Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Anggini Wulansari

NIM : 12010324936

Lokal : Manajemen Pendidikan Islam (MPI) / 4-G

Matkul : Manajemen Kelas

Dosen Pengampu : Syarifah, Dra., M. M.

TUT WURI HANDAYANI

A. Pengertian Tut Wuri Handayani

Arti atau makna dari semboyan Tut Wuri Handayani adalah sebagai seorang pendidik,
guru harus dapat memberikan teladan, dorongan, dan arahan. Adapun kedua penggalan lainnya
Ing Madya Mangun Karsa memiliki arti di tengah membimbing, memotivasi, memberikan
semangat, dan menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung dan kondusif. Sedangkan
untuk Ing Ngarsa Sung Tulada yaitu di depan, seorang pendidik atau guru mampu memberikan
contoh tindakan yang baik dan bermoral.

B. Makna Logo

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Tut Wuri Handayani telah menjadi logo
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1977 hingga saat ini. Merujuk pada laman
resmi Kemendikbud, berikut uraian lengkap mengenai makna logo atau lambang Tut Wuri
Handayani:

1. Bidang Segi Lima (Biru Muda) menggambarkan alam kehidupan Pancasila.

2. Semboyan ini digunakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam melaksanakan sistem


pendidikannya. Pencantuman semboyan ini berarti melengkapi penghargaan dan
penghormatan kita terhadap almarhum Ki Hajar Dewantara yang hari lahirnya telah
dijadikan Hari Pendidikan Nasional.
3. Belencong Menyala Bermotif Garuda Belencong (menyala) merupakan lampu yang
khusus dipergunakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong membuat
pertunjukan menjadi hidup.

4. Burung Garuda (yang menjadi motif belencong) memberikan gambaran sifat dinamis,
gagah perkasa, mampu dan berani mandiri mengarungi angkasa luas. Ekor dan sayap
garuda digambarkan masing-masing lima, yang berarti: ‘satu kata dengan perbuatan
Pancasilais’.

5. Buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia.

6. Warna: Warna putih pada ekor dan sayap garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa
pamrih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian.
Warna biru muda pada bidang segi lima berarti pengabdian yang tak kunjung putus
dengan memiliki pandangan hidup yang mendalam (pandangan hidup Pancasila).

C. Logo Tut Wuri Handayani

Logo Tut Wuri Handayani yang saat ini kita lihat bermula pada sayembara yang
dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang saat itu belum memiliki logo
resmi. Terdapat 1.600 peserta yang ikut seleksi dalam sayembara melalui SK Menteri Nomor
0398/M/1977 pada 6 September 1977. Dari jumlah tersebut, dipilih 10 lambang atau logo terbaik
yang selanjutnya akan dimodifikasi menjadi lambang Tut Wuri Handayani yang sekarang kita
kenal.

D. Sejarah Tut Wuri Handayani

Bicara mengenai sejarahnya, tidak akan lepas dari pahlawan pendidikan KI Hajar
Dewantara dan juga pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut
Taman Siswa) pada 3 Juli 1922.

Di masa inilah Ki Hajar Dewantara mencetuskan Tut Wuri Handayani yang terdapat juga
dalam 7 pasal asas pendidikan di Taman Siswa yang merupakan perjuangan untuk menghadapi
pemerintah kolonial Belanda dan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang
nasional dan demokrasi.

Semangat mengajar Ki Hajar Dewantara menjadi cikal bakal semboyan dan lambang
pendidikan yang kita gunakan saat ini. Hal tersebut tercerminkan dari keputusan Beliau
mengganti nama gelar kebangswanan dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan mengajar
secara ikhlas dan membeda-bedakan latar belakang murid-muridnya.

Saat pembentukan Kabinet Republik Indonesia yang pertama, Ki Hajar Dewantara


ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Menteri Pendidikan. Semenjak itu, Ki Hajar Dewantara
semakin dikenal sebagai tokoh atau pahlawan yang meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.

Selain itu, untuk mengenang jasa-jasanya, ditetapkan Surat Keputusan Presiden RI no.
305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959 perihal penetapan Hari Pendidikan Nasional yang
sama seperti hari lahir Ki Hajar Dewantara di tanggal 2 Mei.

E. Contoh Pelaksanaan

Agar semakin memahami makna Tut Wuri Handayani, berikut beberapa contoh
pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti di depan memberikan contoh atau teladan. Contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari ialah saat guru mengajar menggunakan
metode ceramah atau memberikan nasihat, ia harus benar-benar siap dan tahu bahwa apa
yang diajarkannya tersebut adalah baik dan benar.

2. Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti di tengah membimbing, memotivasi, dan
memberikan semangat. Hal ini ini dapat tercermin saat kegiatan belajar mengajar guru
menggunakan metode diskusi. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat memberikan
masukan atau arahan yang relevan dan berguna bagi anak didiknya.

3. Tut Wuri Handayani, yang berarti di belakang memberikan dorongan. Contoh


pelaksanaan ini dapat terlihat saat guru mengamati, mengikuti, dan mengarahkan anak
didik dari belakang dalam mengimplementasikan apa yang dipelajarinya.
Saat guru mengimplementasikan semboyan pendidikan ini, di depan memberikan contoh
atau teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan, maka anak
didik diharapkan dapat berusaha secara mandiri dan bersaing dengan sehat.

Anda mungkin juga menyukai