Anda di halaman 1dari 73

KATALOGISASI DAN KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA1

PENDAHULUAN
Pada awalnya perpustakaan diciptakan untuk melestarikan dokumen hasil karya
manusia yang berbentuk dokumen. Untuk melakukan hal tersebut, yang paling awal harus
dilakukan adalah dengan mengumpulkan dokumen sebanyak mungkin, yang selanjutnya
diidentifikasi ciri-cirinya. Dengan melakukan identifikasi yang cermat, maka kumpulan
karya tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui daftar dan
ciri-ciri melalui pengelompokan menurut bentuk, warna atau ukuran. Dengan demikian
keberadaan dokumen dokumen tersebut dapat diketahui dan apabila ditelusuri dapat
ditemukan dengan mudah. Proses dan upaya seperti ini disebut sebagai pengawasan
bibliografi.
Pengawaan bibliografi adalah proses yang mengorganisasikan informasi terekam
dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga apabila dibutuhkan dapat dengan cepat
diketemukan kembali. Upaya tersebut dimaksudkan agar tidak ada satupun dokumen yang
tidak diketahui keberadaannya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan pengawasan bibliografi. Diantaranya adalah Klasifikasi (classification) dan
Katalogisasi (cataloguing). Dua kegiatan ini merupakan kegiatan mendasar dalam
pengelolaan dan pelayanan berbagai jenis bahan pustaka/dokumen di perpustakaan.
Hasil kegiatan pengawasan bibliografi antara lain : daftar dokumen atau yang
dikenal dengan nama bibliografi, daftar koleksi dokumen yang dikenal dengan nama
katalog, atau daftar tercetak atas judul-judul jenis informasi tertentu atau dikenal dengan
nama indeks.
Salah satu institusi yang melakukan kegiatan pengawasan bibliografi adalah
perpustakaan, yaitu dengan mengggolongkan bahan pustaka/sumber informasi menurut
golongan yang sama serta membuat daftar dokumen yang dikoleksikan dalam
perpustakaan itu. Kegiatan penggolongan bahan pustaka/sumber informasi menurut
subyek dan ciri-ciri yang sama disebut klasifikasi, sedangkan kegiatan membuat daftar
disebut katalogisasi yang keduanya berfungsi sebagai sarana temu kembali (penelusuran)
bahan pustaka yang dibutuhkan.
1

Catatan Singkat, Disiapkan Untuk Pelatihan Teknik Dasar Pengelolaan Bahan Pustaka Pada
Pusat Dokumentasi Informasi dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Raja Ampat, 17 19 Desember
2010

A. KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA


Terdapat beberapa definisi mengenai katalog namun, secara umum pengertian
katalog adalah suatu daftar yang terurut yang berisi informasi tertentu dari benda atau
barang yang didaftar. Secara lebih luas pengertian katalog adalah metode penyusunan item
yang berisi informasi atau keterangan tertentu dilakukan secara sistematis baik menurut
abjad maupun urutan logika yang lain.
Pemakai perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan untuk mencari
informasi untuk melakukan kegiatan penelitian dan sebagi alat bantu belajar maupun
kegiatan lainnya. mungkin saja pemakai tidak dapat menemukan buku yang diinginkannya
dalam rak. Untuk mengetahui buku apa saja yang dimiliki perpustakaan diperlukan alat
bantu yang disebut katalog perpustakaan. Jadi katalog perpustakaan adalah daftar bahan
pustaka.
Katalog perpustakaan berarti sistematika daftar buku atau bahan pustaka yang lain
di dalam perpustakaan yang memberi informasi tentang pengarang, judul, edisi, penerbit,
tahun terbit, ciri fisik, isi (subjek) dan lokasi bahan pustaka tersebut disimpan. Tujuan dan
fungsi katalog ialah untuk memudahkan menemukan kembali bahan pustaka yang telah
disimpan.
Kebiasaan pemakai dalam mencari bahan pustaka sering kali hanya subjeknya saja.
Dengan demikian kehadiran katalog pada perpustakaan berfungsi sebagai sarana untuk
menemukan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Oleh karena itu pembuatan dan
penyelenggaraan katalog harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang dapat
memberi kemudahan pada pemakai.
Ruang Lingkup Proses Katalogisasi
Ciri-ciri dokumen atau bahan pustaka terdiri dari ciri fisik dan non fisik. Ciri-ciri
fisik adalah ciri yang langsung bisa dikenali pada fisik dokumen, seperti Judul, Nama
Pengarang, penerbit, edisi, tahun terbit dan jumlah halaman isinya. Sedangkan ciri non
fisik adalah kandungan subyek informasi yang termuat atau dibahas dalam dokumen
tersebut. Ciri non fisik ini tidak bisa langsung diketahui dari fisik dokumen, melainkan
harus dicari melalui analisis dokumen.

Berdasarkan dua jenis ciri tersebut, maka proses katalogisasi sebagai proses
mengidentifikasi ciri dokumen juga mencakup dua jenis, yaitu :
1. Katalogisasi deskriptif dan
2. Katalogisasi subyek
Untuk melakukan kedua jenis katalogisasi tersebut, perlu dilakukan pedoman atau
standar yang sudah baku dan berlaku secara universal. Hal ini penting, karena pengelolaan
perpustakaan sebagai sumber informasi dimaksudkan untuk memberikan kontribusi dalam
pemenuhan kebutuhan informasi secara universal melalui pertukaran atau pemanfaatan
informasi secara bersama. Agar pertukaran dan pemanfaatan secara bersama ini dapat
terlaksana dengan lancar, maka setiap informasi di manapun dikoleksikan perlu
diidentifikasi dengan cara yang sama, yaitu menggunakan aturan yang berlaku.
Standar yang harus diikuti untuk katalog deskriptif adalah International Standard
Bibliographis Description (ISBD) atau Anglo American Cataloguing Rules (AACR) yang
sudah direvisi. Sedangkan standar katalogisasi subyek terdiri dari standar untuk klasifikasi
subyek dan standar untuk penentuan tajuk subyek (Subject headings).
Sesuai dengan pemahaman dan persyaratan yang disepkati secara umum/universal,
maka sebuah daftar atau katalog disusun menurut ketentuan yang baku. Demikian pula
unsure-unsur atau komponen yang diuraikan dalam daftar tersebut juga disesuaikan
dengan ketentuan standar yang terkait.
Katalog koleksi bahan pustaka dalam perpustakaan sekurang-kurangnya

harus

mencakup komponen sebagai berikut :


a. Nama penanggungjawab bahan pustaka atau dokumen, terutama penanggungjawab
isi intelektualnya, atau secara umum disebut pengarang, penulis atau pencetus
informasi
b. Judul bahan pustaka, termasuk anak judul, atau judul parallel kalau ada.
c. Tempat dan tahun diterbitkannya bahan pustaka, serta nama penerbit.
d. Identitas fisik, seperti jumlah halaman, bentuk/jenis dokumen, ukuran dan
sebagainya.
e. Identitas non fisik atau isi inteektual bahan pustaka yang ditandai dengan lambing
penggolongan atau klasifikasi subyek.
f. Nomor kode letak bahan pustaka dalam jajaran koleksi, atau biasa disebut sebagai
nomor panggil (Call number)

B. KATALOGISASI DESKRIPTIF
Kegiatan katalogisasi deskriptif (descriptive cataloguing) adalah kegiatan membuat
deskripsi atau uraian atas suatu dokumen atau bahan pustaka menurut komponen dan
sistematika penyajian yang telah ditetapkan dalam standar deskripsi bibliografi. Oleh
karena itu, untuk memahami kegiatan katalogisasi deskriptif, yang mencakup antara lain
ketentuan tentang penetapan tajuk entri utama, tajuk entri tambahan, tata deskripsi
bibliografi, dan wilayah serta sumber data bibliografi.
I. PERATURAN KATALOGISASI
Sebagaimana disebutkan sebelumnya peraturan katalogisasi dibuat untuk
menjamin terjadinya konsistensi dalam sistematika,tata cara dan komponen deskripsi
,sehingga seluruh data bibliografiyang diperlukan didieskripsikan secara lengkap dan
akurat,standar deskripsi yang digunakan adalah ISBD,yang juga telah disadur sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan katalogisasi deskriptif di Indonesia,yang diberi judul
peraturan katalogisasi Indonesia2.
1. Tajuk entri
Yang dimaksud dengan tajuk entri(asesheading atau asespoin) adalah tajuk yang
dengannya sebuah data bibbiografi yang dimasukkan dalam sebuah catalog atau
pangkalan data biblografi(catalog terkomputerisasi),sehingga dapat dikenalai dan
ditemukan kembali dengan mudah,cepat,dan tepat.
Tajuk entri yang dimaksud mencakup : tajuk entri utama ( TEU) atau main entri
heading ),dan tajuk entri tambahan (TET) atau adet entri heading.untuk menentukan
atau memeilih kedua tajuk entri tersebut harus diikuti sebuah ketentuan yang bersifat
baku /standar,termasuk ketentuan tentang cara membentuk tajuk entri dari data asli
yang ditemukan dala dokumen (AACR 1989 R,bab 21-25,perturan katalogisasi
Indonesia,bagian II )\

2. Tajuk entri utama (TEU)

Peraturan Katalogisasi Indonesia : Deskripsi Bibliografi (ISBD), Penentuan Tajuk untuk entri, judul
seragam. Edisi ke-4. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1994

Yang dimaksud dengan tajuk entri utama (TEU) adalah komponen data bilgiografi
yang merupakan cirri autoritas dokumen.padab umumnya TEU adalah nama orang
atau badan yang bertanggung jawab terhadap isi intelektual dokumen tersebut.dala
tatanandeskripsi bibliografi,TEU menempati urutan pertama atau awal dari satuan
unit deskripsi .
3.

Ketentuan umum TEU adalah sebagai berikut ;


1) Dokumen hasil

karya

perseorangan dimasukan kedalam data bibligrafi ?

katalog dibawah nama orang bersangkutan, dengan catatan :


I.

dokumen hasil karya pengarang tunggal,ditentukan berdasarkan nama


pengarang tunggal tersebut;

II.

dokumen hasil karya bersama beberapa pengarang namun dinyatakan


adanya pengarang utama,ditentukan berdasakan pengarang utama ;

III.

dokumen hasil karya bersama 2 hingga 3 orang pengarang tanpa


dinyatakan adanya pengarang utama,ditentukan berdasrkan nama
pengarang pertama (yang disebutkan pertama kali);

IV.

dokumen hasil karya bersama lebih dar tiga orang pengarang tanpa
adanya pengarang utama,TEU ditetapkan dibawah judul karya.

2) Dokumen hasil karya sebuah lembaga atau badan korporasi,yakni dokumen


yang isinya mencerminkan pendapat,pandangan.prinsip,atau sikap institusiaonal
lembaga/badan,dan bukan melalui pendapat/pandangan/prinsip/sikap para
penulisnya, TEU ditetapkan di bawah nama lembaga. Yang termasuk dalam
kategori lembaga/badan korporasi adalah :
a. asosiasi,
b. institusi,
c. firma bisnis,
d. badan usaha non-profit,
e. lembaga pemerintah,
f. proyek (otorita),
g. lembaga keagamaan,termasuk kelompok gereja lokal yang memiliki
nama gereja,dan
h. pertemuan atau konperensi.
3) Dokumen karya lembaga/badan korporasi dapat berupa:

Dokumen administrative, kebijakan/tatalaksana/keuangan/operasional


intern

lembaga,

ketenagaan

dan/atau

keanggotaannya

(seperti

direktori),atau kekayaan sumberdayanya (catalog,daftar inventaris,dsb.)


Dokumen hokum, peraturan perundangan, perjanjian, keputusankeputusan, konstitusi, keputusan pengadilan (yurisprudensi), hukum

keagamaan, karya-karya liturgis.


Dokumen rekaman hasil pemikiran kolektif dari lembaga (laporan

komisi, panitia, pernyataan sikap terhadap kebijakan di luar lembaga)


Dokumen yang melaporkan kegiatan kolektif dalam konperensi
(prosiding), atau laporan ekspedisi, atau kegiatan lain yang di

selenggarakan oleh dan/atau atas nama lembaga.


Dokumen sebagai hasil atau produk dari kegiatan kolektif suatu lembaga
selebriti (rekaman suara, film, rekaman video, dsb)

4.

Bentuk Tajuk Entri Utama


Untuk semua TEU nama orang bentuk tajuknya adalah nama yang dibalik
(inverted),yakni diawali dengan nama keluarga/marga/belakang (family name)
kemudian diikuti dengan nama kecil/nama dapan (chiristian name) ,dipisahkan
dengan tanda koma.
Untuk nama yang tidak mengandung nama keluarga namun terdiri lebih dari satu
kata,maka bagian nama yang paling belakang diperlukan sebagai nama keluarga.
Namun demikian ketentuan umum ini masih harus disesuaikan dengan ketentuan
khusus yang terkait dengan nama-nama bangsa/suku bangsa tertentu (misalnya:nama
China,nama

Indonesia,nama

yang

mengandung

gelar

kebangsawanan,nama

samara,dan sebagainya,lihat AACR 1998R bab 22.1-22.28,atau peraturan katalogisasi


Indonesia bab VI).
Contoh:

Bentuk Tajuk
Bernhardt,Sarah
Chiang, Kai-shek
Mahfuz, HussynAli
KurdAli,Muhammad
Muller-Breslau, Heinrich

Nama Asli
Sarah Bernhardt
Chiang Kai-shek
HussayAli Mahfuz
Muhammad KurdAli
Heinrich Muller-Breslau

Sebanyak dan sekaya budaya dan peradaban umat manusia yang membentuk
pola-pola nama yang khas,sebanyak dan sekaya itu pola TEU yang harus
diperhatikan.Oleh kerena itu,pengkatalog TIDAK PERNAH boleh menganggap diri

menguasai/hafal cara pembentukan tajuk entri utama untuk orang ini,apalagi jika
menyangkut

nama

diri

bangsa/suku

bangsa

tertentu.Pedoman

Tajuk

Entri

Utama,seperti Peraturan Katalogisasi Indonesia itu harus selalu berada di atas meja
sang pengkatalog.
Untuk tajuk nama lembaga/badan korporasi pada umumnya dibentuk dengan
nama badan tewrsebut,sebagaimana ditetapkan dan/atau dikenal luas oleh masyarakat.
Untuk badan korporasi yang merupakan badan bawahan (sub ordinasi), TEU-nya
adalah nama badan induk, diikuti dengan nama badan bawahan setelah didahului
dengan tanda titik. Ketentuan umum

