Anda di halaman 1dari 180

PENGERTIAN KATALOGIKA

Katalogisasi (cataloging): Kegiatan atau proses pembuatan wakil ringkas dari bahan
pustaka atau dokumen (buku, majalah, CD-ROM, mikrofilm, dll.). Istilah ini kadang-kadang
juga meliputi klasifikasi bahan pustaka dan secara umum penyiapan bahan pustaka untuk
digunakan pemakai. Kadang-kadang disebut juga dengan istilah pengindeksan (indexing).
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi
intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi
adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan
menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi
katalog.

Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam


katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka,
baikcirifisikmaupunisiintelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. J
adi kata logisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan menginte
pretasikan dan menerapkan berbagai standar sehinggahal-
hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.

Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan pembuatan wakil ringkas dokumen


(condensed representations) atau katalog, untuk digunakan sebagai sarana temu kembali, agar
dokumen yang dicari dapat ditemukan dengan cepat
dan tepat.Di dalambuku“Amanual of Cataloguing Practice” dijelaskan bahwa kata log merup
akan suatu daftar yang berisi keterangan-keterangan yang
lengkap dari suatu buku buku koleksi, dokumen dokumen, atau bahan bahan pustakalainnya.

Katalog yang sering kita dengar sehari-hari merupakan kata/istilah yang berasal dari bahasa
latin “catalogus” yang berarti mendaftar barang yang atau benda yang disusun untuk tujuan
tertentu. Sedangan katalog berdasarkan ilmu perpustakaan berarti daftar berbagai jenis
koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu. Jadi dalam katalog perpustakaan
terdaftar semua bahan perpustakaan (buku, majalah, kaset, CD, dan lain-lain) yang ada di rak
koleksi. Dengan cara melengkapi data-data cantuman bibliografis sesuai dengan sistem yang
telah ditentukan pada katalog untuk semua jenis bahan perpustakaan yang dimiliki
perpustakaan, diharapkan para pemustaka maupun pustakawan dapat menemukan kembali
bahan perpustakaan yang diperlukaan dengan cepat dan tepat. Katolog adalah daftar koleksi
perpustakaan. Katolog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama
penerbit dan lain – lain tergantung pustakawan di sekolah masing-masing. Katalog
merupakan kumpulan buku -buku yang sudah masuk kedalam perpustakaan. Katalog adalah
Presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang,
deskripsi fisik, subyek, dll.) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan
pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

1. Katalog
Katalog adalah suatu daftar yang disusun dengan tujuan tertentu, mislanya: katalog
barng, catalog penerbit katalog perpustakaan, katalog pameran dan sebagainya. Katalog
perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam katalog ini
dibuat tentang nama pengarang, judul buku, edisi, cetakan, kota, terbit dan tahun terbit.
Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan dapat memproleh sumber informasi
yang dimiliki oleh perpustakaan
2. Katalogika
Katalogika atau pengkatalogan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
pustakawan atau petugas perpustakaan menyusun dan membuat kartu katalog.

Ada dua macam kegiatan pembuatan katalog, yaitu:

a. Katalogika subjek, yakni menampilkan subyek buku berupa tajuk subyek dan notasi
klasifikasi,
b. Katalogika deskriptif, yakni menampilkan entri utara dari sebuah buku, tterdiri atas
tajuk entri utama dan deskriptif bibliografi.
TUJUAN DAN FUNGSI KATALOGIKA

Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama Charles
Ammi Cutter, pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan:
a. Pengarang
b. Judulnya
c. Subjeknya
2. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan:
a. Oleh pengarang tertentu
b. Berdasarkan subjek tertentu
c. Dalam jenis literatur tertentu
3. Membantu dalam pemilihan buku:
a. Berdasarkan edisinya; atau
b. Berdasarkan karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik)

Sedangkan fungsi dari pembuatan katalog perpustakaan pada umumnya adalah:

1. Sebagai lata pengumpul atau “assembling list”, yang fungsinya mencatat,


mendaftar atau mengumpulkan setiap koleksi yang ada di perpustakaan dibawah
entri-entrinya
2. Sebagai alat pencari atau penelusuran (“finding list”), yang membimbing pemakai
untuk encari dan menelusuri koleksi yang dicari dibawah entri-entri dari koleksi
atau karya tersebut
3. Sumber yang memberikan alternatif plihan karya
4. Memberikan petunjuk dimana buku disusun dalam rak
5. Sumber penyusunan bibliografis
Dari tujuan dan fungsi inilah nampak betapa pentingnya katalog perpustakaan, karena katalog
merupakan kunci bagi koleksi suatu perpustakaan.

Menurut bentuknya (fisik katalog) antara lain :

1. Book catalogue atau printed book adalah bentuk katalog paling tua yang dulunya
digunakan di Perpustakaan Amerika. Ciri katalo ini adalah mahal pembuatannya dan
tidak fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan Disamping itu perpustakaan
harus menyediakan beberapa eksemplar.
2. Sheaf Catalogue jenis ini terbuat dari kertas karton berukuran 10 X 20 cm, yang
kemudian dijilid/dibendel dimana seetiap jilid berisi 50 kartu. Jenis ini kurang
berkembang karena tidak fleksibel terhadan perubahan koleksi perpustakaan.
3. Microform catalogue (COM=Computer Output Microform) jenis katalog ini menjadi
populer dengan adanya perkembangan komputer. Microform atau microfice adalah
hasil dari COM tersebut yang secara pereodik perlu diupdate oleh karena itu sebelum
edisi terbaru dibuat COM catalogue tidak fleksibel terhadap koleksi perpustakaan
seperti jenis katalog sebelumnya, jenis katalog ini harus dibuat banyak.
4. Card Catalogue (katalog kartu) jenis katalog ini yang paling umum di perpustakaan
seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan
dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun
secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam
almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi
perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan
pengurangan/penyusutan atau perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan pada kartu
itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

5. OPAC (Online Public Catalogue)

Dalam perkembangan perpustakaan akhir-akhir ini banyak perpustakaan


memanfaatkan kecanggihan komputer. Koleksi perpustakaan terekam dan tersimpan
dalam sebuah data base, dimana pemustaka bisa akses melalui komputer yang
disediakan. Data base dapat diakses baik lokal, regional maupun internasional. Bentuk
katalog ini yang paling fleksibel dan paling modern : penambahan, penyusutan atau
perubahan terhadap entri bahan pustaka dapat dilakukan setiap saat dan sangat cepat.
Sehingga hasilnya akan segera diketahui, yang paling menguntungkan bagi
pemustaka, karena mereka bisa mengakses dengan menggunakan access point yang
difariasikan.

Beberapa keunggulan OPAC antara lain : Filing tidak diperlukan lagi. Database dapat
di update secara online atau remote, tersedianya menu help dan cross reference : dapat
diproduksi dalam bentuk katalog lain, dapat dihubungkan dengan data base lain
misalnya CD-ROM (Campact Disk Read Only Memory), perubahan secara global
dapat dilakukan, namun demikian, beberapa kelemahannya seperti :

 Lebih sensitif terhadap “speling” karena setiap kesalahan eja akan muncul yang tidak
diinginkan, atau pengguna akan menjadi bingung dengan munculnya terlalu banyak
bibliografi.
 Perlu adanya training bagi pemustaka.
 Dan tidak akan berfungsi jika listrik padam.

Fungsi katalogisasi secara umum adalah sebagai berikut :

1. Mencatat bahan pustaka yang ada di perpustakaan untuk memudahkan pengguna,


2. Mencari atau menelusur pustaka,
3. mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan
subyek.

Adapun fungsi dari catalog adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan lain dengan manggunakan symbol-
simbol angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil.
2. Mendaftar semua buku dan bahan lain dalam susunan alfabetis nama pengarang, judul
buku, atau subjek buku yang bersangkutan ke dalam satu tempat khusus perpustakaan
untuk memudahkan pencarian entri-entri yang diperlukan.
3. Memberikan kemudahan untuk mencarisuatu buku atau bahan lain di perpustakaan
dengan hanya salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Katalog merupakan kunci untuk mengetahui isi koleksi dari perpustakaan itu sendiri, antara
lain:
1. Untuk memberi gambaran yang jelas kepada pemakai jasa perpustakaan tentang
koleksi buku-buku yang terdapat dan dimiliki oleh suatu perpustakaan.
2. Untuk menolong pemakai perpustakaan dalam mendapatkan buku yang diperlukan
secara tepat dan cepat.
3. Agar para pengguna perpustakaan mudah mendapatkan bahan pustaka yang
diinginkannya.
4. Sebagai sarana pemilihan buku yang tepat untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
5. Catalog berfungsi sebagai wakil buku yang memberikam keteerangan yang lengkap
tentang ciri-ciri buku.
6. Catalog berfungsi sebagai “an instrument of communication “yang meninformasikan
buku-buku perpustakaan .

Agar katalog dapat berfungsi semaksimal mungkin, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru perpustakaan, yaitu :

- Katalog perpustakaan sekolah harus lengkap memuat keseluruhan ciri-ciri buku.

- Katalog perpustakaan sekolah harus fleksibel.

- Katalog perpustakaan sekolah harus disusun dengan sistematis sehingga bisa dengan
mudah dimanfaatkan.

- Katalog perpustakaan sekolah dibuat seekonomis mungkin dan dipeliharan dengan sebaik-
baiknya.

- Guru pustakawan hendaknya memberikan petunjuk kepada murid-murid dalam hal


penggunaan katalog sehingga murid-murid dapat memanfaatkannya dengan seoptimal
mungkin.

- Buatlah katalog yang bermacam-macam bentuknya seprti katalog pengarang, katalog judul,
katalog subjek, katalog subjek klasifikasi.
KEGIATAN PASCA KATALOG

1. Fisik dan kelengkapan bahan pustaka


Apa bila bahan pustaka telah dibuat katalognya, maka kegiatan selanjutnya
adalah penyiapan bahan pustaka tersebut, yang lazim disebut kegiatan pasca
katalog, kegiatan ini meliputi:

a. Mengetik kartu

Jumlah kartu yang diketik disesuaikan dengan jajran yang akan dibuat
katalog kartu itu hendaknya terbuat dari kertas yang agak tebal, agar tahan
lama dan tidak mudah rusak atau robek. Sekarang tersedia kartu
katalog yang dapat diketik melalui komputer dan manual.

b. Persiapan buku

 Menempelkan label pada punggung buku


 Menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali.
 Membuat dan memasukkan kartu buku
 Menjajarkan kartu catalog / Mengurutkan secara sistematis
 Menyimpan atau menyusun bahan pustaka di rak perpustakaan
 Bila dianggap perlu juga dilakukan penjilidan dan penyampulan.
Meskipun bukunya baru, akan tetapi karena buku tersebut akan
digunakan oleh banyak orang, maka perlu dijilid awal dan disampul.

2. Filing kartu catalog

Kartu-kartu katalog yang telah dibuat baik kartu katalog judul, pengarang
ataupun subjek perlu disimpan secara baik dan ditempatkan pada laci katalog
serta pengaturannya dilakukan secara sisitematis sehingga mempermudah
penemuan kembali infiormasi/ bahan pustaka yang ada dalam jajaran di rak secara
cepat dan tepat Untuk pengaturan dan penyimpanan yang cepat dan sistematis
tersebut, terlebih dahulu harus ditetapkan cara yang digunakan perpustakaan yang
lazim digunakan
CARA MEMBUAT KARTU KATALOG

Sebelum membuat atau mengetik kartu catalog, maka ada dua hal yang perlu
dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Kartu katalog

Untuk membuat catalog kartu diperlukan selembar kartu untuk setiap judul
buku. Karna itu perlu dipersiapkan kartu terlebih dahulu dengan ukuran dan bentuk
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu: ukuran panjangnya 12,5 cm dan
lebarnya 7,5 cm, di tengah tengah bagian bawahnya diberi lubang untuk menusukan
tusuk pengaman.

2. Temporary slip (T-slip)

Merupakan catatan atau keterangan-keterangan mengenai buku pada selembar


kertas yang berukuran kurang lebih ¼ folio atau bisa juga berukuran 15 x 10 cm.
temporary slip ini dibuat untuk memudahkan pengetikan kartu catalog. Keterang-
keterangan yang seharusnya dituliskan pada lembar temporary slip ini sama dengan
keterangan yang seharusnya dituliskan pada kartu catalog. Yaitu meliputi nomor
klasifikasi (nomor penempatan), judul buku, nama pengarang,impritnt (kota terbit,
nama penerbit, tahun terbit), kolasi (table buku, ukuran buku, bibliografi, indeks,
illustrasi, tabel)

Cara pembuatan katalog :

 Nomor klasifikasi

Nomor klasifikasi diketik pada sudut kiri atas kartu katalog. Di bawah nomor
klasifikasi, keti 3 hiruf capital kependekan nama keluarga/ utama pengarang. Jadi
apabila pengarangnya bernama Drs. CS.T. Kansil, SH., maka yang diketi adalah
KAN. Setelah itu, dibawah tiga huruf capital tersebut diketik satu huruf kecil dari
huruf pertama judul buku.jadi apabila bukunya berjudul “pengelolaan perpustakaan”
maka dibawah 3 huruf capital diketik huruf p.
 Pengarang/ Tajuk entri utama

Nama pengarang buku diketik dengan huruf besar semua dimulai pada indensi
pertama sejajar dengan nomor penempatan atau nomor klasifikasi. Nama pengarang
asing yang biasanya diikuti dengan nama keluarga, maka pengetikannya dibalik, dan
yang diketik huruf besar semua hanya nama keluarganya. Misalnya pengarang
bernama Carter V. Good. Maka pengetikannya adalah GOOD, Carter V. (antara nama
keluarga dan nama utama dipisahkan dengan koma), jika hanya sebagai editor,
penerjemah, atau pengarangnya lebih dari satu orang, maka dibelakang nama diketik
atau diberi tanda (Ed) untuk editor, (dkk) untuk pengarang yang lebih dari satu, dan
(penerj) untuk penerjemah.

 Judul buku

Judul buku diketik mulai pada indensi kedua dibawah huruf keempat ketikan
nama pengarang. Jika ada sub judulnya, diketik setelah judul utama yang dipisah
dengan tanda titik koma. Apabila judulnya panjang sehingga tidak bisa diketik dalam
satu baris, maka pengetikannya diteruskan ke baris kedua yang dimulai pada indensi
pertama.

 Nama pengarang lengkap

Setelah pengetikan judul diteruskan dengan nama lengkap pengarang yang


diberi tanda titik. Pengetikan nama lengkap pengarang ini tidak dibalik walaupun
nama orang asing. Apabila ada edisinya, maka edisi ini diketik setelah nama lengkap
pengarang.

 Imprint

Imprint( nama kota tertib, nama penerbit, dan tahun terbit) ini diketik setelah
nama pengarang atau edisi. Antara nama pengarang dengan imprint ini diberi jarakdua
huruf. Antara nama kota tebit dan nama penerbit serta tahun terbit dipisah dengan
tanda koma. Dan diakhiri dengan tanda titik.
 Kolasi

Kolasi (table buku, ukuran buku, bibliografi, indeks, illustrasi, table) tidak
diketik bersambung dengan imprint, tetapi diketik pada baris berikutnya mulai pada
indensi kedua. Apabila pengetikan kolasi ini tidak cukup dalam satu baris dan
dilanjutkanpada baris berikutnya pada indensi pertama.

Cara penulisan catalog

1) Pengetikan katalog pengarang

Nama pengarang diketik di atas tajuk entri utama,nama pengarang diketik dengan
huruf besar.

2) Pengetikan katalog judul

Cara pengetikannya tidak jauh beda dengan katalog pengarang, perbedaannya


kalau pada katalog judul,di atas tajuk entri utama diketikkan judul buku yang dimulai pada
indensi kedua,pada catalog judul nama keluarga/utama yang menjadi tajuk entri diketik
dengan huruf kecil.

3) Pengetikan katalog subyek

Pengetikan katalog subyek tidak jauh beda dengan catalog pengarang dan judul
,perbedaannya di atas tajuk entri utam diketik subyek sebagaimana pada catalog
judul,pengetikannya dengan huruf besar dimulai dengan idensi utama.
PROSEDUR PENGKATALOGISASI

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:

1. Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang,
jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan
tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.
2. Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang
dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi,
pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua
kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang
merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Sistem katalog dibedakan dari susunannya dalam laci katalog, yang terdiri dari:

 Sistem katalog abjad.

1) Katalog susunan abjad terpisah.


2) Katalog pengarang (author catalog).
3) Katalog judul (title catalog).
4) Katalog subyek (subject catalog).
5) Katalog susunan ensiklopedi atau kamus (dictionary catalog) yaitu catalog
yang disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu susunan.

 Sistem katalog klasifikasi (classified catalog)

Merupakan suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian


klasifikasi tertentu., terdiri dari tiga susunan yaitu:

1) Katalog pengarang judul disusun menurut abjad.


2) Katalog subyek disusun menurut urutan nomor-nomor klasifikasi
tertentu.Indek subyek yang menunjukkan notasi klasifikasi tertentu untuk
suatu subyek, umumnya disusun menurut abjad.
Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah catalog Nama pengarang atau yang
dianggap sebagai pengarang Judul buku Judul tambahan Imprint (impressum) untuk
menyatakan kota penerbit, penerbit dan tahun terbit;

Kolasi untuk menyatakan jumlah halaman keterangan lain dan ukuran buku,
Nomor seri bila buku itu mempunyai nomor seri, Anotasi yang merupakan catatan,
Tanda buku (call number).
JENIS KATALOG

Berdasarkan jenisnya katalog dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu :

a. Katalog pengarang

Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik itu
pengarang perorangan, karya bersama, karya badan korporasi ataupun karya yang
ditujukan pada judul seragam.

b. Katalog judul

Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad judul dari semua bahan
perpustakaan yang dimiliki.

c. Katalog jubjek

Katalog subjek dalam penyusunannya dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

1. Katalog subjek yang disusun berdasarkan abjad judul untuk subjek yang
dinyatakan dalam bentuk istilah (verbal)
2. Katalog subjek yang disusunberdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek dalam
bentuk non verbal) sesuai dengan pedoman bagan klasifikasi yang digunakan
BENTUK KATALOG

Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang terus berkembang. Hal ini bisa
dilihat dari betuk fisik katalog yang terus mengalami perubahan, kataog dapat
dikelompokan berdasarkan bentuk fisiknya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Katalog Kartu (card catalog)

Katalog kartu sudah digunakan lebih dari seratustahun yang lalu, yang hingga
sekarang pun masih banyak perpustakaan yang menggunakan akatalog ini. Katalog
bentuk kartu berukuran 7,5×12,5 cm. Setiap entri (pengarang, judul, dan subjek)
ditulis pada satu kartu.

Kartu kemudian dijajarkan dalam laci catalog.


a. Awet atau tahan lama
b. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak diperlukan
mudah dilaksanakan. Dengan demikian, katalaog selalu mencerminkan keadaan
bahan perpustakaan secara up-to-date.
c. Ringkas, yaitu hemat tempat
d. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa
pemustaka sekaligus
e. Tersedi lebih dari satu pendekatan. Biasanya, akartu katalaog dibuat dalam tiga
jenis, yaitu kartu katalog pengarang, katalaog judul,dan katalog subjek
f. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat
g. Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatanya.

2. Katalog Berkas (Sheaf Catalog)

Merupakan kumpulan kertas/kartu berupa lembaran berukuran 7,5 × 12,5 cm


atau 10 × 15 cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Pada bagaian kiri diberi
lubang. Kemudian diikat atau dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton
tebal berfungsi sebagai pelindung.

Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjilid
kemudian disusun menurut nomor berkas.

3. Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)

Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan perpustakaan yang ditulis atau
diletak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku. Katalog buku sebenarnya tidak
fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan.
Akan tetapi, jenis katalog ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Biaya pembuatanya murah
b. Mudah dicetak
c. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain
d. Mudah dibawa kemana-mana
e. Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog

4. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)

Dengan demikian pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi terutama


dalam penggunaan komputer dan telekomunikasi berdampak terhadap perkembangan
bentuk katalog di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang telah memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi tersebut dalam kegiatan pembuatan katalognya. Yaitu
dengan menerapkan sistem otorasi perpustakaan, yang salah satu kegiatanya adalah
pembuatan katalog secara online. Katalog OPAC banyak digunakan pada berbagai
perpustakaan karena mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat


b. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling menunggu
c. Jajaran tertentu tidak perlu defile
d. Pnelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sekaligus,
misalnya melalui judul, pengarang, subjek, tahun terbut, penerbit, dan sebagainya,
dengan memanfaatkan penelusuran Boolean Logis
e. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.
f. Penelusuran dilakuakan dari berbagai tempat tanpa harus mengunjungi
perpustakaan, yaitu dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network)
atau WAN (Wide Area Network)
Bnayak program aplikasi yang dapat diguanakan perpustakaan, antara lain seperti:
CDS/ISIS, Inlis, Qalis, Inmagic,Virtua, Dynix, Tinib, dan berbagai jenis aplikasi
lain ang dikembangkan oleh masing-masing perpustakaan.

5. Katalog di Internet

Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang terhubung


dengan telepon dalam jaringan internet.

a. Tidak mudah hilang, karena tidak mudah dibawa-bawa seperti katalog buku atau
berkas
b. Mudah menggunakanya
c. Lewes, karena dengan mudah kita dapat menyisipkan kartu-kartu baru
d. Mudah dalam menggandakan entri-entri
e. Mudah dibuatkan petunjuk-petunjuknya (guide card)

Kelemahan katalog kartu antara lain:

a. Katalog kartu sangat tergantung pada tempat, sehingga bila jumlahnya sampai
melebihi kapasitas laci katalog akana menimbulkan kesulitan dalam
menggunakanya
b. Katalog kartu tidak bisa dibawa kemana-mana
SISTEM PENYUSUNAN KATALOG

Dalam penyusunan katalog yang dipakai di perpustakaan terdapat beberapa


system penyusunan yang digunakan yaitu:

a. Sistem katalog abjad (alphabetical catalog), pada sistem ini katalog-katalog


pengarang, judul, dan subjek disusun menurut urutan abjad. Dari sistem ini dibagi lagi
menjadi dua yaitu:
 Sistem katalog kampus (dictionary catalog), suatu sistem dimana katalog-
katalog pengarang, judul dan subjek disusun dalam satu jajaran menurut
abjad (alphabetical order).
 Sistem katalog terbagi (devided catalog), biasanya sistem ini disusun
menurut dua jajaran secara abjad, yaitu satu jajaran menurut entri
subjeknya, satu jajaran menurut entri pengarang dan entri judul secara
abjad pula.

b. Sistem katalog klasifikasi (calssified catalog), sistem katalog ini biasanya disebut juga
katalog sistematis, dimana katalog disusun menjadi tiga jajaran yaitu:
a. Jajaran katalog pengarang-judul yang disusun menurut abjad
b. Jajaran katalog subjek yang disusun menurut urutan klasifikasi sebagai entri yang
diutamakan
c. Jajaran katalog indeks subyek yang disusun menurut abjad
PEDOMAN DESKRIPSI BIBLIOGRAGIS

Kegiatan deskripsi bibliografis adalah suatu kegiatan yang mencatat data-data


dari suatu bahan perpustakaan mulai dari judul, pengarang, tempat terbit, penerbit,
deskripsi fisik dari bahan samapai ke nomor standar bahan perpustakaan.

Sebelum kita melangkah kita harus melihat jalan yang kita lalui agar kita tidak
tersandung dan apalagi jatuh. Pertama kita harus mengenal Deskripsi? Dieskripsi
adalah upaya pengelolahan data yang diuraikan secara jelas dengan tujuan agar dapat
dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya. Bibliografi
berasal dari bahasa Latin Biblos yang artinya Buku. Karena itu, data yang mengenai
buku disebut data bibliografi:

 Pengarang
 Judul
 Edisi
 Kota terbit
 Penerbit
 Tahun penerbit
 Keterangan fisik dokumen tersebut, spt: halaman dan lebar
 Ilustrasi/gambaran dokumen, bila ada
 No dokumen/ISBN.

Pembuatan dan penyusunan data bibliografi dari sebuah dokumen, itu


merupakan Deskripsi Bibliografi. Ada juga yang menyebut Pengkatalogan
(cataloging).Dalam pemuuatan Deskripsi Bibliografi haruslah menggunakan pedoman
deskripsi bibliografi.

 Menggunakan tajuk entri utama


 Membuat deskripsi data bibliografi.

Ada juga yang berpendapat bahwa, Deskripsi Bibliografi adalah, data


bibliografi yang tersusun secara sistamatis sehingga dapat mudah diakses dari
berbagai pendekatan. Hasil deskripsi bibliografi biasanya dituangkan dalam bentuk
katalog.Ada juga yang berpendapat bahwa. Deskeripsi Bibliografi adalah penyabaran
semua bahan pustaka yang dipunyai perpustakaan. Deskripsi Bibliografi dapat juga
dikatakan pengkatalogan.Dalam pembuatan deskripsi bibliografi. Tujuan dari
pembuatan deskripsi bibliografi adalah agar user secara efektif dan efisien
menemukan informasi yang diperlukan.pembuatan deskripsi bibliografi tesebut harus
menggunakan pedoman. ISBN merupakan pedoman yang dirumuskan oleh IFLA.
Atau juga, AACR2 (Anglo American Cataloguing Rules Edisi 2).
DESKRIPSI KATALOG

Katalog adalah daftar koleksi sebuah pusat dokumentasi atau beberapa pusat
dokumentasi yang disusun menurut sistem tertentu. Daftar tersebut dapat berbentuk
kartu, lembaran, buku atau bentuk lain, yang memuat informasi mengenai pustaka
atau kepustakaan yang terdapat di perpustakaan atau unit informasi.

Katalog dalam arti luas adalah daftar suatu barang atau bahan yang disusun
secara sistematis untuk tujuan tertentu. Katalog yang dipergunakan dalam
perpustakaan pada umumnya terkait dengan buku / bahan pustaka maka dalam proses
identifikasi suatu karya dalam bentuk “Deskripsi bibliografi” secara rinci menurut
aturan yang telah dibakukan disebut “mengkatalogisasi bahan pustaka” Aturan
pengkatalogan menggunakan pedoman AACR2 (Anglo American Cataloging Rules).
AACR2 ini selalu mengalami perkembangan dan penyempurnaan sehingga sampai
sekarang buku tersebut merupakan buku edisi revisi yang ke-2. Sedangkan yang
dimaksud katalogisasi deskriptif adalah kegiatan mencatat identitas setiap bahan
pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran umum tentang ciri-ciri
tertentu dalam bahan pustaka tersebut.

A. Bentuk Fisik Katalog

Ada beberapa bentuk fisik catalog mulai dari yang sederhana sampai kebentuk modern
diantaranya:

 Kataloglembaran
 Katalogkartu
 Catalog dalam bentuk micro
 Catalog computer terpasang

Sampai saat ini yang masih popular dan dipakai diperpustakaan dilingkungan
sekolah adalah catalog kartu sedangkan yang dipakai di Perguruan Tinggi memakai
catalog komputer terpasang (OnlineComputer Catalogue).
Aturan Umum Deskripsi Katalog Menurut AACR2

1) Sumber Informasi

Informasi untuk mendiskripsi bahan pustaka diambil dari sumber bahan


pustaka itu sendiri, yang dapat dimulai pada halaman judul, balik halaman judul
(verso), halaman awal, halam belakang. Bagian lain juga merupakan bahan informasi,
baca di bagian kata pengantar, teks, kulit buku, punggung buku dan sumber lain dari
luar publikasi, misalnya katalog dalam terbitan (KDT).

2) Organisasi deskripsi
3) Deskripsi katalog
PENENTUAN TAJUK ENTRI

A. Konsep kepengarangan
Pengarang adalah orang atau badan yang bertanggung jawab terhadap isi intelektual
atau isi artistic suatu karya.Perngarang dapat dikategorikan sebagai pengarang perorangan
maupun pengarang badan korporasi.Yang termasuk dalam pengarang perorangan antara lain:
penulis buku fiksi, nonfiksi, illustrator, penyadur, penulis syair, seniman, pemotret,
penggubah lagu, penyusun bibliografi, penyusun bung arampai. Yang termasuk dalam badan
korporasi adalah : perkumpulan, lembaga, perusahaan dagang, badan social, pemerintahan
dan konferensi.

B. Menentukan tajuk entri utama dan tambahan


Tajuk entri utama adalah pengarang yang bertanggung jawab terhadap isi intelektual
atau artistic suatu karya. Pengarang yang dapat dijadikan entri utama adalah

 Pengarang tunggal dimana karya tersebut dikarang oleh satu orang


 Pengarang ganda karya yang dibuat oleh lebih dari satu orang pengarang. Akan tetapi
pengarang yang dapat dijadikan tajuk entri utama bila karya tersebut dibuat oleh 2
atau 3 pengarang. Sedangkan karya yang dibuat lebih dari 3 pengarang maka entri
utama jatuh pada judul.

Tajuk entri tambahan adalah tajuk entri yang merupakan tambahan pada tajuk
entri utama dalam suatu katalog. Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
menentukan tajuk entri tambahan sebagai berikut:

 Nama orang yang dijadikan tajuk entri tambahan apabila nama tersebut berperan
sebagai pengarang lain terbatas pada 3 pengarang. Jika karya tersebut ada 4 atau
lebih maka tajuk dibuat untuk yang disebut pertama.
 Nama badan korporasi dijadikan tajuk entri utama jika nama badan korporasi
tersebut menonjol.
 Judul sebenarnya selalu dijadikan tajuk entri tambahan, selama judul tersebut
tidak dijadikan entri utama
KLASIFIKASI

Klasifikasi di perpustakaan dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat


pemakai dalam memilih dan mendapatkan buku atau bahan pustaka yang diperlukan
secara cepat dan tepat. Untuk setiap buku yang dimiliki perpustakaan harus melalui
proses klasifikasi sebelum dilayankan kepada masyarakat.

Untuk melakukan proses klasifikasi di perpustakaan sudah ada cara-cara


tertentu yang merupakan hasil kesepakatan secara nasional maupun internasional
(Suwarno, 2007:65).Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis dari pada
sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan
tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama (Towa, 2009:1).

Sistem klasifikasi ini bermacam-macam antara lain; Dewey Decimal


Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), serta Library of
Congress Classification (LCC) dan perluasannya (Lasa HS, 2002: 27).
ANALISIS SUBJEK

Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang memadai, sebab di


sinilahpengindeksdituntut kemampuannya untuk menentukan subyek apa yang
dikandung dalambahan pustaka yang diolah. Ada tigahal yang mendasar perlu
dikenali pengindeksdalam menganalisis subyek yakni jenis konsep dan jenis subyek.
Dengan mengenali ketigahal tersebut akan membantu dalam menetapkan pada atau
dalam subyek apa suatu dokumen ditempatkan. Berikut akan dibahas ketiga hal
tersebut secara ringkas.

A. Jenis Konsep
Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep yaitu:
a) Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu
pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kategori: Disiplin
Fundamental. Meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Oleh paraahli
disiplin fundamental dikelompokkan menjadi 3 yakni ilmu-ilmu sosial, ilmu-
ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
b) Sub disiplin, merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental.
Misalnyadalam disiplin ilmu fundamental alam, sub disiplinnya terdiri atas
fisika, kimia,biologi, dsb.
c) Fenomena (topik yang dibahas), merupakan wujud/benda yang menjadi objek
kajiandari disiplin ilmu. Misalnya pendidikan remaja. “Pendidikan”
merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan “remaja” adalah fenomena yang
menjadi objek atausasarannya.
d) Bentuk, ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan menjadi 3
jenis:
 Bentuk Fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam
menyajikan suatu subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita
rekaman, dsb.
 Bentuk Penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi isi
bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu:
a) Menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya seperti
bahasa, gambar, dll.
b) Memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis,
sistematis, dsb.
c) Menyajikannya untuk kelimpok tertentu, misalnya bahasa Inggris
untuk pemula,Psikologi untuk ibu rumah tangga.
 Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan
suatu subyek.Misalnya “Filsafat Sejarah” disini yang menjadi
subyeknya adalah sejarah.

