Anda di halaman 1dari 15

Vol. 1 – No.

2 year (2020), page 1-15


ISSN: 2715-2634 (Online)|

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BENTONIT PADA CAMPURAN


BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Hamsyah1 , Jumardi Safri 2


1Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Parepare

Corresponding email: hamsyah.vertical@gmail.com


2Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Parepare

Corresponding email : jumardisafri@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History Penelitian ini bertujuan untuk. Menganalisa pengaruh penambahan
serbuk bentonit pada campuran beton terhadap kuat tekan beton K 225,
Received : 02/01/2020 mengevaluasi perbandingan serbuk bentonit pada campuran beton terhadap
kuat tekan beton K 225. Dengan berkembangnya pembangunan konstruksi
Accepted : 01/02/2020 beton di negara Indonesia, maka penelitian ini lebih mengarahkan pada
peningkatan mutu beton dengan menggunakan bahan tambah bentonit. Dari
Published : 01/03/2020 hasil analisa penelitian dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu penambahan
bentonit pada campuran beton akan meningkatkan kuat tekan beton. Nilai
kuat tekan tertinggi diperoleh pada beton dengan kadar bentonit 10%,
dengan hasil rata-rata sebesar 22,175MPa. Sedangkan pada kadar bentonit 25
% dan 50 %, beton mulai mengalami penurunan kuat tekan sebesar 16,301
MPa dan 9,979 Mpa. Kuat tekan beton dengan kadar penambahan bentonit
sebesar 10 %, 25 %, 50 % dengan rata-rata kuat tekan sebesar 22,175 Mpa,
16,301 Mpa dan 9,979 Mpa tidak mencapai spesifikasi standar mutu beton K
225 (22,5 Mpa).

Keywords: Kuat tekan, nilai slump, bentonit.

Abstract
This research purposed to analyzing the bentonite powder with the
mixture concrete for the strength of concrete K 225 and evaluating the
comparison bentonite powder to concrete mixture concerning the
compressive strength of concrete K 225. With development the concrete
construction in this country Indonesia,so this reseach more leads to quality
improvement concrete by using added bentonite materials. From the reseach
results can be drawn a conclusion that is the addition of bentonite on
concrete mixture will increase the compressive strength of concrete the
highest strength value that achieved for the concrete with bentonite degrees
10 %, with average results as amount 22,175 Mpa. And then, bentonite
degree 25 % and 50 %. The concrete become decreased compressive strength
of concrete as amount 16.301 and 9,979 Mpa. Compressive strength of
concrete with added bentonite degree as amount 10 %, 25 % and 50 % with
average compressive strength amount 22,175 Mpa, 16,301 Mpa and 9,979
Mpa not reached the standard specification quality of concrete K225.

Keyword: Compressive strength, Slump value, Bentonite.

