo
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Tut Wuri Handayani telah menjadi logo
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1977 hingga saat ini. Merujuk pada laman
resmi Kemendikbud, berikut uraian lengkap mengenai makna logo atau lambang Tut Wuri
Handayani:
4. Burung Garuda (yang menjadi motif belencong) memberikan gambaran sifat dinamis,
gagah perkasa, mampu dan berani mandiri mengarungi angkasa luas. Ekor dan sayap
garuda digambarkan masing-masing lima, yang berarti: ‘satu kata dengan perbuatan
Pancasilais’.
5. Buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
6. Warna: Warna putih pada ekor dan sayap garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa
pamrih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian.
Warna biru muda pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus
dengan memiliki pandangan hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila).
Logo Tut Wuri Handayani yang saat ini kita lihat bermula pada sayembara yang
dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang saat itu belum memiliki logo
resmi. Terdapat 1.600 peserta yang ikut seleksi dalam sayembara melalui SK Menteri Nomor
0398/M/1977 pada 6 September 1977. Dari jumlah tersebut, dipilih 10 lambang atau logo terbaik
yang selanjutnya akan dimodifikasi menjadi lambang Tut Wuri Handayani yang sekarang kita
kenal.
Bicara mengenai sejarahnya, tidak akan lepas dari pahlawan pendidikan KI Hajar
Dewantara dan juga pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut
Taman Siswa) pada 3 Juli 1922.
Di masa inilah Ki Hajar Dewantara mencetuskan Tut Wuri Handayani yang terdapat juga
dalam 7 pasal asas pendidikan di Taman Siswa yang merupakan perjuangan untuk menghadapi
pemerintah kolonial Belanda dan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang
nasional dan demokrasi.
Semangat mengajar Ki Hajar Dewantara menjadi cikal bakal semboyan dan lambang
pendidikan yang kita gunakan saat ini. Hal tersebut tercerminkan dari keputusan Beliau
mengganti nama gelar kebangswanan dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan mengajar
secara ikhlas dan membeda-bedakan latar belakang murid-muridnya.
Selain itu, untuk mengenang jasa-jasanya, ditetapkan Surat Keputusan Presiden RI no.
305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959 perihal penetapan Hari Pendidikan Nasional yang
sama seperti hari lahir Ki Hajar Dewantara di tanggal 2 Mei.
E. Contoh Pelaksanaan
Agar semakin memahami makna Tut Wuri Handayani, berikut beberapa contoh
pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti di depan memberikan contoh atau teladan. Contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari ialah saat guru mengajar menggunakan
metode ceramah atau memberikan nasihat, ia harus benar-benar siap dan tahu bahwa apa
yang diajarkannya tersebut adalah baik dan benar.
2. Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti di tengah membimbing, memotivasi, dan
memberikan semangat. Hal ini ini dapat tercermin saat kegiatan belajar mengajar guru
menggunakan metode diskusi. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat memberikan
masukan atau arahan yang relevan dan berguna bagi anak didiknya.