Sedangkan filsafat adalah bentuk intelektual. 2 Jenis Subyek Dalam kegiatan analisis
subyek dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis subyek. Secara umum digolongkan
dalam 4 kelompok, yaitu:
1) Subyek Dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub
disiplin ilmu saja. Misalnya: “Pengantar Ekonomi”, yaitu menjadi subyek
dasaranya“Ekonomi”.
2) Subyek Sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal
dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan
oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas
sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset). Misalnya “Pengantar ekonomi
Pancasila” terdiri dari “subyek dasar ekonomi” dan faset “Pancasila”.
3) Subyek Majemuk, yaitu subyek yang teridiri dari sub yek dasar disertaifokus
dari duaatau lebih fasaet. Misalnya: “Hukum adat di Indonesia”. Subyek
dasarnya yaitu “Hukum” dan dua fasetnya yaitu” Hukum Adat” (faset jenis)
dan “Indonesia” (fasettempat).
4) Subyek Kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar
dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya “Pengaruh agama
Hindu terhadap agama Islam”. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu “Agama
Hindu” dan Agama Islam”.
Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks terdapat
4 (empat) fase, yaitu:
1) Fase Bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam
hal inisubyek yang diutamakan ialah subyek yang disajikan. Misalnya
“Statistik untukwartawan” subyek yang diutamakan ialah “Statistik”bukan
“wartawan”.
2) Fase Pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi
antarasatu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek
yang dipengaruhi. Misalnya “pengaruh Abu Merapi terhadap Pertanian di
D.IYogyakarta”. Disini subyek yang diutamakan ialah “Pertanian” bukan
“AbuMerapi”.
3) Fase Alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
membahas subyek lain. Disini subyek yang diutamakan ialah subyek yang
dibahas atau dijelaskan. Misalnya: “Penggunaan alat kimia dalam analisis
darah”. Disini yang diutamakan adalah “Darah” bukan “Kimia”.
4) Fase Perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka terdapat
berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain. Untuk
menentukan subyek mana yang akan diutamakan, ketentuannya sebagai
berikut:

Pada subyek yang dibahas lebih banyak.Misalnya: “Islam dan IlmuPengetahuan”. Jika
Islam lebih banyak dibahas, utamakan subyek “Islam” dan sebaliknya.Pada subyek
yang disebut pertama kali. Misalnya “Perpustakaan dan Masyarakat” ditetapkan pada
subyek “Perpustakaan” Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan
atau pemakaiperpustakaan. Misalnya “Hukum dan Kedokteran”. Di Fakultas Hukum
akan ditetapkan subyek “Hukum” dan bila di perpustakaan kedokteran akan
ditempatkan dalam subyek “Kedokteran”.
Urutan Sitasi
Agar diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam
penentuan Subyek dan (nomor kelas) maka Ranganathan menggunakan konsep yang
dikenal “Urutan Sitasi”. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal
dengan akronim P-M-E-S-T, yakni:
P -Personality (Wujud)
M -Matter (Benda)
E -Energy (Kegiatan)
S -Space (Tempat)
T -Time (Waktu)

Contoh:
“Konstruksi Jembatan Beton Tahun 20-an di Indonesia”.
Jembatan -Personality (P)
Beton -Matter (M)
Konstruksi -Energy (E)
Indonesia -Space (S)
Tahun 20-an -Time (T
CARA MENENTUKAN SUBJEK

Sebelum pustakawan atau pengindeks dapat menempatkan suatu bahan


pustaka pada kelas atau penggolongan yang sesuai, pustakawan perlu mengetahui
lebih dahulu subyek apa yang dibahas dalam buku tersebut, sudut pandangan yang
dianut penulis serta bentuk penyajiannya. Untuk itu pengindeks perlu mengetahui
bagaimana membaca buku secara “teknis” untuk mengetahui isi buku. Beberapa
langkah untuk mengetahui isi buku secara cepat adalah sebagai berikut:

1) Judul buku tidak selalu mencerminkan isi yang dibahasnya, bahkan kadang-
Kadang membingungkan. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
Sebagai contoh buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Si Hijau
Yang Cantik, Gema Tanah Air, tidak dapat ditentukan subyeknya begitu saja.
Untuk memperoleh keterangan atau petunjuk lebih jauh perlu dilihat anak
judul (judul tambahan), serta judul seri (kalau ada). Namun demikian kadang-
kadang judul buku dengan mudah memberikan petunjuk tentang isinya, seperti
Ekonomi, Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya.
2) Kata pengantar sebuah buku dapat memberikan petunjuk kepada pengklasir,
tentang, maksud dan ide suatu bahan pustaka yang disampaikan kepada
pembaca, dan sasaran masyrakat pembaca. Kata pengantar biasanya dibuat
oleh pengarang. Tetapi ada kalanya dibuat oleh ahli dalam bidangnya atas
pemintaan pengarang.
3) Daftar isi sebuah buku merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang
subyek buku tersebut, karena memuat secara terperinci tentang pokok bahasan
perbab, serta subbab.
4) Bibliografi atau sumber yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun buku
dapat memberikan petunjuk tentang subyek suatu buku.
5) Pendahuluan suatu buku biasanya memberikan informasi tentang sudut
pandangpengarang tentang subyek, dan ruang lingkup pembahasan.
6) Apabila dari langkah di atas pengklasir belum bisa menemukan subyek buku
maka langkah yang perlu dilakukan adalah membaca teks buku secara
keseluruhan atau sebagian, atau mencari smber informasi dari timbangan bku
pada koran atau majalah ilmiah terpercaya, serta bisa juga dari katalog
penerbit.
7) Meminta pertolongan dari orang yang ahli dalam bidangnya. Ini merupakan
jalan keluar terakhir apabila pengklasir mengalami kesulitan dalam
menentukan subyek buku yangtepat.
DESKRIPSI INDEKS

Setelah mengetahui “subyek” suatu bahan pustaka melalui analisis subyek,


Selanjutnya menerjemahkan ke dalam kata-kata atau lambang-lambang yang terdapat
dalam Bahasa Indeks (Index Language).Bahasa Indeks merupakan Bahasa yang
terawasi (ControlLanguage) sedangkan hasil dari analisis subyek disebut dengan
Bahasa Alamiah(Natural Language).

Kegiatan menerjemahkan ini merupakan “Deskripsi Indeks” untuk bahan


pustaka tersebut. Beberapa sistem Bahasa Indeks adalah sebagai berikut:

1) Daftar Tajuk Subyek Yaitu mendaftarkan sejumlah istilah atau kata-kata


dengan memberikan acuan atau penunjukan seperti istilah see, see also dsb.
Tajuk subyek yaitu frase (kosakata) yang terkendali dan berstruktur yang
digunakan untuk menyatakan topik bahan pustaka. Tajuk Subyek misalnya
Sears List Subject Headings edited by Barbara M.Wesby (1997), Pedoman
tajuk subyek untuk Perpustakaan (PTSP) oleh Perpustakaan Nasional RI
(1994), Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan, Edisi Ringkas oleh J.N.B.
Tairas dan Soekarman K. (1990), dll.
2) TesaurusYaitu suatu daftar kosakata atau istilah dengan menyebutkan istilah
GU (Gunakan Untuk), RL (Ruang Lingkup), IK (Istilah Khusus), IB (Istilah
Berhubungan). Misalnya:Makrotesaurus Daftar Istilah Pembangunan Ekonomi
dan Sosial (1997).
3) Skema Klasifikasi Yaitu bahasa indeks yang istilah-istilahnya disusun berkelas
yang diberi kode/lambang tertentu. Ada kalanya kode/lambang (notasi) terdiri
dari huruf atau angka saja atau gabungan huruf dan angka. Umumnya skema
klasifikasi terdiri dari tiga unsur yaitu Bagan, indeks Relatif dan Tabel
Beberapa Skema Klasifikasi yang terkenal:
a) Dewey Decimal Classifications (DDC) oleh Melvil Dewey (1875)
b) Colon Classifications (CC) oleh S.R Ranganathan (1933)
c) Universal Decimal Classifications (UDC) oleh Paul Otlet (1905)
d) A Bibliographic Classifications oleh HE. Bliss (1935)
e) Library of Congress Classifications (1899)
f) Subject Classifications oleh J. D. Brown (1906)
g) Readers International Classifications (1961)
JENIS-JENIS TAJUK SUBJEK

Telah dijelaskan bahwa tajuk subyek dapat berbentuk istilah, frase, atau kosa
katayang terbentuk berdasarkan konsep subyek hasil kegiatan analisis subyek. Seiring
dengan banyaknya konsep yang dituangkan dengan kode angka (notasi), ada yang
tunggal/utama, sederhana dan kompleks; maka tajuk subyek mengalami penyesuaian
jenis. Jenis tajuksubyek meliputi tajuk utama, tajuk inversi, tajuk gabungan, dan tajuk
tambahan.
1) Tajuk Utama
Tajuk utama merupakan konsep tunggal/sederhana, yang dapat berupa yang berikut.
 Tajuk kata benda tunggal. Misalnya, ekonomi, hukum, politik, dan
sebagainya.
 Tajuk ajektif. Tajuk ini terdiri atas dua istilah, yaitu kata benda diikuti
dengan kata ajektif. Misalnya, benda besar, binatang beracun, dan
sebagainya.
 Tajuk frase/kosa kata. Tajuk ini berupa susunan beberapa istilah.
Misalnya, depresi pada anak, diabetes dalam kehamilan, dan
sebagainya.
 Tajuk Inversi Tajuk inversi (pembalikan istilah) perlu dikatakan karena
hal-hal berikut.
 Masyarakat lebih mengenal istilah dasar. Misalnya, hakim, ahli,
hukum, dan pembaruan.
 Menggunakan istilah yang luas dalam segala aspeknya. Misalnya,

 Angkatan Bersenjata – Komunikasi


 Angkatan Bersenjata – Lambang
 Angkatan Bersenjata – Logistik
 Angkatan Bersenjata – Manuver
2) Tajuk Gabungan
Tajuk gabungan merupakan penggabungan dua unsur yang sederajat atau
berkaitan dengan kata penghubung “dan.” Misalnya, agama dan musik, bank dan
perbankan, perawat danperawatan, dan sebagainnya.

3) Tajuk Tambahan
Tajuk tambahan menyatakan adanya subyek utama dan subyek tambahan,
yang merupakanimplementasi dari subdivisi nomor kelas. Perhatikan contoh berikut.
 Nama pribadi/orang : Kurniawan, Fatah
 Nama geografi/propinsi : Jawa Timur-Sejarah; Magetan-Geografi
 Nama bangsa/suku bangsa : Maori-adat kebiasaan, Sunda-Perkawinan
 Nama barang : Genderang, Baju, dan sebagainya.
 Nama tanaman : Anthurium-Bunga, Mahoni, Buah, dan sebagainya.
 Nama perjanjian : Meja Bundar-Perjanjian, Gianti-Perjanjian
 Nama organisasi/lembaga : Pusat Bahasa, Pemuda Pancasila, dan sebagainya.

4) Kategori Dalam Pembuatan Subdivisi (Tajuk Tambahan) Kategori dalam pembuatan


subdivisi (tajuk tambahan) terdiri atas yang berikut.
 Topik. Topik digunakan untuk membatasi tajuk utama. Contoh: Wanita Indonesia-
keadaan ekonomi.
 Bentuk subdivisi. Bentuk subdivisi untuk memberikan penjelasan bentuk penyajian.
Contoh: Pertanian-kamus
 Periode (kronologi). Periode untuk menunjukan periode/waktu yang dibicarakan
dalam topik Contoh: Indonesia – keadaan ekonomi – abad 20.
 Geografi. Geografi untuk menunjukkan wilayah di mana topik itu berada Contoh:
Penduduk – Jakarta
LANGKA-LANGKA PRAKTIS ANALISIS SUBJEK

Untuk mengetahui subyek suatu bahan pustaka dengan analisis subyek dapat
mengikuti langkah-langkah praktis berikut:
a) Melalui Judul, seringkali dengan melihat, mempelajari dan memahami
judulnya saja suatu bahan pustaka sudah dapat ditentukan subyeknya. Cara ini
biasanya dapat diterapkan pada buku-buku ilmiah atau buku-buku teks.
b) Melalui daftar isi, apabila melalui judul belum dapat diketahui subyeknya,
maka adakalanya dengan melihat daftar isi subyek bahan pustaka tersebut
dapat diketahui.
c) Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yanng digunakan oleh pengarang
untuk menyusun karya tersebut.
d) Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan. Kadang-kadang di dalam
pengantar atau pendahuluan, pengarang menyebutkan inti atau topik yang
akan dibahas dan ruang lingkupnya.
e) Apabila melalui langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu
menetapkan subyek bahan pustaka, maka hendaklah dengan membaca
sebagian atau keseluruhan dari isi karya tersebut.
f) Menggunakan sumber lain, seperti: Bibliografi, katalog, kamus, biografi,
ensiklopedi,tinjauan buku dan sebagainya.
g) Seandainya setelah melalui cara-cara di atas masih belum juga dapat
membantu menentukan subyek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada
orang yang ahli di bidang subyek tersebut (subject specialist). Postingan Yang
Mungkin Berkaitan:
SEKILAS MENGENAI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC)

Apabila Kita pergi ke sebuah perpustakaan, kemudian kita mencari


buku yang kita perlukan pada sebuah sistem catalog computer yang tersedia,
setelah memasukkan judul buku dan pengarangnya, maka kita akan
menemukan kode buku yang kita inginkan,dengan kode tersebut memudahkan
kita mencari dan dapat menemukan buku yang kita butuhkan dengan cepat.

Kode yang muncul setelah pencarian tersebut adalah nomor klasifikasi


buku yang digunakan perpustakaan untuk menyusun koleksi buku yang ada
agar buku-buku yang sejenis dapat berkumpul berdekatan, misalnya dari
berdasarkan bidang ilmunya.

Selain itu, sistem pengklasifikasian tersebut akan memudahkan dalam


pencarian atau pun pengembalian buku. Ada beberapa macam sistem
pengklasifikasian buku yang digunakan di berbagai perpustakaan. Namun,
sistem yang paling banyak digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan adalah
sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC). DDC digunakan oleh
perpustakaan di lebih dari 130 negara. Hingga saat ini, DDC telah digunakan
lebih dari satu abad.

Hal ini tentu tidak terlepas dari sistem/cara kerja DDC yang dipandang
paling memadai dalam mengakomodasi perkembangan dunia perpustakaan
dan perkembangan ilmu pengetahuan secara umum. Sistem pengklasifikasian
buku DDC ditemukan oleh Melvil Dewey, seorang pustakawan berkebangsaan
Amerika Serikat, yang hidup pada paruh kedua abad ke-19 hingga awal abad
20. Tulisan ini bermaksud memperkenalkan sosok Melvil Dewey, sang
penemu sistem DDC, proses hingga ditemukannya sistem DDC, dan sekilas
tentang cara kerja sistem DDC.
Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC),
juga disebut Sistem Desimal Dewey) adalah sebuah sistem klasifikasi
perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–1931) pada tahun
1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam
duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004.

Tidak ada yang tahu pasti system klasifikasi baik DDC maupun UDC
mulai diterapkan di Indonesia, namun menurut literasi yang saya temui
perkembangannya dimulai sejak tahun 1979 dengan munculnya sebuah buku
karangan Ziauddin Sardar yang berjudul: Islam: Outline of a Classification
Scheme. Sehingga untuk kesimpulan sementara, adaptasi klasifikasi di tanah
air bermula pada tahun 1979, sejak diluncurkannya buku tersebut.

Menurut Yasser 2011, buku tersebut merupakan salah satu upaya untuk
menghasilkan bagan klasifikasi islam yang berpedoman pada Ranganathan’s
Colon Classification (Sardar, 1979).3 Munculnya buku tersebut merupakan
bentuk adaptasi system klasifikasi DDC yang tidak menempatkan keilmuan
Agama Islam secara proporsional dalam anotasinya.

Namun ternyata, tidak hanya di bidang agama saja penempatan system


klasifikasi yang ada melakukan perluasan. Pada aspek/bagian Ras, Bahasa,
Culture dan Wilayah ternyata perluasan system klasifikasi tidak dilakukan.
Meskipun DDC telah melakukan revisi pada bukunya, hingga saat ini DDC
telah sampai pada edisi ke-23, namun dapat perluasan khusus yang dimaksud
tidak ditemui.

Tidak adanya perluasan tersebut menimbulkan dilematika dan


keambiguan dalam system pengorganisasian bahan perpustakaan yang telah
terlanjur menerapkan system klasifikasi DDC pada perpustakaannya. Hal ini,
mendorong perpustakaan pada institusi dan organisasi untuk menciptakan
bagan dan system klasifikasinya dan mengembangkannya sendiri.
KATALOG PERPUSTAKAAN DARI MASA KE MASA

Seiring perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dituntut untuk


memberikan informasi yang lebih dinamis, cepat, dan akurat. Hal ini dilakukan agar
keeksistensian perpustakaan di era teknologi informasi ini dapat dipertahankan di
tengah maraknya penyedia informasi lain yang lebih canggih sebagai kompetitor
perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan tidak hanya berfokus pada segi
pengembangan koleksi dari berbagai ilmu, akan tetapi juga memperhatikan
kemudahan akses bagi pemustaka. Salah satu alat yang dapat memudahkan pemustaka
pada perpustakaan adalah katalog.

Melalui katalog perpustakaan, pengguna dapat melakukan akses ke koleksi


suatu perpustakaan.Perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya koleksi
yang dimilikinya kepada pengguna, melalui katalognya.Katalog perpustakan juga
tidak luput dari objek revolusi, hal ini dibuktikan dengan munculnya inovasi pada
media katalog dari masa ke masa.Inovasi terhadap katalog perpustakaan ditujukan
untuk memberi kemudahan kepada pengguna perpustakaan dalam menemu-balikkan
bahan pustaka yang diinginkannya dari perpustakaan.

A. Pengertian Katalog Perpustakaan

Secara etimologis, katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti
daftar barang atau benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan menurut
KBBI Offline, katalog adalah carik kartu, daftar, atau buku yang memuat nama benda
atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur, dan
alfabetis.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 315), “katalog perpustakaan adalah daftar


buku dalam sebuah perpustakaan atau dalam sebuah koleksi. Daftar menunjukkan
susunan menurut prinsip tertentu dan sedangkan buku mencakup arti buku dalam arti
luas”. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Listariono (2011) katalog
perpustakaan merupakan daftar buku atau bahan pustaka bentuk yang lain. Dalam
katalog ini dimuat tentang nama pengarang, judul buku,edisi, cetakan, kota terbit,
penerbit dan tahun terbit. Dengan katalog perpustakaan ini pengguna perpustakaan
dapat memperoleh sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.

Dari beberapa perngertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa katalog


perpustakaan adalah daftar yang berisi seluruh berbagai koleksi di perpustakaan yang
disusun menurut sistem tertentu melalui cantuman bibliografis sehingga diharapkan
para pemustaka dan pustakawan dapat menemukan bahan perpustakaan yang
dibutuhkan dengan cepat dan tepat.

B. Tujuan Katalog Perpustakaan

Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama


Charles Ammi Cutter dalam Sulistyo-Basuki (1993: 316), pada dasarnya tujuan
katalog adalah sebagai berikut:

1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan :

a) Pengarangnya;

b) Judulnya;

c) Subjeknya.

2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan:

a) Oleh pengarang tertentu;

b) Berdasarkan subjek tertentu;

c) Dalam jenis literatur tertentu.

3. Membantu dalam pemilihan buku:

a) Berdasarkan edisinya; atau

b) Berdasarkan karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik)


Tujuan pertama menekankan bahwa katalog perpustakaan bertindak selaku
daftar temuan bagi dokumen tertentu.Untuk menyusun daftar tersebut, tentunya
diperlukan penyediaan data bagi masing-masing koleksi perpustakaan dan
memungkinkan suatu pendekatan berdasarkan pengarang, judul dan subjek.

Tujuan kedua menekankan bahwa katalog perpustakaan harus bertindak


sebagai daftar temuan bagi sekelompok dokumen.Hal ini memerlukan penyediaan
entri seragam bagi setiap kelompok. Dalam penggunaan sehari-hari, biasanya
dimaksudkan untuk :

a. Karya perseorangan

b. Judul diperlakukan sebagai kata benda

c. Judul mengandung kata benda

d. Untuk terbitan berseri serta karya anonim.

Tujuan ketiga berkaitan dengan deskripsi buku dalam katalog, sehingga


pemakai dapat membedakan berbagai edisi dari buku tertentu dan memungkinkan
pemilihan buku dengan menyediakan ciri khusus.
Perkembangan Katalog Perpustakaan

A. Sejarah Perkembangan Katalog Peprustakaan

Perpustakaan perlu mengelola kumpulan pengetahuan di perpustakaan


yang merupakan tempat penyimpanan buku yang berharga, berseri, koran,
dokumen pemeritah, manuskrip, peta dan mikrofilm dan lain sebagainya.
Untuk menyediakan kecepatan dan kemudahan akses ke bahan yang sangat
luas, perpustakaan menawarkan alat dan teknik untuk menyeleksi,
menempatkan dan menemukan kebutuhan koleksi yang berupa katalog dan
klasifikasi.Klasifikasi membantu menata dokumen pada urutan rak yang
sistematis, sedangkan katalog membantu pada saat mengatur,
mengidentifikasi, dan menempatkan dokumen yang diperlukan.

Perkembangan katalog dimulai pada zaman purbakala, dimana


perpustakaan mengabadikan pengadaan dan pemeliharaan bahan bacaan dan
menggunakan aturan sistem bibliografi yang primitif atau mengawasi untuk
menempatkan materi yang disediakan berdasarkan kebutuhan.Hal ini masih
berbentuk sebuah daftar penyimpanan kasar yang hanya menyediakan sebuah
indeks untuk perpustakaan dan tidak ada aturan yang universal.Penggalian
purbakala Assurbanipal (1668-626 SM) mengungkapkan bahwa informasi
bibliografi tercatat dalam lembaran tanah liat yang disajikan secara sederhana
meliputi (judul, jumlah eksemplar, subdivisi, dan lokasi).

Kemudian pada tahun 250 SM, Pinakes ditemukan oleh Callimachus di


Perpustakaan Alexandria yang memiliki susunan alfabetik menurut nama
pengarang dan disertai biografi setiap pengarang. Selanjutnya pada tahun 1605
Thomas James pertama kali menemukan katalog buku/tercetak dengan
susunan klasifikasi.Pada akhir abad 19, berbagai macam kode katalog telah
dirancang, kemudian pola susunan katalog tersebut disempurnakan dengan
penambahan tajuk subjek, entri utama, klasifikasi, entri utama, entri tambahan
dan bibliografi yang cukup lengkap.Setelah itu muncul katalog kartu yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1743 oleh Abbi Rosier di Prancis.
Perkembangan selanjutnya pada katalog datang dengan memuat rekod
katalog pada bentuk mikro dan membutuhkan sebuah pembaca mikroform
untuk dilihat.Berbagai media ada dalam katalog mikroform seperti mikrofillm
dan mikrofis.Bentuk mikro katalog diproduksi dalam database komputer
melalui metode COM (Computer Output Microform).COM mengonvert
informasi digital menjadi bentuk mikro.Katalog mikrofis mulai digunakan
sejak tahun 1960-an. Mikrofis adalah lembaran film berisi citra miniatur.

Selanjutnya pada tahun 1975, katalog online publik dalam skala luas
pertama kali dikembangkan di Universitas Ohio, yang kemudian dinamakan
OPAC (Online Public Access Catalog). OPAC adalah komputerisasi katalog
yang berisi dokumen dan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan
(Kumar: 2013).

Keberadaan OPAC terus berkembang seiring majunya teknologi


sehingga muncullah katalog berbasis web yang kemudian dikenal dengan
nama Web-PAC .Menurut Harmsen dalam Kumar (2013: 52), Web-PAC
adalah generasi lanjutan dari pelayanan OPAC yang tradisional sebagai pintu
gerbang menuju sumber yang tidak hanya disediakan di perpustakaan tertentu,
tapi juga yang disediakan di tautan-tautan lain yang menyajikan full-teks.
Secara umum, Web-PAC dapat dikatakan sebagai katalog perpustakaan yang
ada di web atau internet menggunakan protokol world wide web untuk
menyajikan katalog perpustakaan. Pendapat lain juga disampaikan oleh
ODLIS (2009) bahwa Web-PAC menggunakan jangkauan grafis antarmuka
pengguna via www, yang berlainan dengan jangkauan berbasis teks antarmuka
via telnet.

Pada perpustakaan purba, peraturan pengatalogan tergantung pada


praktik dan kebiasaan perpustakaan masing-masing.Sehingga tidak ada
keseragaman antara berbagai katalog. Peraturan pengatalogan mula-mula
disusun oleh pustakawan perorangan, tercatat sebagai berikut ini:
1. (1797-1879) : Antonio Panizzi dari British Museum yangmenyusun Rules
for Compiling of the Catalogue, populer dengan istilah 91 Rules.

2. (1837-1903) : Charles Ammi Cutter yang menyusun Rules for a Dictionary


Catalogue (1903), katalog sistem leksikal yaitu katalog 3 matra yaitu katalog
pengarang, judul, dan subjek buku dijadikan dalam 1 jajaran 8. Pada akhir
1960-an: The Library of Congress menciptakan format MARC yang
menyediakan mesin pembaca cantuman bibliografi. OCLC dikembangkan di
Dubin, Ohio, dan mulai menyajikan informasi katalog via kabel dan terminal
kepada semua perpustakaan member. Machine-Readable merupakan sebuah
jenis mesin tertentu, sebuah komputer, yang mampu membaca dan
menginterpretasi data pada Cataloging-Record.(cantuman bibliografi atau
informasi yang ditunjukkan di kartu katalog, mencakup deskripsi item, tajuk
utama dan tajuk tambahan, tajuk subjek, nomor panggil). (Taylor: 2004).
Indonesia (Perpustakaan Nasional Indonesia) juga turut mengembangkan
INDOMARC untuk kepentingan automasi pengatalogan bahan pustaka di
Indonesia. Adapun untuk menyeragamkan pertukaran satu negara dengan
negara yang lain digunakanlah UNIMARC yang berlaku secara universal.

B. Alasan Perkembangan Katalog Perpustakaan

Pada era abad ke-21 terdapat suatu era baru yang ditandai dengan derasnya
arus perubahan baik dalam hal teknologi serta perilaku masyarakat, pustakawan
dihadapkan pada paradigma baru yang berimbas pada perubahan atmosfir dan
lingkungan kerja yang cukup menantang. Paradigma tersebut secara lebih khusus
meliputi perubahan antara lain: perkembangan teknologi yang memberi peluang bagi
penciptaan layanan-layanan baru, tuntutan peningkatan layanaan yang diharapkan
oleh pengguna demi kepuasan mereka, serta harapan para pustakawan sendiri dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka melalui peningkatan kinerja.

Apalagi saat ini jabatan fungsional ditentukan berdasarkan tingkat kompetensi


yang dimiliki, yang dinilai berdasarkan prestasi kerja yang dicapainya, dan diukur
dengan sistem angka kredit kumulatif dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya.
Perubahan yang terjadi dalam ruang lingkup perpustakaan, salah satunya yaitu
mengenai cara pandang masyarakat akan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi
masyarakat menjadi beragam dan mutakhir yang dapat diakses secara tepat dan
akurat.Hal ini merupakan suatu tuntutan dari masyarakat yang harus dipenuhi
perpustakaan yang kemudian mendorong adanya paradigma baru yang mengubah
pola kegiatan perpustakaan.

Jika dilihat dari bentuk koleksi yang dicatat yaitu koleksi digital dan koleksi
fisik tentunya memiliki karakteristik yang berbeda, untuk itu diperlukan pengganti
katalog tradisional (kertas) yang diantaranya terdapat alasan, yaitu:

1. Pengatalogan tradisional menghasilkan data deskriptif yang masih diperlukan,


namun tidak dapat menampung berbagai data lain.

2. Koleksi digital merupakan sumber yang intangible (tidak dapat disentuh) seperti
koleksi fisik yang tangible sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi
metode pengumpulan data, pengelolaan serta temu kembali, misalnya born digital
(dokumen yang lahir dari teknologi dalam bentuk digital).

3. Koleksi digital merupakan sumber informasi dinamis yang berbeda dengan koleksi
fisik yang statis, misalnya dalam kolom ISBN.

4. Koleksi digital berbeda dalam hal kepemilikan, bila koleksi fisik kepemilikannya
adalah perpustakaan sedangkan koleksi digital bisa saja yang memiliki adalah
penyedia sumber informasi dari tempat lain.

Dari aspek teknologi, juga terdapat aspek yang mendorong beralihnya format
katalog menjadi metadata, diantaranya yaitu:

1. Penemuan dunia internet menambah kekayaan media informasi dan komunikasi


sehingga dapat mempercepat ketersediaan dan pertukaran informasi di seluruh dunia.

2. Adanya paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya, baik


mengenai pengelolaan koleksi, keanggotaan serta sirkulasi. Hal ini dapat
diminimalkan bahkan dihapuskan dengan pemanfaatan teknologi informasi di
lingkungan perpustakaan, misalnya berupa penerapan konsep katalog online.

3. Adanya parameter tingkat kemajuan perpustakaan dengan penerapan teknologi


informasi yang dimiliki.

4. Adanya jaringan kerjasama berbentuk Bibliographic Library Systems (Online


Computer Library Center) mengubah proses pengatalogan memasuki era
komputerisasi.

5. Untuk mendukung terjadinya pertukaran data bibliografis antar perpustakaan.


Jenis-Jenis Katalog Perpustakaan

A. Katalog Kartu

Pengertian
Card Catalogue (katalog kartu) merupakan jenis katalog yang paling umum di
perpustakaan seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri
dituangkan dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini
kemudian disusun secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call
number ke dalam almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan
koleksi perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan
penambahan dan pengurangan/ penyusutan maupun perubahan terhadap entrinya bisa
dilakukan pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

Sejarah (latar belakang)

Katalog Perpustakaan berasal sebagai daftar naskah, disusun menurut format


(folio, kuarto, dll) atau dalam susunan abjad kasar oleh penulis.Katalog cetak,
terkadang disebut katalog kamus diaktifkan sarjana di luar perpustakaan untuk
mendapatkan gambaran tentang isinya. Ini kadang-kadang akan disisipkan dengan
daun kosong yang terbaru bisa dicatat, atau terikat sebagai guardbooks di mana
secarik kertas yang terikat di untuk entri baru. Tergelincir juga dapat disimpan
longgar dalam kardus atau kotak timah, disimpan di rak-rak.Katalog kartu pertama
muncul pada abad kesembilan belas, memungkinkan fleksibilitas yang lebih, dan
menjelang akhir abad kedua puluh OPAC yang dikembangkan (lihat di bawah).

* C. 800 : katalog Perpustakaan diperkenalkan di Rumah Kebijaksanaan dan


lain perpustakaan Islam Abad Pertengahan di mana buku tersebut akan disusun dalam
genre dan kategori khusus.
* 1595: nomenklatur dari Universitas Leiden Perpustakaan muncul, katalog cetak
pertama dari sebuah perpustakaan kelembagaan.
* 1674: katalog Thomas Hyde untuk Perpustakaan Bodleian.
Lebih lanjut tentang sejarah awal katalog perpustakaan telah dikumpulkan
pada tahun 1956 oleh Strout yaitu seorang penulis catalog formal, disini katalog
diurutkan sesuai abjad menurut penulis ‘atau nama penyunting dari entri. Katalog
Judul: katalog formal, diurutkan menurut abjad judul entri. Kamus katalog: katalog di
mana semua entri (penulis, judul, subjek, seri) adalah interfiled dalam urutan abjad
tunggal. Ini adalah bentuk katalog kartu utama di dunia Anglo-Amerika hanya
sebelum pengenalan katalog berbasis komputer. Katalog Kata Kunci: katalog subjek,
diurutkan sesuai abjad menurut beberapa sistem kata kunci.

Bentuk katalog Campuran abjad: kadang-kadang, orang menemukan penulis


campuran/ judul, atau penulis/ judul/ katalog kata kunci. Sistematis katalog: katalog
subjek, diurutkan menurut beberapa subdivisi sistematis mata pelajaran. Juga disebut
katalog baris.Shelf daftar katalog: katalog formal dengan entri diurutkan dalam urutan
yang sama seperti item bibliografis yang disimpan. Katalog ini juga dapat berfungsi
sebagai persediaan utama untuk perpustakaan.

Kelebihan

 Fleksibilitas :
a) Kartu katalog dapat disusun sesuai kebutuhan perpustakaan secara
alfabetis atau call number.
b) Mudah ditambah dan dikurangi.
 Mudah digunakan :
a) Relatif mudah digunakan bagi mereka yang sudah mengenal aturan
file.
b) Disediakannya guide cross references dan konsisten dalam
pembuatannya, hal ini akan memudahkan bagi pengguna perpustakaan.
c) Mudah dibaca.
 Mudah dalam pembuatan dan perawatan :
a) Tak ada pembuatan katalog yang tak memerlukan biaya tetapi
perpustakaan tetap memerlukan katalog yang uptodate. Pembuatan
katalog kartu lebih sederhana jika dibandingkan dengan bentuk katalog
yang lain, dan katalog kartu tetap masih relevan dengan perkembangan
komputer.
b) Banyak software yang mampu memproduksi kartu katalog, misalnya
CDS ISIS dan Bibliofile.
c) Reproduksi katalog lebih mudah.
d) Dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi.
e) Dapat dilakukan koreksi pada kartu katalog.