1|P ag e
PENDAHULUAN kedepan. Sehingga dalam tugas akhir ini peneliti
mencoba membuat beton normal dengan
Bentonit merupakan sumber daya alam yang
menggunakan bahan tambahan bentonit. Beton
melimpah di Indonesia. Terdiri dari dua tipe
Normal (Normal concrete) didefinisikan sebagai
yaitu Na bentonit dan Ca bentonit, sebagai
beton yang mempunyai kekuatan 20 - < 35 MPa.
negeri yang kaya akan tambang dan mineral
Upaya untuk mendapatkan beton mutu tinggi
merupakan potensi bagi kita untuk
yaitu dengan meningkatkan mutu material
menggalinya. Permasalahannya adalah bahwa
pembentuknya, misalnya kekerasan agregat dan
potensi ini belum dikelola secara maksimal
kehalusan butir semen. Peningkatan mutu beton
sehingga kebutuhan bentonit nasional hingga
dapat dilakukan dengan memberikan bahan
saat ini masih sangat kurang. Bentonit yang
tambah, diantaranya Silicafume, Slag, Fly ash,
digunakan untuk beberapa penelitian masih
Namun penekanan peneliti lebih mengarahkan
impor, sehingga perlu diupayakan peningkatan
pada peningkatan mutu beton dengan
mutu bahan lokal, sehingga dengan pemakaian
menggunakan bahan tambah (Additive) pada
bahan lokal diharapkan harganya lebih murah
campuran beton, bahan tambah Additive telah
dan efisiensinya lebih meningkat. Sehingga
banyak diterapkan dalam peningkatan mutu
dapat diupayakan untuk memanfaatkan potensi
beton seiring dengan tingkat penggunaan beton
bahan baku yang ada dalam negeri. Bentonit
sebagai bahan konstruksi yang lebih
adalah istilah untuk lempung yang mengandung
menekankan kearah kekuatan dan kemampuan
monmorillonit dalam dunia pertambangan dan
beton dalam menerima beban. Dengan
termasuk dalam kelompok dioktohedral.
berkembangnya pemba-ngunan konstruksi
Penamaan jenis lempung berdasarkan dari
beton di negara Indonesia, Maka peneliti
penemu atau peneliti, misal ahli geologi,
mencoba mem-berikan konstribusi pemikiran
mineralogi, mineral industry dan lain-lain.
secra akademis dengan cara melakukan
Bentonit mempunyai ciri khas yaitu kalua
penelitian tentang“Pengaruh penambahan
diraba seperti lilin dan teksturnya seperti sabun.
serbuk bentonit pada campuranbeton terhadap
Bagian yang dekat dengan permukaan tanah
kuat tekan beton”
condong berwarna hijau kekuningan atau abu-
abu dan menjadi terang pada waktu
PEMBAHASAN
dikeringkan. Endapan yang ada dibawah
permukaan tanah condong berwarna abu-abu A. BETON
kebiruan, selain itu ada pula yang berwarna Beton adalah campuran antara semen,
putih, coklat terang dan coklat kemerahan. agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi atau tanpa bahan campuran tambahan yang
dua, yaitu (1). Tipe Wyoming (Na bentonit). Na membentuk massa padat. Dalam pengertian
bentonit memiliki daya mengembang hingga umum beton berarti campuran bahan bangunan
delapan kali apabila dicelupkan kedalam air dan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian
tetap terdispersi beberapa waktu didalam air. diikat semen bercampur air, maupun
(2). Mg (Ca bentonit). Tipe bentonit ini kurang perbandingan pencampurannya. Untuk
mengembang apabila dicelupkan kedalam air mendapatkan beton yang optimum pada
dan tetap terdispersi didalam air, tetapi secara penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang
alami mempunyai sifat menghisap yang baik. sesuai dan dicampur secara tepat. Kebaikan dan
Potensi endapan bentonit ditanah air tersebar keburukan beton dibandingkan dengan bahan
dipulau jawa, sumatera, sebagian Kalimantan bangunan lain adalah sebagai berikut.
dan Sulawesi dengan cadangan diperkirakan 1. Kelebihan beton
lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya a. Harganya relatif murah karena
terdiri dari jenis kalsium (Ca bentonit). menggunakan bahan lokal
Beberapa lokasi yang sudah dan sedang b. Mempumyai kekuatan tekan yang tinggi,
dieksploitasi, yaitu di Tasik Malaya, Leuwiliang, serta mempunyai sifat yang tahan
Nanggulan dan lain-lain. Indikasi endapan Na terhadap pengkaratan dan pembusukan
bentonit terdapat di Pangkalan Brandan, oleh kondisi lingkungan.
Sorolangun-Bangko dan Boyolali. Indonesia c. Adukan beton mudah diangkut maupun
sebagai negeri yang kaya akan tambang dan dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
mineral merupakan potensi besar untuk digali. keinginan.
Hamparan bentonit diwilayah jawa barat d. Kuat tekan beton jika dikombinasikan
khususnya wilayah Bogor barat meliputi dengan baja akan mampu memikul beban
kecamatan, leuwisadeng, Nanggung, Cigudeg, yang berat.
Jasinga, Tenjo dan Runpin, kandungan bentonit e. Adukan beton dapat disemprotkan
lebih dari 100 hektar dan diperkirakan tidak dipermukaan beton lama yang retak
akan habis dalam kurung waktu 50 tahun maupun diisikan kedalam retakan beton