TEU nama badan korporasi ini perlu di

sesuaikan dengan berbagai ketentuan khusus yang terkait dengan variasi bentuk badan
(lihat AACR 1998R bab 21.4,21.31,24.2 24.27; juga 21.16 21.28. Atau Peraturan
katalogisasi Indonesia bab 27).
Jika sebuah nama dipakai oleh lebih dari satu badan/lembaga yang
berbeda,maka harus ditambahkan unsur pembeda di belakang tajuk nama itu;
misalnya untuk nama kabupaten dan kotamadya yang wilayahnya meliputi kawasan
yang sama,seperti Kabupaten Jayapura dan Kotamadya Jayapura,maka diberikan
unsure pembeda dengan menyebutkan bentuk pemerintahannya.Unsur pembeda
lainnya dapat berupa bentuk substansi,atau lembaga induknya,atau nama pemiliknya.
Contoh:

Bentuk Tajuk
United States. President
Pius XII. Pope
Universitas Terbuka. Lemlit
UNESCO
Raja Ampat (Kabupaten)
Manokwari. Bupati

Nama Asli
President of the United States.
Pope Pius XII
Lemlit Universitas Terbuka
United Nation Educational, ...
Kabupaten r
Bupati Manokwari

Perlu diperhatikan khusus untuk kepala Negara,TEU harus mencantumakan


masa pemerintahan kepala Negara itu,serta nama kepala Negara tersebut yang ditulis
dalam tanda kurung.
Contoh:

Indonesia. Presiden, 1945 1967 (Soekarno)


Amerika Serikat. Presiden, 1953 1961 (Eisenhower)
Jepang. Kaisar, 1926 - (Hirohito)
Spanyol. Raja, 1886 -1931 (Alfonso XIII)

Sedangkan TEU untuk kepala yang bukan kepala Negara atau juga kepala
pemerintah di daerah ,ditetapkan dibawah nama Negara atau daerah dan nama
jabatanya.
Contoh:

Jika

Indonesia. Perdana Menteri


Inggris. Prime Minister
Papua. Gubernur
Raja Ampat (Kabupaten). Bupati
dokumen

merupakan

hasil

dari

suatu

pertemuan( seminar,lokakarya,dsb)maka TEU ditetapkan berdasrkan nama / judul


pertemuan tersebut.
Contoh:

Konferensi Nasional Ekonomi Pertanian (ke-2: 1970: Bukittinggi)


Papua Biology Conference (ke-3: 2001: Manokwari)
Rapat Kerja Komisi HAM (2004 Juni 26-28: Jakarta
5.
Tajuk Entri Tambahan (TET)
Tajuk entri tambahan adalah tajuk yang dibentuk dari komponen data bibliografi
lainya,yang dipandang perlu untuk memberikan titik akses tambahan guna
menemukan dokumen yang dicari.hal ini penting,karena tidak semua pencari
informasi mengetahui siapa atau apa TEU dari dokumen yang dicarinya.Penetapan
TEU dan TET dibuat oleh petugas perpustakaan(pustakawan) untuk menyediakan titik
akses atau sarana penemuan kembali dokumen,pengguna atau pencari informasi tidak
akan mempersoalkan masalah TEU atau TET.
Tajuk entri tambahan dapat berupa ;
1. Tambahan untuk nama pengarang bersama (pengarang kedua,ketiga ;
2. Tambahan untuk nama penerjemah,penyuting \,illustrator,penulis kata
pengantar
3. Tambahan untuk nama badan/lembaga lain terkait ,baik terkait dengan nama
orang atau badan/lembaga yang dijadiakn TEU maupun dengan kegiatan halhal lain dari pengarang perseorangan
4. Tambahan untuk namapertemuan/seminar
5. Tambahan untuk judul asli dari suatu terjemahan,judul seri, atau komponen
judul lain yang terdapat pada bagian lain dari halaman judul
Cara membuat tajuk entri tambahan pada dasarnya sama dengan TEU
II.

TATA DESKRIPSI BIBLIOGRAFI

TEU dan TET yang dijelaskan sejauh ini hanya merupakan dua komponen dalam
deskrip[si tentang ciri-ciri dokumen,selebihnya bias dijelaskan dalam bagian tata
deskripsi,bibliografi,sesuia dengan standar yang berlaku.
1. Tingkatan deskripsi
Dalam AACER 2R yang dikenal adanya tiga macam Atau tingkatan deskripsi
bibliografi,yakni tingkatan pertama yang disingkat.,tingkatan kedua yang lengkap dan
tingkatan yang ketiga yang sangat lengkap.yang mencakup semua elemen yang
diuraikan dalam AACER .pada umumnya perpustakaan menggunakan ndeskrpisi
bibliografi tingkan pertama.
Tata deskripsi tingkatan pertama dapat dirumuskan sebagai berikut :
Judul karya / pernyataan kepengarangan pertama, jika berbeda dengan
TEU dalam hal bentuk atau urutan, atau jika tidak terdapat TEU.
Pernyataan edisi. Rincian bahan (jenis penerbitan). Ukuran. Catatan.
Nomor standar (ISBN)

Jika TEU dan TET dicantumkan, Rumusnya sebagai berikut :


TEU
Judul karya / pernyataan kepengarangan pertama, jika berbeda dengan
TEU dalam hal bentuk atau urutan. Pernyataan edisi. Rincian bahan
(jenis penerbitan). Tempat terbit: Penerbit, Tahun terbit.
Ukuran. Catatan. Nomor standar (ISBN)
TET

Catatan dapat berisi hal-hal yang dipandang perlu untuk menjelaskan dokumen
tersebut, seperti misalnya judul asli dari suatu terjemahan, jumlah jilid dari suatu buku
berjilid, asal-usul buku, dan sebagainya.
Contoh : sebuah buku yang disusun oleh dua orang pengarang
Supriyanto, Wahyu
Teknologi Informasi Perpustakaan : Strategi Perancangan
Perpustakaan Digital / oleh Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin. Cet.
Ke-5. Yogyakarta : Kanisius, 2008.
184 .:il.: 23 cm.
- ISBN 978-979-21-1950-3
Muhsin, Ahmad

2. Wilayah data dan Sumber Informasi


Komponen data yang diperlukan untuk deskripsi bibliografi tersebut diperoleh dari
dalam bagian-bagian dokumen atau bahan pustaka yang bersangkutan, atau juga dari
sumber lain yang terkait. Data yang dideskripsikan dalam sebuah katalog
dikelompokkan ke dalam 8 wilayah data. Masing-msing wilayah data untuk deskripsi
tersebut harus diisi dengan data yang diperoleh dari sumber data yang sah untuk itu.
Delapan wilayah data tersebut berikut sumber informasinya adalah sebagai berikut
( AACR 2R: 1..0B1 2.0B2)

No.
1.

4.

Wilayah Data
Wilayah judul (judul utama, anak judul,
judul paralel), dan pernyataan keperangan
(pengarang
pertama
hingga
ketiga,
penyunting, penerjemah, dsb)
Wilayah edisi dan penanggungjawab edisi,
jika berbeda dengan TEU
Wilayah rincian bahan khusus (kartografi,
rekaman, dan sebagainya)
Wilayah impresum (imprint)

5.

Wilayah deskripsi fisik

6.
7.

Wilayah catatan
Wilayah nomor standar
ketersediaan dokumen

2.
3.

dan

catatan

Sumber Data
Utama : halaman judul

Utama : halaman judul,


halaman pendahuluan
langsung
disebut
berdasarkan jenis bahan
Utama : halaman judul,
halaman pendahuluan
Seluruh
bagian
dokumen
semua sumber terkait
Semua sumber terkait

3. Katalog terkomputerisasi
Pada era teknologi informasi seperti saat ini sebuah perpustakaan sudah sangat
ketinggalan apabila dalam membuat dan meyajikan katalog masih dalam bentuk
10

manual. Berkat kemajuan teknologi sistem katalogisasi sudah dapat dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi komputer, sehingga juga dapat dilakukan komputerisasi
katalog.
Komputerisasi katalog adalah pemindahan data bibliografi koleksi dari sistem
manual (katalog kartu) ke sistem elekronik/digital dalam bentuk pangkalan data
bibliografi. Pangkalan data ini tersimpan dalam sistem komputer sehingga dapat
diperbaiki (ditambah/dikurangi), dapat diubah (dimodifikasi) sesuai dengan kebutuhan
serta dapat dimanfaatkan secara lebih mudah, cepat dan akurat untuk mendukung
pencarian dan temu kembali bahan pustaka yang dikoleksikan.
Komputerisasi katalog koleksi pada dasarnya adalah proses pembuatan pangkalan
data bibliografi untuk setiap judul bahan pustaka yang ada dalam koleksi
perpustakaan.
Tujuan dari proses ini adalah agar data bibliografi tersebut dapat dibaca oleh
mesin (komputer). Oleh karena itu komputerisasi katalog biasa pula disebut
katalogisasi terbaca mesin atau machine readable cataloguing (MARC). Agar data
bibliografi dalam katalog dapat dibaca oleh mesin, maka data tersebut harus diberi
tengara atau tag yang bersifat unik, artinya tengara tersebut hanya bisa digunakan
untuk menengarai data tersebut. Selanjutnya sesuai dengan aturan katalogisasi, data
bibliografi dalam sebuah katalog dikelompokkan dalam sejumlah komponen data yang
juga biasa disebut ruas data. Data dalam sebuah ruas terdiri dari sejumlah komponen,
yang masing-masing disebut sebagai subruas.
Mengacu kembali pada MARC tadi, maka untuk menengarai ruas data dalam
katalog (Marc tagging telah ditetapkan kode standar dalam bentuk angka-angka,
sedangkan tengara untuk sub ruas digunakan huruf. Tengara untuk pembedaan dan
pembagian subruas itu disebut delimeter. Tengara untuk masing-masing ruas data dan
sub ruas dalam MARC, khususnya yang digunakan oleh CDS-ISIS atau WINISIS
(CDS-ISIS berbasis Windows) yang didefinisikan dalam struktur data sebagai berikut:
20 ISBN, masing-masing ditandai dengan ^a
Contoh : ^a979-403-754-0
100

Tajuk entri utama nama orang (pengarang), dengan sub ruas : ^a untuk nama
keluarga^quntuk kepanjangan dari singkatan nama ^duntuk tahun lahir dan
meninggal (jika ada)
Contoh : ^aMambraku, Alfaris ^qBaptista ^d1965
11

110

Tajuk entri nama badan korporasi dengan sub ruas : ^abadan Induk ^bbadan
bawahan

111

Tajuk entri nama pertemuan dengan sub ruas : ^anama pertemuan ^nuntuk
nomor urut pertemuan ^ctempat pertemuan ^dtanggal pertemuan

245

Judul dan pernyataan penanggung jawab dengan sub ruas : ^ajudul utama
^banak judul (kalau ada) ^cPernyataan penanggungjawab.

250

Pernyataan Edisi, dengan sub ruas : ^aNomor Edisi ^bPenanggungjawab edisi

260

Impresum, dengan sub ruas : ^aNama Kota ^bPenerbit ^cTahun terbit

300

Deskripsi fisik, dengan sub ruas : ^aJumlah halaman ^bKeterangan ilustrasi


^cUkuran ^eLampiran

440

Pernyataan seri, dengan sub ruas : ^aJudul seri, Nomor Seri, ^vVolume
^eLampiran

500

Catatan Umum, dengan tengara ^a pada awal catatan

650

Tajuk entri tambahan subyek, dengan sub ruas : ^aSubyek utama, ^xsub divisi
umum ^yWaktu ^zTempat

695

Kata Kunci, masing-masing diberi tengara ^a

700

Entri tambahan nama orang, dengan sub ruas : Tajuk entri utama nama orang
(pengarang), dengan sub ruas : ^a untuk nama keluarga^quntuk kepanjangan
dari singkatan nama ^duntuk tahun lahir dan meninggal (jika ada)

710

Entri tambahan badan korporasi dengan sub ruas : ^abadan Induk ^bbadan
bawahan

711

Entri tambahan nama pertemuan, dengan sub ruas : ^anama pertemuan


^nuntuk nomor urut pertemuan ^ctempat pertemuan ^dtanggal pertemuan
Selain komponen data tersebut terdapat pula komponen data tambahan, seperti

tanggal pemasikan data, kode bahasa, kode operator, noor kode lokasi dan sebagainya.
Karena setiap ruas data nantinya akan diisi data, maka harus ditentukan panjang ruas
isian data yang dihitung menurut jumlah karakter (termasuk spasi), jenis isian
(huruf/angka) dan sifat isian (berulang atau tidak).
Untuk memasukkan data ke dalam pangkalan data . disediakan lembar kerja
pemasukan data. Lembar kerja tersebut dibuat berdasarkan struktur data yang telah
ditetapkan pada waktu dibuat atau didefinisikan pangkalan data yang bersangkutan.
Berikut contoh salinan dari lembar kerja pemasukan data buku.
12

Gambar 1. Contoh Lembar Kerja pemasukan data bibliografi pada WINISIS


Selain sistem katalog yang menggunakan format MARC seperti di atas, saat ini
juga telah dirilis berbagai macam Software program katalogisasi yang tidak perlu lagi
menggunakan Format tudung (^) dalam proses menginput data. Salah satu contoh
misalnya program manajemen perpustakaan yang diberi nama SENAYAN, program
ini menyediakan berbagai fitur yang memudahkan petugas perpustakaan dalam
menginput data. Program ini juga sudah terintegrasi dengan program pengelolaan
perpustakaan yang lain, misalnya program keanggotaan dan sirkulasi.
Berikut contoh lembar kerja pemasukan data bibliografi pada program senayan

13

Gambar 2. Conto lembar Contoh Lembar Kerja pemasukan data bibliografi pada
Senayan

14

C. KATALOGISASI SUBJEK
Fungsi utama perpustakaan dan atau pusat-pusat informasi lainnya adalah
menyediakan layanan informasi, khususnya informasi yang terdapat dalam koleksinya.
Oleh karena itu setiap informasi yang tersimpan atau yang di koleksinya harus dapat dicari
dan ditemukan kembali, sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Melalui katalogisasi
deskriptif telah dihasilkan dua pendekatan terhadap koleksi, yakni pendekatan nama
pengarang, dan pendekatan judul bahan pustaka. Masih ada satu pendekatan yang sangat
penting yang harus dibuat, yakni pendekatan subjek.
Pada dasarnya kebutuhan akan informasi adalah kebutuhan (informasi) mengenai
sesuatu hal atau subjek tertentu. Oleh karena itu setiap informasi yang dikoleksikan harus
dapat diidentifikasikan jenis subjeknya. Selanjutnya, terhadap susunan koleksi tersebut
harus diberikan kemungkinan pendekatan melalui subjeknya. Kegiatan pengidentifikasian
subjek dan selanjutnya pembuatan sarana pendekatan subjek atas koleksi perpustakaan itu
merupakan kegiatan yang mendasar dalam keseluruhan kegiatan perpustakaan.
Pengidentifikasian subjek itu dilakukan dengan menganalis subjek dokumen,
dengan maksud agar dokumen-dokumen dapat dikelompokkan menurut kandungan
subjeknya; juga agar dokumen dapat dibuatkan wakilnya berupa catalog subjek atau
indeks subjek. Oleh karena itu kegiatan pengidentifikasian subjek dokumen itu biasa
disebut dengan pengindeksan subjek atau katalogisasi subjek (subject cataloging).
Kegiatan pengindeksan subjek terdiri dari dua macam kegiatan, yaitu analisis subjek dan
deskripsi indeks.
Berikut ini dua macam kegiatan itu dibahas secara singkat, agar dapat digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan katalogisasi subjek secara akurat. Sesuai
dengan system yang digunakan pada UPT Perpustakaan Universitas Cenderawasih,
pembahasan dilakukan dengan penekanan

pada deskripsi indeks dengan system

klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) edisi 20.