Kekurangan

 Perolehan informasi terbatas dan lebih lama


 Katalog mudah rusak karena vandalism
 Harus selalu mengupdate
 Biaya pengadaan kartu katalog tinggi
 Pengguna harus antri, karena tidak mungkin menyediakan lebih banyak almari
katalog

Sistem pengatalogan yang digunakan,

Sistem pengatalogan yang digunakan, dalam catalog kartu masih


menggunakan system manual atau kertas (kartu) sebagai hasil atau wakil bahan
pustaka.

Aplikasi

CDS/ISIS (Computerized Documentation Services / Integrated Set of


Information System) merupakan perangkat lunak sistem penyimpanan dan temu
kembali informasi (Information Storage and Retrieval System) yang dirancang untuk
komputerisasi pengelolaan database non numerik yang terstruktur terutama yang
berupa teks.yang dibangun, dikelola, dan disebarkan oleh UNESCO.

Program aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 dan sejak saat
itu juga sudah lebih dari 20.000 lisensi atas CDS/ISIS ini dikeluarkan oleh UNESCO
dan oleh sebuah jaringan distributor CDS/ISIS dunia.
Secara khusus, CDS/ISIS sangat cocok untuk aplikasi bibliografis atau
digunakan sebagai basis data katalog perpustakaan berukuran kecil maupun
sedang.Beberapa versi program ini telah dibuat dalam bahasa Arab, Tionghoa,
Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol.UNESCO menyatakan program ini
gratis untuk tujuan non-komersial, kendati pun demikian penyalur/distributor
diperbolehkan memungut biaya sabagai ganti biaya pengiriman.

Gambar

Katalog kartu

Katalog Lembaran / berkas (Sheaf)

1. Pengertian Katalog Lembaran

Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x


12,5 cm atau 10 x 15 cm ada juga yang 10 x 20cm. Masing-masing lembar
berisi data katalog. Pada bagian kiri diberi lubang.Kemudian diikat atau
dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton tebal berfungsi sebagai
pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar.Berkas
yang sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas.Contoh: katalog
perpustakaan museum nasional.

Katalog Berkas

1. Kelebihan
 Mudah dibuat
 Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat
 Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya.
 Ringkas, yaitu hemat tempat.
2. Kelemahan:
Katalog lembaran saat ini dinilai kurang praktis
Katalog Buku

1. Pengertian Katalog Buku

Katalog Buku adalah katalog tercetak dalam bentuk buku, yang masing-
masing halamannya memuat sejumlah entri.Contohnya adalah katalog
penerbit yang biasanya dibuat oleh sebuah perusahaan penerbitan, katalog ini
biasa digunakan untuk membantu seleksi bahan pustaka bagi petugas
perpustakaan.Qalyubi (2007) menyebutkan bahwa katalog buku berupa daftar
judul-judul bahan pustakan yang ditulis atau dicetak pada lembaran-lembaran
yang berbentuk buku.Pada perkembangannya, katalog buku ditujukan agar
katalog tidak berceceran, sehingga katalog tersebut dijilid menjadi satu dan
muncul yang namanya katalog buku atau katalog tercetak.

2. Kelebihan katalog buku:


 Biaya pembuatannya murah
 Mudah dicetak
 Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain
 Mudah dibawa kemana-mana
 Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog

3. Kelemahan katalog buku:


 Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak
mudah dilakukan.
 Jika terjadi penambahan koleksi akan sulit untuk dimasukkan ke dalam
daftar yang telah dibuat.
Katalog Mikrofis

1. Pengertian

Mikrofis adalah reproduksi dari lembar – lembar film negatif yang ditata
dalam jaket film berukuran 10 x 15 cm. Mikrofis merupakan media yang berisi
dokumen yang dapat diperkecil hingga 18 x 90 kali dari bentuk aslinya. Media ini
dapat memuat 60- 80 halaman buku bahkan bisa memuat 500 halaman buku lebih,
tergantung berapa banyak bahan informasi yang dijadikan mikrofis.

Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam
pengertian umum katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-
barang. Dalam sejarah kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan
(cataloguing, catalogieseren) merupakan keterampilan yang sudah dimiliki sejak
berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris. (Sulistyo-Basuki, 1991)

Jadi katalog mikrofis adalah sebuah daftar koleksi dari sebuah organisasi
yang disusun menurut sistem tertentu dan berbentuk mikrofis.

2. Sejarah katalog mikrofis

Mikrofis dan mikrofilm pada awalnya dikembangkan di Perancis dan


Jerman sebelum Perang Dunia II, dan sejak awal tahun 1960 pemerintah Amerika
Serikat mulai menggunakannya sebagai sarana penyimpan informasi baik berupa
buku, majalah, brosur, dan materi komunikasi lainnya.

Di Indonesia PDII-LIPI mempunyai koleksi mikrofis/film yang memuat


informasi-informasi penting dengan jumlah yang cukup banyak dan jumlahnya
semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada awal tahun 1998 jumlahnya
mencapai 54.428 judul meliputi: buku, majalah, koran, disertasi, thesis dll.
Koleksi tersebut .merupakan aset berharga yang perlu didayagunakan untuk
kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. dengan perkembangan koleksi mikrofis
ini muncul pula katalog mikrofis.
3. Kelebihan katalog mikrofis
 Dalam segi biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu.
 Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.
 Mikrofis mudah diperbanyak dan disebarkan

4. Kekurangan katalog mikrofis


 Untuk pengadaan, mikrofis membutuhkan banyak biaya.
 Dalam penggunaan bagi pengguna awam akan kesulitan dari pada katalog
kartu.

5. Cara penggunaan mikrofis

Mikrofis dapat digunakan dengan cara membacanya dengan alat


khusus(micro reader).Hidupkan micro reader, kemudian masukkan mikrofis
yang telah dipilih, dengan heading area berada di sebelah bawah. Diatur sinar
cahaya agar bentuk tulisan dalam mikrofis dapat terbaca dengan mudah.

Untuk memilih mikrofis yang akan dibaca dapat dilihat dari heading
area yang tertulis pada tiap fis. Misalnya penyusunan mikrofis majalah
dikelompokkan dan dijajarkan menurut abjad judul majalah, diikuti urutan
volume,nomor dan tahun.Sedangkan untuk penyusunan mikrofis buku
dijajarkan dan dikelompokkan berdasarkan urutan nomor panggil, disesuaikan
dengan nomor pangil yang terdapat pada katalog di perpustakaan. Pengguna
dapat memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkannya
dengan menggunakan alat bantu.
Katalog Terpasang (OPAC)

1. Pengertian

Katalog on-line atau OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan sistem
katalog perpustakaan yang menggunakan komputer.Pangkalan datanya biasanya
dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak
komersial atau buatan sendiri.

Contoh Katalog OPAC

2. Keuntungan OPAC

Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan sebuah OPAC:

 OPAC menawarkan lebih banyak titik akses untuk satu catatan (rekod);
 Menyediakan akses ke jangkauan yang luas dan informasi siaga (cepat);
 Menyediakan informasi yang mungkin tidak tersedia dalam bentuk cetak;
 Menghubungkan ke informasi terkini (update) karena secara online database
diperbarui secara lebih cepat dan lebih sering;
 Menghilangkan hal-hal yang membutuhkan pekerjaan klerikal yang
membosankan seperti mengetik dan menata kartu katalog;
 Menawarkan fasilitas pencarian lebih cepat dan kemampuan
pencarian menggunakan operator Boolean.
 Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.
 Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi
perpustakaan , yaitu dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area
Network) atau WAN (Wide Are Network).
3. Kekurangan OPAC
 Database OPAC perlu di update atau memiliki sistem yang terintegrasi dengan
baik. Misalnya informasi ketersediaan buku pada OPAC harus sesuai dengan
yang ada di rak perpustakaan.
 Dengan menggunkan sistem online, OPAC dapat memiliki kemungkinan
untuk di hack pihak lain. Akan tetapi hal ini tergantung dari sistem keamanan
yang digunakan.
 Terkait pencarian pada OPAC diperlukan sustu sistem yang memungkinkan
kata kunci ditelusur secara tepat, selain itu juga memungkinkan perbaikan jika
ada kesalahan kecil yang dimasukkan pengguna terkait kata kunci yang dicari.
 Dengan penggunaan teknologi internet, tak jarang koneksi yang dimiliki
pengguna merupakan aspek penting dalam pencarian, misalnya ada gangguan
sinyal dan sebagainya.

Banyak program aplikasi yang dapat digunakan perpustakaan, antara


lain seperti : CDS/ISIS, Inlis, Qalis, Inmagic, Virtua, Dynix, Tinlib, dan
berbagai jenis aplikasi lain yang dikembangkan oleh masing-masing
perpustakaan.

Katalog Induk

1. Pengertian Katalog Induk


Menurut Magetsari (1992) mengemukakan bahwa catalog induk adalah
catalog dari beberapa bagian perpustakaan atau beberapa perpustakaan dengan
penunjukan tempat, dapat dapat berupa catalog pengarang, catalog subyek dari
semua buku yang dimiliki, atau catalog buku-buku pilihan yang terbatas pada
subjek atau jenis bahan tertentu.

Pembuatan katalog ini diawali dengan berawalnya kegiatan


komputerisasi perpustakaan di Indonesia tahun 1970-an berupa pembuatan
daftar majalah dengan bantuan komputer oleh Pusat Dokumentasi Informasi
Nasional dengan menggunakan komputer yang terdapat di department
pekerjaan umum. Komputer yang digunakan adalah milik Departemen
Pekerjaan, sementara perangkat lunaknya disediakan oleh perpustakaan Asian
Institute of Technology, Bangkok, Thailand.Setelah berhasil menyusun senarai
tersebut, PDII-LIPI kemudian meningkat pembuatan katalog induk majalah
dengan bantuan komputer.Katalog induk majalah tesebut selesai pada tahun
1975 mencakup ratusan majalah yang dilanggani oleh 33 perpustakaan.
Komputerisasi katalog induk dipelopori oleh PDII-LIPI pada tahun 1974-an
dengan penerbitan katalog induk majalah yang terdiri atas 2 jilid.

Penyusunan katalog induk memiliki langkah-langkah sebagai berikut,


yaitu: Dalam proses penyusunaan ini sebaiknya ada satu perpustakaan yang
ditunjuk untuk menjadi koordinator kerjasama. Hal-hal yang perlu dilakukan
dalam penyusunan katalog induk adalah sebagai berikut :

1). Penyusunan materi perpustakaan

Masing-masing peserta kerjasama ini menyusun dan menyempurnakan katalog


masing-masing perpustakaaan dengan aturan yang telah di sepakati bersama.Misalnya :
mengunakan software SLIMS (Senayan Library Management System), DDC edisi 23,
AACR dll.

2). Penyusunan anggaran

Semua peserta mengadakan kesepakatan bersama mengenai berapa biaya yang


harus dikeluarkan dalam penyusunan, komunikasi, hingga pemeliharaan katalog induk
ini. Sebaiknya anggaran ini dimasukan dalam anggaran rutin perpustakaan karena
kerjasama ini akan terus berlanjut.

3). Standarisasi

Penentuan aturan-aturan untuk semua peserta kerjasama agar tercipta


kerasama yang sinergitas antar perpustakaan. Untuk membuat keseragaman format
pada katalg induk, yang perlu distandarkan misalnya :

a) Seleksi bahan apa saja yang masuk katalog induk. Mungkin ada bahan pustaka
yang dalam kesepakatan tidak dimasukan dalam katalog induk karena tidak
dimanfaatkan oleh perpustakaan lain. Misalnya antar 2 perpustakaan perguruan tinggi
yang salah satunya tidak ada fakultas kedokteran maka tidak dimasukan dalam
katalog induk.

b) Ukuran kartu. Untuk penerbitan katalog induk tercetak maka terlebih dahulu
disepakati bahwa masing-maing perpustakan kan membut kartu katalog dengan
ukuran standar. Sehingga akan mudah dalam menggabungkan katalog yang telah
dibuat dan tidak perlu proses editing yang lama.

c) Sistem penyusunan. Kemudian dilakuan kesepakatan mengenai sistem penyusunan


katalog induk ini.Apakah ditunjuk salah satu perpustakaan sebagai koordintor dan
server pengimpun dari masing-masing peserta kerjasama atau menggunakan sebuah
aplikasi yang masing-masing perpustakaan dapat menjdi server dan bisa mengunggah
katalognya. Kemudian dimana peserta mengumpulkan katalog ini melalui surat
elektronik atau langsung bisa mengunggah melalui database yang dipakai. Dan yang
paling penting bagaimana sistem filter/penyaringan katalog yang belum memenuhi
syarat masuk katalog induk.

d) Kode perpustakaan. Masing-masing peserta harus mempunyai kode tertentu agar


mudah membedakan dimana letak bahan pustaka dengan hanya melihat katalog.

e) Tenaga (staf). Pendelegasian tugas secara khusus harus jelas dalam kerjasama
ini.Masing-masing petugas/tenaga yang melakukan kerjasama perlu melakukan
komunikasi yang sinergi antar perpustakaan.

2. Kelebihan
 Mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing)
 Mendukung pengawasan bibliografi (bibliographic control)
 Menopang silang layan (interlibrary loan)

3. Kekurangan
 Tidak mudah untuk menggabungkan sistem perpustakaan yang bersifat
individual kedalam suatu sistem yang terintegrasi secara total. Untuk
mengatasi hal tersebut, perpustakaan yang bekerja sama perlu memiliki
kesepakatan atau MOU (Memorandum of Understanding) yang jelas.
 Sistem berbasis komputer tidaklah murah.
Salah satu penerapan katalog induk yaitu dapat dilihat dari penggunaan
perangkat lunak CDS/ISIS yang dinyatakan sebagai perangakat lunak resmi
untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pada tahun 1986 dengan format resmi
berupa Indomarc (Indonesian Machine Readable Catalogue) maka tiap PTN
berusaha menyusun katalog induk dan diwajibkan mengirimkan data koleksi
perpustakaan ke UKKP (Unit koordinasi Kegiatan Perpustakaan) yang
dibiayai oleh Bank dunia dan dikelola oleh UI.

Katalog Nasional

1. Pengertian Katalog Nasional

Menurut Wikipedia katalog nasional adalah katalog yang memuat


informasi mengenai dokumen yang diterbitkan oleh suatu Negara dan
disimpan pada suatu lokasi atau perpustakaan tertentu. Adapun tujuan dari
katalog Nasional ini adalah dapat memudahkan pengguna dalam menemukan
informasi mengenai dokumen yang dimiliki lembaga-lembaga Negara
sehingga semua dokumen tersebut dapat terintegrasi penempatannya

2. Kelebihan
 Informasi dokumen menjadi lebih tersentralisasi
 Bisa dijadikan sebagai arsip bukti bahwa sebuah lembaga pernah
mengeluarkan suatu dokumen tertentu

3. Kekurangan
 Hanya terdapat pada lokasi tertentu saja
 Akses peminjaman sulit
Katalog Penerbit

1. Pengertian Katalog Penerbit

Katalog penerbit merupakan daftar buku yang diterbitkan atau dijul oleh suatu
penerbit atau toko.Fungsi katalog ini adalah sebagai sarana promosi bagi penerbit/
toko buku.Dalam katalog penerbit terdapat informasi mengenai judul, pengarang,
tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan anotasi atau
deskripsi cakupan isi buku.

2. Kelebihan
 Menginformasikan harga buku yang ingin dibeli
 Pihak yang ingin membeli buku tidak perlu datang langsung ke penerbit
 Memudahkan pengguna dalam melakukan seleksi buku ketika ada pembelian
atau pengadaan buku

3. Kelemahan
 Biaya mahal
 Biasanya penerbit mengirim katalog penerbit pada perpustakaan tertentu,
sehingga kurang dapat menjaring konsumen yang lebih luas
 Setelah digunakan biasanya katalog penerbit sudah tidak dapat difungsikan
lagi
 Ketika penerbit mengeluarkan koleksi terbaru, tidak dapat ditambahkan
langsung pada katalog, sehingga perlu menerbitkan katalog lagi
 Tidak ramah tempat, dimana pada satu institusi perpustakaan menerima
banyak katalog penerbit sehingga penggunaan ruang akan memakan banyak
tempat, apalagi jika dikumpulkan dalam kurun waktu beberapa tahun.
Katalog Web Pac

1. Pengertian Katalog Web-OPAC

Web-OPAC atau katalog berbasis web adalah katalog perpustakaan yang


memiliki versi di web atau internet dan adalah generasi berikutnya dari OPAC. Web-
OPAC menggunakan protokol yang lebih luas dalam memberikan Katalog
Perpustakaan.Hal ini diprogram untuk memfasilitasi pengguna perpustakaan untuk
mengakses OPAC walaupun dengan jarak jauh.

Konsep Web-OPAC dianggap sangat mampu memenui kebuuhan pengguna


perpustakaan dan juga dipraktekkan dan berhasil di negara maju, seperti Amerika
Serikat dan Inggris.Di negara berkembang, contohnya India, juga mulai menggunakan
Web-OPAC.

Perbedaan OPAC dan Web-OPAC :

- Penggunaan OPAC tergolong terbatas dan hanya dapat diakses pada jaringan LAN,
yang hanya dapat menampung pengguna yang sedikit. Sedangkan Web-OPAC,
bersifat global, dimana pengguna dapat mengaksesnya di mana saja dan kapan saja.

- Pengguna harus mengikuti program perangkat lunak OPAC tertentu yang terdapat
dalam perpustakaan tersebut. Sedangkan Web-OPAC, menggunakan data HTML
yang digunakan dalam bentuk hyperlink

Berikut adalah karakterisik pada web Interface :

- Interface digunakan untuk memberikan akses dan fungsi sistem yang lengkap,
efisien dan dapat digunakan oleh pengguna

- Efektif dalam memberikan akses pada semua fungsi dan menampilkan pada bentuk
yang dapat diakses dengan mudah

- Secara estetika memuaskan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, teknologi


dan perangkat keras yang dapat digunakan pengguna
- Dapat diakses oleh semua jenis penggun, baik dari segi tingkatan, kemampuan dan
pengetahuan.

Terdapat beberapa Web-OPAC interface yaitu Talis, INNOPAC,


Webcat, Voyagar, GeoWeb dan ALEPH, dan lain sebagainya.

Web-OPAC juga memiliki beberapa fitur utama seperti :

- Fitur biasa tradisional OPAC seperti, menyimpan dan menyediakan akses langsung
ke database bibliografi dan beberapa teks lengkap

- Menggunakan link hypertext untuk memfasilitasi melalui rekaman bibliografi

- Fitur pencarian yang mirip dengan search engine

- Link menuju teks yang lengkap, apabila tersedia

- Fitur untuk membantu membawa kemudahan dalam pencarian informasi elektronik


semua tersedia melalui satu antarmuka misalnya, Katalog, CD-ROM, sumber-sumber
internet, dll

2. Kelebihan
 Penggunaannya yang bersifat global, dimana seseorang dapat mengaksesnya
kapan saja dan di mana saja.
 Status buku apapun dapat diketahui seperti apakah buku tersebut diterbitkan atau
tidak, hilang atau dipindahkan, dan lainnya
 Pengguna dapat mengirim permintaan cetak ulang segera melalui e-mail.
 Memiliki daftar koleksi yang dicetak ulang

3. Kekurangan

Untuk kekurangannya, menurut Hermanto (2007), karena penggunaannya


yang menggunakan teknologi mesin yang membutuhkan listrik/baterai dan juga
internet, Web-OPAC tidak dapat diakses tanpa bantuan dua elemen tersebut.
Contoh Katalog Perpustakaan di dunia yaitu WorldCat

WorldCat adalah jaringan konten dan layanan perpustakaan terbesar di


dunia.Perpustakaan WorldCat menyediakan akses ke sumber daya yang dimiliki di
web, tempat dimana banyak orang mencari informasi di internet. WorldCat
memungkinkan pengguna untuk mencari koleksi perpustakaan, baik di daerah sekitar
pengguna, hingga perpustakaan lain di seluruh dunia.

WorldCat menyediakan fitur keanggotaan, dimana pengguna akan


membutuhkannya, terutama untuk melihat atau mengunduh material yang ada secara
keseluruhan. Fungsi dari WorldCat ini adalah mencari koleksi di beberapa
perpustakaan dalam waktu yang bersamaan, mencari koleksi seperti jenis buku,
musik, ataupun video.Tidak hanya itu terdapat pula artikel penelitian, atau item digital
yang dapat dilihat maupun diunduh.WorldCat juga dilengkapi fitur Ask Librarian
apabila pengguna memiliki kesulitan dalam website perpustakaan. Situs ini juga
memberikan review mengenai suatu koleksi, atau kontribusi mengenai informasi
faktual pada koleksi tersebut.

Kelebihan dari WorldCat, memiliki fungsi yang dapat membantu user dalam
mencari koleksi yang terdapat di seluruh dunia, dan koleksi tersebut tidak terbatas
hanya koleksi buku saja, tapi koleksi digital lain. Selain itu, karena juga bersifat
global, WorldCat dapat diakses di mana saja dan kapan saja, selama masih ada
jaringan internet.

Untuk kekurangannya, WorldCat memang memiliki data apabila terdapat


koleksi yang ada di suatu perpustakaan, tapi tidak mencantumkan nomor panggil yang
ada pada perpustakaan tersebut dan tidak mencantumkan status koleksi tersebut,
apakah masih ada/tidak, sedang dipinjam/tidak, hilang/tidak.

PENGERTIAN KATALOGISASI
Katalog berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar, dalam pengertian umum
katalog diartikan sebagai daftar nama-nama, judul dan barang-barang. Dalam sejarah
kepustakawanan, katalogisasi atau pengkatalogan (cataloguing, catalogieseren) merupakan
keterampilan yang sudah dimiliki sejak berabad-abad lamanya, sebagai senarai inventaris.

Dalam dunia perpustakaan katalog diartikan sebagai daftar berbagai jenis koleksi, dapat
berupa buku yang dibuat menurut sistem atau cara tertentu, secara alfabetis maupun secara
sistematis untuk memudahkan penemuan kembali bahan pustaka yang dibutuhkan pemustaka
(user) maupun oleh petugas perpustakaan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) : katalog merupakan secarik kartu, daftar atau
buku yang memuat nama benda atau informasi tertentu yang ingin disampaikan, disusun
secara berurutan, teratur dan alfabetis: kartu membantu memudahkan orang mencari buku di
perpustakaan; berkas katalog yang dibuat pada slip kertas yang diikat di jilid berkas untuk
memungkinkan adanya penyisipan bahan baru yang tepat susunannya. Katalog juga
merupakan gambaran dari fisik sebuah dokumen. Hasil pokok dari kegiatan katalogisasi
adalah penyusunan dari bahan pustaka dan pemeliharaan katalog yang memberikan akses
utama kepada koleksi

Katalog perpustakaan adalah daftar semua bahan pustaka (buku, majalah, kartografi, kaset,
keping CD dan lain-lain) yang ada di perpustakaan dengan dilengkapi oleh semua cantuman
bibliografis sesuai dengan sistem yang telah ditentukan pada katalog untuk semua jenis bahan
pustaka yang dimiliki perpustakaan. Hal ini diharapkan dapat membantu Pemustaka (user)
maupun Pengelola (Pustakawan) untuk menemukan kembali bahan pustaka yang diperlukan
dengan cepat dan tepat.

Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi
intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi adalah
proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan
menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi
katalog.

Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan pembuatan wakil ringkas dokumen (condensed


representations) atau katalog, untuk digunakan sebagai sarana temu kembali, agar dokumen
yang dicari dapat ditemukan dengan cepat dan tepat.
A. Tujuan Dan Fungsi Katalogisai
Tujuan Katalogisasi
Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,
judulnya atau subjeknya.
Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarang tertentu, berdasarkan
subjek tertentu dan dalam jenis literatur tertentu. Membantu dalam pemilihan buku
berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya (sastra ataukah berdasarkan topik).
B. Fungsi Katalogisasi
Katalog berfungsi sebagai alat komunikasi yang menginformasikan koleksi yang
dimiliki oleh suatu perpustakaan. Katalog berfungsi sebagai wakil koleksi.
C. Bentuk Fisik Katalog
Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perubahan-perubahan
atau perkembangan-perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog terlihat
dari bentuk fisiknya yang dapat dikelompokkan

1. Katalog berbentuk buku (book catalog) Katalog berbentuk buku, katalog tersebut
sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog). Keuntungan dari katalog
berbentuk buku adalah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat diletakkan
pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain.
Kelebihan dari katalog buku ini adalah entri pada katalog berbentuk buku dapat
ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinya,
bentuknya ringkas dan rapi.

Kelemahan dari katalog/indeks berbentuk buku adalah cepat usang atau


ketinggalan jaman. Hal itu terjadi karena setiap kali perpustakaan memperoleh
buku baru, berarti katalog sebelumnya harus diperbaharui kembali, atau setidak-
tidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku ini tidak
luwes. Biaya pembuatan berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk
dan jumlah cantumannya sering berubah, katalog berbentuk buku cenderung
ditinggalkan oleh perpustakaan dan beralih ke katalog kartu.

2. Katalog Kartu (card catalog)


Bentuk katalog kartu masih banyak digunakan di perpustakaan hingga saat ini.
Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali
penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena
entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada.
Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya
aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan
terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri
saja, sehingga Pemustaka (user) sering harus antri menggunakannya jika berada
pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai urutan
indeksnya

Katalog berbentuk kartu telah lama digunakan di perpustakaan, katalog tersebut


disimpan pada laci-laci katalog, katalog tersebut terbagi dengan berbagai susunan
yang digolongkan dalam 3 golongan besar yaitu
a. Katalog abjad.
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan urutan abjad dari nama pengarang,
subjek dan judul dalam satu urutan secara alfabetis.

Katalog terdiri dari beberapa jenis, yaitu

1. Katalog Pengarang

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui nama pengarangnya.
Atau ingin mengetahui pengarang tertentu telah mengarang buku apa saja.
Katalog pengarang disusun sistematis berdasarkan nama pengarang suatu
karya di dalam kabinet katalog. Penulisan nama pengarang adalah dengan cara
menuliskan terlebih dahulu nama keluarga.

2. Katalog Judul

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui judul bukunya. Atau
ingin mengetahui judul buku tertentu yang sama telah dikarang oleh
pengarang mana saja. Katalog judul disusun secara sistematis berdasarkan
judul dalam kabinet katalog. Melalui katalog judul dapat diketahui judul-judul
buku yang sama, yang dikarang oleh pengarang yang berbeda.
b. Katalog leksikal (directionary catalogue)
Digunakan bila kita ingin mengetahui berbagai buku yang membahas subyek
yang sama, biasanya sering digunakan dalam mengumpulkan bahan pustaka
untuk kepentingan pembuatan penelitian, makalah dsb. yang membahas suatu
subyek tertentu. Melalui katalog subyek akan diketahui karya-karya yang
dikarang oleh berbagai pengarang dengan judul yang berbeda-beda tetapi
memiliki pokok bahsan yang sama.
c. Katalog terbagi atau susunan terpisah (divided catalogue). Yaitu katalog yang
sebelumnya dibagi berdasarkan : Subjek, Pengarang, dan Judul. Masing-
masing kelompok kemudian disusun berdasarkan abjad (secara alfabetis).
d. Katalog (Classed catalog atau classified catalogue)
Yaitu katalog subjek yang disusun menurut suatu urutan nomor klasifikasi.

3. Katalog berbentuk mikro (microform catalog)


Katalog bentuk mikro atau computer output microform (COM). COM
dibuat pada salah satu bentuk mikrofilm atau mikrofis. Katalog mikro
lebih murah dibanding dengan katalog berbentuk buku dan terbukti bahwa
biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada katalog kartu. Bentuknya
ringkas dan mudah menyimpannya.
4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog) (Taylor 1992, 8).
Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut
dengan Online Public Access Catalogue (OPAC), yaitu bentuk katalog
terbaru yang telah digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC
menjadi pilihan bentuk katalog yang digunakan diberbagai perpustakaan.
Dari berbagai bentuk fisik katalog yang telah digunakan di perpustakaan,
OPAC dianggap paling luwes (flexible) dan paling mutakhir (Taylor
1992). Program aplikasi yang digunakan di perpustakaan, seperti
CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Dynix, Tinlib, dan lain-lain.
5.

Katalog OPAC mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah :

 Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.


 Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu
 Jajaran tertentu tidak perlu di-file
 Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai pendekatan sekaligus
 Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas

D. Prosedur Pengkatalogisasi
Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:
1. Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang,
jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan
tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.
2. Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang
dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi,
pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua
kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang
merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Sistem katalog dibedakan dari susunannya dalam laci katalog, yang terdiri dari:
1) Sistem katalog abjad,

Katalog susunan abjad terpisah

a. Katalog pengarang (author catalog)


b. Katalog judul (title catalog)
c. Katalog subyek (subject catalog)
d. Katalog susunan ensiklopedi atau kamus (dictionary catalog)

yaitu catalog yang disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu susunan.

2) Sistem katalog klasifikasi (classified catalog)


Merupakan suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian klasifikasi
tertentu., terdiri dari tiga susunan yaitu:
a) Katalog pengarang judul disusun menurut abjad.
b) Katalog subyek disusun menurut urutan nomor-nomor klasifikasi tertentu.

Indek subyek yang menunjukkan notasi klasifikasi tertentu untuk suatu subyek, umumnya
disusun menurut abjad.

Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah catalog Nama pengarang atau yang dianggap
sebagai pengarang Judul buku Judul tambahan Imprint (impressum) untuk menyatakan kota
penerbit, penerbit dan tahun terbit. Kolasi untuk menyatakan jumlah halaman keterangan lain
dan ukuran buku; Nomor seri bila buku itu mempunyai nomor seri; Anotasi yang merupakan
catatan; Tanda buku (call number).

A. TUJUAN KATALOGISASI
Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama Charles Ammi
Cutter, pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai berikut:
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan : a)
Pengarangnya; b) Judulnya; c) Subjeknya.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan: a) Oleh pengarang tertentu; b)
Berdasarkan subjek tertentu; c) Dalam jenis literatur tertentu.
Membantu dalam pemilihan buku: a) Berdasarkan edisinya; atau b) Berdasarkan
karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik)

B. JENIS KATALOG
Berdasarkan jenisnya katalog dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu :
a. Katalog pengarang
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik itu
pengarang perorangan, karya bersama, karya badan korporasi ataupun karya yang
ditajukkan pada judul seragam.
b. Katalog judul
Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan perpustakaan
yang dimiliki.
c. Katalog subjek
Katalog subjek dalam penyusunannya dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu 1). Katalog subjek
yang disusun berdasarkan abjad judul untuk subjek yang 3 dinyatakan dalam bentuk istilah
(verbal) dan
2). Katalog subjek yang disusun berdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek dalam bentuk
non verbal) sesuai dengan pedoman bagan klasifikasi yang digunakan.
FUNGSI KATALOG

Fungsi katalog bagi perpustakaan antara lain adalah :

1. Sebagai hasil pencatatan /daftar inventaris dari koleksi yang ada di perpustakaan.

2. Alat untuk mempermudah temu kembali informasi bahan perpustakaan yang dicari.

3. Sebagai alat bantu di dalam memilih bahan perpustakaan dalam hal yang berkaitan dengan
edisinya, kepengarangannya dan sebagainya.

4. Menyusun nama pengarang sedemikian rupa sehingga karya seseorang dengan berbagai
judul yang berbeda dapat diletakkan secara berdekatan.

5. Mencatat nomor panggil (call number) untuk menunjukkan di mana bahan perpustakaan
itu berada / tersimpan pada rak.

F. BENTUK KATALOG

Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang terus berkembang . Hal itu bisa dilihat
dari bentuk fisik katalog yang terus mengalami perubahan, katalog dapat dikelompokkan
berdasarkan bentuk fisiknya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Katalog Kartu (card catalog)

Katalog Kartu sudah digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu, yang hingga
sekarang pun masih banyak perpustakaan yang menggunakan katalog jenis ini. Katalog
bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap entri (pengarang, judul, dan subjek) ditulis pada
satu kartu. Kartu kemudian dijajarkan dalam laci katalog
Katalog berbentuk kartu banyak digunakan oleh berbagai perpustakaan dengan pertimbangan
sebagai berikut:

a. Awet atau tahan lama


b. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak diperlukan mudah
dilaksanakan. Dengan demikian, katalog selalu mencerminkan keadaan bahan perpustakaan
secara up-to-date.
c. Ringkas, yaitu hemat tempat.

d. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa pemustaka
sekaligus.

e. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Biasanya, kartu katalog dibuat dalam tiga jenis, yaitu
kartu katalog pengarang, katalog judul, dan katalog subjek.

f. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat.

g. Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam pembuatannya.