2|P ag e
dalam proses perbaikan. Selain itu dapat sebelum waktunya. Perawatan adalah hal
pula dipompakan ketempat yang yang sangat penting pada pekerjaan
posisinya sulit. lapangan dan pembuatan benda uji.
f. Biaya perawatan yang cukup rendah 4) Suhu, pada umumnya kecepatan
karena termasuk tahan aus dan tahan pengerasan beton bertambah dengan
kebakaran. bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat
2. Kekurangan beton tekan beton akan tetap rendah untuk
a. Beton memiliki kuat tarik yang rendah waktu yang lama.
sehingga mudah retak. Oleh karena itu 5) Umur, pada keadaan yang normal
perlu diberi baja tulangan, tulangan kasa kekuatan beton akan bertambah dengan
(meshes). umumnya kecepatan bertambahnya
b. Adukan beton menyusut saat pengeringan kekuatan tergantung pada jenis semen.
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint). Untuk struktur yang panjang untuk b. Durability (keawetan)
memberi tempat bagi susut pengerasan Merupakan kemampuan beton untuk
dan pengembangan beton. bertahan seperti yang direncanakan tanpa
c. Beton keras (beton) mengembang dan terjadi korosi dalam jangka waktu yang
menyusut bila terjadi perubahan suhu, direncanakan. Dalam hal ini perlu
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk pembatasan nilai faktor air maksimum
mencegah terjadinya retak-retak akibat maupun pembatasan dosis semen minimum
perubahan suhu. yang digunakan sesuai dengan kondisi
d. Beton sulit untuk kedap air secara lingkungan.
sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki c. Kuat tarik
air, dan air yang membawa kandungan Kuat tarik beton berkisar seper-delapan
garam dapat merusak beton. belas kuat desak pada waktu umurnya masih
e. Beton bersifat gelas (tidak daktail) muda, dan berkisar seper-sepuluh
sehingga harus dihitung dan di detail sesudahnya. Biasanya tidak diperhitungkan
secara seksama agar setelah di dalam perencanaan beton. Kuat tarik
dikomposisikan dengan baja tulangan merupakan bagian penting di dalam
menjadi bersifat daktail, terutama pada menahan retak-retak akibat perubahan
struktur tahan gempa. kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik
diadakan untuk pembuatan beton konstruksi
3. Sifat-sifat beton jalan raya dan lapangan terbang.
Untuk keperluan perancangan dan d. Modulus elastisitas
pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan Modulus elastisitas beton adalah
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat- perbandingan antara kuat tekan beton
sifat beton yang telah mengeras perlu diketahui dengan regangan beton biasanya ditentukan
sifat-sifat tersebut antara lain: pada 25-50 % dari kuat tekan beton.
a. Kuat tekan e. Rangkak
Beton dapat mencapai kuat hancur Merupakan salah satu sifat beton dimana
sampai 80 N/mm², atau lebih tergantung beton mengalami deformasi terus-menerus
pada perbandingan air-semen serta tingkat menurut waktu dibawah beban dipikul.
pemadatannya. Kuat tekan dari beton f. Susut
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh Merupakan perubahan volume yang tidak
perbandingan air-semen dan tingkat berhubungan dengan pembebanan.
pemadatannya. Faktor-faktor pen-ting g. Kelecakan (workability)
lainnya yaitu: Workability adalah sifat-sifat adukan
1) Jenis semen dan kualitasnya, beton atau mortar yang ditentukan oleh
mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kemudahan dalam pencampuran,
batas kuat beton. pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
2) Jenis dan lekak-lekuk bidang finishing. Atau workability adalah besarnya
permukaan agregat. Kenyataan kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan
menunjukkan bahwa penggunaan agregat kompaksi penuh.
akan menghasilkan beton, dengan kuat
tekan maupun tarik yang lebih besar dari B. AGREGAT
penggunaan kerikil halus dari sungai. Agregat merupakan butiran mineral alami
3) Efisiensi dari perawatan (curring). atau buatan yang berfungsi sebagai bahan
Kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat pengisi campuran beton. Agregat menempati 70
terjadi bila pengeringan diadakan % volume beton, sehingga sangat berpengaruh