I. ANALISIS SUBJEK
15

Analisis subjek adalah usaha untuk menafsir apa yang dimaksudkan oleh sumber
dokumen (yaitu pengarang), dengan jalan menemukan konsep-konsep yang terkandung
dalam dokumen tersebut. Konsep-konsep tersebut merupakan unsure pembentuk subjek
dokumen itu, sehingga dengan menemukan konsep-konsep tersebut akan diketahui subjek
dokumennya. Namun pada kenyataannya tidaklah mudah menentukan subjek dokumen
itu, karena konsep-konsep yang diketemukan itu sangat bermacam-macam dan dalam
jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu terdapat persoalan, apakah semua konsep itu
harus dikeuarkan dalam kegiatan analisis subjek.
Kegiatan analisis subjek ini mencakup tiga tahapan (cf. Lois Mai Chan, 1981: 133134), yakni :
(1). Meneliti dokumen (karya tulis) dan menentukan kandungan subjeknya. Tahapan ini
akan menghasilkan sejumlah topic atau kata kunci, atau sering disebut juga sebagai
konsep. Konsep-konsep yang dihasilkan dalam tahap pertama ini biasanya banyak,
dan masing-masing konsep itu belum dapat digunakan sebagai dasar penetapan subjek
dokumen.
Untuk membantu kegiatan dalam tahapan ini dapat diteliti judulnya, abstraknya,
daftar isi, judul-judul bab, kata pengantar, bab pendahuluan, sampul buku, dan bahanbahan penyerta buku lainnya. Jika bahan-bahan tersebut belum cukup membantu
untuk menentukan subjek dokumen, maka sumber-sumber luar/eksternal seperti
bibliografi, catalog, tinjauan buku, dan bahan-bahan referensi lainnya mungkin dapat
membantu.
(2). Mengidentifikasi subjek utama atau konsep-konsep pokok berdasarkan hasil dari
proses pada tahapan pertama, termasuk mengidentifikasi aspek-aspek berbeda seperti
sudut pandangan pengarang, waktu dan tempat. Pada tahap ini mungkin dihasilkan
sejumlah subjek yang terpisah atau sejumlah subjek yang saling berhubungan.
Keterhubungan subjek dalam sebuah dokumen ini biasa disebut sebagai hubungan
fase, yang mencakup: (a) fase pengaruh, (b) fase bias, (c) fase alat atau aplikasi, dan
(d) fase perbandingan.
(3). Menampilkan atau menerjemahkan subjek atau konsep utama dokumen sebagai hasil
dari kegiatan tahap kedua ke dalam sistem lambang atau bagan, misalnya sistem
daftar tajuk subjek, atau sistem nomor klasifikasi subjek.
1. Kebijaksanaan Pengindeksan

16

Tahap persoalan bagaimana dan berapa banyak konsep harus dikeluarkan itu perlu
ditetapkan suatu kebijaksanaan pengindeksan (indexing policy, yang mencakup bagaimana
cara mengeluarkan konsep-konsep itu dan seberapa banyak. Ada dua macam
kebijaksanaan pengindeksan, yaitu :
(1). Pengindeksan mendalam (depth indexing), yaitu pola pengindeksan dengan jalan
mengeluarkan semua konsep yang terkandung dalam dokumen. Pola pengindeksan ini
mengandaikan adanya derajat kelengkapan (exhaustivity) yang tinggi; dengan kata
lain, semakin lengkap/banyak konsep yang dikeluarkan, semakin mempermudah
pengguna dalam mengetahui cakupan isi dokumen.
Contoh : dokumen yang membahas mengenai Antropologi social mencakup
konsep-konsep antara lain : adat-istiadat, kekerabatan, struktur social,
pewarisan, norma dan tata nilai, dan sebagainya. Dalam pengindeksan
mendalam semua konsep itu harus dikeluarkan, dan makin lengkap
makin baik.
Pada kenyataannya, pengindeksan mendalam ini tidak biasa dilaksanakan, dan
kiranya juga tidak perlu.
(2). Pengindeksan rangkuman (summarization), yaitu pola pengindeksan dengan
mengeluarkan hanya konsep-konsep pokok yang merupakan tema sentral dokumen.
Contoh : dokumen yang membahas mengenai Antropologi social tersebut di atas
cukup dirangkum menjadi ANTROPOLOGI SOSIAL saja, tidak usah
dikeluarkan juga konsep-konsep lainnya yang amat banyak itu.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam pengindeksan rangkuman ini yaitu bahwa
konsep-konsep yang dikeluarkan itu harus mempunyai derajat kekhususan
(specificity), artinya kendati yang dikeluarkan adalah rangkuman dari keseluruhan
konsep yang ada namun rangkuman itu haruslah spesifik bukan dirangkum pada
konsep yang umum saja.
Kekhususan konsep itu dapat dimengerti dari adanya hubungan generik atau
hubungan genus-species diantara konsep-konsep. Hubungan generik itu diartikan
sebagai hubungan antara sesuatu benda (genus) dengan jenis-jenis (species) benda itu.

Contoh : dalam genus perpustakaan, terdapat species-species : perpustakaan sekolah,


perpustakaan umum, perpustakaan khusus, dan sebagainya. Masing-masing
species itu berada pada tingkat generik yang lebih rendah dari genusnya.

17

Dengan memahami adanya hubungan generik itu, akan dapat dipahami pula bahwa
untuk membentuk indeks yang lebih khusus haruslah dikeluarkan speciesnya, bukan
genusnya.
2. Jenis Konsep
Untuk dapat merangkum konsep-konsep yang baik, perlu terlebih dahulu dikenali
jenis-jenis konsep yang terkandung dalam subjek dokumen. Jenis-jenis konsep itu adalah
subjek dasar atau disiplin ilmu, fenomena, dan bentuk.
(1). Subjek dasar atau disiplin ilmu
Yang dimaksud dengan disiplin ilmu adalah cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
telah diterima secara umum, yang meliputi :
(a). Disiplin fundamental, yaitu cabang-cabang utama ilmu pengetahuan. Dewasa ini
disepakati adanya tiga pengelompokan disiplin fundamental, yaitu Ilmu-Ilmu
Sosial (Social Sciences), Ilmu-Ilmu Alamiah (Natural Sciences) dan Ilmu-Ilmu
Kemanusiaan (Humanities atau Humaniora). Namun demikian diterima pula
kelompok ilmu yang merupakan perpaduan antara ketiganya, yakni imu-ilmu
terapan atauu teknologi.
(b).Sub-disiplin, yaitu dari anggota-anggota dari cabang utama ilmu pengetahuan.
Dalam disiplin ilmu-ilmu alamiah misalnya, terdapat sub-disiplin : Biologi, Fisika,
Kimia, Matematika, Astronomi, dan sebagainya. Dalam disiplin ilmu-ilmu sosial
terdapat Antropologi, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Pemerintahan,
Pendidikan, Perdagangan, Geografi (sosial), dan sebagainya. Sedang dalam ilmuilmu

humaniora

terdapat

filsafat,

psikologi,

agama,

bahasa,

kesenian,

kesusasteraan, pertanian, ekonomi rumah tangga, manajemen, teknologi kimia,


perpabrikan, dan kontruksi.
Disiplin dan sub disiplin ilmu tersebut dapat berdiri sendiri sebagai suatu
pengetahuan dasar, tetapi juga dengan sesuatu kawasan kajian atau objek tertentu.
Sebagai contoh, sub disiplin psikologi dapat berdiri sendiri sebagai psikologi
umum, namun dapat dikaitkan dengan kawasan kajian tertentu, misalnya, psikologi
wanita, psikologi anak, psikologi belajar, dan sebagainya. Demikian pula sub
disiplin ilmu hokum, misalnya, dapat dikaitan dengan kawasan kajian tertentu
seperti hukumdagang, hokum agama, hokum keluarga, dan sebagainya.

18

(2). Fenomena, yaitu objek atau wujud yang menjadi sasaran kajian asau kawasan kajian
dari sesuatu disiplin imu. Fenomena ini dapat dibedakan pula menjadi dua macam :
(a). Fenomena konkrit, yaitu objek kajian yang berwujud (dapat dipegang atau
diamati), Misalnya : Remaja ssebagai dari psikologi, hingga timbul cabang
Psikologi Remaja; atau Nuklir sebagai objek kajian Fisika, hingga timbul Fisika
Nuklir.
(b).Fenomena Abstrak, yaitu objek kajian yang tak berwujud.
misalnya : Adat sebagai objek kajian hokum, hingga terdapat cabang Hukum
Adat; atau Moral sebagai objek kajian Filsafat, hingga terdapat Filsafat Moral.
dengan demikian subjek kajian psikologi wanita, misalnya, harus dianalisis sebagai
humaniora (disiplin) : wanita (fenomena): kedokteran gigi dianalisis sebagai teknologi
(disiplin) : kedokteran (sub disiplin) :gigi (fenomena).
(3). Bentuk, yaitu konsep atau istilah yang menunjukkan cara bagaimana subjek tersebut
disajikan dalam dokumen. bentuk ini dapat dibedakan menjadi :
(a). Bentuk fisik, yaitu medium yang dipakai untuk menyajikan subjek, misalnya :
buku, film, rekaman suara, mikrofis dan sebagainya. bentuk fisik ini tidak
mempengaruhi subjek yang bersangkutan, hingga dalam analisis subjek
biasanya tidak diperhatikan benar.
(b).Bentuk penyajian, yaitu cara atau tata susunan subjek yang disajikan; bentuk
penyajian ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
(b.1). lambang penyajian, meliputi bahasa (terutama yang bersifat khusus
seperti bahasa dan huruf Arab, bahasa dan huruf Cina, dan sebagainya),
rumus-rumus (seperti dalam Matetika, kimia, statistic, dan sebagainya),
gambar/visualisasi (seperti peta, denah, diagram, dan sebagainya).
(b.2). susunan penyajian, meliputi tata susunan (seperti susunan alfabetis,
susunan kronoogis, dan sebagainya), bentuk karangan (seperti laporan,
pidato, tinjauan, ringkasan/abstrak, synopsis, kumpulan karangan,
antologi, ensiklopedi, dan sebagainya), susunan yang merupakan kunci
literature

(seperti

merupakan

bibliografi,

indeks,

catalog(,

susunan

yang

pedoman atau peraturan (seperti standar, resep dan

sebagainya).
(b.3). penyajian untuk kelompok tertentu, meliputi penyajian untuk
kelompok pembaca tertentu (seperti misalnya Psikologi untuk guru,
19

Statistika untuk Pustakawan, dan sebagainya), dan penyajian untuk


tingkatan pembaca tertentu (misalnya penyajian untuk pemula, awam,
ahli, anak-anak, dan sebagainya).
(b.4). bentuk intelektual, yaitu bentuk pembahasan yang merupakan
penekanan atas sesuatu aspek

atau

segi dari subjek yang

bersangkutan.
misalnya : dalam dokumen yang berteman Sejarah Filsafat subjeknya adalah
Filsafat tetapi dibahas lebih-lebih sebagai sejarahnya: sebaliknya dokumen
tentang Filsafat sejarah, subjeknya adalah sejarah tetapi dibahas lebih-lebih
segi filsafat.
khusus bebtuk penyajian untuk kelompok pemabca tertentu (dalam (b.3)
tersebut) akan menimbulkan persoalan tersendiri dalam penentuan subjekdasarnya. Hal ini akan dibahas dalam bagian lain.
Jenis konsep dalam subjek dokumen ini perlu diketahui dengan tepat, agar
rangkuman konsepnya dapat tepat pula (didasarkan pada disiplin ilunya, bukan pada
kawasan kajian/fenomena, apalagi bentuknya). Dengan pembedaan jenis itu, rangkuman
subjek dokumen harus disusun dengan urutan sebagai berikut :
SUBJEK DASAR (DISIPLIN / SUBDISIPLIN ILMU) / FENOMENA / BENTUK
Hasil dari analisis subjek ini akan merupakan penjuru bagi pengelompokan atau klasifikasi
subjek/pokok soal yang dalam dibahas dalam dokumen, berdasarkan sistem klasifikasi
subjek tertentu.
Contoh analisis subjek :

Sejarah hukum dagang :


ilmu-ilmu sosial (disiplin) : hokum (subdisiplin) : (fenomena) : sejarah (bentuk).
Filsafah sejarah :
ilmu sejarah (disiplin) : filsafat (bentuk)
Sejarah filsafat :
uilmu filsafat (disiplin) : sejarah (bentuk)
Rumus-rumus matematika :
ilmu-imu murni (disiplin): matematika (sub disiplin) : runus-rumus (bentuk)

3. Pengelompokan Fenomena

20

Dalam

menganalsis

subjek

dokumen

tidaklah

terlalu

sulit

untuk

mengidentifikasikan jenis disipin ilmu atau subjek dasarnya. Namun tidak demikian
halnya dengan pengidentifikasian fenomena. Fenomena dapat merupakan kajian dari
sesuatu atau beberapa disiplin ilmu, atau dengan kata lain, fenomena tidak terbatas pada
sesuatu disiplin ilmu tertentu. Dilain pihak, fenomena itu dapat merupakan sekumpulan
konsep yang tidak selalu sederhana. Oleh karena itu fenomena itu perlu dianalisis secara
mandiri, tanpa mengaitkannya dengan sesuatu disiplin ilmu.
Untuk memahami proses dalam menganalisis fenomena itu, perlu dimengerti
beberapa istilah sebagai berikut :
a. Isolat, Fokus, dan Faset
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, sesuatu subjek pada dasarnya terdiri
dari beberapa atau jumlah konsep, atau dengan kata lain, subjek terbentuk oleh gabungan
beberapa konsep. Penggabungan ini tidak terjadi begitu saja, tetapi mengikuti kaidah atau
keteraturan. Kaidah atau keteraturan itu berupa kesamaan cirri, yang kemudian dapat
dikeompokkan sejumlah konsep dalam satu kelompok dan membedakan sejumlah konsep
lainnya.
Sebagai contoh, dalam subjek Hukum terdapat sejumlah konsep seperti macammacam hukum, bahan-bahan hukum, penyelenggara hukum, sarana pelaksanaan hukum,
dan sebagainya. Konsep-konsep seperti Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum
Perkawinan, Hukum Adat, dan sebagainya termasuk kelompok macam-macam hukum
atau jenis hukum. Konsep-konsep seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Surat
Keputusan dan Jaksa, Pembela, Terdakwa dan sebagainya termasuk kelompok
penyelenggara atau orang-orang yang berkaitan dengan hukum.
Dengan demikian terdapat sejumlah kategori yang dapat dipakai untuk
mengelompokkan

konsep-konsep.