2. Katalog Berkas (Sheaf Catalog)


Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x 12,5 cm. atau 10
x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Pada bagian kiri diberi lubang.
Kemudian diikat atau dijilid. Pada bagian depan dan belakang diberi karton tebal berfungsi
sebagai pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas yang
sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas.

3. Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)


Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan perpustakaan yang ditulis atau
dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku. Katalog buku sebenarnya tidak
fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan. Akan
tetapi, jenis katalog ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Biaya pembuatannya murah

b. Mudah dicetak

c. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain


d. Mudah dibawa kemana-mana

e. Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog

3. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)

Dengan semakin pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi terutama dalam


penggunaan komputer dan telekomunikasi berdampak terhadap perkembangan bentuk
katalog di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang telah memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi tersebut dalam kegiatan pembuatan katalognya. Yaitu dengan menerapkan sistem
otomasi perpustakaan, yang salah satu kegiatannya adalah pembuatan katalog secara online.
Katalog OPAC banyak digunakan pada berbagai perpustakaan karena mempunyai banyak
keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

b. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling menunggu.

c. Jajaran tertentu tidak perlu difile

d. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sekaligus,


misalnya melalui judul, pengarang, subjek, tahun terbit, penerbit, dan sebagainya, dengan
memanfaatkan penelusuran Boolean Logic

e. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas.

f. Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan , yaitu
dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) atau WAN (Wide Are Network)

Banyak program aplikasi yang dapat digunakan perpustakaan, antara lain seperti : CDS/ISIS,
Inlis, Qalis, Inmagic, Virtua, Dynix, Tinlib, dan berbagai jenis aplikasi lain yang
dikembangkan oleh masing-masing perpustakaan.
4. Katalog di Internet
Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang terhubung dengan
telepon dalam jaringan internet

G. Cara Membuat Katalog

Sistem katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapan penyeragaman


peraturan katalogisasi. perkembangan terakhir yang sampai sekarang masing digunakan
untuk pedoman katalogisasi secara internasional adalah : Anglo American Cataloguing Ruler
2 : Revised ( 1988 )/ AACR2R.

Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik katalog yang bermacam-macam:


1. Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5cm x 12,5 cm
2. Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm
3. Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
4. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog).

Sedangkan untuk jenis katalog perpustakaan ada beberapa jenis :


1. Katalog Shelflist

2. Katalog Pengarang

3. Katalog Judul ; dan

4. Katalog Subyek.

H. Cara Menyusun Katalog

Cara menyusun katalog ada 2 macam yaitu :

a) Bagi kelompok kartu katalog yang pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog
subyek, masing-masing di susun menurut urutan secara alfabetis dari pada huruf-huruf nama
pengarang, judul dan subyek.
b) Bagi kelompok katalog shelflist, disusun menurut urutan nomor penempatan yang
tercantum pada sudut kiri atas, sepertihalnya menyusun buku pada rak buku menurut urutan
nomor penempatan yang tercantum pada label yang di tempelkan pada punggung buku.

I. Deskripsi Bibliografis

Kegiatan deskripsi bibliografis adalah kegiatan yang mencatat data-data dari suatu
bahan pustaka mulai dari judul, pengarang, tempat terbit, penerbit, deskripsi fisik hingga
nomor standar bahan pustaka. Pencatatan disesuaikan dengan ISBD (International Standard
Bibliographic Description) dengan susunan entri-entri katalog berdasarkan AACR2 (Anglo
American Cataloguing Rules ed. Rev. 2).

Dekripsi menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD) membahas


karakteristik bibliografi berdasarkan ciri fisik bahan pustaka yang sedang diolah, diantaranya
adalah :

1. ISBD (M) untuk bahan buku (Monograf)


2. ISBD (S) untuk terbitan berseri (Serials)
3. ISBD (CM) untuk bahan kartografis (Cartographic Materials)
4. ISBD (NBM) untuk bahan nonbuku (Non Book Material)

Menurut ISBD tersebut bahan pustaka yang akan diolah disusun ke dalam daerah (area),
yang tiap daerah terdiri dari beberapa unsur. Daerah-daerah dan unsur-unsur dipisahkan oleh
tanda baca. Setiap daerah, kecuali pada daerah pertama, di awali dengan titik, spasi, garis,
spasi “. — “

Daerah atau area tersebut yang sering digunakan terdiri dari :

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab terdiri dari :

a. Judul dideskripsikan sesuai dengan data yang tertera pada halaman judul. Judul harus
ditulis apa adanya dan dapat dibedakan, seperti : judul sebenarnya; judul paralel, yaitu judul
sebenarnya dalam bahasa lain dan; judul lain atau anak judul, yaitu judul tambahan atau
keterangan lebih lengkap dari judul.

b. Pernyataan tanggung jawab, penentuan penanggung jawab karya atau tulisan misalnya :
Pengantar matematika / oleh Andi Hakim Nasution. Karya atau tulisan itu merupakan karya
pengarang Andi Hakim Nasution.

1. Daerah edisi

Daerah edisi memberikan pernyataan tentang edisi, misalnya edisi pertama, edisi kedua, edisi
revisi dan sebagainya, pengolahannya sebagai berikut :

1. First edition, harus ditulis 1st ed.


2. Second edition, harus ditulis 2nd ed.
3. Third edition, harus ditulis 3rd ed.
4. Four edition, harus ditulis 4th ed. Untuk edisi lebih dari 3 ditambah “th”
5. Edisi pertama, ditulis Ed. 1

Di daerah ini juga dapat dicantumkan cetakan dokumen tersebut misalnya, Ed.1., cet. 2

1. Daerah tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit


Daerah penerbitan (Impresum) menunjukkan dimana dokumen itu diterbitkan, siapa yang
menerbitkan, dan tahun berapa dokumen itu diterbitkan, sebagai contoh : Bogor : IPB Press,
2006

Jakarta : Gramedia, 2005

Bandung : Alummni, 2006

Nama perusahaan seperti (PT, CV, CO.FA) tidak dicantumkan kecuali khusus press untuk
perguruan tinggi ditulis apa adanya. Jika tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit tidak
ditemukan dalam dokumen, maka gunakan istilah [s.l.] singkatan dari sine loco, untuk tempat
terbit yang tidak diketahui ; [s.n.] singkatan dari sine nominee, untuk nama penerbit yang
tidak diketahui ; [s.a.] singkatan dari sine anno untuk tahun terbit yang tidak diketahui, dapat
juga digunakan :

[2000?] —– Tahun terbit ragu-ragu apakah 2000

[200-] —— Tahun terbit antara 2000-2010

[200-?] —– Tahun terbit ragu-ragu 2000-2010

1. Daerah deskripsi fisik

Daerah deskripsi fisik sering disebut kolasi, daerah ini berisi data-data fisik sebuah dokumen
seperti : jumlah halaman angka romawi dan jumlah halaman angka arab, ada gambar atau
foto/grafik serta ukuran atau tinggi serta ditambah bahan penyerta dokumen.

Contoh penulisan : xx, 234 hlm. : il. 30 cm. + CD (lampiran)

1. Daerah seri

Judul seri ditulis sesuai dengan apa yang tercantum di dalam sumber informasi utama. Bila
terdapat nomor seri sertakan nomor seri tersebut dengan menggunakan tanda titik koma (;).
Contoh : 14 hlm.:il.; 21 cm.- (seri fauna ; no.3)

1. Daerah catatan
Daerah catatan adalah untuk mencatat informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh
pemakai dan petugas perpustakaan dan tidak dapat dimasukkan 1 – 5.

1. Daerah ISBN
Daerah ISBN (International Standard Book Number) merupakan suatu nomor atau kode
khusus atau identitas suatu buku yang bersifat International. Contoh penulisan ISBN 979-
345-217-3

J. Pengindeksan

Padanan istilah pengindeksan yang biasa digunakan dikalangan perpustakaan adalah


pengatalogan sebagai proses penyusunan catalog yang juga sering disebut indeks (Wynar
dalam Lk. Somadikarta 1998, 7), yaitu petunjuk atau kunci koleksi perpustakaan.
Pengindeksan lebih luas cakupannya, karena tidak terbatas pada penyusunan catalog, tetapi
juga meliputi penyusunan sarana temu kembali lainnya.

Peraturan yang digunakan dalam pengindekasan/pengatalogan adalah menggunakan (The


Anglo American Cataloging Rules) atau AACR. Pengideksan meliputi dua kegiatan yaitu
pengideksan deskriptif dan pengindeksan subjek,

a. Pengindeksan/pengatalogan deskriptif

Pengideksan/ pengatalogan deskriptif merekam data bibliografi, terutama yang diperoleh dari
fisik dokumen, antara lain pengarang, judul, tempat dan tahun terbit, jumlah halaman.
Deskripsi bibliografi yang dihasilkan dapat memberikan sajian ringkas untuk membedakan
satu dokumen dari dokumen lain.

Dalam pengatalogan deskriptif juga ditentukan tajuk entri sebagai titik akses (access point)
untuk dapat mendekati segi bibliografis dari dokumen terkait. Nama pengarang pada
umumnya ditentukan sebagai tajuk entri utama, yaitu tajuk pada entri utama sebagai titik
akses pengarang, maka dengan adanya titik akses pengarang memungkinkan pengguna untuk
:

1. menentukan dokumen tertentu yang diketahui pengarangnya


2. mengetahui karya-karya dari pengarang tertentu, yang terdapat dalam koleksi
perpustakaan

Selain dari pengarang pengguna juga dapat menemukan dokumen sebagai titik akses melalui
judul, subjek dan lain-lain.
b. Pengideksan subjek

Deskripsi bibliografi harus dilengkapi dengan deskripsi indeks untuk memperoleh cantuman
bibliografi yang lengkap sebagai sajian ringkas dari dokumen terkait. Deskripsi indeks
merupakan titik akses subjek untuk mendekati segi intelektual.

Dalam peraktek pengindeksan subjek meliputi klasifikasi dan tajuk subjek. Klasifikasi
adalah kegiatan pengindeksan sunjek yang dihasilkan nomor klas atau notasi sebagai dekripsi
indekas. Sedangkan tajuk subjek adalan deskripsi indeks yang dihasilkan dalam
pengindeksan subjek yang lebih umum dikenal sebagai pengatalogan subjek.

Nomor kelas atau notasi digunakan sebagai titik akses subjek dalam catalog subjek berkelas.
Selain itu, nomor kelas dapat juga digunakan untuk menyusun bahan perpustakaan dalam
penempatan relatif. Sedangkan tajuk subjek hanya dapat di gunakan sebagai titik akses
subjek dalam catalog subjek berabjad.

Titik akses subjek dalam catalog dan susunan koleksi bertujuan untuk:

1. menunjukkan subjek-subjek tertentu yang ada dalam kolesi perpustakaan


2. menunjukkan kaitan yang ada diantara subjek-subjek yang ada dalam koleksi
perpustakaan.

I. Format MARC (Machine Readable Catalogue)

Dalam perkembangannya format MARC muncul di berbagai Negara seperti : USMARC,


UKMARC, MALMARC, INDOMARC, FGDC dan lain-lain. Prinsip MARC tetap sama
yaitu sebuah format komunikasi berdasarkan Intertational Standard Organization ISO 2709.
Di Indonesia MARC (INDOMARC) dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia
untuk kepentingan automasi pengatalogan bahan pustaka di Indonesia

Format MARC terdiri dari dua bagian yaitu : 1. memberikan informasi tentang deskripsi data
bibliografis, 2. memberikan informasi tentang bagian yang menyimpan data bibliografis.
Data disimpan pada ruas data, dan setiap ruas diawali denga tag atau tengara yang terdiri dari
tiga angka dengan interval 000 – 999 (Rowley dalam Joner Hasugian). Contoh format
INDOMARC untuk pembuatan pangkalan data catalog :

020 ISBN

035 No. Kendali Setempat

041 Kode Bahasa


080 No. Panggil UDC

082 No. Panggil DDC

099 No. Panggil Setempat

100 Entri Utama Nama Orang

110 Entri Utama Nama Badan Korporasi

111 Entri Utama Nama Pertemuan

245 Judul

250 Edisi

260 Penerbit dan Distrbusi

300 Deskripsi Fisik

440 Seri

500 Catatan Umum

650 Entri Tambahan Subyek

695 Kata Kunci

700 Entri Tambahan Nama Orang

710 Entri Tambahan Badan Korporasi

711 Entri Tambahan Nama Pertemuan

850 Badan Pemilik

985 Jumlah Eksemplar

999 Nomor Identitas (registrasi)

Tujuan penggunaan format MARC pada pengatalogan yang terautomasi adalah untuk
membangun pangkalan data bibliografi koleksi perpustakaan, sedangkan tujuan pembentukan
pangkalan data koleksi adalah untuk menghasilkan katalog terpasang atau OPAC, yang dapat
diakses pengguna dari terminal computer yang tersedia

Contoh Katalog Buku :

813 (a)
PIN
k Pinuji, Sukmo

Kaulah segalanya : bukan pria lain/Sukmo Pinuji. – (b) cet. 1. – (c)


Yogyakarta : Oryza, 2005 (d)

x, 344 hlm.: il.; 18 cm. (e)

(f) I. Judul II. Pinuji, Sukmo

Keterangan :

a. Nomor panggil (call number)

b. Judul dan Pengarang

c. Pernyataan Edisi

d. Penerbit (Impresum)

e. Deskripsi fisik (kolasi)

f. Jejakan

Contoh Katalog Peta :

The world physical (a) [peta] (b)/National Geografic .– (c) berbagai


skala.– (d) Washington D.C. : National Geographic Maps ; 1997.—
(e)
1 peta berwarna ; 100 cm. x 75 cm. dilipat menjadi 25 x 15 cm. (e)

Memperlihatkan tentang keadaan dunia

(f) Physical Earth, Vegetation and Land Use, Population

density, Vital statistics, Earth’s crust, Currents, Winds

Keterangan :

1. Judul
2. Pernyataan Jenis Bahan Umum
3. Kepengarangan
4. Ukuran skala
5. Impresum (penerbitan dan distribusi)
6. Kolasi (deskripsi fisik)
7. Catatan
Contoh Katalog Atlas :

Atlas Indonesia dan dunia (a) [atlas] (b) : 33 propinsi Indonesia (c) .–
berbagai skala.– (d) Jombang : Lintas Media [s.a] .– (e)
1 Atlas (83 peta) : berwarna ; 30 cm. (f)

(g) Untuk : SD, SLTP, SMU dan Umum

Indeks halaman

Keterangan :

1. Judul
2. Pernyataan Jenis Bahan Umum
3. Anak Judul
4. Ukuran skala
5. Impresum (penerbitan dan distribusi)
6. Kolasi (deskripsi fisik)
7. Catatan

Contoh Katalog Foto :

“Istana Gubernur Jenderal Belanda di Bogor yang dibangun pada


tahun 1745 sekarang menjadi Istana Kepresidenan Bogor”. (a)
Sumber : Indie (Hindia)/ door C.

Lekkerker.—Groningen: J. B. Walter, 1931 (b)

(c) 1. Istana – Bogor.

2. Arsitektur colonial – Bogor

(d) 1305.8

Alb.35

Keterangan :

a. Judul foto

b. Penerbit (Impresum)

c. Tajuk subyek

d. Nomor rol foto dan nomor album


Contoh Katalog CD :

CD (a)
658

OLS Olson, David L.

i Introduction to information systems project

management [sumber elektronik] /David L.

Olson.—(b) 2nd.— New Jersey : McGraw Hill,

2004. (c)

Satu compact disk + buku teks :

Persyaratan system :

BUSINESS MANAGEMENT

Keterangan :

1. Nomor panggil (call number)


2. Judul dan pengarang
3. Impresum (penerbitan dan distribusi)

LEMBAR PENGAMATAN KATALOGISASI


no hasil
Item Pengamatan

1 A.Pengelompokan buku
1.fiksi
2. non fiksi
2 B.Tekhnik pengkodean buku
1. nomor panggil (call number)
2. judul buku
3. pengarang buku
4. pernyataan edisi
5. penerbit buku(impresum)
6. deskripsi fisik(kolasi)
7. jejakan
8. pengindeksan

3 C. Penataan buku
1. berdasarkan jenis buku
2. berdasarkan kode buku

E. PROSEDUR PENGKATALOGISASI

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:

Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang,
jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk
entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.

Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang
dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara
lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan
cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan
pustaka.
Sistem katalog dibedakan dari susunannya dalam laci katalog, yang terdiri dari:

Sistem katalog abjad.

- Katalog susunan abjad terpisah.

- Katalog pengarang (author catalog).

- Katalog judul (title catalog).

- Katalog subyek (subject catalog).

- Katalog susunan ensiklopedi atau kamus (dictionary catalog) yaitu catalog yang
disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu susunan.

Sistem katalog klasifikasi (classified catalog)

Merupakan suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian klasifikasi tertentu.,
terdiri dari tiga susunan yaitu:

- Katalog pengarang judul disusun menurut abjad.


- Katalog subyek disusun menurut urutan nomor-nomor klasifikasi tertentu.Indek
subyek yang menunjukkan notasi klasifikasi tertentu untuk suatu subyek, umumnya disusun
menurut abjad.

Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah catalog Nama pengarang atau yang dianggap
sebagai pengarang Judul buku Judul tambahan Imprint (impressum) untuk menyatakan kota
penerbit, penerbit dan tahun terbit;

Kolasi untuk menyatakan jumlah halaman keterangan lain dan ukuran buku, Nomor seri bila
buku itu mempunyai nomor seri, Anotasi yang merupakan catatan, Tanda buku (call number).

F. CARA MEMBUAT KARTU KATALOG

Sebelum membuat atau mengetik kartu catalog, maka ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu
sebagai berikut:

Kartu katalog

Untuk membuat catalog kartu diperlukan selembar kartu untuk setiap judul buku. Karna itu
perlu dipersiapkan kartu terlebih dahulu dengan ukuran dan bentuk sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu: ukuran panjangnya 12,5 cm dan lebarnya 7,5 cm, di tengah
tengah bagian bawahnya diberi lubang untuk menusukan tusuk pengaman.

Temporary slip (T-slip)


Merupakan catatan atau keterangan-keterangan mengenai buku pada selembar kertas yang
berukuran kurang lebih ¼ folio atau bisa juga berukuran 15 x 10 cm. temporary slip ini dibuat
untuk memudahkan pengetikan kartu catalog. Keterang-keterangan yang seharusnya
dituliskan pada lembar temporary slip ini sama dengan keterangan yang seharusnya
dituliskan pada kartu catalog. Yaitu meliputi nomor klasifikasi (nomor penempatan), judul
buku, nama pengarang,impritnt (kota terbit, nama penerbit, tahun terbit), kolasi (table buku,
ukuran buku, https://www.acheterviagrafr24.com/achat-viagra-en-ligne-en-france/
bibliografi, indeks, illustrasi, tabel).

Cara pembuatan katalog :

Nomor klasifikasi

Nomor klasifikasi diketik pada sudut kiri atas kartu katalog. Di bawah nomor klasifikasi, keti
3 hiruf capital kependekan nama keluarga/ utama pengarang. Jadi apabila pengarangnya
bernama Drs. CS.T. Kansil, SH., maka yang diketi adalah KAN. Setelah itu, dibawah tiga
huruf capital tersebut diketik satu huruf kecil dari huruf pertama judul buku.jadi apabila
bukunya berjudul “pengelolaan perpustakaan” maka dibawah 3 huruf capital diketik huruf p.

Pengarang/ Tajuk entri utama

Nama pengarang buku diketik dengan huruf besar semua dimulai pada indensi pertama
sejajar dengan nomor penempatan atau nomor klasifikasi. Nama pengarang asing yang
biasanya diikuti dengan nama keluarga, maka pengetikannya dibalik, dan yang diketik huruf
besar semua hanya nama keluarganya. Misalnya pengarang bernama Carter V. Good. Maka
pengetikannya adalah GOOD, Carter V. (antara nama keluarga dan nama utama dipisahkan
dengan koma), jika hanya sebagai editor, penerjemah, atau pengarangnya lebih dari satu
orang, maka dibelakang nama diketik atau diberi tanda (Ed) untuk editor, (dkk) untuk
pengarang yang lebih dari satu, dan (penerj) untuk penerjemah.

Judul buku

Judul buku diketik mulai pada indensi kedua dibawah huruf keempat ketikan nama
pengarang. Jika ada sub judulnya, diketik setelah judul utama yang dipisah dengan tanda titik
koma. Apabila judulnya panjang sehingga tidak bisa diketik dalam satu baris, maka
pengetikannya diteruskan ke baris kedua yang dimulai pada indensi pertama.

Nama pengarang lengkap

Setelah pengetikan judul diteruskan dengan nama lengkap pengarang yang diberi tanda titik.
Pengetikan nama lengkap pengarang ini tidak dibalik walaupun nama orang asing. Apabila
ada edisinya, maka edisi ini diketik setelah nama lengkap pengarang.

Imprint

Imprint( nama kota tertib, nama penerbit, dan tahun terbit) ini diketik setelah nama pengarang
atau edisi. Antara nama pengarang dengan imprint ini diberi jarakdua huruf. Antara nama
kota tebit dan nama penerbit serta tahun terbit dipisah dengan tanda koma. Dan diakhiri
dengan tanda titik.

Kolasi
Kolasi (table buku, ukuran buku, bibliografi, indeks, illustrasi, table) tidak diketik
bersambung dengan imprint, tetapi diketik pada baris berikutnya mulai pada indensi kedua.
Apabila pengetikan kolasi ini tidak cukup dalam satu baris dan dilanjutkanpada baris
berikutnya pada indensi pertama.

Pengetikan katalog judul tidak jauh berbeda dengan pengetikan katalog pengarang dan juga
katalog subyek. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

- Pada katalog judul, diatas tajuk entri utama diketikkan judul buku yang dimulai pada
indensi kedua.

- Pada catalog pengarang nama keluarga utama diketik dengan huruf besar semua,
sedangkan pada katalog judul diketik dengan huruf kecil semua.

- Pada catalog subyek diatas tajuk entri utama diketikkan subyek sebagaimana pada
katalog judul. Pengetikan subyek tersebut dengan huruf besar semua.

Cara penulisan catalog


1) Pengetikan katalog pengarang

Nama pengarang diketik di atas tajuk entri utama,nama pengarang diketik dengan huruf
besar.

2) Pengetikan katalog judul

Cara pengetikannya tidak jauh beda dengan katalog pengarang,perbedaannya kalau pada
katalog judul,di atas tajuk entri utama diketikkan judul buku yang dimulai pada indensi
kedua,pada catalog judul nama keluarga/utama yang menjadi tajuk entri diketik dengan huruf
kecil.

3) Pengetikan katalog subyek

Pengetikan katalog subyek tidak jauh beda dengan catalog pengarang dan judul
,perbedaannya di atas tajuk entri utam diketik subyek sebagaimana pada catalog
judul,pengetikannya dengan huruf besar dimulai dengan idensi utama.

Adapun pedoman untuk menentukan tajuk entri utama adalah:

� Suatu karya yang disusun oleh seorang pengarang maka tajuk entri utamanya adalah
pengarang yang bersangkutan.
� Apabila ada dua orang pengarang,yang diantaranya ada pengarang utama maka tajuk
entri utamanyaadalah pengarang utama.

� Apabila pengarangya terdiri dari dua atau lebih pengarang dan tidak ada pengarang
utama maka tajuk entri utamanya adalah pengarang yang disebut pertama kali.

� Apabila tidak ada pengarang atautidak diketahui pengarangnya,maka tajuk entri


utamanya terletak pada judul karyanya.

� Suatu karya yang merupakan karya editor,tajuk entri utamanya terletak pada judul
karyanya.Apabila tidak memiliki judul kolektif,maka tajuk entri utamanya terletak pada
pengarang atau judul yang pertama kali disebut pada halaman judul.

� Suatu karya editor yang dijilid maka tajuk entri utamanya terletak pada judul
kolektif,apabila tidak ada judul yang kolektif maka tajuk entri utamanya terletak pada
pengarang atau judul yang pertama kali disebutkan pada halaman judul jilid pertaama.

� Suatu karya yang merupakan terjemahan dari bahasa lain,tajuk entri utamanya terletak
pada pengarang aslinya.tetapi apabila disalin seperti diringkas, paraphrase,
didramatisasikan,maka tajuk entri utamanya terletak pada penyadur atau pengubahnya.

� Suatu karya yang merupakan laporan dari seorang pejabat suatu badan korporasi dan
isinya merupakan laporan kegiatan badan tersebut,maka tajuk entri utamanya terletak pada
badan korporasi yang bersangkutan.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring bergulirnya waktu perkembangan dan inovasi berdampak di berbagai aspek
kehidupan.Begitupula dengan perpustakaan khususnya mengenai sistem temu kembali
informasi, dalam hal ini adalah katalog perpustakaan. Dari segi jenis-jenisnya katalog dapat
dibagi menjadi delapan, yaitu katalog kartu, katalog lembaran dan buku, katalog mikrofis,
katalog terpasang, katalog web OPAC, katalog induk, katalog nasional dan katalog penerbit.
Setiap katalog berkembang dari segi media maupun kandungan informasi yang dimiliki
sehingga setiap katalog tersebut memiliki keunggulan sekaligus kekurangan masing-masing.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain:

1. Kualitas katalog di perpustakaan harus senantiasa ditingkatkan.

2. Katalog kertas sebaiknya tetap dilestarikan.

3. Penggunaan katalog digital harus terstruktur dan memiliki nilai interoperabilitas.

4. Diperlukan peran aktif dari pemerintah, pustakawan, dan masyarakat demi meningkatnya
aksesibilitas informasi secara merata.

DAFTAR PUSTAKA

Miswan. 2005. CDS/ISIS untuk Mengelola Database Perpustakaan: Sebuah Pengantar,


(Online), (http://eprints.rclis.org/10297/1/CDS-ISIS_tuorial.pdf), diakses pada 9 Mei 2016
pukul 09.30

Helsa. 2014. Katalogiasasi, (Online), (http://pp.ktp.fip.unp.ac.id/?p=36), diakses pada 9 Mei


2016.

Monisa, M. Tanpa tahun.PERSEPSI KEMUDAHAN DAN KEGUNAAN OPAC


PERPUSTAKAAN UNAIR (Study Deskriptif Menilai Persepsi Kemudahan dan Persepsi
Kegunaan OPAC OlehPengguna di Perpustakaan Universitas Airlangga), (Online),
(http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Jurnal%20Martina.pdf.), diakses pada 7 Mei
2016.
Supriyono. 2012. Manajemen Jurnal Cetak, Elektronik dan Bahan Khusus. Yogyakarta :
Perpustakaan UGM

PDII-LIPI. 1998. Laporan Tahunan 1997/1998. Jakarta: PDII-LIPI.

Qalyubi, Syihabuddin. 2007.Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta :


Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab UIN Sunankalijaga

Magetsari, N. 1992.Kamus Istilah Perpustakaan dan


Dokumentasi.http://digilib.pnri.go.id/in/dlKmsPerp.aspx, diakses pada 7 Mei 2009.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.1992. Peraturan Katalogisasi Indonesia.Jakarta :


Perpustakaan Nasional RI.

Husain, Rashid and Mehtab Alan Ansari. 2006. From Card Catalogue to Web OPACs.

Kumar, Shiv. (2013). From Clay Tablets to Web: Journey of Library Catalogue. DESIDOC
Journal of Library & Information Technology, Vol. 33, No. 1, January 2013, pp. 45- 54.

Rufaidah, V.W. (2007). KNOWLEDGE COMMERCE: Peluang Implementasinya di Pusat


Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol.16,
Nomor 2, hlm. 44-50.

OCLC.What is Worldcat?, (Online), (http://www.worldcat.org/whatis/), diakses pada 8 Mei


2016.

Prianggono, Budisetyo; Andoyo. 1992. Petunjuk Praktis Pembuatan Deskripsi Kartu Katalog
Perpustakaan. Malang: IKIP Malang: Proyek OPF. 1991/1992.

TEMU KEMBALI INFORMASI

KATALOG PERPUSTAKAAN DARI MASA KE MASA

LAPORAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena berkat rahmat-
Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Katalog Perpustakaan Dari
Masa ke Masa”.Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Temu Kembali
Informasi Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya;
2. 2. Bapak Muslech, Dipl. Lib., Msi selaku Dosen pengampu matakuliah Temu
Kembali Informasi;
3. 3. Rekan-rekan Program Studi Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil;
4. 4. Dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini
memberikan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Malang, 10 Mei 2016

KELOMPOK 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1


1.3 Tujuan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2

2.1. Pengertian dan Tujuan Katalog Perpustakaan........................................ 2

2.2. Perkembangan Katalog Perpustakan....................................................... 3

2.3. Jenis-jenis Katalog Perpustakaan............................................................ 8

BAB III PENUTUP...................................................................................... 29

3.1. Kesimpulan............................................................................................. 29

3.2. Saran....................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.....................................................HomeArtikel Ilmiah

1. Pendahuluan
Di perpustakaan proses penerimaan buku dimulai dari bagian pengadaan yang
menyelesaikan urusan administeratif kemudian dilanjutkan ke bagian pengolahan.
Selesai bagian pengolahan, buku diserahkan ke bagian layanan atau sirkulasi
kemudian ditaruh di rak. Penempatan dirak dilakukan dengan sistem terpisah artinya
ada buku yang dipinjamkan, buku yang hanya digunakan untuk keperluan referensi
(biasanyaditandai dengan nomor panggil menggunakan huruf R artinya referens (i),
buku tandon (reserved books) dan buku berukuran linuwih (oversized books),
biasanya berukuran lebih dari 30 cm.

Sesuai dengan permintaan panitia, maka makalah ini hanya membatasi pada
pengolahan bahan perpustakaan atau materi perpustakaan atau buku dalam arti luas.

Pengolahan materi perpustakaan

Dalam pengolahan buku terdapat 4 kegiatan yang berurutan yaitu katalogisasi,


klasifikasi, penentuan tajuk subjek, dan penjajaran.Penjajaran hanya dilakukan bila
perpustakaan masih menggunakan sistem kartu secara hastawi (manual); bila sudah
terotomasi, maka kegiatan penjajaran dilakukan sepenuhnya oleh mesin.
Katalogisasi

Katalogisasi artinya proses membuat katalog sedangkan katalog adalah daftar


koleksi sebuah perpustakaan. Katalog bertujuan :

1. Untuk memungkinkan seseorang menemukan buku bila diketahui


 Pengarang atau
 Judul atau
 Subjek
2. Menunjukkan apa yang dimiliki perpustakaan berdasarkan
 Pengarang tertentu
 Mengenai subjek terterntu
 Jenis sastra tertentu
3. Membantu dalam pemilihan sebuah buku
 Menyangkut edisi (secara bibliografis)
 Karakter buku (literer atau topik)

Dalam praktik modern, tujuan pertama ditulis ulang untuk memudahkan


seseorang menemukan setiap ciptaan intelektual baik yang diedarkan dalam format
cetak, noncetak mau pun elektronik.

Istilah katalogisasi yang digunakan di Indonesia merupakan penyerapan


kata catalogisering dari bahasa Belanda.Seiring dengan meruyaknya bahasa Inggris
dalam pendidikan pustakawan di Indonesia sejak akhir dasawarsa 1960 an, maka
istilah Inggris mulai meresap.

Muncullah istilah deskripsi bibliografis sebagai terjemahan


kata bibliographical description. Istilah lain ialah descriptive cataloguing atau
pengatalogan deskriptif artinya proses pengatalogan yang mengidentifikasi dan
mendeskripsi paket informasi, perekaman informasi dalam cantuman bibliografis dan
seleksi dan pembentukan titik akses. Kedua istilah tersebut sinonim dengan
katalogisasi dan dalam makalah ini semuanya tertukarkan.
Komponen deskripsi

Komponen katalogisasi buku terbagi atas dua komponen besar yaitu deskripsi
bibliografis dan titik akses.Untuk mengatur praktik deskripsi bibliografis, digunakan
pedoman. Pedoman yang (hampir) berlaku internasional adalah Anglo-American
Cataloguing Rules 2 (AACR2) kini menjadi AACR2r (revisi 2002 dan 2005). Saat ini
AACR2r sudah selesai diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Perpustakaan
Nasional RI, tinggal menunggu kapan diterbitkan.

Deskripsi bibliografis berlaku untuk semua jenis bahan perpustakaan.