3|P ag e
terhadap sifat ataupun kualitas beton, sehingga pada permukaan butiran yang menyebabkan
pemilihan agregat merupakan bagian penting kehalusan permukaan agregat.
dalam pembuatan beton. Jenis agregat yang 3. Berat Jenis Agregat
digunakan sebagai bahan susun beton adalah Berat jenis agregat adalah rasio antara massa
agregat halus dan agregat kasar. padat agregat dan massa air dengan volume
1. Agregat halus sama pada suhu yang sama. Karena butiran
Agregat halus adalah semua butiran lolos agregat umumnya mengandung butiran pori–
saringan 4,75 mm. Agregat halus untuk beton pori yang ada dalam butiran tertutup/tidak
dapat berupa pasir alami, hasil pecahan dari saling berhubungan, maka berat jenis agregat
batuan secara alami, atau berupa pasir buatan dibedakan menjadi dua istilah yaitu, berat jenis
yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu yang mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori
biasa disebut abu batu. Agregat halus tidak dan berat jenis semu, jika volume benda
boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, serta padatnya termasuk pori–pori tertutupnya.
tidak mengandung zat-zat organik yang dapat 4. Berat Satuan Dan Kepadatan
merusak beton. Kegunannya adalah untuk Berat satuan agregat ialah berat agregat
mengisi ruangan antara butir agregat kasar dan dalam satu satuan volume, dinyatakan dalam
memberikan kelecakan. kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan dihitung
2. Agregat Kasar. berdasarkan berat agregat dalam suatu tempat
Agregat kasar ialah agregat dengan besar teretntu, sehingga yang dihitung volumenya
butiran lebih dari 5 mm atau agregat yang ialah volume padat (meliputi pori tertutup) dan
semua butirannya dapat tertahan di ayakan 4,75 volume pori terbuka.
mm. Agregat kasar untuk beton dapat berupa 5. Ukuran Maksimum Agregat
kerikil sebagai hasil dari disintegrasi alami dari Ukuran maksimum butir agregat yang
batu – batuan atau berupa batu pecah yang biasanya dipakai adalah 10mm, 20 mm, atau 40
diperoleh dari pemecahan manual atau mesin. mm.
Agregat kasar harus terdiri dari butir–butiran 6. Gradasi Agregat
yang keras, permukaan yang kasar, dan kekal. Gradasi agregat ialah distribusi ukuran
Agregat harus memenuhi syarat kebersihan butiran dari agregat. Bila butir–butir agregat
yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1 %, mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka
dan tidak mengandung zat–zat organik yang volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran
dapat merusak beton. butirannya bervariasi akan terjadi volume pori
Menurut Tjokrodimulyo (1996), beberapa yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil
faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar,
agregat untuk pekerjaan campuran beton, sehingga pori–porinya menjadi sedikit, dengan
antara lain : kata lain kemampatannya tinggi.
1. Bentuk Agregat
Bentuk agregat dipengaruhi oleh dua sifat, Tabel 1. Batas gradasi dari agregat kasar sesuai
yaitu kebulatan dan sperikal. Kebulatan atau SK-SNI-T-15-1990-03( jokrodimulyo
ketajaman sudut, ialah sifat yang dimiliki , yang 1996 : 22)
tergantung pada ketajaman relatif dari sudut
dan ujung butir. Sedangkan sperikal ialah sifat
yang tergantung pada rasio antara luas bidang
permukaan butir dan volume butir. Bentuk
butiran agregat lebih berpengaruh pada beton
segar dari pada setelah beton mengeras.
Berdasarkan bentuk butiran agregat dapat
dibedakan menjadi : agregat bulat, bulat 7. Kadar Air Agregat
Kandungan air didalam agregat dibedakan
sebagian, bersudut, panjang dan pipih
2. Tekstur Permukaan Butir menjadi beberapa tingkat, yaitu: (1) kering
Tekstur pemukaan ialah suatu sifat tungku, yaitu benar-benar tidak berair atau
permukaan yang tergantung pada ukuran, halus dapat secara penuh menyerap air, (2) kering
atau kasar, mengkilap atau kusam. Pada udara, yaitu butir-butir agregat kering
dasarnya tekstur permukaan butir dapat permukaannya tetapi mengandung sedikit air di
dalam porinya, (3) jenuh kering muka, yaitu
dibedakan menjadi : sangat halus (glassy), halus,
tidak ada air di permukaan tetapi butir-butirnya
granuler, kasar, berkristal, berpori, dan
berlubang–lubang. Tekstur permukaan butir berisi air sejumlah yang dapat diserap. Dengan
tergantung pada kekerasan, ukuran molekul, demikian butiran tidak menyerap dan tidak
tekstur batuan, dan besar gaya yang bekerja menambah jumlah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton, (4) basah, yaitu butir-