Kategori

tersebut

dalam

istilah

teknis

ilmu

perpustakaan disebut Faset atau dengan kata lain, Faset adalah sesuatu ciri yang dapat
dipakai untuk membagi atau mengelompokkan konsep-konsep yang terkandung dalam
sesuatu subjek.
Sebagaimana nampak dalam contoh subjek Hukum yang telah disebut sebelumnya
itu, dalam setiap pengelompokkan menurut ciri tersebut (atau menurut faset tertentu)
terdapat sejumlah konsep yang merupakan anggota dari ciri pembagian tersebut. Anggota
dari sesuatu ciri pembagian atau faset itu dalam istilah teknis perpustakaan disebut Fokus.
Dengan kata lain, fokus adalah sesuatu konsep yang merupakan anggota dari sesuatu ciri
21

pembagian tertentu terhadap sesuatu subjek. Jika sesuatu konsep tidak dilihat dalam
kaitannya dengan sesuatu ciri pembagian atau fase tertentu, - jadi merupakan konsep lepas
-, maka konsep tersebut lalu disebut sebagai Isolat. Sebagai contoh, konsep persatuan
jika tidak dikaitkan dengan sesuatu subjek tertentu maka konsep tersebut berupa sebuah
isolat. Tetapi jika konsep yang sama itu dilihat dalam kaitannya dengan konsep
kebangsaan misalnya, lalu berfungsi sebagai fokus.
b. Kategori Faset Berulang
Menurut S. R. Rangganatan, seorang pustakawan India pencipta sistem Klasifikasi
Calon (calon classification), pada umumnya setiap subjek dapat dibagi/diurai menurut
sejumlah faset yang sama. Faset-faset itu adalah faset jenis atau Personality (P), faset
bahan atau Matter (M), fase kegiatan atau Energi (E), faset tempat atau Space (S), dan
faset waktu Time (T). dengan demikian dihasilkan suatu kategori faset PMEST yang dapat
dipakai untuk membagi setiap subjek, atau dengan kata lain, kategori faset yang berulang.
Sementara itu beberapa ahli lain mengatakan bahwa kategori faset itu tidak hanya
PMEST, tetapi lebih banyak lagi dan tidak sama antara satu subjek dengan subjek lainnya.
Namun tetap ada kesepakatan bahwa PMEST merupakan kategori pokok yang dapat
berulang pada hamper semua subjek. Lagi pula beberapa kategori faset lain yang mencoba
dirumuskan, sering hanya merupakan perluasan dari kategori PMEST tersebut.
Untuk lebih memahami kategori faset berulang itu, dapat diperhatikan contoh
analisis faset dari 3 (tiga) subjek berikut ini :
Faset

Perpustakaan

Pendidikan

Hukum

Jenis (P)

Perpustakaan Nasional
Pepustakaan Umum
Perpusatakaan Sekolah
dsb
Buku
Majalah
Bahan Pandang-dengar
dsb
Indonesia, dsb.
Dunia maju, dsb.
Kuno/modern
Abad 19, dsb

Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
Dsb
Kurikullum
Literature
Penget. Popular
Dsb
Indonesia, dsb.
Barat, dsb.
Kuno/modern
Abad 17, dsb

Hukum Pidana
Hukum Perdata
Hukum Adat
Dsb
Undang-Undang Dasar
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah
Dsb
Indonesia, dsb
Nasional, Daerah, dsb
Zaman penjajahan/
Kemerdekaan/Orla/Orba

Bahan/Materi (M)

Tempas (S)
Waktu (T)

c. Hubungan Konseo dan Macam-macam Dubjek

22

Dari analisis faset tersebut dapat diketahui bahwa dalam sesuatu subjek terdapat
kemungkinan adanyaberbagai hubungan konsep-konse, sebagaimana adanya berbagai
faset dan anggota fasetnya. Dalam subjek Hukum misalnya, mungkin saja ada
pembahasan yang hanya meliputi beberapa faset atau anggota. Dengan demikian terjadi
hubungan faset atau anggota faset yang sekaligus membedakan cakupan pembahasannya.
Perbedaan cakupan ini lalu membedakan macam-macam subjeknya.
Macam-macam hubungan konsep itu adaah :
1) Hubungan generik atau hubungan genus-species, yaitu hubungan antara benda
dengan jenis-jenis benda itu, atau antara sesatu subjek dengan faset jenisnya. Dalam
hal ini jenis benda atau faset jenis dari subjek yang bersangkutan mempunyai
tingkatan cakupan yang lebih kecil atau sepesifik dari pada benda atau subjeknya
sendiri. Oleh karena itu konsep yang harus dileluarkan dalam analisis adalah konsep
jenis atau sepesiesnya. Dengan kata lain, jika sesuatu dokumen membahas mengenai
HukumPidana, konsep Hukum Pidanau itulah yang harus dikeluarkan, bukan konsep
hukum secara umum.
2) Hubungan beragam, yaitu hubungan antara faset dan atau fokus yang satu dengan
faset dan fokus yang lainnya. Hubungan itu dapat berupa hubungan antara benda
dengan kegiatan atau gerak benda itu, atau antara benda dengan bahannya, dan
sebagainya.dokumen yang membahsa mengenai penyuluhan Hukum pidana,
misalnya mencakup hubungan antara konsep jenis hukum dan ukegiatan hukum.
3) Hubungan fase, yaitu hubungan yang terdapat dalam subjek yang trdiri lebih dari
satu subjek-dasar, sehingga menyebabkan subjek yang satu mempunyai tingkat atau
fase yang lebih penting (utama) dari pada subjek lainya. Penentuan mana subjek yang
harus diutamakan dalam hubungan fase ini, berikut contohnya, dibahas dalam bagian
selanjutnya.
Dari macam-macam hubugan konsep itu, dapat diketahui adanya macam-macam
subjek dokumen sebagai berikut :
(1).Subjek dasar, yaitu subjek yang harus terdiri atas satu disiplin atau sup-disiplin ilmu,
tanpa diperinci dengan fase-fasenya.
Contoh : Pengantar Ilmu hukum, hanya terdapat dari satu subdisiplin ilmu tanpa
diperinci fase-fasenya
(2).Subjek sederhan, yaitu subjek yang terdiri dari satu subdisiplin ilmu dan satu fokus
dari salah satu fasenya
23

Contoh : Pendidikan Hukum, terdiri dari satu disiplin (Ilmu hukum) dan satu fokus
dari faset kegiatan.
(3).Subjek majemuk, yaitu subjek yang terdiri dari satu disiplin ilmu dan lebih dari
fokus yang berasal dari bebrapa fasenya.
Contoh : Pendidikan tinggi Indonesia zaman penjajahan Belanda, terdiri dari satu
disiplin ilmu (Pendidikan) dan masing-masing satu fokus dari faset jenis
(pendidikan tinggi), faset tempat (Indonesia), dan faset waktu (Zaman
penjajahan Belanda).
(4).Subjek kompleks, yaitu subjek yang terbebtuk dari ionteraksi dua subjek dasar atau
disiplin ilmu yang berbeda, atau subjek yang terbebtuk karena adanya hubungan fase.
Subjek kompleks dikeompokkan dalam 4 kelompok hubungan fase, yakni :

Fase pengaruh, yakni sebuah subjek mempegaruhi subjek lainnya;


Contoh : Pengaruh agama terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pedesaan.

Fase bias, yakni sebuah subjek yang dibahas untuk kelompok pemakaian tertentu;
Contoh : Statistika untuk pustakawan;
Dasar-dasar kimia fisika untuk mahasiswa kedokteran

Fase alat, atau aplikasi, yakni sebuah subjek yang digunakan untuk membahas
subjek tertentu lainnya.
Contoh : Analisis kimia untuk penentuan kadar vitamin dalam syarat-syur-sayuran;
Kalkulasi kimia : pengantar pengunan matematika dalam kimia

Fase

perbandingan,

yakni

lebih

dari

satu

subjek

yang

saling

digabungkan/dibandingkan.
Contoh : Politik dan Ekonomi Indonesia di masa kritis
Hukum dan Kesejahteraan Sosial
d. Urutan Sistem atau Formula Faset
Seperti telah disebutkan, tujuan analisis subjek dokumen adalah untuk menentukan
rangkuman tema dokumen secara menyelurul. Rangkuman ini harus bersifat sspesifik.
Untuk subjek-subjek dasr dan sederhana kiranya tidak ada masalah dalam menentukan
rangkuman ini. Namun untuk subjek majemuk dan subjek kompleks yang terdiri dari
berbagai faset itu, terdapat masaah yang berkaitan dengan urutan faset atau urutan sitasi,
24

yaitu faset mana yang harus lebih dahulu dikeluarkan mendahului fase-fase lainnya.
Urutan faset ini harus diikuti secara taat azas (konsisteen), sehingga membentuk suatu
formula tetap yang kemudian disebut formula faset.
Dalam analisis subjek majemuk, urutan sitasi itu itu dapat ditetapkan dengan
memperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut :
(1).Mengikuti urutan yang ditetapkan oleh Rangganathan dalam kategori-fasat-berulangnya, yaitu PNEST.
(2).Mengikuti urutan yang disesuaaikan dengan consensus kajian dan pengajaran.
Dalam bidang Hukum, menurut J.Mills, sistem hukum mendahului jenis hukum ;
misalnya : Hukum Dasar Indonesia, urutannya adalah Hukum/Indonesia/dagang.
Dalam bidang kesusastraan, jenis bahasa/sastra mendahului bentuk sastra; misalnya:
Puisi Indonesia, urutannya adalah Kesusastraan Indonesia/Puisi.
(3).Mengikuti urutan yang menempatkan tujuan atau hasil akhir sebagai usur pertama
atau hasil mendahului kegiatan.
Misalnya : Perakitan pesawat Telavisi, urutannya adalah Pesawat Televise/Perakitan.
(4).Mengikuti azas ketergantunagan sebagai prinsip yang paling mendasar dalam urutan
sitasi, artinya menempatkan urutan pokok pada urutan pertama, sedangkan urutan lain
yang tergantung pada unsur pokok itu ditempatkan pada urutan berikutnya. Urutan
stasi dari dokumen tentang kanker darah misalnya, Darah/kanker, karena penyakit itu
hanya ada jika ada bagian yang sakit.
Dalam menganalisis subjek kompleks, urutan sitasi itu dapat ditentukan dengan
terlebih dahulu menentukan subjek dasr mana yang harus diutamakan. Untuk menentukan
subjek dasar yang harus diutamakan ini, dapat diikuti pedoman yang dibuat oleh
Rangganatan, yaitu ;
(1). Jika subjek kompleks itu berupa fase pengaruh, yaitu satu subjek mempengaruhi
subjek lainnya, maka subjek yang diutamakan adalah subjek yang dipengaruhi.
Contoh : Pengaruh Hukum pada Pendidikan subjek yang di utamakan adalah
pendidikan
(2).Jika subjeks kompleks tu berupa fase bias, yaitu suatu subjek dipakai untuk keperluan
suatu kelompok pemakai tertentu, maka subjek yang diutamakan adalah tetap subjek
yang bersangkutan, bukan pemakaiannya.
Contoh : Psikologi untuk Kesehatan, subjek yang diutamakan adalah Psikologi.
25

(3).Jika subyek kompleks itu berupa fase alat, yaitu suatu subyek digunakan untuk
menganalisis atau membahas subyek lain, atau untuk mencapai tujuan tertentu, maka
subyek yang diutamakan adalah subyek lain yang dianalisis atau tujuan yang akan
dicapai.
Contoh : Penggunaan metode statistik untuk pengukuran tingkat kejahatan, subyek
yang diutamakan adalah kejahatan.
(4).Jika subyek kompleks itu berupa fase perbandingan, yaitu beberapa subyek yang
dibahas bersamaan tan[pa ada kaitan satu sama lain, maka penentuan subyek yang
diutamakan dapat didasarkan pada beberapa pedoman, yaitu :
a. Jika porsi pembahasan masing-masing subyek itu sama bsar, maka :
(aa) Subyek yang dibahas pertama kali ditetapkansebagai subyek yang diutamakan,
Atau
(aa) Subyek yang paling dekat dengan kekhususan misi perpustakaan dan atau
kebutuhan pemakainya, ditetapkan sebagai subyek yang diutamakan,,
Contoh : Dokumen yang membahas tentang Sejarah dan Hukum dalam
Perpustakaan

Badan

Pembinaan

Hukum

Nasional

sebaiknya

ditempatkan pada kelompok Hukum sebagai subyek yang diutamakan.


b.Jika porsi pembahasan masing-masing subyek itu tidak sama, maka subyek yang
dibahas lebih luas ditetapkan sebagai subyek yang diutamakan.

II.

DESKRIPSI INDEKS

26

Kegiatan lanjutan dalam katalogisasi subyek adalah deskripsi indeks dengan


menggunakan salah satu bahan indeks. Kegiatan ini berkaitan langsung dengan
katalogisasi deskriptif, karena hasil dari analisis subyek itu harus dideskripsikan juga
dalam kartu katalog hasil dari katalogisasi deskriptif itu.
1.