AACR2 mengenal mengenal 11 jenis bahan perpustakaan sebagai berikut :

1. Buku, pamflet dan lembar tercetak.


2. Materi kartografi
3. Manuskrip (termasuk kumpulan manuskrip), naskah
4. Musik
5. Rekaman suara
6. Film dan rekaman video
7. Materi grafis
8. Sumber elektronik
9. Artefak dan realia tiga dimensi
10. Bentuk mikro
11. Sumber berlanjut
Setiap materi memiliki ketentuan deskripsi yang berlainan. Semua deskripsi
diatur dalam International Standard Bibliographic Description, disingkat ISBD lalu
untuk setiap materi perpustakaan memiliki pedoman deskripsi yang berlainan. Maka
dikenal berbagai ISBD sebagai berikut :

1. ISBD(G) untuk umum (general)


2. ISBD(M) untuk monograf
3. ISBD(CM) untuk materi kartografis
4. ISBD(MSS) untuk manuskrip
5. ISBD(PM) untuk musik tercetak
6. ISBD(SR) untuk rekaman suara
7. ISBD(GM) untuk materi grafis
8. ISBD(ER) untuk sumber elektronik
9. ISBD(AT) untuk artefak
10. ISBD(MF) untuk bentuk mikro
11. ISBD(CR) untuk sumber berlanjut
12. ISBD (Analysis) untuk “analisis dalam…”

Secara umum setiap materi perpustakaan memiliki daerah deskripsi sebagai berikut :

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab


2. Daerah edisi
3. Daerah rincian khusus tentang bahan terbitan
4. Daerah penerbitan, distribusi, dsb
5. Daerah deskripsi fisik
6. Daerah seri
7. Daerah catatan
8. Daerah nomor standar dan kterangan ketersediaan
Berikut ini contoh sebuah deskripsi bibliografis

Titik akses

Titik akses artinya nama, istilah, kode dan sebagainya yang memungkinkan
sebuah cantuman bibliografi ditelusur, dicari dan diidentifikasi. Misalnya buku dicari
berdasarkan nama pengarang misalkan Pdt Gerard Abineno. Apakah dicari pada Pdt
atau Gerard atau Abineno. Untuk memudahkan pemakai, maka nama-nama itu
dijadikan tajuk artinya nama, istilah, kode dan sebagainya yang terletak pada bagian
awal entri katalog untuk digunakan sebagai titik akses.

Guna keseragaman dibuatlah peraturan penentuan tajuk, termasuk tajuk untuk


nama-nama Indonesia.Tajuk tersebut diperlukan untuk keseragaman, kemudahan
pemakai serta mencari.Mungkin anda berpikir dengan adanya teknologi informasi
(TI) hal itu mudah dilakukan. TU dengan mudah mencari nama seperti Timotius
Sinambela, Alex Relmaseira dll. , namun pengarang adalah manusia yang tidak selalu
menulis namanya dengan konsisten. Perhatikan nama berikut ini:

M. Taib A. Muin

K.H.M.T. Thohir Abd. Muin

M. Taib Thahir Abdul Muin


M. Thaib Thahir Abdul Muin

K.H.M. Taib Thahir Abd. Muin

K.H.M. Taib Thahir Abdul Muin

M. T. Thahir Abdul Muin

M. Taib Thohir Abdulmuin

M. Thaib Thohir A. Muin

Manakah yang anda pilih?

Jenis pengarang

Pengarang ini terbagi atas :

1. Pengarang perorangan
2. Badan korporasi
3. Nama geografi
4. Judul seragam.

Pengarang perorangan

Merupakan perorangan yang menciptakan sebuah karya.

Pengarang badan korporasi

Merupakan badan korporasi sebagai pengarang, berupa lembaga, departemen, organisasi,


persekutuan gereja dll. Berikut ini salah satu contoh:
Nama pertemuan

Di sini nama pertemuan seperti kongres, lokakarya, seminar dan sejenisnya


merupakan tajuk artinya pengarang sebuah karya. Bila nama pertemuan tersebut
merupakan kegiatan sebuah badan, maka tajuk ditetapkan pada nama badan yang
bersangkutan. Namun demikian, bila sebuah pertemuan merupakan pertemuan dengan
nama khasmaka tajuk ditetapkan pada nama pertemuan tersebut.

Berikut ini beberapa contoh disertai deskripsi lengkap :

Tajuk seragam

Tajuk seragam digunakan untuk kitab suci, nama dan karya klasik.Bagi kitab suci untuk
nama pengarang ditentukan pada nama kitab suci yang merupakan tajuk seragam.
Judul seragam.

Judul seragam digunakan untuk karya perundang-undangan serta ibadat dan ritus gereja.
3. Klasifikasi (perpustakaan)

Dalam klasifikasi, pembaca berhubungan dengan ide dan objek yang tersusun
secara sistematis.Namun bila klasifikasi digunakan untuk perpustakaan, maka
pembaca berhubungan dengan materi perpustakaan, sedangkan tujuannya adalah
menyusun materi perpustakaan tersebut dalam susunan paling bermanfaat bagi
perpustakaan.Materi perpustakaan di sini mencakup pustaka tercetak, tulisan tangan,
digrafir; jadi termasuk buku, majalah, mikrofilm, foto, gramofon, piringan hitam,
kaset, video, film dll.Klasifikasi perpustakaan berusaha memberi akses terhadap
materi perpustakaan tersebut.

Perpustakaan merupakan lembaga yang berorientasi pada jasa. Untuk jasa ini
diperlukan materi perpustakaan yang akan digunakan oleh pemakai. Materi
perpustakaan ini disusun sedemikian rupa sehingga penggunaannya semaksimal
mungkin. Klasifikasi perpustakaan bertujuan sama.

Bila koleksi perpustakaan terbatas, misalnya sekitar 500 buku, maka


pustakawan mampu menangani semua buku tanpa banyak kesulitan.Tidak
perlu penyusunan buku secara sistematis. Namun bagi orang lain sudah tentu
tetap sulit menemukan buku yang diinginkannya yang berada di perpustakaan.

Bila koleksi perpustakaan berkembang hingga ribuan, pustakawan


mulai kesulitan menanganinya sendiri. Orang lain kecuali pustakawan
tentunya jauh lebih sulit menemukan materi perpustakaan tertentu.
Tujuan klasifikasi perpustakaan

Tujuan klasifikasi berusaha menemukan kembali materi perpustakaan


yang dimiliki perpustakaan dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi
perpustakaan. Bila dirinci lebih lanjut, maka tujuan klasifikasi perpustakaan
ialah :

(a) Menghasilkan urutan yang bermanfaat, Tujuan utama klasifikasi ialah


menghasilkan urutan atau susunan materi perpustakaan yang paling banyak
manfaatnya bagi staf maupun pemakai perpustakaan. Materi perpustakaan
disusun menurut klas berdasarkan hubungan timbal balik antara materi
perpustakaan, dengan demikian klas berkaitan terkumpul menjadi satu.
Dengan kata lain, materi perpustakaan berkaitan dikelompokkan dalam urutan
berdekatan sedangkan klas berlainan akan dipisahkan.

(b) Penempatan yang tepat, Bila materi perpustakaan dipinjam maka materi
perpustakaan tersebut berarti diambil dari rak.Dengan demikian terjadi
kekosongan ruang karena satu materi perpustakaan telah diambil.Hal ini
mengharuskan klasifikasi perpustakaan menyusun kembali materi
perpustakaan yang masih ada serta menata kembali bila materi perpustakaan
dikembalikan.Pengembalian materi perpustakaan harus pada tempatnya yang
pasti sesuai dengan klasifikasi yang digunakan.

(c) Penyusunan mekanis, Bila susunan materi perpustakaan sudah berjalan


maka biasanya pustakawan segan mengubahnya.Pada susunan yang telah
berjalan, pustakawan menentukan urutan berikutnya dari materi perpustakaan
yang ada. Dengan demikian bila ada materi perpustakaan baru, pustakawan
sudah menentukan bagimana cara menyisipkan dokuken baru di antara materi
perpustakaan lama. Inilah makna penyusunan mekanis.
(d) Tambahan materi perpustakaan baru, Perpustakaan akan menerima buku
terus menerus. Maka klasifikasi perpustakaan harus mampu menentukan
lokasi yang paling bermanfaat bagi materi perpustakaan baru di antara materi
perpustakaan lama.ASda dua kemungkinan yaitu (i) materi perpustakaan baru
disisipkan pada subjek yang telah ada atau (ii) membuat klas baru karena klas
tersebut belum termuat dalam bagan klasifikasi, misalnya mengenai geologi
planet Venus.

(e) Penarikan materi perpustakaan dari rak, Klasifikasi perpustakaan harus


memungkinkan penraikan sebuah materi perpustakaan dari rak hingga susunan
materi perpustakaan tidak terganggu akibat penarikan tersebut.

(f) Tujuan lain mencakup :

– kompilasi bibliografi, katalog, katalog induk dll.

– klasifikasi suren yang diterima dari pengunjung perpustakaan

– penjajaran bahan non-buku seperti korespondensi, foto,


film mikrofilm dll.

– klasifikasi statistik berbagai jenis, misalnya klasifikasi buku


yang dipinjam dapat digunakan untuk analisis permintaan pemakai

– penyusunan entri dalam bagian berklas dari katalog berklas

– membantu pengkatalog menyusun tajuk subjekd engan proses indeks


berangkai

– membantu pengkatalog analisis isi buku untuk menentukan tajuk


subjek buku

– pemakai katalog menentukan lokasi sebuah buku di rak

– membantu staf menyusun daftar buku untuk perpustakaan cabang.


Bagan klasifikasi

Untuk mengklasifikasi buku di perpustakaan digunakan bagan klasifikasi.


Bagan klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia adalah Dewey Decimal
Classification (selanjutnya disingkat DDC) dan Universal Decimal Classification,
lazim disingkat UDC. Untuk keperluan pertemuan ini, makalah hanya membahas
DDC saja.

Sejarah

Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamflet berjudul A Classification and


Subject Index for Cataloguing and Arranging the Books and Pamphlets of a Library.
Penerbitan pamflet tersebut menpembacai terbitnya sistem Dewey Decimal
Classification, lebih dikenal dengan singkatannya DDC,pertama kali terbit dengan
ketebalan 44 halaman. Edisi kedua disebut “revised and greatly enlarged edition”
diterbitkan oleh Dewey tahun 1885. Sejak itu hingga sekarang terbit 19 edisi lengkap
dam 13 edisi singkat (abridgment edition).Edisi 12 terbit tahun 1942 merupakan edisi
standar selama bertahun-tahun karena sebuah indeks eksperimental pada edisi 15
merupakan kegagalan.Edisi 16 terbit tahun 1958 dengan banyak perubahan termasuk
revisi besar-besaran seksi 546-547 “Inorganic and Organic chemistry.”Sejak itu setiap
edisi selalu memuat perubahan besar-besaran dalam subjek tertentu.

Edisi awal

Edisi 2 keluar tahun 1885. Terjadi relokasi artinya penggeseran sebuah subjek
dari sebuah nomor ke nomor lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi edisi
selanjutnya.Dalam edisi tersebut Dewey pertama kali mengemukakan prinsip
integritas angka artinya nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah “mapan”
walaupun mungkin terjadi relokasi.Dewey menyadari gawatnya relokasi dari satu
edisi ke edisi lainnya karena perubahan, lebihlebih lagi relokasi, menyebabkan
perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak disenangi pustakawan.Integritas
angka atau stabilitas angka tetap dipertahankan pada edisi-edisi awal DDC walaupun
perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari.
Dewey mengawasi revisi bagannya hingga edisi ke 13, selanjutnya diserahkan
ke badan bernama Lake Forest Foundation, kini dipegang oleh OCLC Online
Computer Library Center berpusat di Dublin,Ohio,AS,

DDC Edisi lengkap

Edisi ke 14 mempertahankan kebijakan sebelumnya, rinciannya semakin


meruyak namun sedikit perubahan dalamstruktur dasar.Perluasanpun tidak seimbang
karena masih banyak bidang yang belum dikembangkan.Pada edisi 15 diambil
kebijakan yaitu rincian di beberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan
dalam subdivisi. Kalau pada edisi 14 terdapat sekitar 31.000 entri maka pada edisi 15
dipangkas menjadi 4700 entri. Juga disadari bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan
laju perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi.Ini terjadi
mungkin karena kebijakan integritas nomor.

Pada edisi 15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subjek.Indeks juga


diperbaiki, diringklas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang digunakan pada
edisi sebelumnya kini ditinggalkan.

Setelah terbitan edisi 15 pada tahun 1951 terbukti bahwa perubahan yang
dilakukan dalam edisi 15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan. Banyak pustakawan
tetap menggunakan edisi 14.

Edisi 16 terbit tahun 1958, memulai tradisi baru dengan kebijakan siklus revisi
tujuh tahunan artinya setiap 7 tahun, bagan Dewey akan keluar dalam edisi baru. Pada
edisi 16 diputuskan untuk kembali kepada kebijakan lama mempertahankan
enumerasi terinci sambil mengambil butir inovatif dari edisi 15 seperti ejaan baku,
peristilahan yang mutakhir serta penyajian tipografi yang menarik.

Edisi 17 hingga 19 tetap berpegang pada kebijakan di atas.Editor DDC tetap


mempertahankan prinsip integritas nomor dalam batas-batas masih masuk akal.Edisi
20 terbit tahun 1989 dengan beberapa perubahan. Warna edisi menjadi coklat muda,
dibagi menjadi 4 jilid karena edisi sebelumnya (terutama bagan klasifikasi) dianggap
terlalu repot.
Walaupun tetap mempertahankan prinsip integritas nomor, dalam edisi ini
prinsip tersebut sedikit dilanggar.Terjadi relokasi misalnya Komputer kini menepati
001 semula bagian dari elektronika.

Edisi 21 terbit tahun 1996 sesuai dengan siklus 7 tahunan.Edisi tersebut


muncul dengan warna biru tua, juga terbagi atas 4 jilid. Jilid 1 memuat tabel, jilid 2
bagan dari 000 – 500, jilid 3 bagan 600 – 900 sedangkan jilid 4 merupakan indeks. Di
samping format cetak, juga muncul dalam format elektroik dalam bentuk CD
ROM. Edisi 22 muncul pada bulan Juli 2003 juga terbit dalam 4 jilid dengan
perubahan besar pada notasi 004 – 006 komputer.

Edisi ringkas

Untuk keperluan perpustakaan kecil serta perpustakaan dengan laju


pertumbuhan lamban maka sejak tahun 1894 diterbitkan edisi ringkas.Edisi ringkas
ini memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap.Edisi ringkas digunakan oleh perpustakaan
sekolah serta perpustakaan umum yang kecil.

Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bilamana dianggap perlu.Ketentuan


ini kemudian diubah, setiap edisi ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi
lengkap.Untuk edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas ke 11.Dengan terbitnya edisi
lengkap 20 maka edisi 12 ringkas diharapkan terbit sekitar tahun 1991.Hingga edisi
ringkas ke 9, edisi tersebut merupakan ringkasan sebenarnya dari edisi lengkap.
Namun sejak edisi ringkas 10, dilakukan adaptasi sehingga terdapat nomor untuk
berbagai subjek yang berbeda dengan edisi lengkapnya. Jadi bukan hanya ringkasan
belaka.Jadi kadang-kadang merupakan ringkasan, kadang-kadang merupakan
adaptasi.

Atas permintaan pemakai, maka edisi ringkas ke 11 merupakan ringkasan


sesungguhnya dari edisi lengkap 19..edisi 12 ringkasan dari DDC edisi 20 sedangkan
edisi 13 merupakan ringkasan dari DDC edisi 21. Saat ini sudah terbit DDC ed 22
(2003) serta edisi ringkas 14 (2004).
Perpustakaan Nasional RI tengah menerjemahkan DDC edisi ringkas 14
kedalam Bahasa Indonesia, hasilnya diperkirakan selesai tahun 2011. Edisi ringkas
didisain untuk keperluan perpustakaan sekolah, perpustakaan umum dengan koleksi
tidak lebih dari 20.000 judul.

Tajuk subjek

Tajuk subjek adalah kata atau kelompok kata yang menunjukkan subjek
sebuah buku atau materi perpustakaan lainnya pada katalog atau bibliografi yang
tersusun menurut abjad.Bila pada katalog berkelas, subjek sebuah buku ditunjukkan
berdasarkan simbol klasifikasi maka pada katalog atau bibliografi sistem abjad,
simbol klasifikasi digantikan dengan denominator subjek verbal.Misalnya pada
katalog berkelas simbol klasifikasi Aljabar ditunjukkan pada notasi 510, maka pada
tajuk subjek simbol klasifikasi tersebut diganti menjadi ALJABAR.

Perbedaan lain antara pendekatan berkelas dengan tajuk subjek terletak pada
pendekatannya. Pada katalog berkelas yang disusun menurut klasifikasi, pendekatan
penyusunan materi perpustakaan bersifat logis serta metodis. Misalnya katalog pada
kelas 510, akan diikuti oleh katalog bernotasi 511,512,513… Di sin ada
sistematisasi,urut-urutan dari 510,511 dan seterusnya.

Bila pembaca melihat katalog yang disusun menurut abjad tajuk subjek maka
pendekatannya bersifat abjad acak pada konsep yang inheren dalam materi
perpustakaan. Maka pembaca akan melihat pada katalog subjek seperti ALJABAR,
AMERIKA SERIKAT, ASMARA, BIOLOGI, BOTANI dsb. Pembaca akan melihat
bahwa antara subjek ALJABAR dengan subjek AMERIKA SERIKAT sama sekali
tidak ada hubungannya; berbeda dengan urutan linier pada skema klasifikasi, 510,
511, 512 merupakan bagian yang berkaitan.
Adapun tujuan pengkatalogan subjek sebagaimana dikemukakan oleh Shera
dan Egan (1956) adalah :

1. menyediakan akses berdasarkan subjek bagi semua merti perpustakaan yang relevan;
2. menyediakan akses subjek terhadap semua materi perpustakaan melalui prinsip
penataan subyek yang sesuai, misalnya berdasarkan proses, aplikasi, masalah dsb.;
3. menyatukan rujukan pada materi perpustakaan yang secara substansi memiliki subjek
yang sama dengan tidak memandang perbedaan terminologi; perbedaan tersebut
muncul karena perbedaan nasional, perbedaan antara kelompok spesialis subjek dan
atau karena perubahan sifat konsep dalam disiplin itu sendiri. Perbedaan nasional
misalnya istilah railway (Inggeris) dan railroad (AS); tissue diantara biolog dengan
pertekstilan.
4. menunjukkan afiliasi di antara bidang-bidang subjek. Afiliasi tersebut tergantung pada
kesamaan masalah atau metode atau titik pandang masalah yang dikaji atau
tergantung pada penggunaan atau aplikasi pengetahuan;
5. memberikan titik masuk pada bidang subjek pada setiap tingkat analisis, mulai dari
yang paling umum sampai dengan yang paling spesifik.
6. menyediakan titik masuk melalui setiap kosakata yang lain bagi setiap kelompok
pemakai, baik pemakai khusus maupun awam.
7. memberikan deskripsi formal isi subjek dari setiap unit bibliografis dalam istilah yang
paling tepat atau paling spesifik; deskripsi tersebut dapat berbentuk kata tunggal atau
frase atau dalam bentuk nomor kelas atau simbol.
8. memberikan sarana bagi pemakai untuk memilih dari semua butiran dalam setiap
kategori, menurut kriteria tertentu seperti yang paling mutakhir, paling lengkap,paling
sederhana dsb.
Pada perpustakaan yang masih menggunakan kartu katalog, tajuk subjek
ditulis dalam huruf besar sesuai dengan kebiasaan untuk membedakannya dari judul.
Maka pmbaca dapat membedakan pada kartu katalog bila ada tulisan Soekarno
[pengarang], Soekarno [judul] maka untuk subjek akan ditulis SOEKARNO. Pada
perpustakaan yang menggandakan kartu katalognya dengan menggunakan mesin
ketik, ada kalanya untuk memisahkan antara pengarang dan judul dengan subjek,
maka untuk subjek seringkali diketik dengan pita merah.Pada gambar di bawah ini
tertera tajuk subjek.

Konsep dan struktur tajuk subjek

Tajuk subjek adalah sebuah titik akses ke cantuman bibliografis, terdiri dari
sebuah kata atau frase yang menunjukkan subjek dari materi perpustakaan yang
termuat dalam butiran bibliografis.Kini analis informasi sudah membedakan antara
indeks prakoordinasi dengan indeks pascakoordinasi (periksa Bab 41).

Indeks koordinasi memilih istilah yang ditentukan serta menggabungkan atau


mengko-ordinasikannya pada waktu pengindeksan atau pada waktu pengolahan
materi perpustakaan, sedangkan indeks pascakoordinasi mengkoordinasikan istilah
pada waktu penelusuran, jadi dilakukan setelah materi perpustakaan disimpan.Dalam
kaitannya dengan kedua jenis indeks tersebut, maka tajuk subjek termasuk indeks
prakoordinasi. Tajuk subjek memiliki dua tujuan yaitu :

1. mengenali materi perpustakaan yang berhubungan mengenai subjek atau topik


tertentu;
2. membantu pemakai menemukan materi perpustakaan tentang subjek yang saling
berkaitan.

Kedua tujuan tersebut menimbulkan masalah komunikasi karena harus ada


kecocokan antara subjek yang diinginkan oleh pemakai yang ada di benak pemakai
dengan subjek yang digunakan perpustakaan untuk menyimpan materi perpustakaan
dalam topik atau disiplin tertentu.Hal tersebut tidak menimbulkan masalah manakala
ada hubungan satu dengan satu antara konsep dengan kata, artinya ada satu kata yang
berkaitan dengan konsep yang terpisah serta satu konsep yang berkaitan dengan satu
kata.

Dalam kenyatannya ada satu konsep yang dapat diwujudkan oleh berbagai
kata dan satu konsep yang tidak memiliki ekuivalen dalam bahasa sehari-hari. Contoh
binatang berkaki empat yang kita kenal sebagai sapi ternyata memiliki padanan kata
lain seperti lembu, jawi; sebaliknya sebutan “gurih” sulit diwujudkan dalam bentuk
uraian yang dapat diterima oleh banyak pemakai.

Pemilihan tajuk subjek

Ilmu bahasa (linguistik) menentukan bentuk yang benar dari bahasa sehari-
hari, namun demikian bahasa selalu berubah.Bahasa berubah karena tanggapan
terhadap temuan dan formulasi pengetahuan, tanggapan dinamis terhadap kakas dari
bahasa itu sendiri. Dalam memilih istilah subjek, pustakawan mempertimbangkan
penggunaan penulis buku dan kebutuhan serta preferensi pemakai perpustakaan.
Pengarang buku dan pemakai perpustakan cenderung menggunakan istilah yang
berbeda. Bila tidak ada daftar tajuk subjek,besar kemungkinan pustakawan
menggunakan dua tajuk subjek untuk konsep yang sama.

Memilih sebuah istilah dari berbagai ekuivalen verbal.

Pustakawan atau penyusun daftar tajuk subjek harus memilih satu istilah
subjek dari berbagai sinonim atau istilah yang sangat sama. Maka perlu urutan
preferensi ketika memilih dari berbagai tajuk sinonim sebagai yaitu istilah paling
lazim bagi publik. Sebagai contoh Daftar tajuk subyek untuk perpustakaan ciptaan
Perpustakaan Nasional dirancang untuk perpustakaan umum sedangkan Daftar tajuk
subjek Universitas Indonesia dirancang untuk perpustakaan perguruan tinggi.
Istilah di perpustakaan lain

Karena adanya berbagai jenis perpustakaan, maka istilah yang digunakan


antara satu jenis perpustakaan dengan jenis perpustakaan lain akan berbeda. Karena
perpustakaan umum berada di berbagai tempat, misalnya perpustakaan umum
kabupaten, kota dan desa, maka ada kemungkinan pemakai mengunjungi berbagai
perpustakaan umum. Karena mengunjungi banyak perpustakaan umum, maka
pemakai akan merasa nyaman bila dia menemukan terminologi yang sama pada
berbagai katalog perpustakaan. Beberapa ketentuan yang digunakan:

1. Istilah yang memiliki makna paling sedikit. Maksudnya untuk menghindari


ambiguitas atau ketaksaan.
2. Istilah yang muncul pertama kali dalam alfabet. Prinsip ini bersifat prosedural
walaupun sifatnya agak menimbulkan pertentangan namun sesuai digunakan bila
pertimbangan lain sudah tidak ada.
3. Memilih istilah yang mampu mengarahkan ke subjek lain yang dekat dan
berhubungan. Dalam susunan istilah subjek menurut abjad akan dijumpai kekurangan
bahwa istilah yang berkaitan akan tersebar karena susunan menurut abjad. Karena
kekurangan tersebut maka digunakan prinsip pemilihan istilah yang mampu
mendekatkan ke subjek yang berhubungan.

Pemilihan istilah yang terdiri dari lebih dari satu kata.

Beberapa konsep hanya dapat diungkapkan dalam lebih dari satu kata atau
hanya dapat diungkapkan dalam bentuk frase artinya kombinasi berbagai kata.Tajuk
berupa frase memiliki kelemahan.Umumnya pemakai mencari dalam katalog subjek
yang diunggkapkan dalam satu kata walaupun frase juga digunakan dalam bahasa
sehari-hari.
Menyangkut frase timbul masalah menyangkut urutan kata.Apakah disusun
menurut bahasa sehari-hari ataukah dilakukan modifikasi supaya jelas dan singkat.
Apakah susunannya seperti bahasa sehari-hari ataukah perlu susunanya dibalik untuk
memperoleh tajuk yang berkaitan. Misalnya WANITA SEBAGAI ILMUWAN dan
WANITA SEBAGAI HAKIM ataukah diubah menjadi ILMUWAN, WANITA
SEBAGAI dan HAKIM, WANITA SEBAGAI.

Jumlah tajuk subjek

Jumlah tajuk subjek yang digunakan untuk sebuah buku tergantung pada
banyak faktor. Pada perpustakaan umum yang menggunakan kartu katalog,
penambahan tajuk subjek akan menambah ketebalan jajaran kartu. Bila laci katalog
semakin penuh karena perpustakaan menggunakan banyak tajuk subjek, maka
pustakawan mengalami kesuklitan menjajarkan kartu, pemakai mungkin kecewa
karena harus pindah dari satu laci ke laci lain.

Sebailknya bila perpustakaan menggunakan banyak tajuk subjek untuk sebuah


buku, maka pemakai akan terbantu karena dia dapat mengakses dari berbagai
pendekatan serta koleksi perpustakaan semakin terekpos dan semakin tersedia.

Penjajaran (filing)

Bila pembaca mengunjungi perpustakaan atau memeriksa sebuah kamus


maupun ensiklopedia, maka pembaca akan menjumpai penjajaran (filing) yang
tampak sedikit membingungkan. Misalnya pembaca ingin mengetahui entri mengenai
Bung Karno yang terdapat di perpustakaan.Untuk keperluan itu pembaca harus
menggunakan katalog.

Pembaca mungkin mencarinya pada entri Bung, mungkin pada entri Soekarno
atau Sukarno (ejaan baru) ataupun mungkin pada Ahmad Soekarno, nama yang lazim
dikenal di kalangan wartawan asing. Apapun nama yang dicari, Untuk memudahkan
mengakses entri di katalog maka entri yang ada di katalog harus disusun menurut tata
susunan tertentu yang bermanfaat bagi pemakai. Proses penyusunan entri di katalog
disebut penjajaran.
Penyusunan atau pengorganisasian entri di katalog sebuah perpustakaan
mungkin berbeda dengan hal sejenis di perpustakaan lain. Mungkin pembaca
menemui susunan entri menurut abjad, kronologis, geografis ataupun menurut bagan
klasifikasi. Di perpustakaan Inggris banyak dijumpai susunan katalog berkelas
(classified catalog). Maka dalam susunan tersebut terdapat susunan menurut kartu,
menurut abjad pengarang dan judul serta indeks subjek yang disusun menurut
prosedur indeks berangkai.

Sebaliknya di perpustakaan Amerika, banyak dijumpai susunan leksikal


(dictionary katalog) artinya entri pengarang, judul dan subjek dijajarkan menjadi satu,
disusun menurut abjad.Ada pula yang menyusun menurut katalog terbagi (divided
catalogue) dalam sistem tersebut terdapat dua susunan entri.

Susunan pertama merupakan gabungan entri pengarang dan judul disusun


menurut abjad; susunan lain ialah entri subjek disusun menurut abjad. Pada berbagai
perpustakaan Indonesia, banyak yang menggunakan katalog terbagi.

Penjajaran menurut abjad mungkin tampak sederhana, mudah


dilakukan.Dalam kenyatannya penjajaran menurut abjad tidaklah sesederhana seperti
banyak anggapan orang.Kalau entri yang dijajarkan tidaklah banyak, biasanya tidak
banyak kesulitan. Namun kalau entri yang dijajarkan sudah mencapai ribuan, maka
masalah yang dijumpai akan berlipat ganda. Untuk melaksanakan penjajaran, maka
selama ini beberapa peraturan penjajarantelah dibuat.

Peraturan penjajaran

Banyak perpustakaan tidak berpegang teguh pada sebuah peraturan penjajaran,


banyak di antaranya yang melakukan modifikasi.Apapun peraturan yang dianut,
lazimnya dikenal dua metode penjajaran berdasarkan abjad.Adapun kedua metode itu
ialah penjajaran kata-demi-kata dan huruf-demi-huruf. Penjajaran huruf demi huruf
artinya formasi kata dalam tajuk diabaikan.Setiap huruf berikut berikutnya
diperhitungkan kedudukannya dalam penjajaran. Pada metode kata demi kata, setiap
kata dipertimbangkan namun terbatas pada kata tersebut saja.
Pada ensiklopedia, kamus maupun buku rujukan lainnya lazimnya digunakan
metode penjajaran kata demi kata.Antara kedua metode terdapat perbedaan
hakiki.Sebagai contoh pada penjajaran berdasarkan metode kata demi kata, istilah
“Mata kaki” mendahului istilah “matahari”.Padahal kalau menurut metode penjajaran
huruf demi huruf, maka istilah “matahari” mendahului “mata kaki”.Pada metode kata
demi kata, ruang kosong antara kata-kata memiliki nilai penjajaran mendahului setiap
huruf atau angka yang ada di belakangnya.Praktek ini dikenal dengan istilah “nothing
before something”.Pada kata kedua dan selanjutnya diperlakukan sebagai kata
kedua.Berikut ini contoh penjajaran menggunakan kedua metode.

Huruf demi huruf Kata demi kata


child allowances child allowances
Childbirth child guidance
child guidance child psychology
childhood diseases child welfare
Childkilling childbirth
child psychology childhood diseases
children in care childkilling
children’s games children in care
children’s literature children’s games
child welfare children’s literature

Dalam karya Charles Ammi Cutter berjudul Rules for a dictionary


catalog terdapat peraturan penjajaran. Peraturan ini dikembangkan sesuai dengan
gagasannha mengenai katalog leksikal (dictionary catalogue).Prinsip utama ialah
urutan menurut abjadserta penjajaran menjadi satu dari entri pengarang, judul dan
subjek.Kadang-kadang ciri tertentu dari pengelompokan berkelas diserrtakan sehingga
penjajaran menurut Cutter tidak sepenuhnya menurut abjad.
ALA (1942)

Edisi pertama ALA Rules for Filing Catalog Cards pada hakekatnya
merupakan ringkasanberbagai metode penjajaran yang diterapkan di berbagai
perpustakaan Amerika pada masa itu.Karena tidak ada konsensus di antara
perpustakaan, maka hampir 60% peraturan merupakan peraturan alternatif.Banyak
dari peraturan tersebut menyertakan pengelompokkan berkelas dalam urutan
abjad.Hal ini menimbulkan kesulitan sehingga peraturan ALA sulit diikuti
pustakawan.

Library of Congress (1956)

Semula peraturan berjudul Filing rules for the dictionary catalogs of the
Library of Congress hanya dipergunakan untuk keperluan Library of Congress
(Amerika Serikat) saja. Namun peraturan tersebut kemudian ditiru oleh perpustakaan
lain. Peraturan tersebut tidak sepenuhnya menurut abjad karena dalam antarpenjajaran
(interfiling) terdapat ketentuan khusus mengenai berbagai jenis entri serta
pengelompokan tajuk subjek.