4|P ag e
butir mengandung banyak air baik di 1. OPC (Ordinary Portland Cement) adalah
permukaan maupun di dalam butiran, sehingga semen hidrolis yang dipergunakan secara
bila dipakai dalam campuran akan menambah luas untuk konstruksi umum atau bangunan
air. Keadaan jenuh kering muka (Saturated yang tidak membutuhkan persyaratan
Surface Dry, SSD) lebih dipakai sebagai standar, khusus.
karena merupakan kebasahan agregat yang 2. PCC (Portland Composite Cement) adalah
hamper sama dengan agregat dalam beton, semen dari hasil penggilingan terak semen
sehingga agregat tidak akan menambah dan portland, gipsum, dan satu atau lebih bahan
mengurangi air dari pastanya, dan kadar air di anorganik, untuk konstruksi beton umum,
lapangan lebih banyak mendekati keadaan SSD pasangan batu bata, plesteran, selokan,
dari pada kering tungku. pembuatan elemen bangunan khusus seperti
beton pracetak, beton pratekan, dan paving
8. Kekuatan dan Keuletan Agregat block.
Kekerasan agregat tergantung dari 3. PPC (Portland Pozzoland Cement) adalah
kekerasan bahan penyusunnya.Butiran agregat semen hidrolis yang terbuat dari
dapat bersifat kurang kuat disebabkan oleh dua penggilingan terak (clinker) semen portland
hal yaitu, karena terdiri dari bahan yang lemah dengan gipsum dan bahan pozzolan, untuk
atau terdiri dari partikel–partikel yang kuat bangunan umum dan bangunan yang
tetapi tidak terikat kuat. memerlukan ketahanan sulfat dan panas
hidrasi sedang seperti jembatan, jalan raya,
C. SEMEN PORTLAND perumahan, dermaga, beton massa,
bendungan, dan bangunan irigasi.
Semen portland ialah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker
D. AIR
yang terdiri dari silikat - silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan Air merupakan bahan yang diperlukan untuk
tambahan (PUBI–1982). Fungsi semen ialah proses reaksi kimia, dengan semen untuk
untuk merekatkan butir–butir agregat agar pembentukan pasta semen. Air juga digunakan
terjadi suatu massa yang kompak atau padat, untuk pelumas antara butiran dalam agregat
selain itu juga untuk mengisi rongga diantara agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air
diantara butiran–butiran agregat. Semen dalam campuran beton menyebabkan terjadinya
portland dibuat melalui beberapa langkah, proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang
sehingga sangat halus dan memiliki sifat adhesif berlebihan akan menurunkan kekuatan beton.
maupun kohesif. Semen diperoleh dengan Namun air yang terlalu sedikit akan
membakar karbonat atau batu gamping) dan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata.
argillaceous (yang mengandung aluminia) Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat
dengan perbandingan tertentu. Bahan tersebut sebagai beikut :
dicampur dan dibakar dengan suhu 1400º C- 1. Tidak mengandung lumpur dan benda
1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu melayang lainnya yang lebih dari 2 gram
didinginkan dan dihaluskan sampai seperti perliter
bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium 2. Tidak mengandung garam atau asam yang
sulfat (CaSO4) kira–kira 2–4 % persen sebagai dapat merusak beton, zat organik dan
bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
tambah lain kadang ditambahkan pula untuk 3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1
membentuk semen khusus misalnya kalsium gram per liter.
klorida untuk menjadikan semen yang cepat 4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari
mengeras. Semen biasanya dikemas dalam 1 gram per liter.
kantong 40 kg / 50 kg.
Tabel 2. Susunan oksida semen Portland E. BENTONIT
Bentonit adalah istilah untuk lempung yang
mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok diokto
hedral. Bentonite mempunyai ciri khas, yaitu
kalau diraba seperti lilin dan teksturnya seperti
sabun. Bagian yang dekat dengan permukaan
tanah condong berwarna hijau kekuningan atau
abu-abu dan menjadi terang pada waktu
Menurut SNI 15-2049-04 semen dibagi menjadi dikeringkan. Endapan yang ada dibawah
3 jenis yaitu. permukaan tanah condong berwarna abu-abu
kebiruan. Selain itu ada pula yang berwarna