Bahasa Indeks.
Deskripsi indeks adalah kegiatan menterjemahkan unsur-unsur yang diperoleh
dari kegiatan analisis subyek dengan menggunakan suatu bahasa indeks. Adapun
bahasa indeks itu adalah sustu sistem lambangatau bahasa buatan yang dipakai
untuk menyatakan sesuaitu subyek dalam tata susun

data bibliografi suatu

dokumen.
Bahasa Indeks dapat berupa :
-

Daftar Tajuk Subyek, yaitu daftar kata-kata yang dipakai untuk menyatakan
kandungan subyek suatu dokumen.
Pembuatan daftar tajuk subyek ini, dan juga bahasa indeks pada umumnya,
dimaksudkan agar terdapat konsistensi dalam menyatakan subyek dokumen.
Apalagi terhadap subyek-subyek yang dapat disebut dengan menggunakan
beberapa istilah atau kata yang sama artinya (sinonim), seperti Riset dan
Penelitian, Apotik dan Rumah obat, Narapidana dan terpidan, dan sebagainya.
Agar

subyek-subyek

yang

demikian

itu

hanya

dinyatakan

dengan

menggunakan satu kata secara konsisten, maka dalam daftar tajuk


subyekditetapkan hanya satu kata yang boleh dipakai sebagai tajuk subyek,
sedangkan kata sinonimnya diacu kepada kata yang dipakai dengan acuan
lihat (see). Jika kata Terpidana dipakai sebagai tajuk untuk menyatakan orang
yang sudah dihukum, maka untuk kata narapidana harus diacu kepada kata
terpidana :
Narapidana lihat Terpidana
Selain acuan Lihat terdapat pula acuan Lihat juga serta tanda silang satu (x)
dan Silang dua (xx). Untuk lebih jelasnya perlu dipelajari lebih lanjut
penggunaan dalam masing-masing tajuk subyek.
Contoh daftar tajuki subyek yang terkenal :
-

Search List Subject Headings

Library of congress List of Subject Headings

Legal Subject Headings for Libraries


27

Thesaurus, yaitu semacam daftar tajuk subyek yang dilengkapi dengan


penunjukan hubungan-hubungan yang ada antara kata yang satu dengan kata
yang lainnya
Hubungan kata yang ditunjukkan itu jauh lebih lengkap dan terperinci dari
pada hubungan kata dalam daftar tajuk subyek, dan dinyatakan dengan Istilah
Luas (IL) dan Istilah Khusus (IK) untuk hubungan generik, Gunakan (G) dan
Gunakan Untuk (GU) untuk hubungan sinonim, dan Istilah Berhubungan (IB)
untuk kata-kata yang mempunyai hubungan satu sama lain, selain kedua
hubungan tersebut.
Contoh Thesaurus :

Makrothesaurus dalam bidang Sosial Ekonomi (terjemahan)

Thesaurus Keluarga Berencana dan kependudukan

NASA Thesaurus

Sistem Klasifikasi, Sistem Klasifikasi adalah sistem pengelompokan ilmu


pengetahuan dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang tertentu
berupa angka, huruf, atau gabungan antara angka dan huruf. Pada umunya
sistem klasifikasi menggunakan lambang angka, karena lambang angka
mempunyai nilai yang lebih universal dibanding lambang-lambang lainnya.
Berbeda dengan kedua bahasa indeks sebelumnya, sistem klasifikasi benarbenar-benar merupakanlambang atau bahasa buatan yang tidak mudah
dimengerti arti sebenarnya tanpa mempelajari sistem itu sendiri. Lebih dari itu
sistem klasifikasi ini dimaksudkan untuk mengelompokkan atau membedakan
dokumen yang satu dengan yang lainnya menurut ciri yang m,endasar, maka
sistem klsifikasi ini pada umumnya dipakai sebagai dasar pengaturan
dokumen, yakni sebagai nomor panggil (call number) dokumen yang
digunakan sebagai dasar penyusunan dokumen di rak atau media penyimpanan
yang lain.

Contoh sistem klasifikasi yang terkenal :


-

Dewey Decimal Classification (DDC)


28

Universal Decimal Classification (UDC)

Library of Congres Classification

Colon Classification

Sesuai dengan maksud tulisan ini, selanjutnya hanya akan diuraikan sistem
DDC berikut beberapa ketentuan penggunaannya secaragaris besar.

29

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA

Klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokan bahan pustaka berdasarkan


subjek atau isi bahan pustaka yang bersangkutan bersangkutan. Dengan dasar ini maka
bahan pustaka yang bersubjek sama akan saling berdekatan letaknya di dalam rak atau
media penyimpanan lainnya. Sistem pengelompokkan klasifikasi yang digunakan ada
berbagai macam seperti Library of Congress (LC), UDC (universal Decimal
Clasification), DDC (Dewey Decimal Clasification) dan lain-lain.
Klasifikasi berasal dari kata Classification Kata ini berasal dari kata to
Classify yang berarti menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu
tempat. Klasifikasi merupakan suatu proses memilih dan mengelompokkan bahan
pustaka/sumber informasi atas dasar tertentu serta diletakkan secara bersama-sama disuatu
tempat.
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin
'"classis". Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat
dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata
urutan sistematis.
Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi
adalah pengelompokan yang sistematis dari sejumlah obyek, gagasan, buku atau bendabenda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Sebagai sarana penyusunan buku di jajaran (rak), klasifikasi mempunyai dua
keuntungan, yaitu:
a. Membantu pemakai jasa perpustakaan mengidentifikasi dan melokalisasi bahan
pustaka berdasarkan nomor panggil dokumen.
b. Mengelompokkan bahan pustaka sejenis menjadi satu jajaran atau berdekatan.
Dua keuntungan tersebut sangat dimungkinkan karena dalam penentuan kelas,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan subyek atau cakupan bidang ilmu dari
suatu bahan pustaka.

30

Tujuan klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistem


tertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan pada tempat penyimpanan.
Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Menghasilkan urutan yang berguna
Tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka
yang berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.
b. Penempatan yang tepat
Bila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkan mudah
diketemukan serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai
dengan sistem klasifikasi yang digunakan.
c. Penyusunan mekanis
Bahan pustaka baru mudah disisipkan di antara bahan pustaka yang sudah dimiliki.
Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggu
susunan bahan pustaka di jajaran.
A. SISTEM KLASIFIKASI
Ada beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah:
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat
lainnya, misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri
fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya.
Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa
di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens
dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya)
3. Klasifikasi Fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan
yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan
sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:

31

Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya


berdekatan.

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang


dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.

Menudahkan pemakai dalam menelusuri informasi menurut subyeknya.

Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.

Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.

Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil.


Dalam sistem tersebut bahan pustaka dikelompokkan berdasarkan subyek, sehingga
memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi
fundamental adalah Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification). DDC merupakan
sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam
pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai simbol notasinya.

32

B. KLASIFIKASI PERSEPULUHAN DEWEY (DDC)


DDC diciptakan oleh seorang pustakawan berkebangsaan amerika bernama
Melville Louis Kossuth Dewey pada tahun 1873. Ia mengelompokkan koleksi
berdasarkan subyek/pokok masalah dengan notasi angka persepuluhan. Pengelompokan
pertama disebut kelas utama yang terdiri dari 10 kelompok, masing-masing kelompok
dibagi lagi menjadi subyek yang lebih kecil yaitu 10 divisi dan masing-masing divisi
dibagi lagi menjadi 10 seksi, sehingga terdapat 10 kelas utama, 100 divisi, dan 1000 seksi.
1. Mengapa Harus DDC
Beberapa Perpustakaan besar di dunia menggunakan sistem DDC karena
sifatnya yang fleksibel yaitu menggunakan notasi angka yang logik dan sederhana
sehingga DDC mudah difahami dan diingat. Selain itu DDC Memiliki lembaga yang
mengawasi perkembangannya, yaitu Forest Press Committee di Amerika Serikat,
sehinga DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dengan cara
melakukan revisi dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia.
2. Penggunaan DDC (Dewey Decimal Classification)
Setiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC atau
menggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah berikut :
-

Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama),
ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya.

Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh

gambaran yang lebih jelas.

Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya.

Pahami indeks relatif dan penyusunannya.


DDC disebut desimal, karena ia menyusun semua ilmu pengetahuan dalam 10

kelas yang luas yang di nomori dari 000 sampai 900. kelas 100 sampai 900 terdiri dari
masing-masing dari kelompok disiplin ilmu yang berhubungan. Tiap kelas dibagi
dalam 10 divisi, tiap divisi dibagi dalam 10 seksi dan tiap seksi dibagi dalam sub
seksi, sub-sub seksi dan seterusnya.
Contoh :
33

Kelas utama
Divisinya

600 Ilmu terapan (teknologi)


610 Ilmu kedokteran
620 Ilmu teknik
630 Ilmu terapan dst

Seksi

610 Ilmu kedokteran


611 Anatomi manusia
612 Fisiologi manusia

Sub seksi

612 Fisiologi manusia


612.1 Darah dan peredaran darah
612.2 Pernapasan
612.8 Susunan Syaraf dan alat indra

Sub-sub seksi

612.8 Susunan syaraf dan alat indra


612.81 Syaraf-syaraf
612.82 Otak Dan seterusnya

C. BAGAN LENGKAP DDC3


3

Hamakonda, Towa dan J.N.B. Tairas. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan


BPK Gunung Mulya

Dewey.

Jakarta:

34

1. Kelas Utama (Ringkasan I)


000 Karya Umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu Murni
600 Ilmu-ilmu Terapan/Teknologi
700 Seni dan Olah raga
800 Sastra
900 Sejarah dan Geografi
2. Divisi (Ringkasan II)
000 Karya Umum
010 Bibliografi
020 Ilmu Perpustakaan dan Informasi
030 Ensiklopedi
040
050 Terbitan Berseri
060 Organisasi Umum dan Museum
070 Jurnalisme, Penerbitan dan Surat kabar
080 Kumpulan karya umum
090 Naskah
100 Ilmu Filsafat
110 Metafisika
120 Epistemologi
130 Fenomena paranormal
140 Filsafat khusus
150 Psikologi
160 Logika
170 Etika
180 Filsafat Kuno, Abad Pertengahan dan filsafat timur
190 Filsafat modern
200 Agama
210 Agama alam
220 Alkitab
230 Teologi Kristen
240 Moral Kristen
250 Gereja
260 Teologi Sosial
270 Sejarah kristen
280 Sekte dalam Kristen
290 Agama-agama lain dan perbandingan agama
300 Ilmu-Ilmu Sosial
310 Statistika umum
320 Ilmu politik
35

330 Ilmu Ekonomi


340 Ilmu Hukum
350 Administrasi negara
360 Layanan sosial, asosiasi
370 Pendidikan
380 Perdagangan, Komunikasi, transport
390 Adat istiadat dan kebiasaan
400 Bahasa
410 Bahasa Indonesia
420 Bahasa Inggris
430 Bahasa Jerman
440 Bahasa Perancis
450 Bahasa Italia
460 Bahasa Spanyol dan Portugis
470 Bahasa Latin
480 Bahasa Yunani
490 Bahasa-bahasa Lain
500 Ilmu-ilmu Murni
510 Matematika
520 Astronomi
530 Fisika
540 Kimia
550 Ilmu bumi dan dunia lain
560 Paeontologi
570 Ilmu-ilmu tentang kehidupan
580 Ilmu tumbuh-tumbuhan
590 Ilmu Tentang Hewan
600 Ilmu Terapan/Teknologi
610 Ilmu Kedokteran
620 Ilmu teknik
630 Pertanian
640 Kesejahteraan rumah tangga
650 Manajemen
660 Teknologi kimia
670 Pabrik-pabrik
680 Penggunaan produk untuk kegunaan khusus
690 Bangunan
700 Kesenian
710 Seni perkotaan dan pertamanan
720 Arsitektur
730 Seni plastik dan seni pahat patung
740 Menggambar dan seni dekorasi
750 Seni lukis dan lukisan
760 Seni grafis
770 Fotografi
36

780 Musik
790 Seni rekreasi dan pertunjukan
800 Sastra
810 Kesusastraan Indonesia
820 Kesusastraan Inggris
830 Kesusastraan Jerman
840 Kesusastraan Perancis
850 Kesusastraan Italia
860 Kesusastraan Spanol dan Portugis
870 Kesusastraan Latin
880 Kesusastraan Yunani
890 Lain-lain
900 Geografi dan Sejarah
910 Gografi dan kisah perjalanan
920 Biografi
930 Sejarah dunia purba
940 Sejarah umum eEropa
950 Sejarah umum Asia
960 Sejarah umum Afrika
970 Sejarah umum Amerika Utara
980 Sejarah umum Amerika Selatan
990 Sejarah umum bagian lain
3. Ringkasan Ketiga (seribu seksi)
KARYA UMUM
000 KARYA UMUM
001 Ilmu Pengetahuan Umum
002 Buku
003 Sistem-sistem
004 Pengolahan Data, Komputer
005 Program Komputer
006 Metode Komputer Khusus
010 BIBLIOGRAFI
011 Bibliografi Umum
012 Bibliografi karya perorangan
013 Bibliografi kelompok pengarang khusus
014 Bibliografi karya anonym dan pseudonym
015 Bibliografi karya-karya wilayah
016 Bibliografi subyek
017 Katalog Subyek UMum
018 Katalog Pengarang
019 Katalog bentuk kamus
020 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
37

021 Hubungan-hubungan perpustakaan


022 Gedung perpustakaan
023 Personalia perpustakaan
025 Pelayanan dan pengelolaan perpustakaan
026 perpustakaan khusus
027 perpustakaan umum
028 Membaca
030 ENSIKLOPEDI UMUM
031 Ensiklopedi dalam bahasa Indonesia
032 Ensiklopedi dalam bahasa Inggris
033 Ensiklopedi dalam bahasa Jerman
034 Ensiklopedi dalam bahasa Perancis
035 Ensiklopedi dalam bahasa Itali
036 Ensiklopedi dalam bahasa Spanyol/Portugis
037 Ensiklopedi dalam bahasa Slavia
038 Ensiklopedi dalam bahasa Skandinavia
039 Ensiklopedi dalam bahasa lainnya
050 TERBITAN BERSERI
051 Dalam bahsa Indonesia
052 Dalam bahasa Inggris
053 Dalam bahasa Jerman
054 Dalam bahasa Perancis
055 Dalam bahasa Italia
056 Dalam bahasa Spanyol dan Portugis
057 Dalam bahasa Slavia
058 Dalam bahasa Skandinavia
059 Dalam bahasa lain
060 ORGANISASI UMUM DAN MUSEUM
061 di Indonesia
062 di Inggris
063 di Jerman
064 di Perancis
065 di Italia
066 di Spanyol dan Portugis
067 di Rusia dan Eropa Timur
068 di lain-lain
069 Museologi
070 JURNALISME, SURAT KABAR
071 di Indonesia
072 di Inggris
073 di Jerman
074 di Perancis
075 di Italia
076 di Spanyol dan Portugis
077 di Rusia dan Eropa Timur
38

078 di Skandinavia
079 di wilayah lain
080 KUMPULAN KARYA UMUM
081 dalam bahasa Indonesia
082 dalam bahasa Inggris
083 dalam bahasa Jerman
084 dalam bahasa Perancis
085 dalam bahasa Italia
086 dalam bahasa Spanyol dan Portugis
087 dalam bahasa Slavia
088 dalam bahasa Skandinabvia
089 dalam bahasa-bahasa lain
090 NASKAH-NASKAH DAN BUKU-BUKU LANGKA
091 Naskah-naskah (manuskrip)
092 Buku-buku blok
093 Inkunabula
094 Buku-buku tercetak
095 Buku-buku jilidan khusus
096 Buku-buku illustrasi khusus
097 buku-buku pemilik khusus atau asal mula
098 Buku-buku terlarang, pemalsuan dan penipuan
099 Buku-buku format khusus
FILSAFAT DAN PSIKOLOGI
100 FILSAFAT
101 Teori Filsafat
102 Aneka ragam filsafat
103 Kamus, ensiklopedi dan konkordans
104
105 Terbitan berseri (majalah)
106 Organisasi di bidang filsafat
107 Pendidikan dan penelitian dalam bidang filsafat
108 Pengiolahan filsafat di antara kelompok-kelompok orang
109 Sejarah filsafat
110 METAFISIKA
111 Ontologi
113 Kosmologi
114 Ruang
115 Waktu
116 Perubahan
117 Struktur
118 Gaya dan energi
119 Bilangan dan kuantitas
120 EPISTEMOLOGI
39