ALA (1968)

Karena munculnya desakan dari pustakawan akan perlunya sebuah peraturan


penjajaran yang sederhana serta perkembangan peraturan pengkatalogan pada tahun
1960an, maka muncullah edisi kedua dari ALA rules for filing catalog cards. Edisi ini
menekankan pentingnya korelasi antara pembentukan tajuk dengan tata susunan
penjajaran.Tajuk dijajarkan sesuai dengan yang tertulis tanpa memperhatikan sisipan
mental, pengurangan maupun transposisi.Prinsip utama ialah tata susunan abjad
(dengan mengabaikan tanda baca) serta beberapa pengecualian kecil. Pengecualian
utama ialah entri nama keluarga perorangan dikelompokkan menjadi satu serta
dijajarkan sebelum entri lain yang memiliki kata sama atau kombinasi kata-kata. Jadi
entri Soekarno sebagai pengarang mendahului entri Soekarno (judul) ataupun
SOEKARNO (sebagai subjek),
ALA Abridged (1968)

Peraturan ini merupakan ringkasan peraturan penjajaran ALA 1968. ALA


abridged berisi peraturan yang sama dengan versi edisi lengkap. Bedanya hanyalah
bahan yang sangat khusus serta penjelasan tidak dimuat dalam versi ringkas. Edisi ini
dimaksudkan untuk katalog perpustakaan umum yang kecil ataupun sedang.

ALA Filing Rules (1980).

Peraturan penjajaran ini dibuat sebagai tanggapan atas kritik yang mengatakan
praktek penjajaran tradisional sebagai terlalu rumit, terlalu kaku serta terlalu
memperhatikan perbedaan teoritis yang baik.Maka disusunlah peraturan yang baru
yang keluar pada tahun 1980. Bila dibandingkan hasil peraturan ALA Rules (1942),
ALA Rules (1968) seerta ALA Filing Rules (1980) atas entri yang sama maka
hasilnya nampak sebagai berikut.

Tabel 1. Perbandingan hasil penjajaran 3 peraturan

ALA Rules 1942 ALA Rules 1968 ALA Filing Rules 1980
Love, David T. Love, David T. Love [judul]
LOVE, DAVID T. LOVE, DAVID T. LOVE [subjek]
Love, Zachary Love, Zachary Love and beauty
The Love Corp. LOVE [subjek] The Love Corp.
Love County (Okla.) Love [judul] Love Country (Okla)
LOVE [subjek] Love and beauty Love, David T.
LOVE – LETTERS The Love Corp. LOVE, DAVID T.
LOVE – Love Country (Okla0 LOVE –LETTERS
QUOTATIONS
LOVE, MATERIAL LOVE – LETTERS LOVE, MATERIAL
LOVE (THEOLOGY) LOVE, MATERIAL LOVE POETRY
Love [judul] LOVE POETRY LOVE – QUOTATIONS
Love and beauty LOVE – QUOTATIONS Love songs,old and new
LOVE POETRY Love songs, old and new LOVE (THEOLOGY)
Love songs, old and new LOVE (THEOLOGY) Love your neighbor
Love your neighor Love your neighbor Love, Zachary

ALA Rules 1942 menanggapi berbagai praktek penjajaran termasuk berbagai


alternatif dan varian. ALA Rules 1968 mencoba menyederhanakan peraturan dengan
mencoba menyusun peraturan yang sederhana dan konsistn dengan pengecualian
ditekan serendah mungkin. ALA Filing Rules 1968 lebih menyederhanakan peraturan
penjajaran dengan cara menghilangkan pengecualian. Pembaca perlu memperhatikan
bahwa peraturan penjajaran di atas adalah peratura penjajaran manual.

Bila penjajaran dilakukan dengan komputer maka hasilnya akan berbeda


karena komputer hanya mengenal huruf, angka dan ruang kosong. Khusus untuk
Library of Congress Filing Rules dibuat dengan mempertimbangkan komputerisasi
katalog sehingga dibuat sebuah program komputer yang digunakan di Library of
Congress berdasarkan Library of Congress Filing Rules.

Library of Congress (1971)

Peraturan Library of Congress tahun 1956 ditujukan untuk kartu katalog serta
tidak cocok untuk penjajaran komputer. Penjajaran komputer membedakan huruf besar
dengan huruf kecil,angkadijajarkan menurut angka sedangkan pada peraturan oleh
manusia angka dijajarkan sebagaimana dilafalkan. Misalnya 1001 dijajarkan pada huruf s
karena dilafal sebagai seribu satu. Maka dikembangkan peraturan penjajaran baru Library
of Congress dengan tujuan : penelusuran bahan pustaka dengan berbekal informasi
lengkap; penelusuran bahan pustaka berbekal informasi tidak lengkap atau tidak pasti
serta “browsing”. Prinsip utama peraturan baru ini ialah :

1. elemen dalam sebuah tajuk diperlakukan sebagai bentuk dan tata susunannya dalam
tajuk
2. entri berkaitan hendaknya dijadikan satu dengan pertimbangan pemakai sulit
menemukanny karena tidak mengetahui bentuknya yang pasti
3. himpunan ruas baku perlu ditetapkan bagi masing-masing jenis entri penjajaran.
Peraturan ini digunakan di Library of Congress untuk katalognya serta jajaran hasil
komputer. Misalnya dalam Library of Congress Subject Headings dan Library of
Congress Catalogs : Film and Other Materials for Projection.

Indonesia

Hingga kini belum ada peraturan penjajaran yang dibuat oleh Perpustakaan
Nasional maupun Ikatan Pustakawan Indonesia.Bagi pustakawan Indonesia dapat
menggunakan karya L.K. Somadikarta berjudul Peraturan penjajaran.

Masalah dalam penjajaran

Walaupun pekerjaan penjajaran tampak seperti pekerjaan sederhana, namun


dalam praktek banyak hambatan.Terutama menyangkut penyusunan entri katalog
yang memelrukan modifikasi terhadap prinsip dasarpenjajaran untuk membuat agar
katalog benar-benar bermanfaat bagi pemakai.

Berbagai jenis entri dimulai dengan kata yang sama

Seringkali tajuk berbagai jenis entri (pengarang, judul, subjek) dimulai dengan
kata yang sama. Misalnya kata seperti “Jakarta”, “Soekarno”, “Indonesia” dapat
tampil sebagai entri pengarang atau judul atau subjek. Dalam hal terdapat entri
dimulai dengan kata yang sama muncul masalah ditinjau dari segi kepentingan
pemakai. Masalah tersebut ialah apakah menyusun semua entri menurut abjad ataukah
mengelompokkan masing-masing entri menurut jenisnya (pengarang, judul, subjek)
kemudian menyusun lagi menurut abjad dalam kelompok masing-masing.

Dalam hal ini berbagai peraturan mengeluarkan ketentuan yang berlainan.


Masalah ini makin rumit lagi dengan adanya entri pengarang atau entri subjek yang
mulai dengan kata sama, terutama menyangkut entri pengarang, badan korporasi dan
geografis.

Menyangkut nama pribadi, timbul masalah mengenai berbagai jenis tajuk


nama pribadi seperti nama majemuk, nama dengan awalan, nama diri (tanpa nama
keluarga), gelar, panggilan dan sejenisnya.
Singkatan

Inisial diperlakukan sebagai kata yang terpisah, masing-masing terdiri dari


satu huruf. Contoh U.N.O., P.K.B.I. Akronim diperlakukan sebagai satu kata, bukan
sebagai inisial. Contoh Pertamina dll.Timbul masalah bilamana pustakawan tidak
dapat menentukan apakah kumpulan huruf yang dijumpainya merupakan akronim
atau inisial. Contohnya seperti RPKAD, Unesco.

Bilangan

Entri bilangandijajarkan dalam urutan terpisah dari jajaran abjad.Bila


dijajarkan dalam abjad, maka bilangan itu dijajarkan menurut ejaan dalam bahasa
karya masing-masing (misalnya 1200 dijajarkan seperti seribu dua ratus). Penjajaran
menurut ucapannya memang lazim dilakukan dengan pengecualian bilangan pada
nama seperti Hamengku Buwono IX dan Henry II, dijajarkan sebagai Hamengku
Buwono 10 dan Henry 2, bukannya Hamengku Buwono Kaping Sedoso atau Henry
the Second.

“Diacritical marks”

Yang termasuk diacritical mark adalah umlaut, accent’aigu, diereses dan lain-
lainnya.Peraturan penjajaran pun berbeda-beda aturannya.Pada huruf tertentu, ada
kesamaan pendapat seperti u mungkin dijajarkan sebagai u atau ue.

Dalam Bahasa Indonesia pun ada kesulitan seperti Oe (Ejaan van Ophuysen)
ataukah u (ejaan Soewandi). Kesulitan ini lebih rumit dengan nama pengarang Cina
yang dimulai dengan huruf Oe seperti Oey.

Tanda dan simbol

Tanda nonalfabetik dan non-numerik perlu dipertimbangkan dalam penjajaran


termasuk tanda baca.Perpustakaan perlu memutuskan ketentuan mengenai nilai tanda
baca dalam penjajaran.Peraturan yang ada berbeda-beda ketentuannya.
Tajuk subjek

Metode antarjajaran tajuk subjek pun berbeda-beda pada masing-masing


peraturan penjajaran. Misalnya dalam ketentuan LC Catalogs : Subject Catalog
menghasilkan jajaran sebagai berikut :

Cookery – History

Cookery – Periodicals

Cookery (Horse Meat)

Cookery, American

Cookery, French

Cookery for diabetics

Dari hasil di atas nampak bahwa entri tajuk subjek tidak ••dijajarkan berdasarkan
prinsip abjad sepenuhnya. Sebaliknya entri atas bila dijajar menurut ALA rulesmenghasilkan
hasil sebagai berikut :

Cookery, American

Cookery for diabetics

Cookery, French

Cookery – History

Cookery (Horse Meat)

Cookery – Periodicals
Penjajaran oleh komputer

Penjajaran yang dilakukan oleh komputer berbeda hasilnya dengan penjajaran


yang dilakukan oleh manusia. Hal ini terjadi karena komputer tidak dapat mengeja
dan membaca angka misalnya 300 pepatah, oleh manusia dibaca tiga ratus pepata
atau 3 lions yang dibaca three lions. Pada tahun 1980an, peraturan penjajaran
menyangkut angka diubah.Perubahan itu dilakukan karena kesulitan yang dihadapi
pustakawan dan pemakai manakala mereka menjumpai judul atau topik materi
perpustakaan yang dimulai dengan angka.Contoh bagimana mengeja angka “41”
dalam bahasa Jerman, Perancis, Rusia, Jawa dsb.

Hasilnya akan berbeda. Maka peraturan penjajaran memutuskan angka


mendahului teks sehingga materi perpustakaan yang mulai dengan “24 tahun” akan
mendahului materi yang berjudul “Dua puluh empat tahun “ atau “Twenty-four
years.” Jadi urutan numerikdidahulukan, angka Arab dan angka Romawi dijadikan
satu jajaran sehingga misalnya terjadi hasil penjajaran seperti “ 11, XXII, 30” dan
seterusnya. Pecahan mendahulu angka bulat jadi ½ mendahului 1.Hal tersebut
menimbulkan kesukaran bagi komputer.

Komputer mengenal contoh tersebut sebagai angka sehingga penjajaran oleh


komputer akan menempatkan angka terlebih dahulu baru huruf. Maka hasil penjajaran
oleh komputer akan berbeda dengan penjajaran oleh manusia. Kesulitan lain ialah
komputer tidak mengenal angka ½, komputer membacanya sebagai satu-garis miring-
dua bukannya satu setengah. Pada contoh di bawah ini, pembaca akan melihat bahwa
dalam penjajaran oleh komputer menyangkut angka, komputer menjajarkannya
berdasarkan kolom demi kolom serta menganggap angka Romawi sebagai huruf.
Perbandingan hastawi dengan mesin

Penjajaran hastawi Susunan oleh komputer


6 concerti grossi 10 times a poem
9 to 5 1984
10 times a poem 6 concerti grossi
XIXth century drawings 9 to 5
80 hari keliling dunia 80 hari keliling dunia
1984 XIXth century drawings

Komputer juga mengalami kesulitan menyangkut singkatan. Pustakawan dapat


mengenali apakah PT berarti perguruan tinggi atau perseroan terbatas; Dr artinya
dokter atau doktor. Atau doctor

Masalah tahun pada tajuk subjek juga menjadi kendala pada penjajaran. Pada
sisteme penjajaran hastawi (manual), pustakawan menjajarkan entri secara
kronologis, termasuk frase verbal yang mengidentifikasi sebuah periode tertentu.
Pustakawan dapat menjajarkan tajuk dalam susunan kronologis namun komputer
tidak dapat meliaht “1293-1478” sampai ada tulisan Majapahit yang mendahului atau
mengikuti bilangan lainnya. (Tabel 3).
Perbandingan penjajaran tajuk disertai angka

Tahun (penjajaran hastawi) Tahun (susunan mesin)


Indonesia – Sejarah – Majapahit,1293- Indonesia-Sejarah-1600

1478
Indonesia – Sejarah-1600 Indonesia – Sejarah – 1602-1799
Indonesia – Sejarah – 1602-1799 Indonesia – Sejarah – 1900
Indonesia – Sejarah – Penjajahan Inggeris, Indonesia – Sejarah – 1945-
1811-1816
Indonesia – Sejarah – Cultuurstelsel 1830- Indonesia – Sejarah – Cultuurstelsel 1830-
1870 1870
Indonesia – Sejarah – 1900 Indonesia – Sejarah – Majapahit, 1293-1478
Indonesia – Sejarah – 1945 Indonesia – Sejarah – Orde Baru, 1966-1998
Indonesia – Orde Baru, 1966-1968 Indonesia – Sejarah – Penjajahan Inggeris,
1811-1816
Komputer juga menimbulkan kesulitan bila menjumpai insial dan akornim. Bila inisial dan
akronim ditulis dengan tambahan tanda titik atau ada spasi antara tulisan, maka huruf pada
inisial dan akronim diperlakukan sebagai sebuah kata. Jadi entri A B C dijajarkan sebagai
“kata” A, “kata” kedua ialah B dan “kata” ketiga ialah C; sebaliknya ABC diperlakukan
sebagai kata tunggal. Contoh :

A.A.

A.D.R.I

A apple pie

A B C programmes

Aa. Maria van der

AAA

Aabel, Marie
Abacus calculating

ABCs of copyrights

Hal tersebut membingungkan pemakai karena pemakai tidak tahu apakah


tanda titik atau ruang telah digunakan.Maka pustakawan perlu membantu pemakai
untuk menentukan apakah titik akses sudah ada bagi tajuk yang menggunakan dan
tidak menggunakan ruang.

Kata sandang dan elisi (peniadaan bunyi dalam ucapan) juga menimbulkan
kesulitan. Kata sandang yang muncul pada awal sebuah tajuk tidak diperlakukan
sebagai bagian penjajaran, dengan kata lain kata sandang ditulis dalam tajuk namun
tidak diperhitungkan dalam penjajaran. Contoh kata sandang ialah “a, an,”the”, der’,
die, das, les, los dan sejenisnya.

Sistem komputer tidak mungkin menyimpan daftar kata sandang dalam semua
bahasa karena alasan (1) beberapa kata sandang merupakan kata biasa dalam bahasa
asing, misalnya die dalam bahasa Jerman akan berbeda dengan kata die dalam bahasa
Inggeris ;dan (2) bila kata sandang merupakan bagian dari nama diri, maka nama diri
dijajarkan pada kata sandang, Contoh :

Los Angeles custodios [judul pada A]

Los Angeles in reality [judul pada huruf L]

Los Angeles Nar Association [badan korporasi pada huruf l]

L’enfant abandonee [judul pada huruf E]

L’Enfant, Edouard [nama diri pada huruf L]

Pada sistem komputer dan komputer terpasang (online), pemakai perlu


memahami susunan yang digunakan.Dalam hal ini pustakawan perlu membantu
menjelaskan bagaimana hasil penelusuran bila menggunakan sistem komputer,
hasilnya mungkin berbeda dengan penelusuran hastawi karena sistem penjajaran yang
berlainan.
Pada beberapa pangkalan data, untuk memudahkan peneleusuran, dibuatkan
stop list artinya daftar kata yang tidak dibaca doleh komputer walaupun merupakan
bagian judul. Contoh dalam stop list ialah the, a, en, el dan seterusnya, disesuaikan
dengan kaidah bahasa masing-masing. Untuk Bahasa Indonesia, hal tersebut tidak
dikenal.

Pengorganisasian materi perpustakaan berbantuan komputer.

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) maka


perpustakaan dapat memanfaatkan TIK untuk pengorganisasian materi
perpustakaan.Dalam kaitannya dengan deskripsi, maka perpustakaan menggunakan
format deskripsi untuk katalog terbacakan emsin. Format tersebut dikenal dengan
nama Machine-Readable Catalogue disingkat MaRC.

MARC singkatan dari Machine Readable Catalogue(ing) merupakan sebuah


format untuk menampung data bibliografis yang dikaitkan dengan bahan pustaka atau
materi perpustakaan. Machine-Readable Cataloguing dimulai pada tahun 1966
sebagai sebuah percobaan oleh Library of Congress. Cantuman bibliografis pada puta
terbacakan mesin dibagi-bagikan setiap minggu kepada 16 perpustakaan Amerika
yang menggunakan fasilitas komputasi masing-masing untuk mengolahnya. Pada
masa itu luaran bentuk yang paling lazim ialah kartu katalog.

Pada tahun 1967, dikenalkan format MARC II yang didisain untuk mengatasi
berbagai kekurangan yang dihadapi pafa MARC awal. Setiap cantuman dapat
mengakomodasi sejumlah besar data bibluografis dalam bentuk terbacakan mesin.
Cantuman yang baru juga memuat notasi Dewey Decimal Classification sementara
versi sebelumnya hanyalah Library of Congress Classification.

Pemuatan notasi DDC sebagai antisipasi bahwa MARC II akan digunakan


lebih luas serta tuntutan tidak langsung dari perpustakaan yang menggunakan
DDC MARC II juga mulai menggunakan deskripsi berdasarkan AACR 2. Tambahan
lain pada MARC II ialah perbaikan tajuk subjek.
Tahun 1969 The British Library mulai mengembangkan UKMARC. Pita
terbacakan mesin yang dipencarkan oleh British Library mencakup berbagai jenis
bahan pustaka (monograf, terbitan berser,materi audio-visual). Veersi UKMARC
kemudian menjadi standar internasional, diadopsi oleh khususnya di Australia,
Canada, Prancis dan Skandinavia.Edisi ketiga UK MARC terbit tahun 1990. Sejak
tahun 1994diadakan pertemuan berkala 3 perpustakaan yaitu Bristih Library, Library
of Congress dan National Library of Canada untuk keserasian format MARC,
mengupayakan agar perkembangan masa mendatang mempertimbangkan standar
internasional serta perkembangan teknologi.

Seusai UKMARC muncul berbagai MARC versi masing-masing negara,


lazimnya didahului dengan singkatan nama negara diikuti sebutan MARC misalnya
MALMARC, SINGMARC, THAIMARC, kemudian INDOMARC.

Cantuman MARC

Cantuman MARC lazimnya terdiri dari 2 seksi, seksi pertama ialah (1)
cantuman label berisi instruksi dan informasi pengolahan seperti panjang cantuman,
status ~, jenis ~, jenis bahan pustaka dll.; (2) direktori cantuman yang merupakan
indeks dan ruas data dalam sebuah cantuman, dan (3) ruas kendali, merupakan
masukan pengkatalog menyangkut ruas panjang tetap dan terdiri dari data tahun,
negara terbitan, bahasa dll.

Content designator menstruktur data kedalam ruas dan subruas. Ruas dikenali
dengan tengara tiga digit yang mewakili elemen cantuman bibliografis serta titik
akses. Adapun ruas tersebut ialah

001 – 009 Ruas kendali

010 – 099 Ruas keterangan kendali, nomor dan kode

100 – 1XX Entri utama dan titik akses

200 – 24X Ruas judul dan ruas yang terkait


259 – 29X Edisi, impresum, dsb

300 – 399 Deskripsi fisik. Ditulis juga 3XX

400 -499 Pernyataan seri

500 – 599 Catatan

600 – 699 Ruas akses subjek

700 – 799 Titik akses entri tambahan atau cukup entri tambahan

800 – 899 Titik akses seri atau entri tambahan seri

850 Informasi kepemilikan

900 – 948 Penunjukan, rujukan

949 – 999 Ditandon untuk implementasi local

Metadata

Seiring dengan berkembangnya World Wide Web serta tersedianya sumber


daya informasi dan data yang tidak selalu terbatas pada kartu katalog berukuran 7.5 x
12.5cm maka timbul pertanyaan tentang masa depan MARC. MARC tetap merupakan
standar untuk data bibliografis tradisional di perpustakaan namun kurang cocok untuk
deskripsi isi sumber daya elektronik atau alat bantu kearsipan.

Definisi metadata

Berbagai sumber mengatakan bahwa metadata artinya data tentang data


(Gritton 1994). Definisi tersebut tidak selalu menimbulkan kemudahan, karena tidak
jelas apa yang dimaksudkan dengan data tentang data. Ada yang mengatakan bahwa
metadata merupakan dokumentasi tentang dokumen dan objek. Metadata
mendeskripsikan sumber, menunjukkan di mana lokasi dokumen serta memberikan
ringkasan apa yang diperlukan untuk memanfaatkannya.
Definisi yang diberikan oleh World Wide Web Consortium (1998)
menyatakan metadata sebagai mesin yang dapat memahami informasi tentang objek
Web serta menyatakan bahwa metadata dapat dikembangkan ke sumber daya
elektronik (electronic resources) lainnya pada masa depan. Ng et al (1997)
memberikan definisi operasional metadata sebagai data yang merinci karakteristik
data sumber, mendeskripsikan hubungannya serta menunjang penemuan dan
penggunaannya yang efektif.

Dengan meninjau berbagai definisi di atas maka metadata adalah data yang
mendeskripsikan atribut sebuah sumber daya, mencirikan hubungannya, menunjang
penemuannya dan penggunaannya secara efektif serta berada di lingkungan
elektronik.Metadata biasanya terdiri atas himpunan unsur data, masing-masing
elemen (unsur) memeri (mendeskripsi) atribut sumber daya, manajemennya atau
penggunaannya.

Pengertian metadata seperti diuraikan di atas mungkin masih kabur bagi


banyak pustakawan. Namun kalau dikatakan bahwa beberapa skema metadata telah
lama digunakan oleh pustakawan seperti metadata yang paling terkenal yaitu MARC
dan INDOMARC maka pustakawan mulai dapat membayangkan apa yang dimaksud
dengan metadata.

Contoh metadata lainnya ialah format katalog AACR2, daftar tajuk subjek
(semacam Library of Congress Subject Headings) serta skema klasifikasi seperti
DDC,UDC dan sejenisnya (Chowdhury 1999).

Setiap skema dirancang oleh pakar dalam bidang masing-masing dengan


mempertimbangkan domain spesifik, kebutuhan sumber daya informasi dan
persyaratan untuk pendeskripsian sebuah dokumen.Semua skema itu digunakan untuk
akses bibliografi dan kontrol di perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis
informasi dan lain-lainnya yang kesemuanya itu merupakan badan informasi
(Sulistyo-Basuki 2000).
Secara umum ada 3 bagian yang digunakan untuk membuat metadata bagi
sebuah paket informasi. Adapun ketiga bagian itu ialah (1) penyandian (encoding), (2)
pembuatan deskripsi paket informasi bersama dengan informasi lain yang diperlukan
untuk manajemen dan preservasi paket dan (3) penyediaan akses terhadap deskripsi
tersebut. Karena keterbatasan waktu dan tempat maka makalah ini membahas tentang
deskripsi saja, tidak mencakup penyandian maupun akses.

Pengkatalogan Web atau pengorganisasin sumber daya elektronik dan Internet


semakin lama semakin terasa penting.Semula pengkatalogan sumber daya elektronik
dan Internet dilakukan dengan menggunakan deskripsi bibliograis berdasarkan
MARC dan AACR2. Namun dalam perkembangan selanjutnya ditambahkan elemen
deskripsi baru sehingga tumbuh de facto standar formal.

Maka muncullah Dublin Core Metadata Initiative, dimulai oleh OCLC


danNational Center for Supercomputing (NCA) (lihat juga bab 50) pada pertengahan
tahun 1990an sebagai upaya mengembangkan himpunan inti semantika untuk sumber
daya berbasis Web sehingga temu balik dan akses lebih cepat Kelompok kerja yang
melibatkan berbagai kelompok interdisip.lin dan internasional menghasilkan naskah
standar Z.39.85-200 dikenal sebagai Dublin Core Metadata Elemen Set.

Dublin Core memusatkan pada deskripsi sumber daya digital dan berbasis
Web serta informasi deskrptif mengenai setiap jenis sumber daya dengan tidak
memandang format maupun medianya. Adanmya standar OpenURL memungkinkan
memperluas konsep deskripsi kearah sintaks baku untuk mendeskripsi paket metadata
bibliografis terangkutkan Web serta pengenal (identifiers) mengenai objek informasi
antara berbagai sistem penyedia informasi yang berbeda-beda.

Di samping itu masih ada dua lagi spesifikasi yaitu Encoded Archival
description Document Type Definition (EAD DTD) dan Text Encoding and
Interchange Document Type Definition (TEI DTD, merupakan Standard Generalized
Markup Language yang mampu mengawasandi standar untuk alat bantu temu
terbacakan mesin dan teks elektronik yang diciptakan oleh arsip, perpustakaan dan
museum. EAD DTD diawasi oleh MARC Standards Office, Library of Congress dan
Society of American Archivists. TEI DTD dikembangkan oleh 4 universitas
internasional dan ditaja (sponsor) oleh konsorsium Text Encoding Initiative yang
terdiri dari Association for Computers and Humanities, Association for
Computational Linguistics dan Association for Literary and Linguistic Computing.

Dublin Core, EAD dan TEI dikembangkan pada pertengahan dasawarsa 90an.
Spesifikasi EAD mendekati format MARC 21 sedangkan spesifikasi TEI merupakan
kelengkapan MARC21.

Fungsi metadata

Berdasarkan definisi metadata yang ada, maka dapat dibuat standar atau
skema metadata berdasarkan provenans (asal usul), bentuk, fungsi, statistik
penggunaan, syarat dan ketentuan penggunaan, data adminsitratif, peringkat
atau rating isi, kaitan atau hubungan data, data struktural dan sebagainya. Keputusan
menyangkut bagian mana yang akan dicakup tergantung pada pemahaman disainer
sistem mengenai fungsi primer skema metadata.

Salah satu fungsi utama metadata ialah penemuan sumber (resource


discovery). Di lingkungan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, kegiatan operasional
ditekankan pada penelusuran, temu balik, penemuan (discovery) dan akses ke sumber
daya. Menurut Rao (1995) mengatakan bahwa kegunaan utama metadata ialah
menunjang pemilihan, pemahaman, pendayagunaan dan pengingatan sumber dan
isinya. Khususnya metadata memungkinkan mekanisme yang efektif untuk mengenali
dan mengetahui lokasi data yang relevan dengan pemakai. Metadata memungkinkan
pemakai untuk menentukan:

1. ketersediaan informasi (apakah objek informasi itu ada atau eksis? Di manakah
letaknya? Berapakah yang tersedia? Apakah kesemuanya itu sama?)
2. kegunaan informasi (apakah otentik? Apakah baik? Bagaimana pemakai dapat
menentukan apakah berguna atau tidak?)
Bila komunitas Ilmu Perpustakaan dan Informasi memusatkan pada fungsi
menemukan dan menelusur dan temu balik sumber daya, maka komunitas manajemen
data berorientasi ilmu komputer memfokuskan pada aspek penggunaan data.
Pengarsipan data dari segi ilmu komputer memerlukan skema untuk mendeskripsi
struktur data logis atau konseptual dari semua objek atau maujud (entitas) yang
berkaitan dengan arsip serta hubungan antara data (Strawman and Bretherton 1994).
Strawman dan Bretherton berpendapat bahwa dengan konteks yang jelas dan
terstruktur maka perbedaan antara data dengan metadata tidak ada lagi.Jadi menurut
perspektif ini maka perbedaan antara metadata dengan data adalah penggunaannya
saja.

Fokus selanjutnya diarahkan ke tugas memberi batasan tentang konteks.


Konteks ini meliputi berbagai persyaratan fungsional seperti fungsi administratif
(misalnya au(o) tentifikasi pemakai dan mekanisme pembayaran), fungsi penentuan
isi (misalnya analisis data untuk menunjang pemahaman tentang makna data), fungsi
semantik sintaktik (misalnya pengembangan struktur rekod atau cantuman) dan
reorganisasi data untuk penyajian dan visualisasi. Konteks yang berlainan
menekankan fungsi yang berbeda-beda.Hunter dan Springmeyer menyatakan bahwa
fungsi dasar metadata ialah membantu manajemen data dan sistem penyimpanan
dalam menyediakan akses yang lebih efisien ke himpunan data yang besar.Strebel
(1994) mengatakan adanya 3 fungsi metadata yaitu (a) manajemen data; (b) akses data
dan (c) analisis data.

Fungsi metadata juga dapat dikaitkan dengan aras sistem dan tingkat pemakai.
Pada tingkat sistem, metadata dapat digunakan untuk memudahkan interoperasional
dan keterbagian di antara berbagi sarana penemuan sumber daya. Berbagi data akan
mempercepat penyelesaian proyek, meningkatkan pemanfaatan penelitian dan
pengambilan keputusan serta mengurangi biaya dengan cara meminimumkan upaya
duplikasi. Berpatungan data juga menunjang integrasi sumber daya Internet dan
materi tercetak yang sudah diwakili dalam format terbacakan mesin. Pada tingkat
pemakai, metadata memudahkan kemampuan untuk menentukan (1) data apa yang
tersedia; (2) apakah data tersebut memenuhi kebutuhan tertentu; (3) bagaimana
memperolehnya dan (4) bagaimana mentransfernya ke sistem setempat.
Cantuman bibliografis, surogat, metadata

Cantuman bibliografis (bibliographic record) merupakan istilah yang


diterapkan terhadap paket informasi tak teruraikan seperti buku dan rekaman suara.
Walaupun kini diterapkan juga terhadap cantuman untuk gambar hidup, rekaman
suara, berkas komputer dsb., namun karena ada istilah bibliografi yang berasal dari
kata biblio artinya buku, tetap saja istilah tersebut menimbulkan alergi bagi pihak
nonpustakawan.

Ada yang menggantikannya dengan cantuman surogat atau rekod


surogat.Istilah tersebut dapat digunakan untuk cantuman atau rekod yang mewakili
setiap jenis paket informasi dalam setiap jenis sistem temu balik informasi.Pada
makalah ini cantuman atau rekod surogat digunakan sebagai deskripsi dan akses
terhadap isi sebuah cantuman metadata.

Cantuman surogat adalah penyajian karakteristik sebuah paket


informasi.Karakteristik tersebut meliputi data deskriptif dan titik akses. Cantuman
merupakan pemerian paket informasi dalam sistem temu balik informasi seperti
katalog, indeks, bibliografi, mesin telusur (search engines). Paket informasi
merupakan contoh informasi terekam seperti buku, artikel, kaset video, dokumen
Internet atau himpunan “halaman elektronik”, rekaman suara, jurnal elektronik dsb.

Data deskriptif adalah data yang berasal dari paket informasi seperti judul,
pengarang, edisi, tahun publikasi, catatan yang digunakan untuk
mendeskripsinya.Titik akses adalah setiap istilah (kata, tajuk dsb) dalam cantuman
surogat yang digunakan untuk menemubalik cantuman.Titik akses seringkali
dikeluarkan dari data deskriptif, ditempatkan di bawah kontrol akses.
Dublin Core

Dublin Core merupakan singkatan dari Dublin Metadata Core Element Set
diciptakan untuk membuat himpunan elemen yang disepakati secara internasional
yang dapat “diisi” oleh pembuat dokumen elektronik. Peserta pertemuan Dublin Core
berasal dari berbagai bidang (seperti penerbit, spesialis komputer, pustakawan,
produsen perangkat lunak) dari berbagai negara termasuk Indonesia serta dibentuk
Dublin Core dalam beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia (Prabawa, 1998).

Agar sebuah dokumen memiliki kemampuan swaindeks (self-indexed) maka


sekumpulan elemen metadata perlu diidentifikasi sehingga setiap pembuat atau
pencipta dokumen elektronik dapat menerapkannya pada dokumen elektronik yang
diciptakannya. Dengan berpegang pada sasaran sederhana itu maka muncul upaya
menyusun himpunan deskripsi data untuk dokumen elektronik.