5|P ag e
putih, coklat terang dan coklat kemerahan. banyak mengandung larutan silika yang
Bentonit merupakan sumber daya alam yang terendapkan dalam bentuk flint, kristobalit, atau
melimpah di Indonesia, akan tetapi belum senyawa aluminium dan magnesium. Secara
optimal pemanfaatannya. Secara umum, mula umum, Ca bentonit terjadi dari alterasi mineral
jadi endapan bentonit ada empat macam, yaitu dalam batuan beku dan metaforik yang biasanya
hasil pelapukan, hydrothermal, transformasi, terdapat dekat dengan permukaan. Hal ini
dan sedimentasi. disebabkan ion Na dalam lempung bentonit
1. Endapan hasil pelapukan bersifat tidak mantap dan mudah diganti oleh
Faktor pembentukan endapan bentonit hasil ion Ca, dan juga ion H pada tingkat pelapukan
pelapukan adalah kondisi komposisi mineral selanjutnya. Sebaliknya, keberadaan Na bentonit
batuan, komposisi kimia dari air, dan daya lalu di daerah tropis hanya dijumpai pada tempat
air pada batuan asal. Yang terakhir ini dapat dalam yang mengalami prose pelapukan yang
dikemukakan sebagai : iklim, berbagai relief dan tidak berkepanjangan.
tumbuh-tumbuhan tang ada diatas batuan.
Pembentukan bentonite hasil pelapukan adalah Bentonit terdiri dari dua tipe yaitu Na
akibat reaksi antara ion-ion hidrogen dalam air bentonit dan Ca bentonit:
tanah dengan senyawa silikat. Ion Hiddrogen a. Tipe Wyoming (Na-bentonit /Swelling
tersebut berasal dari asam karbon akibat bentonite).
pembusukan zat-zat organik didalam tanah. Na bentonit memiliki daya mengembang
Mineral penting saat pembentukan lempung hingga delapan kali apabila dicelupkan kedalam
adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotik, air dan tetap terdispersi beberapa waktu
muskovit, sedikit kandungan senyawa aluminia didalam air. Dalam keadaan kering berwarna
dan ferro-magnesia. Plagioklas sangat reaktif, putih atau cream, pada keadaan basah dan
berjumlah banyak dan sumber utama dari terkena sinar matahari akan berwarna
kation dan silika dalam air tanah. mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi.