121 Teori ilmu pengetahuan


122 Sebab akibat
123 Determinasi dan indeterminasi yang berkaitan
124 Teleologi
125
126 Diri dan kepribadian
127 Tidak sadar dan bawah sadar
128 Manusia
129 Asal mula dan nasib jiwa orang
130 FENOMENA PARANORMAL
131 Metode okultus untuk memperoleh sukses
132
133 Para psikologi dan okultisme
134
135 Mimpi dan misteri
136
137 Grafologi kedewaan
138 Fisiognomi
139 Frenologi
140 ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT KHUSUS
141 Idealisme
142 Filsafat kritis
143 Intuisionisme dan Bergsonisme
144 Humanisme dan yang berkaitan
145 Sensasionalisme
146 naturalisme dan yang berkaitan
147 panteisme dan system-sistem
148 Liberalisme, ekletisisme, tradisionalisme
149 Lain-lain system filsafat
150 PSIKOLOGI
151
152 persepsi, gerakan, emosi
153 proses mental dan inteligensi
154 Bawa sadar dan keadaan yang berubah
155 Psikologi diferensial dan perkembangan
156 psikologi perbandingan
157
158 psikologi terapan
159
160 LOGIKA
161 Induksi
162 Deduksi
163
164
40

165 kekeliruan dan sumber kesalahan


166 Silogisme
167 Hipotesa
168 Argumen dan persuasi
169 Analogi
170 ETIKA (Filsafat Moral)
171 Sistem dan doktrin
172 Etika politik
173 Etika hubungan keluarga
174 Etika ekonomi dan professional
175 Etika di bidang rekreasi
176 Etika seksual
177 Etika hubungan social
178 Etika konsumsi
179 Lain-lain norma etik
180 FILSAFAT KUNO, ABAD PERTENGAHAN, FILSAFAT TIMUR
181 Filsafat Timur
182 Filsafat Yunani sebelum Sokrates
183 Sofisme dan Sokrates
184 Plato
185 Aristoteles
186 Skeptis dan Neoplatonisme
187 Epikuria
188 Stoik
189 Filsafat Barat dan abad pertengahan
190 FILSAFAT BARAT MODERN
191 Filsafat Amerika Serikat dan Kanada
192 Filsafat Inggris
193 Filsafat Jerman dan Austria
194 Filsafat Prancis
195 Filsafat Italia
196 Filsafat Spanyol dan Portugal
197 Filsafat Rusia
198 Filsafat Skandinavia
199 Filsafat lain-lain wilayah

AGAMA
200 AGAMA
201 Filsafat Kristiani
202 Aneka Ragam Kristiani
41

203 Kamus Kristiani


204 Topik-topik khusus
205 Terbitan berseri Kristiani
206 Organisasi Kristiani
207 Pendidikan, penelitian dalam Kristiani
208 Pengolahan diantara kelompok-kelompok orang
209 Sejarah Kristiani
210 AGAMA ALAM
211 Konsep tentang Tuhan
212 Eksistensi dan sifat Tuhan
213 Ciptaan
214 Teodisi
215 Sains dan agama
216 Baik dan Jahat
217
218 Manusia
219
220 ALKITAB
221 Perjanjian Lama
222 Buku sejarah dari perjanjian lama
223 Buku puisi dari perjanjian lama
224 Buku nabi dari perjanjian lama
225 Perjanjian Baru
226 Kisah para rasul
227 Surat0surat rasul
228 Wahyu
229 Buku apokrif
230 TEOLOGI KRISTEN
231 Allah
232 Yesus Kristus
233 Manusia
234 Penyelamatan Manusia
235 Mahluk-mahluk spiritual
236 Eskatologi
237
238 Pengakuan dan Katekismus
239 Apologetika dan polemic
240 MORAL KRISTEN & TEOLOGI KEBAKTIAN
241 Teologi Moral
242 Bacaan-bacaan untuk ibadah
243 Penginjilan untuk pribadi dan keluarga
244
245 Teks-teks dari Himme
246 Kesenian dalam Kristiani
247 Perabotan gereja
42

248 Pengalaman, praktek dan hidup Kristiani


249 Ketaatan Kristen dalam kehidupan keluarga
250 GEREJA KRISTEN SETEMPAT DAN JEMAAT
251 Khotbah (Homiletika)
252 Naskah-naskah khotbah
253 Teologi pastoral
254 Pengurusan & Administrasi Jemaah
255 Kongregasi dan orde keagamaan
259 Kegiatan parokial
260 TEOLOGI SOSIAL KRISTEN
261 Teologi Sosial
262 Eklesiologi
263 Waktu dan tempat untuk menjalankan ibadah
264 Ibadah umum
265 Sakramen, lain-lain tata ibadah
266 Misi Kristiani
267 Perkumpulan-perkumpulan
268 Latihan dan pengajaran agama
269 Penyegaran Rohani
270 SEJARAH GEREJA
271 Kongregasi dan orde keagamaan
272 Penganiayaan
273 Bidah-bidah dalam sejarah gereja
274 Sejarah gereja di Eropa
275 Sejarah gereja di Asia
276 Sejarah gereja di Afrika
277 Sejarah gereja di Amerika Utara
278 Sejarah gereja di Amerika Selatan
279 Sejarah gereja di wilayah lain
280 DENOMINASI DAN SEKTE-SEKTE
281 Gereja purba dan timur
282 Gereja Roma Katholik
283 Gereja Anglikan
284 Gereja Protestan asal continental
285 Gereja Prebiterian
286 Gereja Baptis
287 Gereja Metodis
288
289 Lain-lain deniminasi dan sekte
290 AGAMA-AGAMA LAIN DAN PERBANDINGAN AGAMA
291 Perbandingan Agama
292 Agama Yunani dan Romawi Kuno
293 Agama Jermania
294 Agama-agama asal India
43

295 Zoroastrianisme
296 Agama Yahudi
2X0 Agama Islam (selengkapnya pada bagian klasifikasi islam)
299 Lain-lain
ILMU-ILMU SOSIAL
300 ILMU-ILMU SOSIAL
301 Sosiologi dan Antropologi
302 Interaksi social
303 Proses-proses social
304 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku social
305 Kelompok-kelompok social
306 Kebudayaan dan lembaga-lembaga
307 Masyarakat, persekutuan hidup
308
309 Lain-lain
310 STATISTIK
311 Teori & Konsep Statistik
312
313
314 Statistik umum Eropa
315 Statistik umum Asia
316 Statistik umum Afrika
317 Statistik umum Amerika
318 Statustik umum Amerika Selatan
319 Statistik umum lain-lain wilayah
320 ILMU POLITIK
321 Sistem-sistem pemerintahan dan Negara
322 Hubungan Negara dengan kelompok terorganisir
323 Hak-hak sipil dan politik
324 Proses-proses politik
325 Migrasi internasional
326 Perbudakan dan emansipasi perbudakan
327 Hubungan internasional
328 Proses-proses legislative
329
330 ILMU EKONOMI
331 Ekonomi perburuhan
332 Ekonomi keuangan
333 Ekonomi tanah
334 Koperasi
335 Sosialisme
336 Keuangan Negara
337 Ekonomi internasional
338 Produksi dan industri
44

339 Makro ekonomi


340 ILMU HUKUM
341 Hukum Internasional
342 Hukum tata Negara
343 Aneka ragam hokum public
344 Hukum social
345 Hukum pidana
346 Hukum perdata
347 Hukum acara perdata dan pengadilan
348 Undang-undang, peraturan-peraturan, perkara-perkara
349 Hukum Negara bangsa tertentu
350 ADMINISTRASI NEGARA
351 Pemerintah pusat
352 Pemerintah local
353 Pemerintah pusat Indonesia
354 Organisasi internasional
355 Ilmu Kemiliteran
356 Infanteri
357 Kavaleri
358 Pasukan berlapis baja, Zeni angkatan darat, pasukan udara
359 Angkatan laut
360 LAYANAN SOSIAL ASOSIASI
361 Kesejahteraan social
362 Masalah dan pelayanan social (masukan kepolisian negara disini)
363 Lain-lain masalah social
364 Kriminologi
365 Penjara (Lembaga pemasyarakatan)
366 Asosiasi (perkumpulan)
367 Klub-klub umum
368 Asuransi
369 Aneka ragam asosiasi

370 PENDIDIKAN
371 Manajemen sekolah, pendidikan khusus
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan lanjutan
374 Pendidikan 0rang dewasa
45

375 Kurikulum
376 Pendidikan kaum wanita
377 Sekolah dan agama
378 Pendidikan tinggi
379 Pendidikan dan Negara
380 PERDAGANGAN, KOMUNIKASI, PENGANGKUTAN
381 Perdagangan dalam negeri
382 Perdagangan luar negeri
383 Komunikasi pos
384 Lain-lain system komunikasi, telekomunikasi
385 Pengangkutan dengan kereta api
386 Pelayaran pedalaman dan Fery
387 Pengangkutan laut, udara, ruang angkasa
388 Pengangkutan jalan raya
389 Metrologi dan standarisasi
390 ADAT ISTIADAT & KEBIASAAN, ETIKET FOLKLOR
391 Pakaian (Kostum), perhiasan diri
392 Kebiasaan yang berhubungan dengan kehidupan dan rumah tangga
393 Kebiasaan yang berhubungan dengan kematian
394 Kebiasaan-kebiasaan umum
395 Etiket (sopan santun)
396
397
398 Folklor
399 Kebiasan dalam perang dan diplomasi
BAHASA
400 BAHASA & LINGUISTIK
401 Sistem-sistem tulisan
402 Etimologi
403 Kamus
404 Fonologi
405 Tata bahasa
406
407 Dialektologi
408 Penggunaan bahasa
409 Bahasa verbal
410 BAHASA INDONESIA
411 Sistem tulisan dan fonologi
412 Etimologi bahasa Indonesia
413 Kamus Bahasa Indonesia
414
415 Tata bahasa Indonesia
416
417 Bahasa Indonesia bukan standar
46

418 Pemakaian bahasa Indonesia baku


419 Bahasa-bahasa daerah
420 BAHASA INGGRIS
421 Sistem tulisan dan fonologi
422 Etimologi bahasa Inggris
423 Kamus bahasa Inggris
424
425 Tata bahasa Inggris
426
427 Bahasa Inggris bukan standar
428 Pemakaian bahasa Inggris baku
429 Bahasa Inggris kuno (Anglo-Saxon)
430 BAHASA JERMAN
431 Sistem tulisan dan fonologi
432 Etimologi bahasa Jerman
433 Kamus bahasa Jerman
434
435 Tata bahasa Jerman
436
437 Bahasa Jerman bukan standar
438 Pemakaian bahasa Jerman baku
439 Lain-lain bahasa Teutonik
440 BAHASA PRANCIS
441 Sistem tulisan dan fonologi
442 Etimologi bahasa Perancis
443 Kamus bahasa Perancis
444
445 Tata bahasa Perancis
446
447 Bahasa Perancis bukan standar
448 Pemakaian bahasa Perancis
449 Bahasa Provensal dan Catalan
450 BAHASA ITALIA
451 Sistem tulisan dan fonologi
452 Etimologi bahasa Italia
453 Kamus bahasa Italia
454
455 Tata bahasa Italia
456
457 Bahasa Italia bukan standar
458 Pemakaian bahasa Italia baku
459 Bahasa Romawi
460 BAHASA SPANYOL DAN PORTUGIS
461 Sistem tulisan dan fonologi
47

462 Etimologi bahasa Spanyol


463 Kamus bahasa Spanyol
464
465 Tata bahasa Spanyol
466
467 Bahasa Spanyol bukan standar
468 Pemakaian bahasa Spanyol baku
469 Bahasa Portugis
470 BAHASA LATIN
471 Sistem tulisan dan fonologi
472 Etimologi bahasa Latin Klasik
473 Kamus bahasa Latin Klasik
474
475 Tata bahasa Latin Klasik
476
477 Bahasa Latin Lama
478 Pemakaian bahasa Latin Klasik
479 Lain-lain bahasa Italia
480 BAHASA YUNANI KLASIK
481 Sistem tulisan dan fonologi
482 Etimologi bahasa Yunani
483 Kamus bahasa Yunani Klasik
484
485 Tata bahasa Yunani Klasik
486
487 Bahasa Yunani sebelum dan sesudah Klasik
488 Pemakaian bahasa Yunani Klasik
489 Lain-lain bahasa Helenik
490 BAHASA-BAHASA LAIN
491 Bahasa-bahasa Indo Eropa Timur
492 Bahasa-bahasa Afro Asia
493 Bahasa Hamitis dan Chad
494 Bahasa-bahasa Ural Altaik
495 Bahasa-bahasa Asia Timur dan Asia Tenggara
496 Bahasa-bahasa Afrika
497 Bahasa-bahasa pribumi Amerika Utara
498 Bahasa-bahasa pribumi Amerika Selatan
499 Bahasa-bahasa lain

ILMU-ILMU MURNI
500 ILMU-ILMU MURNI
501 Filsafat dan teori
502 Aneka Ragam
48

503 Kamus dan Ensiklopedi


504
505 Terbitan Berseri
506 Organisasi dan manajemen
507 Pendidikan, Penelitian
508 Sejarah alamiah
509 Pengolahan histories, wilayah, perorangan
510 MATEMATIKA
511 Prinsip-prinsip umum
512 Aljabar
513 Ilmu hitung
514 Topologi
515 Analisis
516 Ilmu Ukur
517
518
519 Probabilita dan matematika terapan
520 ASTRONOMI
521 Mekanika angkasa
522 Teknik, perlengkapan, bahan-bahan
523 Benda-benda angkasa khusus dan fenomena
524
525 Bumi (Geografi astronomi)
526 Geografi Matematis
527 Navigasi angkasa
528 Almanak autika (Efemerida)
529 Kronologi (waktu)
530 FISIKA
531 Mekanika
532 Mekanika zat cair
533 Mekanika gas
534 Bunyi
535 Optika (Cahaya)
536 Panas
537 Kelistrikan dan Elektronika
538 Magnetisme
539 Fisika Modern
540 KIMIA
541 Kimia fisik dan teoritis
542 Teknik, Perlengkapan, bahan-bahan
543 Kimia analitis
544 Analisis Kualitatif
545 Analisis kuantitatif
546 Kimia anorganic
547 Kimia organic
49