Salah satu himpunan deskripsi elemen metadata itu adalah Dublin Core yang
dikembangkan oleh OCLC yang berpusat di Dublin, Ohio. Dublin core menentukan
15 elemen metadata berupa :

1. judul
2. pencipta atau pembuat (creator)
3. subjek (katakunci, kosakata teekendali dan klasifikasi)
4. deskripsi (abstrak dan deskripsi isi)
5. penerbit
6. penyumbang (terkecuali pencipta)
7. tahun
8. tipe (kategori sumber)
9. format (HTML, Postscript)
10. pengenal atau identifier (URL, untaian atau nomor yang digunakan untuk mengenali
sumber)
11. sumber (darimana asal usul sumber daya)
12. bahasa
13. hubungan atau kaitannya dengan sumber daya lain
14. cakupan (spasial dan atau karakteristik sumber daya)
15. hak (hubungannya dengan pemberitahuan hak cipta)

Elemen data Dublin core hanya bersifat deskriptif yang memiliki nilai intrinsik.
Dengan demikian Dublin core mampu mengurangi atau menghilangkan penggunaan
rujukan eksternal (seperti pada peraturan pengkatalogan atau authority files).Elemen data
tersebut dapat terluaskan sehingga meliputi informasi khusus tambahan; bersifat bebas
dari sintaksis, terulangkan dan dapat diubah melalui qualifiers (keterangan tambahan)
untuk memperluas maknanya sampai melewati makna di luar makna yang lazim.

Untuk memungkinkan pembuat cantuman menerapkan metadata, maka dibuatkan


mekanisme untuk menyatukan data dengan dokumen HTML (Hypertext mark up
language).

Alat bantu yang dapat dimanfaatkan

Sebenarnya tersedia beberapa alat bantu yang dapat dimanfaatkan


perpustakaan untuk deskripsi bibliografi. Sarana itu ialah Katalogisasi
Dalam Terbitan (KDT) merupakan data bibliografis yang tersedia di balik halaman
judul buku, Bibliografi Nasional Indonesia terbitan Perpustakaan
Nasional,serta Library of Congres Catalog dengan URL (Uniform Resource Locator)
pada http://catalog.loc.gov.

Dari pengalaman di lapangan, sumber yang paling dapat diandalkan


adalah Library of Congres Catalog. Data yang tersedia mencakup terbitan dari
Indonesia berkat adanya Library of Congres Jakarta Office yang membeli praktis
semua terbitan Indonesia, khususnya untuk terbitan perguruan tinggi ke atas.
Penutup

Pengorgansiasian materi perpustakaan mencakup deskripsi bibliografis, penentuan


titik akses, klasifikasi, pemberian tajuk subjek serta penjajaran.Khusus untuk penjajaran
hanay berlaku bagi perpustakaan yang masih menggunakan sistem kartu; bila perpustakaan
sudah terotomasi maka penjajaran entri idlkaukan secara otomatis berbantuan komputer.

Untuk kemudahan deskrispi bibliografis, perpustakaan dapat menggunakan Library of


Congres Catalog selama perpustakaan memiliki akses ke internet.Bagi perpustakaan yang
tidak memiliki akses ke internet, terpaksa melakukan deskripsi asli berdasarkan buku yang
diolah dityaambah dengan informasi dari KDT dan Bibliografi Nasional Indonesia.
Bibliografi

Khusus untuk deskripsi bibliografi

Anglo-American cataloguing rules/ prepared under the direction of the Joint


Steering Committee for Revision of AACR, a committee of the American Library
Association…[et al]. 2nd ed, 3002 revision, 2005 update. Chicago: American Library
Association: Ottawa: Canadian Library Association; London: Chatered Institute of Library
and Information Professionals, 2005.

Rowley, Jennifer. Organizing knowledge: an introduction to information retrieval. 3rd ed.


Ashgate, 2000.

Taylor, Arlene G. The organization of information. Rev.9th ed. Westport, Conn.: Unlimited
Libraries , 2004. Unlimited, 1999.Chapter 9 Arrangement and display.

Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to cataloging and classification. 9th rev ed. Westport,
Conn.,: Libraries Unlimited,2004. P:483-492.

Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to cataloging and classification. 9th rev ed. Westport,
Conn.,: Libraries Unlimited,2004. Chapter 1-7

Khusus untuk klasifikasi

Rowley, Jennifer. Organizing knowledge: an introduction to information retrieval. 3rd ed.


Ashgate, 2000.

Taylor, Arlene G. The organization of information. Rev.9th ed. Westport, Conn.: Unlimited
Libraries , 2004. Unlimited, 1999. Chapter 9 Arrangement and display

Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to cataloging and classification. 9th rev ed. Westport,
Conn.,: Libraries Unlimited,2004. P:483-492.
Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to cataloging and classification. 9th rev ed. Westport,
Conn.,: Libraries Unlimited,2004. Bab 8-10.

Khusus untuk penjajaran

ALA Filing Rules. Chicago: ALA,1980.

Anglo-American cataloguing rules/ prepared under the direction of the Joint


Steering Committee for Revision of AACR, a committee of the American Library
Association…[et al]. 2nd ed, 3002 revision, 2005 update. Chicago: American Library
Association: Ottawa: Canadian Library Association; London: Chatered Institute of Library
and Information Professionals, 2005.

Rowley, Jennifer. Organizing knowledge: an introduction to information retrieval. 3rd ed.


Ashgate, 2000.

Taylor, Arlene G. The organization of information. Rev.9th ed. Westport, Conn.: Unlimited
Libraries , 2004. Unlimited, 1999. Chapter 9 Arrangement and display

Taylor, Arlene G. Wynar’s Introduction to cataloging and classification. 9th rev ed. Westport,
Conn.,: Libraries Unlimited,2004. P:483-492.

Advertisements

Share this:

Related

Kajian atas Tiga Tajuk Subjek Terbitan Indonesia tentang Topik Islam serta Kaitannya
dengan Keperluan Perpustakaan Sekolah dan MadrasahIn "Artikel Ilmiah"

Tinjauan teoritis Resource Description and Access (RDA)In "Artikel Ilmiah"


Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kerjasama PerpustakaanIn "Artikel
Ilmiah"

Tags:Indonesia, Katalogisasi, Klasifikasi, Organisasi Informasi, Tajuk Subjek

By Sulistyo-Basuki in Artikel Ilmiah, Bahan Seminar, Makalah Dalam Negeri on June 6,


2013.
← A Study of the Curriculum of Indonesia’s Existing Five Graduate LIS ProgramsStandard
dan Standardisasi : Sebuah Pengantar Sangat Singkat →

A. PENGERTIAN KATALOG

Katalog berasal dari bahasa Indonesia berasal dari kata Catalog dalam bahasa Belanda, serta
Catalogue dari bahasa Inggris. Istilah katalog itu sendiri berasal dari frase Yunani
Katalogos.Kata bermakna sarana atau menurut, sedangkan logos memiliki berbagai arti
seperti kata, susunan, alasan dan nalar. Jadi katalog dari segi kata bermakna sebuah karya
dengan isinya disusun menuruit cara yang masuk akal. Menurut sebuah simpanan rencana
atau hanya berdasarkan kata demi kata.(strout 1957)

Beberapa definisi katalog menurut ilmu perpustakaan dapat disebutkan sebagai berikut :

 Katalog berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut
sistem tertentu.(Fathmi, 2004)
 A catalogue is a list of, an index to, a collection of books and/or other materials. It
enables the user to discover : what material is present in the collection, where this
material may be found. (Hunter)
 suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan
,dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. (Gates)
 katalog perpustakaan adalah daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu
perpustakaan atau dalam suatu koleksi. (Sulistyo Basuki, 1991)
 Katalog perpustakaan merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang
dimiliki oleh suatu perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut
aturan dan sistem tertentu. (Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan, 2003)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi
perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga
memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi apa yang
dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebut dapat ditemukan.

B. TUJUAN DAN FUNGSI KATALOG

1. Tujuan Katalog

Menurut Sulistyo-Basuki (1991) tujuan dari Katalog adalah sebagai berikut:

 Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,


judulnya atau subjeknya.
 Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarang tertentu, berdasarkan
subjek tertentu dan dalam jenis literatur tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya
(sastra ataukah berdasarkan topik).

2. Fungsi Katalog

Charles Ammi Cutter menyebutkan tiga fungsi katalog yaitu :

 Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui dari pengarang,


judul atau subyeknya.
 Menunjukkan apa yang dimiliki suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu, pada
subyek tertentu, dalam jenis literatur tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya
(bentuk sastra atau berdasarkan topik)

Fungsi tersebut dikemukakan oleh Cutter lebih dari 100 tahun yang lalu, namun sampai saat
ini masih sangat relevan tentunya dengan beberapa penyesuaian seperti istilah buku
sebaiknya diganti dengan istilah koleksi. Sedangkan untuk katalog induk mempunyai fungsi
tambahan antara lain mempermudah penyalinan katalog (copy cataloguing), mendukung
pengawasan bibliografi (bibliographic control), dan menopang silang layan (inter library
loan).

Qalyubi dkk (2007) menyebutkan fungsi katalog adalah sebagai berikut :

 Mencatat karya seseorang pada tajuk yang sama.


 Menyusun entri pengarang secara tepat sehingga semua karya seseorang berada pada
tajuk yang sama.
 Mencatat semua judul bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan.
 Menunjukkan rujukan silang (cross reference) dari beberapa istilah atau nama-nama
yang sama yang digunakan sebagai tajuk.
 Memberikan petunjuk letak/lokasi bahan pustaka yang disusun pada perpustakaan.
memberikan uraian tentang setiap karya yang dimiliki suatu perpustakaan sehingga
pengguna perpustakaan (user) dapat memperoleh informasi yang lengkap tentag karya
itu.

Sedangkan Menurut Kao (2001), fungsi katalog adalah sebagai beikut:

 Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya,


judulnya atau subyeknya.
 Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan
subyek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu.
 Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
 Berfungsi sebagai sarana yang sangat diperlukan oleh staf perpustakaan di bagian
pengadaan, pengatalogan, kontrol inventarisasi dan pekerjaan-pekerjaan referensi

C. BENTUK FISIK KATALOG

Horgan mengatakan bahwa bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami


perkembangan dari masa ke masa.Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari
perubahan bentuk fisiknya.Sebelum katalog terpasang (online) muncul, telah dikenal
berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog
kartu.Sedangkan menurut Tylor, katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari
berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog berbentuk
kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog komputer
terpasang (online komputer catalog).

1. Katalog bentuk buku merupakan katalog yang tersusun dalam 1 buku. Disebut juga
katalog tercetak dan merupakan bentuk katalog yang paling kuno. Katalog bentuk
buku memiliki beberapa keuntungan, seperti mudah digunakan, dapat di bawa ke
mana-mana, dan digandakan dengan mudah. Kerugiannya adalah, sekali dijilid, maka
katalog buku menjadi usang, karena tambahan buku tidak dapat disisipkan ke entri
yang sudah ada.

katalog buku

2. Katalog Berkas atau album dalam bahasa inggris disebutsheaf catalogue merupakan
kumpulan kartu yang dijilid menjadi satu menjadi buku atau album.Keuntungannya
adalah mudah digunakan, pengguna dapat menggunakan katalog berkas yang
berbeda-beda. Sedangkan kerugiannya adalah sekali adanya penambahan harus
membongkar berkas, cenderung mudah hilang karena bentuknya lebih kecil dari pada
katalog buku.

katalog berkas

3. Katalog Kartu adalah Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua
deskripsi bibliografisnya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Keuntungan
katalog berbentuk kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku
baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat
disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Kelemahannya adalah satu laci katalog hanya
menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pemustaka sering harus antri
menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama.
katalog kartu

4. Katalog Cetak merupakan proses Setelah uraian-uraian katalog disusun menurut


system tertentu, kemudian dicetak menjadi semacam bibliografi sebanyak yang
diperlukan. Kelebihan bentuk ini ialah katalog dapat diperbanyak dan dibawa
kemana-mana. Tetapi kelemahannya tidak dapat menerima entri-entri baru.

katalog cetak

5. Katalog COM (Computer Output Microform) dibuat pada salah satu bentuk microfilm
atau microfishe. Katalog dalam bentuk mikro ini relative lebih murah jika
dibandingkan dengan katalog dalam bentuk buku, dan terbukti bahwa biaya
pemeliharaannya lebih murah daripada katalog kartu. Disisi lain, banyak pelanggan
menemukan versi microfiche yang tidak menyenangkan digunakan. (Taylor, 1992
dalam Hasugian, 2009).

katalog COM

6. Katalog CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory) adalah katalog yang dikemas
dalam bentuk CD dan dioperasikan dengan menggunakan komputer.
katalog CD-ROM

7. OPAC (Online Public Access Catalog) adalah Katalog yang tersimpan di komputer,
dapat diakses dari berbagai titik atau lokasi selama titik/lokasi tersebut tergabung
dalam jaringan internet. Menurut Hermanto (2007) OPAC banyak di gunakan pada
berbagai perpustakaan karena memiliki berbagai keuntungan diantaranya :
1. Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
2. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu
3. Jajaran tertentu tidak perlu di-file
4. Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai pendekatan sekaligus
5. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas

OPAC

D. SUSUNAN KATALOG PERPUSTAKAAN

a. Katalog Abjad terdiri dari

1. Katalog Pengarang

Memberikan informasi mengenai karya seorang pengarang yang dimiliki


perpustakaan.Pengertian pengarang mencangkup juga editor, complier, ilustrator, penerjemah
dan lain-lain.

2. Katalog Judul
Merupakan entri judul disusun menurut abjad

3. Katalog Subjek

Entri subjek disusun menurut abjad, memungkinkan pengguna mengakses katalog menurut
judul.

4. Katalog Susunan Kamus

Katalog yang mencakup semua entri dalam satu jajaran.

b. Katalog berkelas

1. Alphabetico-classed catalogue

Katalog dengan entri subjek disusun menurut sebuah bagan klasifikasi.Dalam susunan ini,
mula-mula entri katalog disusun menurut susunan klas, kemudian subdivisi dalam klas
tersebut disusun menurut abjad.

2. Katalog terbagi (divided catalogue)

Katalog terbagi sebenarnya merupakan sempalan dari katalog susunan kamus.Pada katalog
terbagi terdapat 2 jajaran utama, yaitu jajaran subjek disusun menurut abjad serta gabungan
pengarang dan judul, sisusun menurut abjad.Katalog ini merupakan katalog susunan kamus.

dalah ketika kamu bersabar untuk bertahan

PROSES PEMBUATAN KARTU KATALOG

26 September 2012 Dikirimkan di Library, perpustakaan


7 Votes

download dokumennya disini DOWNLOADFILE

Resume by Firman Adhi Febriyanto

Proses pembuatan kartu catalog dilakukan sesudah bahan pustaka benar- benar telah menjadi
milik perpustakaan atau telah diinventarisir. Proses ini bias diawali dengan pembuatan T-Slip
(Temporary-Slip) yaitu informasi mengenai bahan pustaka yang nantinya akan menjadi bahan
pembuatan kartu utama ( Main Entry). Informasi tersebut dapat dibuat didalam kertas ¼ folio
dan meliputi :

§ Nama pengarang

§ Judul

§ Edisi

§ Imprint/ impressium (informasi tentang kota terbit, penerbit, dan tahun terbit)

§ Kolasi (informasi tentang jumlah halaman, ada tidaknya : bibliografi, indeks, ilustrasi,
table, dan ukuran buku)

§ Anotasi (informasi mengenai judul seri)

§ Traicing (informasi lain yang berhubungan dengan berapa banyak kartu catalog dibuat)

Dengan berdasar pada kartu T-Slip tadi, maka telah siap untuk dibuatkan main entry atau
kartu utama. Kartu utama bertindak sebagai dasar pembuatan semua catalog, yaitu : catalog
pengarang, judul, subyek, dan catalog-katalog tambahan, misalnya : penerjemah, editor, judul
seri, pengarang kedua, dsb.

Contoh katalog :
§ Katalog Induk (Self list)

297.61

Mun MUNAJID, Muhammad Shahih

t Taubat : jalan pintas menebus dosa / Muhammad Shahih

Munajid. — ed. 4.— Solo: At-Tibyan, 2001.

xii., 110 hal.: ilus.; 23 cm.

Bibliografi : hal. 110.

Judul asli : Urridun an attuba wa lakin.

1.TAUBAT

I. Judul.

§ Katalog Pengarang

297.61

Mun MUNAJID, Muhammad Shahih

t Taubat : jalan pintas menebus dosa / Muhammad Shahih

Munajid. — ed.4.—Solo: At-Tibyan, 2001.

xii., 110 hal.: ilus.; 23 cm.

Bibliografi : hal. 110.

Judul asli : Urridun an attuba wa lakin.

§ Katalog Subyek

297.61 TAUBAT
Mun MUNAJID, Muhammad Shahih

t Taubat : jalan pintas menebus dosa / Muhammad Shahih

Munajid. — ed.4.—Solo: At-Tibyan, 2001.

xii., 110 hal.: ilus.; 23 cm.

Bibliografi : hal. 110.

Judul asli : Urridun an attuba wa lakin.

§ Katalog Judul

297.61 Taubat : jalan pintas menebus dosa

Mun MUNAJID, Muhammad Shahih

t Taubat : jalan pintas menebus dosa / Muhammad Shahih

Munajid. — ed.4.—Solo: At-Tibyan, 2001.

xii., 110 hal.: ilus.; 23 cm.

Bibliografi : hal. 110.

Judul asli : Urridun an attuba wa lakin.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan deskripsi bibliografis adalah :

1. Singkatan – singkatan :

 et.al. = et.all (and other, dan lain-lain )


 s.l. = sine loco ( tempat terbit tidak diketahui)
 s.n. = sine nomine (penerbit tidak diketahui)
 s.a. = sine age ( tahun terbit tidak diketahui )
 ilus. = ilustrasi ( gambar )
 c.m. = centimetre
 Bagian judul dan pengarang
2. Tanda – tanda baca :

= judul parallel

: anak judul

/ keterangan pengarang pertama/utama

; keterangan pengarang kedua atau kepengarangan yang lain.

 Bagian edisi :

.—keterangan edisi, keterangan pengarang pertama berkaitan dengan edisi

: keterangan pengarang kedua atau yang selanjutnya yang berkaitan dengan edisi.

 Bagian impresium :

.—tempat terbit

: penerbit

, tahun terbit

 Bagian kolasi :

,– halaman dan atau jumlah jilid

: keterangan ilustrasi

; ukuran

 Bagian seri :

.—keterangan seri

c. Pemakaian Huruf Besar


Pada umumnyahuruf pertama dari kata pertama yang terdapat pada tiap bidang/bagian/
paragraph harus huruf besa, misalnya : kata pertama dari judul biasa, seri atau catatan, dan
selanjutnya ditulis huruf kecil, (kecuali untuk nama- nama orang, tempat, dsb.

d. Salah Cetak

Salah cetak harus diprodusir, hal ini dapat diikuti dengan “[sic]” atau “[!]” atau dapat
dikoreksi dalam kurung siku, misalnya :

 Statistic [sic] impor ekspor Indonesia


 Looser [i.e.loser] takes all
 Simposuim bahasa dan hokum [!]

Secara Singkat Pengaturan Tiap Bagian Dari Deskripsi Bibliografi Dapat Diketengahkan
Sbb:

1. Bagian Judul Dan Pernyataan Bertanggung Jawab :

Bagian ini terdiri atas judul sebenarnya, judul parallel, anak judul, dan pernyataan
bertanggung jawab. Untuk deskripsinya diatur sbb :

a. Judul :

 Tanda sama dengan (=) mendahului judul parallel.


 Tanda titik dua (:) mendahului anak judul.
 Tanda garis miring (/) mendahului pernyataan yang bertanggung jawab.
 Tanda titik koma (;) mendahului pernyataan penanggung jawab kedua atau
kepengarangan lainnya.
 Judul disalin sesuai dengan yang tercantum pada halamam judul.
 Apabila diketemukan judul yang terlalu panjang, maka bagian tengah atau belakang
dari judul tersebut dapat dihilangkan dan diganti dengan elepsi (…)

b. Pernyataan bertanggung jawab :

 Pernyataan bertanggung jawab dapat berupa orang atau badan korporasi dan
penyertaan kata atau kata-kata yang menyertai pernyataan bertanggung jawab,
misalnya oleh : disusun oleh;by ; edited by; annoted by dan seterusnya.
 Jika pada halaman judul tidak terdapat pernyataan bertanggung jawab namun terdapat
pada bagian lain dari publikasi tersebut, maka penulisannyan diletakkan di dalam
kurung siku, misalnya Laporan Iklim dan cuaca [oleh Badan Meteorologi dan
Geofisika ]
 Jika pernyataan bertanggung jawab merupakan bagian dari judul biasa dalam bentuk
singkatan, maka penulisannya dalam bentuk tidak singkatan, misalnya LIPI :
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

2. Bagian Edisi

Penyalinan pernyataan edisi dengan menggunakan singkatan yang umum dan semua angka
ditulis dalam angka arab, misalnya : ed2,cet.2; 5th ed.

Nama perorangan atau badan kooperasi yang berhubungan dengan edisi, misalnya :
penggambar; pemberi kata pengantar penulisannya adalah 4.th.ed./edited by John Enderson.

3. Bagian Impressium/ Imprint

Bagian ini dalah tempat terbit, cetak, tahun terbit cetak :

a. Tempat terbit :

 Penulisan tempat terbit, cetak ditulis sesuai dengan yang tertulis pada terbitan.
 Jika tidak ada tempat terbit, maka ditulis tempat cetak yang berupa nama kotanya.
 Untuk membedakan nama tempat yang sama perlu ditambahkan nama Negara atau
Negara bagian atau propinsi.
 Jika tempat terbit lebih dari satu, maka tempat terbit yang paling menonjol tempat
terbit yang pertama yang ditulis, tempat terbit yang lain dicantumkan kalau perlu.
Misalnya : London(dsb) : Oxford University
 Jika tempat terbit meragukan, tempat terbit yang diperkirakan ditulis dalam kurung
siku .misalnya [New York?]

b. Nama penerbit :
 Nama penerbit / pencetak dapat ditulis dalam bentuk singkat, apabila sudah dikenal
oleh umum atau namanya sudah ditulis dalam deskripsi. Misalnya : FAO (Food
Agriculture Organization). Apabila nama penerbit tidak diketahui maka ditulis [s.n]

c. Tahun terbit :

 Tahun masehi ditulis angka arab, yang bukan tahun masehi ditulis seperti tercantum
dalam publikasi dengan menambahkan tahun masehi, masehi 1942[2008]
 Salah cetak dibubuhkan pembetulannya, misalnya : 1890 [i.e.1980]
 Tahun terbit tidak ada, hak cipta dipakai sebagai penggantinya, misalnya : c.1980
 Tahun terbit, pencetakkan dan hak cipta tidak ada, penulisannya

[ca. 1953 ]yang berarti 1953

[1987?] yang berarti diragukan angka “?” nya

[198..] yang berarti diperkirakan tahun delapan puluhan.

4. Bagian Kolasi

Bagian ini bias terdiri atas jumlah halaman dan atau jumlah jilid, ilustrasi, table, lampiran dan
ukuran tinggi buku.

a. Jumlah halaman :

 Angka romawi maupun angka arab ditulis sesuai dengan yang tercantum dalam
terbitan tersebut, misalnya : iv,392 hal.;23cm.
 Jika halaman tidak bernomor, tetapiberhuruf, huruf permulaan dan terakhir ditulis
sesuai pernyataan halaman, misalnya : hal.a-k
 Jika penulisan halaman pada terbitan salah, maka nomor halaman tersebut tetap ditulis
dengan diikuti oleh pembetulan dalam kurung siku yang terlebih dahului singkatan
“i.e” misalnya : xxi,545[i.e 554] hal.

b. Jilid :

 Jika suatu terbitan terdiri atas beberapa jilid, jumlah jilid ditulis dengan angka arab,
misalnya 3 jil.
 Jika suatu terbitan terdiri atas beberapa jilid, mempunyai halaman secara berurutan
jumlah halaman ducantumkan dalam kurung biasa setelah jumlah jilid misalnya 6 jil.
 Jika suatu terbitan terdiri atas beberapa jilid, dan tidak diberi nomor secara berurutan,
pernyataan jumlah halaman dari setiap jilid ditulis setelah pernyataan jumlah jilid
seluruhnya, misalnya : 3 jil. ( v,31;vi,32;iii,49 hal.)

Ilustrasi :

 Ilustrasi ditulis setelah pernyataan halaman,misalnya : 23 hal. Ilus.


 Jika terdapat bermacam- macam ilustrasi, missal : peta, potret, musik penulisannya
dapat dirinci setelah pernyataan ilustrasi, misalnya : 243 hal.:ilus.,16 potret.,243
hal.:ilus.,32 peta berwarna.

c. Bahan yang diikutsertakan :

Jika terdapat bahan yang diikutsertakan dalam suatu terbitan maka harus ditulis dalam frase
yang menunjukkan sifat bahan tersebut yang didahului dengan tanda “+” atau “&” dan suatu
deskripsi secara singkat dapat diikutsertakan, misalnya : 256 hal.:ilus.; 21 cm+ atlas. ( 35 hal.
10 lembar peta berwarna; 36 cm.)

Ukuran:

 Ukuran dihitung tinggi suatu terbitan dan dicatat dalam cm dibulatkan ke atas,
misalnya. 23,5 cm 24 cm.
 Apabila ukuran suatu publikasi tidak lazim, mlsalnya lebar buku lebih panjang dari
pada tingginya maka lebar ditulis setelah tinggi, misalnya : 20 X 30 cm.

d. Judulseri :

 Bagian judul seri didahului oleh titik spasi garis spasi (. -)


 Setiap judul seri disalin ke dalam tanda kurung biasa ( )
 Judui seri paralel didahului oleh tanda sama dengan (=)
 Judul sub-seri didahululi oleh tanda titik dua (:)
 Penomoran dl dalam judul seri atau sub-seri didahului oleh tanda titik koma ( ; )
 Pernyataan ISSN didahului oleh tanda spasi. Contoh Indek Indonesia periodicals
1974;10 ISSN 0019023)
e. Bagain catatan:

Bagian ini mencakup catatan yang dianggap perlu yang tidak dapat tercakup dalam bagian
lain yang sudah ditentukan, misalnya:

 Bibliografi haL 932.


 Daftar tabel hal. 3-5.
 Indeks haL 130 — 135.
 Buku fotokopian.

f. Bagian ISBN dan Harga:

Bagian ini mencakup Internatinal Standard Book Number (ISBN) dan harga penulisannya
adalah ISBN 0-9142657-050-9 ; Rp 120.000,-

Daftar pustaka:

Anis masruri dkk, Dasar-dasar katalogisasi.yogyakarta: fakultas adab dan ilmu budaya uin,
2008.

Hasugian, Jonner. 2009. Katalog Perpustakaan: dari Katalog Manual Sampai Katalog Online
(OPAC). Medan: USU Digital Library.

http://duniaperpustakaan.com/2010/10/04/fungsi-katalog-induk-dalam-memenuhi-kebutuhan-
informasi-stakeholders-2/

http://librarycorner.org/2007/06/22/pengertian-katalog-dan-katalog-induk/

Mary Liu Kao, Cataloguing and Classification for Library Technicians, 2nd ed. (New York:
The Haworth Press, 2001) hlm. 10.

Syihabuddin, Qalyubi, dkk, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta:


Jurusan Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007.

Advertisements
KATALOGISASI

A. PENGERTIAN KATALOGISASI

Pengertian Katalog

Katolog adalah daftar koleksi perpustakaan. Katolog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama
pengarang, judul, nama penerbit dan lain – lain tergantung pustakawan di sekolah masing-
masing. Katalog merupakan kumpulan buku -buku yang sudah masuk kedalam perpustakaan.

Katalog adalah Presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul,
pengarang, deskripsi fisik, subyek, dll.) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas
bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

Katalogisasi (cataloging): Kegiatan atau proses pembuatan wakil ringkas dari bahan pustaka
atau dokumen (buku, majalah, CD-ROM, mikrofilm, dll.). Istilah ini kadang-kadang juga
meliputi klasifikasi bahan pustaka dan secara umum penyiapan bahan pustaka untuk
digunakan pemakai.Kadang-kadang disebut juga dengan istilah pengindeksan (indexing).
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi
intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi
adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan
menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi
katalog.

Katalog perpustakaan adalah deskripsi pustaka milik suatu perpustakaan yang disusun secara
sistematis (sistematis abjad, nomor klasifikasi) sehingga dapat digunakan untuk mencari dan
menemukan lokasi pustaka dengan mudah. Selain untuk alat bantu penelusuran koleksi,
katalog dapat juga digunakan untuk mengetahui kekayaan koleksi suatu perpustakaan sebab
kartu katalog mewakili buku-buku yang ada di rak yang dimiliki oleh suatu perpustakaan.

Salah satu pekerjaan teknis di perpustakaan adalah kerja “katalogisasi” ini adalah proses
pembuatan kartu katalog. Katalogisasi berasal dari kata katalog yang artinya adalah sebuah
daftar, oxford dictionary memberi ciri: katalog adalah suatu daftar yang disusun secara
sistematis, misalnya menurut abjad dan biasanya dibubuhi penjelasan singkat atau ciri yang
menunjukkan kedudukannya.

Sedangkan katalog perpustakaan artinya adalah: daftar buku atau bahan lain yang terkumpul
di suatu perpustakaan/suatu koleksi; daftar ini disusun menurut suatu susunan yang mudah
dikenali;berisi keterangan dari buku;disajikan dalam bentuk tertentu, yang dikatakan dengan
susunan yang mudah dikenal adalah menurut abjad, atau menurut imbol klasifikasi dari
subjek buku. Sedangkan yang dimaksud dengan keterangan dari buku adalah judul,
pengarang, editor, pelukis, penterjemah, keterangan cetakan, imprint, lokasi dan lain
sebagainya.Keterangan dari buku ini harus diberikan dalam bentuk dan susunan menurut
peraturan katalogisasi.

Pengertian Katalogisasi

Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam katalog
dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahanpustaka,
baikcirifisikmaupunisiintelektual, sepertinamapengarang, judulbuku, penerbitdansubyek.
Jadikatalogisasiadalah proses pengambilankeputusan yang
menuntutkemampuanmengintepretasikandanmenerapkanberbagaistandarsehinggahal-
halpentingdaribahanpustakaterekammenjadikatalog.

Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan pembuatan wakil ringkas dokumen (condensed


representations) atau katalog, untuk digunakan sebagai sarana temu kembali, agar dokumen
yang dicari dapat ditemukan dengan cepat dan tepat.

Di dalambuku “A manual of Cataloguing Practice”


dijelaskanbahwakatalogmerupakansuatudaftar yang berisiketerangan-keterangan yang
lengkapdarisuatubuku-bukukoleksi, dokumen-dokumen, ataubahan-bahanpustakalainnya.

MenurutBakewell, keterangan-keterangan yang


perludicantumkanpadakatalogadalahsebagaiberikut:

- The Heading

Tajuk entri yang berupa nama keluarga pengarang atau nama utama pengarang.

- The Title Statement

Judul buku, baik judul utama buku maupun sub judul.

- The Imprint

Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel, bibliografi, dan
ependik.

- Notes

Keterangan singkat mengenai seri penerbit, judul asli, dan pengarang aslinya (apabila buku
tersebut merupakan terjemahan).

B. MACAM-MACAM KATALOGISASI
Ada beberapa bentuk katalog sesuai dengan perkembangan perpustakaan itu sendiri,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Katalog buku.
2. Katalog berkas, merupakan katalog kumpulan kertas.
3. Katalog kartu, yaitu kartu katalog berukuran 7,5 cm x 12,5 cm kemudian kartu
katalog dijajarkan dalam laci catalog.
4. Katalog komputer (opac) yaitu katalog terbacakan komputer.

Beberapa jenis katalog berdasarkan bentuknya, seperti :

1. Katalog Pengarang

Adalah semua nama pengarang buku, maka semua kartu catalog pengarang yang sudah
terkumpul disusun menjadi abjad nama – nama pengarang masing – masing buku.

2. Katalog Judul

Adalah catalog yang berbentuk kartu yang kata utamanya adalah judul Buku. Kartu-kartu
yang sudah terkumpul disusun menurut abjad judul masing- masing Buku.

Jenis-jenis catalog berdasarkan bentuk fisik adalah sebagai berikut :

 Kartu katalog (card katalog)

Terbuat dari karton manila, dnegan ukuran internasional 7,5 x 12,5 c. dibagian tengah sebelah
bawah diberi lobang, gunanya untuk pengikat supaya tidak mudah lepas dari susunannya,
dalam penyimpanannya kartu-kartu ini disusun didalam laci dengan ukuran yang sesuai,
dimana bagian luar dari laci tiket untuk tanda isi dari laci tersebut. Selanjutnya laci ini
disimpan didalam almari katalog.

Diantara susunan kartu-kartu katalog tersebut diberi kartu penunjuk atau guide card, sebagai
penolong untuk mempermudah mancari kartu yang dimaksud. Kartu katalog ini paling praktis
didalam praktek, karena mudah menambah, mengurangi dan mengganti. Untuk perpustakaan
yang sifatnya tertutup pemakaian bentuk ini kurang praktis, karena pemakai katalog akan
berjejal didepan almari katalog.
 Katalog berkas (sheap catalog)

Katalog ini merupakan lembaran lepas yang terbuat juga dari karton manila yang dijilid
menjadi satu berkas, ukurannya bermacam-macam dan lebih besar dari katalog kartu.

Bentuk ini praktis untuk perpustakaan sistem tertutup, karena yang mencari buku tidak
berjejal dilemari katalog, katalog berkas bisa diperbanyak dalam beberapa buku.

 Katalog buku (book catalog)

Ini dapat diketik, distensil atau dicetak berbentuk buku yang terdiri dari lembaran-lembaran
kertas dimana terdapat uraian dari buku-buku perpustakaan tertentu.

Katalog ini biasanya paling murah, dan dapat dibuat banyak dan dapat pula dijual.Hanya
kesukarannya dalam penambahan, pengurangan dan perbaikan.Setiap kali katalog ini harus
diperbaharui, supaya sesuai dengan keadaan.

Selain itu, catalog juga terdiri atas beberapa jenis yaitu :

 Katalog Pengarang

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui nama pengarangnya. Atau ingin
mengetahui pengarang tertentu telah mengarang buku apa saja. Katalog pengarang disusun
sistematis berdasarkan nama pengarang suatu karya di dalam kabinet katalog. Penulisan nama
pengarang adalah dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama keluarga, contoh

 Katalog Judul

Digunakan jika buku yang akan kita cari hanya diketahui judul bukunya. Atau ingin
mengetahui judul buku tertentu yang sama telah dikarang oleh pengarang mana saja.
Katalog judul disusun secara sistematis berdasarkan judul dalam kabinet katalog. Melalui
katalog judul dapat diketahui judul-judul buku yang sama, yang dikarang oleh pengarang
yang berbeda.

 Katalog Subyek
Digunakan bila kita ingin mengetahui berbagai buku yang membahas subyek yang sama,
biasanya sering digunakan dalam mengumpulkan bahan pustaka untuk kepentingan
pembuatan penelitian, makalah dsb. yang membahas suatu subyek tertentu. Melalui katalog
subyek akan diketahui karya-karya yang dikarang oleh berbagai pengarang dengan judul
yang berbeda-beda tetapi memiliki pokok bahsan yang sama.

C. TUJUAN KATALOGISASI

Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu pengguna perpustakaan
dalam memperoleh dokumen. Menurut Cutter (1876) tujuan katalog adalah sebagai berikut:

1. Memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan :

- Pengarang.

- Judul atau.

- Subyek

2. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan :

- Oleh pengarang tertentu.

- Berdasarkan subyek tertentu.

- Dalam jenis literature tertent.

3. Membantu dalam pemilihan buku :

- Berdasarkan edisinya.

- Berdasarkan karakternya

Menurut bentuknya (fisik katalog) antara lain :

1. Book catalogue atau printed book adalah bentuk katalog paling tua yang dulunya
digunakan di Perpustakaan Amerika. Ciri katalo ini adalah mahal pembuatannya dan
tidak fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan Disamping itu perpustakaan
harus menyediakan beberapa eksemplar.
2. Sheaf Catalogue jenis ini terbuat dari kertas karton berukuran 10 X 20 cm, yang
kemudian dijilid/dibendel dimana seetiap jilid berisi 50 kartu. Jenis ini kurang
berkembang karena tidak fleksibel terhadan perubahan koleksi perpustakaan.
3. Microform catalogue (COM=Computer Output Microform) jenis katalog ini menjadi
populer dengan adanya perkembangan komputer. Microform atau microfice adalah
hasil dari COM tersebut yang secara pereodik perlu diupdate oleh karena itu sebelum
edisi terbaru dibuat COM catalogue tidak fleksibel terhadap koleksi perpustakaan
seperti jenis katalog sebelumnya, jenis katalog ini harus dibuat banyak.
4. Card Catalogue (katalog kartu) jenis katalog ini yang paling umum di perpustakaan
seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan
dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun
secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam
almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi
perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan
pengurangan/penyusutan atau perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan pada kartu
itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

Untuk lebih rincinya, katalog kartu mempunyai ciri-ciri :

 Fleksibilitas :

- Kartu katalog dapat disusun sesuai kebutuhan perpustakaan secara alfabetis atau call
number.

- Dapat juga berbentuk “dictionary or devided form”.

- Mudah ditambah dan dikurangi.

- Laci katalog dapat digeser-geser sesuai perkembangan katalog.

 Mudah digunakan :

- Relatif mudah digunakan bagi mereka yang sudah mengenal aturan file.
- Disediakannya guide cross references dan konsisten dalam pembuatannya, hal ini akan
memudahkan bagi pengguna perpustakaan.

- Mudah dibaca.

 Mudah dalam pembuatan dan perawatan :

- Tak ada pembuatan katalog yang tak memerlukan biaya tetapi perpustakaan tetap
memerlukan katalog yang uptodate. Pembuatan katalog kartu lebih sederhana jika
dibandingkan dengan bentuk katalog yang lain, dan katalog kartu tetap masih relevan dengan
perkembangan komputer.

- Banyak software yang mampu memproduksi kartu katalog, misalnya CDS ISIS dan
Bibliofile.

- Reproduksi katalog lebih mudah.

- Dapat dengan mudah ditambah dan dikurangi.

- Dapat dilakukan koreksi pada kartu katalog.

5. OPAC (Online Public Catalogue)

Dalam perkembangan perpustakaan akhir-akhir ini banyak perpustakaan memanfaatkan


kecanggihan komputer. Koleksi perpustakaan terekam dan tersimpan dalam sebuah data base,
dimana pemustaka bisa akses melalui komputer yang disediakan. Data base dapat diakses
baik lokal, regional maupun internasional. Bentuk katalog ini yang paling fleksibel dan paling
modern : penambahan, penyusutan atau perubahan terhadap entri bahan pustaka dapat
dilakukan setiap saat dan sangat cepat. Sehingga hasilnya akan segera diketahui, yang paling
menguntungkan bagi pemustaka, karena mereka bisa mengakses dengan menggunakan access
point yang difariasikan.

Beberapa keunggulan OPAC antara lain : Filing tidak diperlukan lagi. Database dapat di
update secara online atau remote, tersedianya menu help dan cross reference : dapat
diproduksi dalam bentuk katalog lain, dapat dihubungkan dengan data base lain misalnya
CD-ROM (Campact Disk Read Only Memory), perubahan secara global dapat dilakukan,
namun demikian, beberapa kelemahannya seperti :
 Lebih sensitif terhadap “speling” karena setiap kesalahan eja akan muncul yang tidak
diinginkan, atau pengguna akan menjadi bingung dengan munculnya terlalu banyak
bibliografi.
 Perlu adanya training bagi pemustaka.
 Dan tidak akan berfungsi jika listrik padam.

D. FUNGSI KATALOGISASI

Fungsi katalogisasi secara umum adalah sebagai berikut :

1. Mencatat bahan pustaka yang ada di perpustakaan untuk memudahkan pengguna,


2. Mencari atau menelusur pustaka,
3. mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan
subyek.

Adapun fungsi dari catalog adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan lain dengan manggunakan symbol-
simbol angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil.
2. Mendaftar semua buku dan bahan lain dalam susunan alfabetis nama pengarang, judul
buku, atau subjek buku yang bersangkutan ke dalam satu tempat khusus perpustakaan
untuk memudahkan pencarian entri-entri yang diperlukan.
3. Memberikan kemudahan untuk mencarisuatu buku atau bahan lain di perpustakaan
dengan hanya salah satu dari daftar kelengkapan buku yang bersangkutan.

Katalog merupakan kunci untuk mengetahui isi koleksi dari perpustakaan itu sendiri, antara
lain:

1. Untuk memberi gambaran yang jelas kepada pemakai jasa perpustakaan tentang
koleksi buku-buku yang terdapat dan dimiliki oleh suatu perpustakaan.
2. Untuk menolong pemakai perpustakaan dalam mendapatkan buku yang diperlukan
secara tepat dan cepat.
3. Agar para pengguna perpustakaan mudah mendapatkan bahan pustaka yang
diinginkannya.
4. Sebagai sarana pemilihan buku yang tepat untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
5. Catalog berfungsi sebagai wakil buku yang memberikam keteerangan yang lengkap
tentang ciri-ciri buku.
6. Catalog berfungsi sebagai “an instrument of communication “yang meninformasikan
buku-buku perpustakaan .

Agar katalog dapat berfungsi semaksimal mungkin, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru perpustakaan, yaitu :

- Katalog perpustakaan sekolah harus lengkap memuat keseluruhan ciri-ciri buku.

- Katalog perpustakaan sekolah harus fleksibel.

- Katalog perpustakaan sekolah harus disusun dengan sistematis sehingga bisa dengan
mudah dimanfaatkan.

- Katalog perpustakaan sekolah dibuat seekonomis mungkin dan dipeliharan dengan


sebaik-baiknya.

- Guru pustakawan hendaknya memberikan petunjuk kepada murid-murid dalam hal


penggunaan katalog sehingga murid-murid dapat memanfaatkannya dengan seoptimal
mungkin.

- Buatlah katalog yang bermacam-macam bentuknya seprti katalog pengarang, katalog


judul, katalog subjek, katalog subjek klasifikasi.

E. PROSEDUR PENGKATALOGISASI

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:
1. Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang,
jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan
tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD.
2. Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang
dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi,
pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua
kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang
merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Sistem katalog dibedakan dari susunannya dalam laci katalog, yang terdiri dari:

 Sistem katalog abjad.

- Katalog susunan abjad terpisah.

- Katalog pengarang (author catalog).

- Katalog judul (title catalog).

- Katalog subyek (subject catalog).

- Katalog susunan ensiklopedi atau kamus (dictionary catalog) yaitu catalog yang
disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu susunan.

 Sistem katalog klasifikasi (classified catalog)

Merupakan suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian klasifikasi tertentu.,
terdiri dari tiga susunan yaitu:

- Katalog pengarang judul disusun menurut abjad.

- Katalog subyek disusun menurut urutan nomor-nomor klasifikasi tertentu.Indek


subyek yang menunjukkan notasi klasifikasi tertentu untuk suatu subyek, umumnya disusun
menurut abjad.
Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah catalog Nama pengarang atau yang dianggap
sebagai pengarang Judul buku Judul tambahan Imprint (impressum) untuk menyatakan kota
penerbit, penerbit dan tahun terbit;

Kolasi untuk menyatakan jumlah halaman keterangan lain dan ukuran buku, Nomor seri bila
buku itu mempunyai nomor seri, Anotasi yang merupakan catatan, Tanda buku (call number).

F. CARA MEMBUAT KARTU KATALOG

Sebelum membuat atau mengetik kartu catalog, maka ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu
sebagai berikut:

Kartu katalog

Untuk membuat catalog kartu diperlukan selembar kartu untuk setiap judul buku. Karna itu
perlu dipersiapkan kartu terlebih dahulu dengan ukuran dan bentuk sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu: ukuran panjangnya 12,5 cm dan lebarnya 7,5 cm, di tengah
tengah bagian bawahnya diberi lubang untuk menusukan tusuk pengaman.

Temporary slip (T-slip)

Merupakan catatan atau keterangan-keterangan mengenai buku pada selembar kertas yang
berukuran kurang lebih ¼ folio atau bisa juga berukuran 15 x 10 cm. temporary slip ini dibuat
untuk memudahkan pengetikan kartu catalog. Keterang-keterangan yang seharusnya
dituliskan pada lembar temporary slip ini sama dengan keterangan yang seharusnya
dituliskan pada kartu catalog. Yaitu meliputi nomor klasifikasi (nomor penempatan), judul
buku, nama pengarang,impritnt (kota terbit, nama penerbit, tahun terbit), kolasi (table buku,
ukuran buku, https://www.acheterviagrafr24.com/achat-viagra-en-ligne-en-france/
bibliografi, indeks, illustrasi, tabel).

Cara pembuatan katalog :

 Nomor klasifikasi
Nomor klasifikasi diketik pada sudut kiri atas kartu katalog. Di bawah nomor klasifikasi, keti
3 hiruf capital kependekan nama keluarga/ utama pengarang. Jadi apabila pengarangnya
bernama Drs. CS.T. Kansil, SH., maka yang diketi adalah KAN. Setelah itu, dibawah tiga
huruf capital tersebut diketik satu huruf kecil dari huruf pertama judul buku.jadi apabila
bukunya berjudul “pengelolaan perpustakaan” maka dibawah 3 huruf capital diketik huruf p.

 Pengarang/ Tajuk entri utama

Nama pengarang buku diketik dengan huruf besar semua dimulai pada indensi pertama
sejajar dengan nomor penempatan atau nomor klasifikasi. Nama pengarang asing yang
biasanya diikuti dengan nama keluarga, maka pengetikannya dibalik, dan yang diketik huruf
besar semua hanya nama keluarganya. Misalnya pengarang bernama Carter V. Good. Maka
pengetikannya adalah GOOD, Carter V. (antara nama keluarga dan nama utama dipisahkan
dengan koma), jika hanya sebagai editor, penerjemah, atau pengarangnya lebih dari satu
orang, maka dibelakang nama diketik atau diberi tanda (Ed) untuk editor, (dkk) untuk
pengarang yang lebih dari satu, dan (penerj) untuk penerjemah.

 Judul buku

Judul buku diketik mulai pada indensi kedua dibawah huruf keempat ketikan nama
pengarang. Jika ada sub judulnya, diketik setelah judul utama yang dipisah dengan tanda titik
koma. Apabila judulnya panjang sehingga tidak bisa diketik dalam satu baris, maka
pengetikannya diteruskan ke baris kedua yang dimulai pada indensi pertama.

 Nama pengarang lengkap

Setelah pengetikan judul diteruskan dengan nama lengkap pengarang yang diberi tanda titik.
Pengetikan nama lengkap pengarang ini tidak dibalik walaupun nama orang asing. Apabila
ada edisinya, maka edisi ini diketik setelah nama lengkap pengarang.

 Imprint

Imprint( nama kota tertib, nama penerbit, dan tahun terbit) ini diketik setelah nama pengarang
atau edisi. Antara nama pengarang dengan imprint ini diberi jarakdua huruf. Antara nama
kota tebit dan nama penerbit serta tahun terbit dipisah dengan tanda koma. Dan diakhiri
dengan tanda titik.
 Kolasi

Kolasi (table buku, ukuran buku, bibliografi, indeks, illustrasi, table) tidak diketik
bersambung dengan imprint, tetapi diketik pada baris berikutnya mulai pada indensi kedua.
Apabila pengetikan kolasi ini tidak cukup dalam satu baris dan dilanjutkanpada baris
berikutnya pada indensi pertama.

Pengetikan katalog judul tidak jauh berbeda dengan pengetikan katalog pengarang dan juga
katalog subyek. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

- Pada katalog judul, diatas tajuk entri utama diketikkan judul buku yang dimulai pada
indensi kedua.

- Pada catalog pengarang nama keluarga utama diketik dengan huruf besar semua,
sedangkan pada katalog judul diketik dengan huruf kecil semua.

- Pada catalog subyek diatas tajuk entri utama diketikkan subyek sebagaimana pada
katalog judul. Pengetikan subyek tersebut dengan huruf besar semua.

Cara penulisan catalog

1) Pengetikan katalog pengarang

Nama pengarang diketik di atas tajuk entri utama,nama pengarang diketik dengan huruf
besar.

2) Pengetikan katalog judul

Cara pengetikannya tidak jauh beda dengan katalog pengarang,perbedaannya kalau pada
katalog judul,di atas tajuk entri utama diketikkan judul buku yang dimulai pada indensi
kedua,pada catalog judul nama keluarga/utama yang menjadi tajuk entri diketik dengan huruf
kecil.
3) Pengetikan katalog subyek

Pengetikan katalog subyek tidak jauh beda dengan catalog pengarang dan judul
,perbedaannya di atas tajuk entri utam diketik subyek sebagaimana pada catalog
judul,pengetikannya dengan huruf besar dimulai dengan idensi utama.

Adapun pedoman untuk menentukan tajuk entri utama adalah:

� Suatu karya yang disusun oleh seorang pengarang maka tajuk entri utamanya adalah
pengarang yang bersangkutan.

� Apabila ada dua orang pengarang,yang diantaranya ada pengarang utama maka tajuk
entri utamanyaadalah pengarang utama.

� Apabila pengarangya terdiri dari dua atau lebih pengarang dan tidak ada pengarang
utama maka tajuk entri utamanya adalah pengarang yang disebut pertama kali.

� Apabila tidak ada pengarang atautidak diketahui pengarangnya,maka tajuk entri


utamanya terletak pada judul karyanya.

� Suatu karya yang merupakan karya editor,tajuk entri utamanya terletak pada judul
karyanya.Apabila tidak memiliki judul kolektif,maka tajuk entri utamanya terletak pada
pengarang atau judul yang pertama kali disebut pada halaman judul.

� Suatu karya editor yang dijilid maka tajuk entri utamanya terletak pada judul
kolektif,apabila tidak ada judul yang kolektif maka tajuk entri utamanya terletak pada
pengarang atau judul yang pertama kali disebutkan pada halaman judul jilid pertaama.

� Suatu karya yang merupakan terjemahan dari bahasa lain,tajuk entri utamanya terletak
pada pengarang aslinya.tetapi apabila disalin seperti diringkas, paraphrase,
didramatisasikan,maka tajuk entri utamanya terletak pada penyadur atau pengubahnya.

� Suatu karya yang merupakan laporan dari seorang pejabat suatu badan korporasi dan
isinya merupakan laporan kegiatan badan tersebut,maka tajuk entri utamanya terletak pada
badan korporasi yang bersangkutan.
KESIMPULAN

Katalog adalah Presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul,
pengarang, deskripsi fisik, subyek, dll.) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas
bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.

Ada beberapa bentuk katalog yaitu katalog buku katalog berkas, katalog kartu, dan katalog
komputer. Selain itu, catalog juga terdiri atas beberapa jenis yaitu : katalog pengarang,
katalog judul , dan katalog subjek. Antara katalog pengarang, katalog judul dan katalog
subjek bentuknya tidak jauh beda, perbedaannya hanya terletak pada bagian kepala katalog
tersebut.

Post navigation

Previous PostKLASIFIKASINext PostPELAYANAN PERPUSTAKAAN

2 thoughts on “KATALOGISASI”

1. Wiwi Nofiarida 1200403 says:

November 24, 2014 at 9:20 am

mksi admin
Materinya membantu sekali ^_^

Reply

2. Yunika Charlinda 1200400 says:

November 24, 2014 at 10:45 am

Sedikit Menambahkan
KATALOGISASI
A. LANGKAH-LANGKAH PRAKATALOGISASI
Sebelum dilakukan katalogisasi pada bahan pustaka, terdapat dua langkah yang harus
dilakukan yaitu:
1. Pengelompokan bahan pustaka menurut jenisnya, seperti monograf (buku), terbitan
berseri (majalah, buletin, laporan tahunan, dsb.) brosur/leaflet, dan bahan bukan buku
(non book material seperti: foto, CD, kaset, peta, atlas, slide, dsb.). Hal ini penting
dilakukan, karena setiap jenis bahan pustaka berbeda cara pengolahannya.
2. Pengecekan pada katalog kendali (shelflist) atau pada pangkalan data, untuk
memverifikasi keberadaan bahan pustaka dengan judul yang sama (duplikat),
sehingga pustakawan tidak perlu mengolah buku tersebut lebih lanjut, cukup dengan
menambahkan nomor induk barunya saja, dan mencantumkan nomor panggil (call
number) yang sama dengan buku sebelumnya.

B. LANGKAH-LANGKAH KATALOGISASI
1. Proses katalogisasi:
a. Menentukan tajuk entri utama (main entry)
b. Menyusun deskripsi bibliografis/deskripsi fisik
c. Membuat jejakan (khusus katalog bentuk kartu
2. Pembuatan catalog dasar/utama

C. DEFINISI KATALOGISASI
Katalogisasi berasal dari bahasa latin Catalogus yang berarti daftar barang atau benda
yang disusun untuk tujuan tertentu. Katolog adalah daftar koleksi perpustakaan.
Katolog bisa disusun berdasarkan alfabetis nama pengarang, judul, nama penerbit dan
lain – lain tergantung pustakawan di perpustakaan masing-masing. Katalog
merupakan kumpulan buku -buku yang sudah masuk kedalam perpustakaan.
Katalog adalah Presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen
(misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subyek, dll.) koleksi perpustakaan yang
merupakan wakil ringkas bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.
Katalogisasi (cataloging): Kegiatan atau proses pembuatan wakil ringkas dari bahan
pustaka atau dokumen (buku, majalah, CD-ROM, mikrofilm, dll.). Istilah ini kadang-
kadang juga meliputi klasifikasi bahan pustaka dan secara umum penyiapan bahan
pustaka untuk digunakan pemakai.Kadang-kadang disebut juga dengan istilah
pengindeksan (indexing).
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam
katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri
fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek.
Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan
mengintepretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari
bahan pustaka terekam menjadi katalog.
Katalog perpustakaan adalah deskripsi pustaka milik suatu perpustakaan yang disusun
secara sistematis (sistematis abjad, nomor klasifikasi) sehingga dapat digunakan untuk
mencari dan menemukan lokasi pustaka dengan mudah. Selain untuk alat bantu
penelusuran koleksi, katalog dapat juga digunakan untuk mengetahui kekayaan
koleksi suatu perpustakaan sebab kartu katalog mewakili buku-buku yang ada di rak
yang dimiliki oleh suatu perpustakaan.
Sedangkan katalog perpustakaan artinya adalah: daftar buku atau bahan lain yang
terkumpul di suatu perpustakaan/suatu koleksi; daftar ini disusun menurut suatu
susunan yang mudah dikenali;berisi keterangan dari buku;disajikan dalam bentuk
tertentu, yang dikatakan dengan susunan yang mudah dikenal adalah menurut abjad,
atau menurut simbol klasifikasi dari subjek buku. Sedangkan yang dimaksud dengan
keterangan dari buku adalah judul, pengarang, editor, pelukis, penterjemah,
keterangan cetakan, imprint, lokasi dan lain sebagainya.Keterangan dari buku ini
harus diberikan dalam bentuk dan susunan menurut peraturan katalogisasi.
Katalogisasi atau pengatalogan adalah proses pembuatan katalog dimana dalam
katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri
fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek.
Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan
mengintepretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari
bahan pustaka terekam menjadi katalog. Pengatalogan adalah kegiatan menyiapkan
pembuatan wakil ringkas dokumen (condensed representations) atau katalog, untuk
digunakan sebagai sarana temu kembali, agar dokumen yang dicari dapat ditemukan
dengan cepat dan tepat.

D.TUJUAN KATALOGISASI
Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu pengguna
perpustakaan dalam memperoleh dokumen. Menurut Cutter (1876) tujuan katalog
adalah sebagai berikut:
1. Memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan
Pengarang, judul atau Subyek,
2. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakaan
a. oleh pengarang tertentu
b. berdasarkan subyek tertentu, atau
c. dalam jenis literature tertentu
3. Membantu dalam pemilihan buku
a. berdasarkan edisinya
b. berdasarkan karakternya

E. KEGIATAN PASCA KATALOG


1. Fisik dan kelengkapan bahan pustaka
Apa bila bahan pustaka telah dibuat katalognya, maka kegiatan selanjutnya adalah
penyiapan bahan pustaka tersebut, yang lazim disebut kegiatan pasca katalog,
kegiatan ini meliputi:
a. Mengetik kartu
Jumlah kartu yang diketik disesuaikan dengan jajran yang akan dibuat katalog kartu
itu hendaknya terbuat dari kertas yang agak tebal, agar tahan lama dan tidak mudah
rusak atau robek. Sekarang tersedia kartu katalog yang dapat diketik melalui
komputer dan manual.
b. Persiapan buku
1. Menempelkan label pada punggung buku
2. Menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali
3. Membuat dan memasukkan kartu buku
c. Menjajarkan kartu catalog / Mengurutkan secara sistematis
d. Menyimpan atau menyusun bahan pustaka di rak perpustakaan
e. Bila dianggap perlu juga dilakukan penjilidan dan penyampulan. Meskipun
bukunya baru, akan tetapi karena buku tersebut akan digunakan oleh banyak orang,
maka perlu dijilid awal dan disampul.

2. Filing kartu katalog


Kartu-kartu katalog yang telah dibuat baik kartu katalog judul, pengarang ataupun
subjek perlu disimpan secara baik dan ditempatkan pada laci katalog serta
pengaturannya dilakukan secara sisitematis sehingga mempermudah penemuan
kembali infiormasi/ bahan pustaka yang ada dalam jajaran di rak secara cepat dan
tepat Untuk pengaturan dan penyimpanan yang cepat dan sistematis tersebut, terlebih
dahulu harus ditetapkan cara yang digunakan perpustakaan yang lazim digunakan:

1. Mengabjad Menyusun / menjajarkan kartu katalog berdasarkan abajad a – z


2. Menyusun angka Berdasarkan urut angka

F. BEBERAPA CONTOH KATALOG KARTU


Tajuk Entri Utama Pada Pengarang
1. Kartu Utama
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. — Cet. 1. — Jakarta: Paramadina, 1998.
xv, 337 p.; 21 cm.

Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X : Rp. 36.000,-
1. AGAMA DAN NEGARA I. Rahardjo, Dawam II. Judul
990045/c1, 990046/c2, 990124/c3
2. Kartu Tambahan Subyek:
AGAMA DAN NEGARA
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
T Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. — Cet. 1. — Jakarta: Paramadina, 1998.
xv, 337 p.; 21 cm.

Bibliografi: p. 323-327
979-8321-26-X

3. Kartu Tambahan Orang (Pengarang 2, 3, penerjemah, pengantar, dll.):


Rahardjo, Dawam
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. — Cet. 1. — Jakarta: Paramadina,1998.
xv, 337 p.; 21 cm.

Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X

4. Kartu Tambahan Judul


Tragedi Raja Midas : moralitas . . .
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. — Cet. 1. — Jakarta: Paramadina,1998.
xv, 337 p.; 21 cm.

Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website
Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""><abbr title=""><acronym
title=""><b><blockquote cite=""><cite><code><del datetime=""><em><i><q
cite=""><strike><strong>

Search for:

Recent Posts

 PENGUMUMAN
 Tugas Materi 1 : Konsep Dasar Perpustakaan
 Tugas Materi 2 : Perpustakaan Sekolah
 Tugas Materi 3 : Sejarah Perpustakaan
 Tugas Materi 4 : Administrasi dan Organisasi Perpustakaan

Recent Comments

 ciko on Data Pengunjung


 Helsa on Data Pengunjung
 Elysna Dwi Astuti (1200436) on SEJARAH PERPUSTAKAAN
 Elysna on SEJARAH PERPUSTAKAAN
 Try Reza Wahyuni on PENGUMUMAN

Archives

 November 2014
 September 2014
 July 2014

Categories
 bahan ajar
 materi kuliah
 Uncategorized

Meta

 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.org

Lace Front Wigs , Lace Front Wigs , lace front wigs , lace front wigs , human hair wigs
, full lace wigs , human hair wigs , celebrity lace wigs , full lace wigs , lace front wigs ,
lace front wigs , human hair extensions , human hair extensions , best seamless clip in
hair extensions , Lace Front Wigs , Lace Front Wigs , clip in hair extensions , human
hair wigs , human hair wigs , full lace wigs , human hair wigs , full lace wigs , human
hair wigs , Lace Front Wigs , celebrity lace wigs , full lace wigs , human hair extensions
, full lace wigs , lace front wigs , clip in hair extensions , Lace Front Wigs , full lace
wigs , lace front wigs , human hair wigs , human hair extensions , human hair extensions
, lace front wigs , full lace wigs , african american wigs , full lace wigs , clip in hair
extensions , clip in hair extensions , Lace Front Wigs , full lace wigs , human hair wigs
, african american wigs , clip in hair extensions , human hair wigs for black women ,
human hair extensions , full lace wigs , full lace wigs , Lace Front Wigs , lace front wigs
, clip in hair extensions , bundle deals , human hair weave , human hair extensions ,
human hair wigs for black women , best seamless clip in hair extensions , human hair wigs
for black women , full lace wigs , Lace Front Wigs , cheap clip in hair extensions , full
lace wigs , virgin hair bundle deals , wigs for african american women , clip in human
hair extensions , human hair extensions , human hair wigs , human hair clip in extensions
, remy hair extensions , human hair wigs for black women , best hair extensions , clip in
human hair extensions , human hair weave , virgin human hair wigs , celebrity lace wigs
, Lace Front Wigs , full lace wigs , best seamless clip in hair extensions , wigs for african
american women , clip in human hair extensions , best hair extensions , human hair wigs
for black women , clip in hair extensions , full lace wigs , Lace Front Wigs , human hair
extensions , human hair wigs for black women , best hair extensions , full lace wigs ,
human hair wigs , clip in hair extensions , full lace wigs , cheap clip in hair extensions ,
virgin hair bundle deals , human hair wigs , remy hair extensions , clip in hair extensions
, best hair extensions , full lace wigs , Lace Front Wigs , virgin hair bundle deals ,
human hair wigs , clip in hair extensions , full lace wigs , Lace Front Wigs , hairstyles
for black women , full lace wigs , Lace Front Wigs , hairstyles for black women ,

300-208 dumps, Cisco 300-101 Exam, Microsoft Office 70-346 Exam, 70-534 Exam, CCDP
300-101 dumps, CCDP 300-101 Exam, CCDP 300-101 pdf, 100-105 Exam, Cisco 210-060
Vce, 200-105 Exam, Cisco 200-105 Dumps, Cisco 300-135 Exam, Cisco 300-135 Exam,
Cisco 210-260 Exam, Microsoft Office 70-346 Exam, 070-346 Certification, Microsoft 070-
346 Exam, 070-346 Exam, M70-201 PDF Dumps, M70-201 Practice, Cisco 300-070 Reliable
Exam, Cisco CCDE 352-001 Exam, CCDE 352-001 Exam, Microsoft 70-346 dumps,
Microsoft 070-483 Dumps, Microsoft 070-483 Dump, Microsoft 70-346 dumps, 070-483
Dump, Microsoft 070-483 Vce, Microsoft 70-533 Exam, Cisco CCNA 210-260 Exam, Cisco
200-125 Dumps, Cisco CCDP 300-101 Dumps, Cisco CCIE 400-051 Exam, Microsoft 70-
346 Exam, Microsoft 70-533 Dumps, Cisco 200-125 PDF, CCNA 210-260 Book, CCDP
300-115 Exam, CCNA 210-060 Dumps, Microsoft 70-534 Book,Microsoft Office 70-346
books, ICND2 200-105 vce, Microsoft 70-533 Exam, Microsoft 70-532 books, Cisco CCNA
200-125 dumps, Microsoft 70-532 PDF, Microsoft 70-532 dumps, Microsoft 70-532 vce,
ICND2 200-105 Exam, Microsoft 70-533 vce, Microsoft Office 70-346 PDF, Microsoft
Office 70-346 dumps, Microsoft Office 70-346 vce, Cisco 300-115 vce, RHCSA EX200
Exam, Microsoft Office 70-534 Exam, Microsoft Office 70-534 books,

810-403| 200-125 ccna book| CISSP| 200-310 desgn pdf| 300-101| 300-115| 400-101 ccie|
300-320| 70-534 study guide| 117-303| 300-070 ciptv1| 300-320| AWS SYSOPS| 300-075|
ADM-201| EX200| 210-060| 70-534 pdf| 220-901 dumps| cissp dumps| 300-101 vce| 300-115
vce| 400-101 vce| 300-320| 300-070 ciptv1 dumps| 200-125 dumps| AWS SYSOPS| 300-075|
EX200| SY0-401| 300-208| CABA| CSM-001| 70-347| 70-346| CSSLP| CWNA-106| 117-303|
70-483| adm-201 certification | 200-125 ccna cost| 300-075| 210-260| 300-115 pdf| 300-101
route pdf| 210-065| 400-101 pdf| 210-060| 70-534 practice test| 200-125 vce| 300-075| 210-
260| 300-115| 300-101 dumps| 210-065| 400-101 questions| 210-060| aws sysops certification|
200-125 ccna exam cost| 300-075| 210-260| 300-115 vce| 300-101| 210-065| 400-101 dumps|
210-060| 810-403 study guide| 210-260 dumps| 300-320 dumps| 1k0-001 polycom| 1z0-808
dumps| 98-365 study guide| 300-206 senss book| ex200 exam dump| 200-125 ccna pdf| 200-
120 vce| cism vs cissp| 70-346 practice test| 200-310 desgn| ex200 dumps| ex300 dumps|
cissp salary| cissp-issap training| 100-105 icnd1| sy0-401 dump

Proudly powered by WordPress

Anda mungkin juga menyukai