548 Kristalografi
549 Mineralogi
550 ILMU PENGETAHUAN TENTANG BUMI
551 Geologi, meteorology, hidrologi
552 Petrologi
553 Geologi ekonomis
554 Geologi Eropa
555 Geologi Asia
556 Geologi Afrika
557 Geologi Amerika Utara
558 Geologi Amerika Selatan
559 Geologi wilayah-wilayah lain
560 PALEONTOLOGI
561 Paleobotani
562 Fosil invertebrate
563 Fosil Protozoa
564 Fosil Moluska
565 Lain-lain fosil invertebrate
566 Fosil Vertebrata
567 Fosil invertebrate berdarah dingin
568 Fosil Burung
569 Fosil mamalia
570 ILMU-ILMU TENTANG KEHIDUPAN
571
572 Ras Manusia
573 Antropologi fisik
574 Biologi
575 Evolusi dan Genetika
576 Mikrobiologi
577 Sifat umum dari kehidupan
578 Mikroskopi dalam biologi
579 Pengumpulan dan pengawetan contoh-contoh biologi
580 ILMU-ILMU TENTANG TUMBUH-TUMBUHAN
581 Botani
582 Spermatofia
583 Dikotiledon
584 Monokotiledon
585 Tanaman berbiji telanjang
586 Tanaman tak berbiji
587 Pterifodita
588 Briofita
589 Tallofita
590 ILMU-ILMU TENTANG HEWAN
591 Zoologi
50

592 Invertebrata
593 Protozoa
594 Moluska
595 Lain-lain invertebrate
596 Vertebrata
597 Vertebrata berdarah dingin
598 Burung
599 Mamalia
TEKNOLOGI (ILMU TERAPAN)
600 TEKNOLOGI (ILMU TERAPAN)
601 Filsafat dan Teori
602 Aneka ragam
603 Kamus, ensiklopedi
604 Topik-topik khusus
605 Terbitan berseri
606 Organisasi dan manajemen
607 Pendidikan, penelitian
608 Penemuan dan paten
609 Pengolahan historis dan geografis
610 ILMU KEDOKTERAN
611 Anatomi
612 Fisiologi
613 Kesehatan umum dan perorangan
614 Kesehatan masyarakat
615 Farmakologi dan ilmu terapi
616 Penyakit-penyakit
617 Pembedahan
618 Ginakologi dan lain-lain kedokteran khusus
619 Kedokteran eksperimental
620 ILMU TEKNIK
621 Fisika terapan
622 Teknik pertambangan
623 Teknik militer dan nautika
624 Teknik sipil
625 Teknik jalan kereta api, jalan raya
626
627 Teknik hidraulis
628 Teknik kesehatan (Saniter)
629 Lain-lain cabang teknik
630 PERTANIAN & TEKNOLOGI YANG BERKAITAN
631 Teknik, prosedur, alat-alat
632 Kerusakan, penyakit dan hama pertanian
633 Tanaman ladang
634 Tanaman buah-buahan, kehutanan
51

635 Hostikultura, sayur-sayuran


636 Peternakan
637 Industri pengolahan susu
638 Pemeliharaan serangga
639 Perburuan perikanan, konservasi
640 KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
641 Makanan dan minuman
642 Penghidupan makanan
643 Rumah dan perlengkapannya
644 Keperluan rumah tangga
645 Perabotan dan perhiasan
646 Jahitan, pakaian
647 Manajemen rumah tangga umum
648 Pengaturan rumah
649 Mengasuh anak dan merawat yang sakit
650 MANAJEMEN
651 Pelayanan-pelayanan kantor
652 Proses-proses komunikasi tertulis
653 Stenografi
654
655
656
657 Akuntansi
658 Manajemen Umum
659 Periklanan dan hubungan masyarakat
660 TEKNOLOGI KIMIA
661 Teknologi bahan-bahan kimia industri
662 Teknologi bahan peledak, bahan bakar
663 Teknologi minuman
664 Teknologi makanan
665 Teknologi Minyak, lemak, dan sebagainya
666 Keramik dan teknologi yang berkaitan
667 Teknologi pembersihan, pemberian warna
668 Teknologi produk-produk organis lain
669 Metalurgi
670 PABRIK-PABRIK
671 Pabrik-pabrik logam
672 Pabrik logam besi
673 Pabrik logam bukan besi
674 Kayu, gabus dan teknologi
675 Kegunaan umum dengan menggunakan kayu
676 Teknologi bubur kayu dan kertas
677 Tekstil
678 Elastomer dan produk elastomer
679 Lain-lain produk bahan khusus
52

680 PEMBUATAN PRODUK UNTUK PENGGUNAAN KHUSUS


681 Instrumen-instrumen yang diteliti
682 Barang-barang pandai besi
683 Alat-alat logam/besi dan alat-alat rumah tangga
684 Perabotan rumah
685 Barang-barang dari kulit dan kulit berbulu
686 Percetakan
687 Pembuatan pakaian
688 Barang-barang jadi lainnya dan teknologi mengepak
689
690 BANGUNAN
691 Bahan-bahan bangunan
692 Pekerjaan-pekerjaan tambahan paa konstruksi
693 Konstruksi dalam bahan-bahan khusus untuk maksud tertentu
694 Konstruksi kayu, pertukangan kayu
695 Konstruksi atap
696
697 Pemanasan, ventilasi, teknik pengatur udara
698 Penyelesaian detail
699
KESENIAN, HIBURAN, OLAHRAGA
700 KESENIAN DAN SENI DEKORASI
701 Filsafat dan teori
702 Aneka ragam kesenian
703 Kamus, ensiklopedi
704 Topik-topik khusus
705 Terbitan berseri
706 Organisasi dan manajemen kesenian
707 Pendidikan, penelitian
708 Gedung kesenian, museum, koleksi privat
709 Pengolahan histori dan geografis
710 SENI PERKOTAAN & PERTAMANAN
711 Perencanaan wilayah
712 Arsitektur pertamanan
713 Rencana pertamanan untuk jalan lalu lintas
714 Ciri-ciri air dalam rencana pertamanan
715 Tanaman berkayu dalam rencana pertamanan
716 Tanaman berdaun hijau dan rencana pertamanan
717 Bangunan dalam rencana pertamanan
718 Rencana pertamanan untuk kuburan
719 Pertamanan alam
720 ARSITEKTUR
721 Konstruksi arsitektur
53

722 Arsitektur kuno dan timur


723 Arsitektur abad pertengahan
724 Arsitektur modern
725 Struktur umum
726 Bangunan keagamaan
727 Gedung sekolah dan lain-lain gedung untuk pendidikan dan penelitian
728 Bangunan tempat tinggal
729 Pola dan dekorasi bangunan
730 SENI PLASTIK, SENI PAHAT PATUNG
731 Proses penyajian seni pahat
732 Seni pahat primitif, kuno dan timur
733 Seni pahat Yunani, Etruskan, Romawi
734 Seni pahat abad pertengahan
735 Seni pahat modern
736 Mengukir dan ukiran
737 Numismatik dan sigilografi
738 Seni keramik
739 Karya seni logam
740 MENGGAMBAR & SENI DEKORASI
741 Gambar dan menggambar
742 Perspektif
743 Gambar dan menggambar menurut subyek
744
745 Seni dekoratif dan seni sederhana
746 Seni dan kerajinan tangan tekstil
747 Dekorasi ruangan
748 Kaca
749 Perabotan
750 SENI LUKIS DAN LUKISAN
751 Proses dan bentuk
752 Warna
753 Abstraksi, Simbolisme, dongeng
754 Subyek dari kehidupan sehari-hari
755 Agama dan simbolisme keagamaan
756
757 Tubuh manusia dan bagian-bagiannya
758 Melukis dan lukisan lain subyek
759 Pengolahan historis dan geografis
760 SENI GRAFIKA, CETAKAN
761 Cetak balok
762
763 Proses litografis
764 Kromolitografi dan seri
54

765 Seni ukir logam


766 Mezzotinting dan akuatinting
767 Mengetsa
768
769 Cetakan
770 FOTOGRAFI DAN FOTO
771 Alat-alat dan perlengkapan
772 Proses dengan garam logam
773 Proses pigmen dari pencetakan
774
775
776
777
778 Bidang-bidang khusus dan jenis-jenis khusus dari fotografi
779 Hasil-hasil fotografi
780 MUSIK
781 Prinsip-prinsip umum
782 Musik lokal
783 Musik suara tunggal
784 Instrumen dan ensambel instrumental
785 Musik ruangan
786 Instrumen papan tulis
787 Instrumen gesek
788 Instrumen angin
789
790 SENI REKREASI DAN PERTUNJUKAN
791 Pertunjukan umum
792 Teater
793 Permainan dan hiburan dalam ruangan
794 Permainan ketangkasan
795 Permainan untung-untungan
796 Atletik dan olahraga luar
797 Olahraga air dan udara
798 Olahraga berkuda dan balapan hewan
799 Olahraga menangkap ikan, memburu, menembak

KESUSASTRAAN
800 KESUSASTRAAN
801 Filsafat dan Teori
802 Aneka ragam
55

803 Kamus, ensiklopedi


804
805 Terbitan berseri
806 Organisasi
807 Pendidikan, penelitian
808 Retorik dan kumpulan
809 Sejarah dan kritik sastra
810 KESUSTRAAN INDONESIA
811 Puisi Indonesia
812 Drama Indonesia
813 Fiksi Indonesia
814 Esai Indonesia
815 Pidato Indonesia
816 Surat-surat Indonesia
817 Satir dan humor Indonesia
818 Aneka ragam penulisan Indonesia
819 Kesesusastraan bahasa daerah
820 KESUSASTRAAN INGGRIS & ANGLO SAXON
821 Puisi Inggris
822 Drama Inggris
823 Fiksi Inggris
824 Esai Inggris
825 Pidato Inggris
826 Surat-surat Inggris
827 Satir dan humor Inggris
828 Aneka ragam penulisan Inggris
829 Kesesusastraan Anglo Saxon
830 KESUSASTRAAN JERMAN
831 Puisi Jerman
832 Drama Jerman
833 Fiksi Jerman
834 Esai Jerman
835 Pidato Jerman
836 Surat-surat Jerman
837 Satir dan humor Jerman
838 Aneka ragam penulisan Jerman
839 Kesesusastraan bahasa daerah
840 KESUSASTRAAN PERANCIS
841 Puisi Prancis
842 Drama Prancis
843 Fiksi Prancis
844 Esai Prancis
845 Pidato Prancis
846 Surat-surat Prancis
847 Satir dan humor Prancis
56

848 Aneka ragam penulisan Prancis


849
850 KESUSASTRAAN ITALIA
851 Puisi Italia
852 Drama Italia
853 Fiksi Italia
854 Esai Italia
855 Pidato Italia
856 Surat-surat Italia
857 Satir dan humor Italia
858 Aneka ragam penulisan Italia
859 .
860 KESUSASTRAAN SPANYOL & PORTUGIS
861 Puisi Spanyol
862 Drama Spanyol
863 Fiksi Spanyol
864 Esai Spanyol
865 Pidato Spanyol
866 Surat-surat Spanyol
867 Satir dan humor Spanyol
868 Aneka ragam penulisan Spanyol
869 Kesesusastraan Portugis
870 KESUSASTRAAN LATIN
871 Puisi Latin
872 Puisi Dramatis dan Drama Latin
873 Fiksi Latin
874 Esai Latin
875 Pidato Latin
876 Surat-surat Latin
877 Satir dan humor Latin
878 Aneka ragam penulisan Latin
879
880 KESUSASTRAAN YUNANI
881 Puisi Yunani Klasik
882 Puisi Dramatis dan Drama
883 Puisi epis dan fiksi Yunani
884 Puisi liris Yunani Klasik
885 Pidato Yunani Klasik
886 Surat-surat Yunani Klasik
887 Satir dan humor Yunani Klasik
888 Aneka ragam penulisan Yunani Klasik
889 Kesusastraan Yunani Modern
890 KESUSATRAAN BAHASA-BAHASA LAIN
891 Kesusastraan Indo Eropa Timur
57

892 Kesusastraan Afro-Asiatik


893 Kesusastraan Hamid dan Chad
894 Kesusastraan Ural Altaik dan sebagainya
895 Kesusastraan Sino-Tibetan
896 Kesusastraan Afrika
897 Kesusastraan Pribumi Amerika Utara
898 Kesusastraan Pribumi Amerika Selatan
899 Lain-lain kesusastraan
GEOGRAFI DAN SEJARAH
900 GEOGRAFI UMUM DAN SEJARAH UMUM
901 Filsafat dan Teori
902 Aneka Ragam
903 Kamus, Ensiklopedi
904 Kumpulan peristiwa-peristiwa tertentu
905 Publikasi berseri
906 Organisasi dan manajemen
907 Pendidikan, penelitian
908 Berkenaan dengan perorangan
909 Sejarah dunia
910 GEOGRAFI UMUM PERJALANAN
911 Geografi histories
912 Penyajian grafis permukaan bumi
913 Geografi dunia kuno
914 Geografi Eropa
915 Geografi Asia
916 Geografi Afrika
917 Geografi Amerika Utara
918 Geografi Amerika Selatan
919 Geografi wilayah lain
920 BIOGRAFI UMUM, SILSILAH
921 Biografi ahli filsafat
922 Biografi alim ulama
923 Biografi ahli ilmu-ilmu sosial
924 Biografi ahli bahasa
925 Biografi ahli bidang sain
926 Biografi ahli teknologi
927 Biografi seniman
928 Biografi sejarawan, sastrawan
929 Silsilah, nama-nama lencana
930 SEJARAH DUNIA PURBA
931 Cina
932 Mesir
933 Palestina
934 India
58

935 Mesopotamia dan Iran


936 Eropa Utara dan Barat
937 Jazirah Italia dan yang berbatasan
938 Yunani
939 Lain-lain bagian dunia
940 SEJARAH UMUM EROPA
941 Inggris (Britania Raya)
942 Inggris dan Wales
943 Eropa Tengah, Jerman
944 Perancis dan Monaco
945 Italia
946 Jazirah Iberia, Spanyol
947 Eropa Timur, Rusia
948 Eropa Utara, Skandinavia
949 Lain-lain bagian Eropa
950 SEJARAH UMUM ASIA
951 Cina
952 Jepang
953 Jazirah Arab
954 Asia Selatan, India
955 Iran
956 Timur Tengah (Timur Dekat)
957 Siberia
958 Asia Tengah
959 Asia Tenggara
960 SEJARAH UMUM AFRIKA
961 Afrika utara
962 Mesir dan Sudan
963 Etiopia
964 Maroko
965 Aljazair
966 Afrika Barat
967 Afrika Tengah
968 Afrika Selatan
969 Kepulauan Samudera Hindia Selatan
970 SEJARAH UMUM AMERIKA UTARA
971 Kanada
972 Amerika Tengah, Meksiko
973 Amerika Serikat
974 Amerika Serikat Timur Laut
975 Amerika Serikat Tenggara
976 Amerika Serikat Selatan Tengah
977 Amerika Utara Tengah
978 Amerika Serikat Barat
979 Negara-negara bagian di pantai Pasifik

59

980 SEJARAH UMUM AMERIKA SELATAN


981 Brasilia
982 Argentina
983 Cili
984 Bolivia
985 Peru
986 Kolumbia
987 Venezuela
988 Guiana
989 Paraguay Uruguay
990 SEJARAH UMUM BAGIAN LAIN DARI BUMI
991
992
993 Selandia Baru
994 Australia
995 Melanesia Niu Guinea
996 Polinesia
997 Kepulauan Samudera Atlantik
998 Artika dan Antartika
999 Lain-lain dunia sikologi dan fisiologis

D. PRINSIP KLASIFIKASI DDC


Mengklasifikasi bahan pustaka bukan merupakan pekerjaan yang mudah, pekerjaan ini
menuntut keahlian pustakawan, karena dalam proses klasikasi tidak hanya bentuk ukuran
fisik buku saja yang dijadikan acuan untuk menata buku di dalam rak tetapi juga
60

berdasarkan subjek buku tersebut. untuk itu diperlukan prinsip dalam penyusunan bahan
pustaka menurut subjeknya. Prinsip-prinsip tersebut seperti :

Klasifikasilah bahan pustaka berdasarkan subjeknya, kemudian berdasarkan bentuk


penyajiannya atau bentuk karyanya

Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya.

Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas.

Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak


seimbang klasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas.

Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yang
sama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan
atau dibahas. Misal Pengantar sosiologi dan ekonomi.
Rangkuman

: Sosiologi / Ekonomi

Ekonomi

: Disiplin ilmu

Sosiologi

: Disiplin ilmu

Maka subyek yang diutamakan adalah Sosiologi, karena yang pertama dibahas.

Apabila ada sebuah bahan pustaka yang membahas tiga subjek atau lebih tetapi
tidak jelas subjek mana yang lebih diutamakan oleh pengarangnya dan merupakan
bagian dari suatu subjek yang lebih luas, maka klafisikasilah buku tersebut pada
subjek yang lebih luas
Misal : Pelajaran matematika, Kimia, dan Fisika klasifikasikan pada nomor
500 (eksakta).

Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak
terdapat nomor klasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling
dekat dengan subyek itu dan tidak diperkenankan membuat nomor baru
sendiri.

I. PROSEDUR PENENTUAN NOTASI


Setiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas.
Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebut
dengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaitu
61

angka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka


arab. Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara
huruf dan angka. Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf
disebut notasi campuran.
Notasi

haruslah

bersifat

hirarkis

karena

harus

mencerminkan

urutan

strukturalsebuah klasifikasi. Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan


sampai detail sesuai dengan struktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap
hirarki disiplin ilmu dapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi.
Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relatif
karena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek.
Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan
tabel-tabel pembantu untuk memperluas notasinya. Pemilihan notasi dapat dilakukan
melalui indeks atau langsung pada bagan.
a. Melalui indeks relatif
Indeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusun
secara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang
tercantum dalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabel
pembantu, langkah- langkahnya:
-

Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek.

Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks.

Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk
melihat dan menguji kebenarannya.

Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam
bagan.

b. Melalui bagan
Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusun
menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secara
universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas
utama. Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut
seksi. Begitu seterusnya. Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkahlangkahnya :
-

Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis.


62

Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya.

Golongkan subyek tersebut pada kelas utama.

Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yang tepat.

II. KOMPONEN-KOMPONEN DDC


Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan, indeks
Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraian berikut ini.
a. Bagan (Schedules)
63

Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip
desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke
dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi).
Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti:
1. Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.
Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat summary. pembagian yang
lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam summary tersebut
diperinci lebih lanjut dalam bagan.
2. Formerly also
Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek
tersebut notasinya dulu pada .... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek
Tawhid [formerly also 297.14]. ini berarti dulu notasinya pada 297.14 tetapi
sekarang pada 297.211
3. Class here
Merupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun
untuk menentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di
bawah tajuk tersebut. Contoh General Management mendapat notasi 658. Di
bawahnya diikuti dengan istilah class here Basic Management, ini berarti karya
tentang Basic management publicity ditempatkan sama pada subyek General
Management.
4. Relocated to
DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan
terdapat perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek
sangat besar sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan
formerly yang notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9]
Built-in church furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529,
ini berarti notasi 729.9 untuk subyek built-in church furniture sekarang sudah
tidak digunakan lagi dan dipindahkan pada notasi 726.529.
5. Centered heading
Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka
dinyatakan dalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek Biography
of specific classes of perseons dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9.
Pada kasus seperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut.
64

6. Optional number, prefer.


Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC. Contoh untuk
konsep riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu, DDC menyarankan
agar ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi subdivisi
standard -092 dari tabel 1.
7. If prefered
Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat
memilih salah satu alternatif. Contoh untuk konsep bibliografi subyek notasinya
016. Bila pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut
pada subyeknya. Misal Bibliografi kedokteran pada notasi 016.61, tetapi pemakai
DDC dapat juga menempatkan pada notasi 610.61.
8. Acuan see
Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek
rubber mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek rubber products see 678.3
9. Instruksi Add to
Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil
pembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal
pada notasi 025.218 Collection development ini specific types of institutions
diikuti dengan perintah Add to base number 025.218 the number following 02 in
026-027. Contoh Pengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi
025.21877. Notasi 77 diambilkan dari notasi subyek college and university
library 027.7. Bila notasi tersebut diperinci adalah sebagai berikut: 025.218 notasi
dasar Collection development in specific types of institutions. 027.7 Collection
development in academic libraries.
10. Dan lainnya
b. Indeks Relatif (Relative Index)
Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat Indeks Relatif.
Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilah-istilah
tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan.
Dalam indeks ini didaftar sinoim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan
subyek lainnya. Bila suatu subyek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah
ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek yang bersangkutan. Cara yang paling cepat
65

untuk menentukan notasi suatu subyek adalah melalui indeks relatif. Tetapi
menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks relatif saja tidak dapat
dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks relatif, harus
diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan demikian
dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang sedang
diklasifikasikan.
c. Tabel-Tabel
Kecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan,
DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut,
yaitu dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada
tabel-tabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang
terdapat dalam bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah
berdiri sendiri, selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC
edisi 22 terdapat 7 tabel pembantu/pelengkap, yakni:
3. Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)
Tabel ini tidak dapat digunakan secara mandiri, tetapi harus digabung dengan
angka dari bagan klasifikasi. Tabel Sub Divisi Standar adalah sebagai berikut :
4. 01 Filsafat
5. 02 Aneka ragam
6. 03 Kamus, ensiklopedi
7. 04 Topik khusus
8. 05 Penerbitan berkala
9. 06 Organisasi, manajemen
10. 07 Pendidikan, pelatihan
11. 08 Sejarah
12. 09 Geografi, sejarah perorangan
Cara Penggunaan :
1. Pada prinsipnya table ini harus digabung dengan angka lain, namun dalam
hal-hal tertentu dapat ditambahkan pada notasi bagan utamanya. Misalnya
apabila subyek angka dasarnya/base number tidak berakhir dengan nol,
maka table sub divisi standar ini dapat ditambahkan langsung
Contoh :
Kamus Biologi
Biologi (BN)

574
66

Kamus (SS)
Kamus Biologi

03
574.03

2. Apabila suatu subyek angka dasarnya (BN) berakhir dengan nol, maka
notasi Nolnya dihilangkan. Dalam hal ini digunakan rumus : BN0 + SS
BN0SS
Contoh :
Majalah Pendidikan
Pendidikan (BN)
Majalah (SS)
Majalah pendidikan
Lalu ditulis

(BN0SS)

370
05
370.05 37.05
370.05

3. Kemungkinan terjadi bahwa ada subyekyang angka dasarnya (BN) berakhir


dengan 00 (dobel nol), mak aturannya adalah dua nolnya juga dihilangkan.
Dalam hal ini digunakan rumus : BN00 + SS BN00SS
Contoh :
Filsafat teknologi
Teknologi (BN)
600
Filsafat (SS)
01
Filsafat Teknologi (BN00SS) 600.01 6.01
Lalu ditulis
601
4. Mungkin juga terjadi pada angka klasifikasi untuk subyek tertentu sudah
dimulai dengan 0, maka dalam penggunaan subdivisi standar ini digunakan
rumus 001 009
5. Apabila notasi itu dimulai dengan 0 atau 00 yang memiliki arti tersendiri,
maka dalam penggunaan subdivisi standar ini digunakan rumus 0001
0009

Contoh :
Kamus Hukum, nomor klasifikasinya adalah 340.003 bukan 340.03
karena angka ini telah digunakan untuk menunjukkan Tabel 2: Wilayah
(Geographic Areas, Historical Periods, Persons)
Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal
Angkatan Laut Indonesia. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan

67

notasi wilayah Indonesia yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2
ini adalah sebagai berikut :
o Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari
Tabel 1).
o Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa
instruksi from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata Geographical,
treatment, treatment by specific continents, countries, dan sebagainya. Untuk
geografi suatu wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk geografi suatu wilayah.
Misalnya Geografi Jepang, Geografi Indonesia dan sebagainya. Cara
pembentukannya, angka dasar geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan
notasi wilayah yang diambil dari Tabel 2.
2. Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)
Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal
Angkatan Laut Indonesia. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan
notasi wilayah Indonesia yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2
ini adalah sebagai berikut:
a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari
Tabel 1).
b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa
instruksi from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata Geographical,
treatment, treatment by specific continents, countries, dan sebagainya. Untuk
geografi suatu wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk geografi suatu wilayah.
Misalnya Geografi Jepang, Geografi Indonesia dan sebagainya. Cara
pembentukannya, angka dasar geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan
notasi wilayah yang diambil dari Tabel 2.
3. Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, for Specific
Literary Forms).
Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut
subdivisi masing-masing sastra. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama,
-3 Fiksi, dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat
ditambahkan pada notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang
berakhiran dengan angka 0 (nol), notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja.
68

Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820, dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3
ini adalah:
o Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
o Tidak terdaftar dalam bagan
4. Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages)
Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut masing
bahasa (Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel
4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400.
Bila notasi suatu bahasa terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi
dasarnya hanya 2 angka pertama.
Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470.
Cara penambahan Tabel 4 ini:
i. Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
j. Belum terdaftar dalam bagan
k. Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang
kurang dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa
yang lebih dikenal
l. Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa
atau lebih dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).
5. Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups).
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951
Chinese - 992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu
tambahkan dengan notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk
memperluas subyek yang bersangkutan.
Adapun cara penambahannya, adalah:
b. Ada perintah
c. Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian
cantumkan notasi
6. Bahasa (Languages)
Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam
bahasa Belanda. Terjemahan Al-Quran dalam bahasa Cina, dan sebagainya.
Terlebih dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Quran

69

kemudian ditambahkan dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari
Tabel 6. Cara penggunaan Tabel 6 ini adalah:
a. Ada perintah
b. Tidak ada perintah.
Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat
dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini.
Contoh untuk karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa
Spanyol sangat dominan di Argentina) mendapat notasi 220.517661.
7. Orang (Groups of Persons).
Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang
tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi
subyek yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang
terapat pada Tabel 7.
Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut:
a. Ditambahkan langsung
b. Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1.

d. Tabel Perluasan Untuk Wilayah Indonesia


Perluasan dari Tabel Wilayah DDC, khusus yang berhubungan dengan wilayah
Indonesia (tabel 2). Buku-buku tentang Indonesia makin hari makin besar jumlahnya.
Kebutuhan untuk perluasan/penyesuaian notasi DDC untuk subyek Indonesia sangat
diperlukan, karena untuk membedakan daerah yang dibahas dalam subyek buku.
Mengenai ikhtisar pembagian daerah-daerah Indonesia kita menggunakan
pedoman yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Jl. Merdeka Selatan
No. 11 Jakarta, yang disusun oleh Sub Panitia Standarisasi Perpustakaan, Panitia
Teknis Perpustakaan pada Tahun Buku Internasional 1972, dengan judul Perluasan
dan Penyesuaian Notasi untuk Beberapa Seksi dalam DDC khusus yang berhubungan
dengan Indonesia.
Contoh :
Mamalia Darat irian Jaya, Nomer klasnya : 599. 959 88
Mamalia
: 599.9 (Bagan DDC)
Indonesia
: 598
70

- Irian Jaya

:8

e. Analisis Subyek (subject analysis)


Analisis Subyek adalah suatu kegiatan menganalisa mengenai apa atau tentang apa
suatu dokumen (bahan pustaka). Kegiatan analisis subyek merupakan hal yang sangat
penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di sinilah ditentukan pada
subyek apa suatu dokumen ditempatkan. Bila salah atau keliru, akan menimbulkan
kesulitan bagi pemakai dalam mendapatkan informasi yang dicarinya. Oleh karena itu
analisis ini harus dikerjakan secara akurat dan taat-azas (konsisten). Untuk
melaksanakan kegiatan analisis subyek, pustakawan harus mengenal jenis konsep dan
jenis subyek.

71

PENUTUP
Kemampuan

serta keterampilan dalam mengklasifikasi dan mengkatalogisasi

bahan pustaka, bukan ditentukan oleh kelengkapan manual atau pedoman yang digunakan,
akan tetapi terutama karena pekerjaan tersebut dilakukan secara terus menerus. Penuntun
yang disusun secara sederhana ini dimaksudkan hanya untuk memahami hal-hal yang
bersifat umum, sedangkan hal-hal yang lebih spesifik harus dipahami dengan mempelajari
dan mengkajinya melalui buku pedoman yang standar. Di smping itu, harus selalu
dibiasakan untuk melakukan diskusi bersama para pengelola perpustakaan yang lain,
terutama pada bagian pengolahan yang bertugas mengklasifikasi dan meengkatalog,
sehingga nantinya akan diperoleh pemahaman bersama yang komprehensif.
Diharapkan catatan singkat ini dapat bermanfaat khususnya bagi pengelola
perpustakaan yang ingin mendalami secara khusus dasar-dasar teknik mengklasifikasi dan
mengkatalog bahan pustaka yang berangkat dari analisis subyek yang sebenarnya memang
sedikit rumit.

72

DAFTAR PUSTAKA
Dewey, Melvil. 2003. Decimal Classification and Relatif Index, 22th ed.Vol.1-Vol.4.
Dublin, Ohio : OCLC Online Computer Library Center, Inc.
Hamakonda, Towa dan J.N.B. Tairas. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Jakarta: BPK Gunung Mulya,
Lasa, HS. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tim Perpustakaan Nasional RI. 1994. Peraturan Katalogisasi Indonesia : Deskripsi
Bibliografis (ISBD), Penentuan Tajuk Untuk Entri, Judul Seragam, Edisi ke-4.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

73

Anda mungkin juga menyukai