2. Larutan hidrotermal b. Mg(Ca-bentonite/non swelling bentonite).


Larutan hidrotermal merupakan larutan Tipe bentonit ini kurang mengembang
bersifat asam dengan kandungan klorida, apabila dicelupkan kedalam air dan tetap
belerang, karbon dioksida dan silika. Komposisi terdispersi didalam air, tetapi secara alami atau
larutan berubah karena ada reaksi dengan setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap
batuan gamping menjadi larutan alkali yang yang baik dalam keadaan kering berwarna abu-
bersifat basa, lalu terbawa keluar dan akan tetap abu, biru, kuning, merah dan coklat.
bertahan selama unsur alkali dan alkali tanah Endapan bentonit di Indonesia tersebar
tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. dipulau: Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan
Pada alterasi hidotermal relative lemah, dengan cadangan persediaan diperkirakan lebih
mineral-mineral asal menentukan hasil alterasi dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri
tersebut. Pada alterasi sangat lemah, mineral- dari jenis kalsium/Ca-bentonit (Riyanto,
mineral yang kaya dengan unsur magnesium 1994).Beberapa lokasi yang sudah dan sedang
cenderung membentuk klorit. Pada alterasi dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang,
lemah adanya unsur alkali dan alkali tanah akan Nanggulan dan lain-lain.
membentuk monmorillonit kecuali kalium, Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di
mika, feromagnesia dan feldspar, monmorillonit Pangkalan Brandan, Sorolangun-Bangko dan
terjaadi karena adanya unsur magnesium. Boyolali (Anonymous, 1995). Pemanfaatan
3. Endapan transformasi bentonit untuk industri dalam negeri atara lain,
Endapan bentonit hasil transformasi / industri berbasis kimia, industri kosmetika,
devirtifikasi debu gunung api terjadi dengaan industri pengeboran minyak dan gas, industr
sempurna apabila debu diendapkan didalam beton. Namun potensi ini belum dikelola secara
cekungan seperti danau atau laut. Mineral gelas maksimal sehingga kebutuhan bentonit nasional
gunung api lambat laun akan mengalami hingga saat ini masih defisit 20 %,
devirtifikasi. permasalahannya adalah bagaimana agar
4. Endapan sedimen bentonit lokal ini harus dapat didaya gunakan
Monmorillonit bisa juga terjadi sebagai dimasa mendatang agar bentonit lokal ini
endapan sedimen dalam kondisi basa (alkalin). mempunyai daya kompetitif dipasaran
Mineral hasil sedimentasi terbentuk dalam internasional. Dalam 10 tahun terakhir industri
cekungan dan bersifat basah dan tidak yang membutuhkan bentonit meningkat sangat
berasosiasi dengan tufa, seperti atapulgit, pesat, pemasaran industri bentonit saat ini
sepiolit, monmorillonit, karbonat, silika pipih, sangat luas terutama pasar dalam negeri dan
fosfat laut dan sebagainya. Lingkungan ini peluang ekspor yang masih terbuka lebar.

6|P ag e
Pemanfaatan bentonit dalam bidang Teknik sipil
masih terbatas pada pembangunan konstruksi
beton, seperti jembatan, bendungan dan
bangunan yang berhubungan langsung denga air
tanah dan air laut.

F. KUAT TEKAN
Kuat tekan beton yang diisyaratkan fc adalah
kuat tekan beton yang ditetapkan oleh
perencana struktur (benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), Gambar 1. Hubungan antara kuat tekan dengan
dipakai dalam perencanaan struktur beton, faktor air semen (Tjokrodimuljo 1996: 60)
dinyatakan dalam Mega Paskal atau Mpa (SK
SNI-T-15-1991-03). 2. Umur Beton
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan
tata cara pengujian standar, menggunakan bertambahnya umur beton itu. Kecepatan
mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertambahnya kuat tekan beton tersebut sangat
bertingkat dengan kecepatan peningkatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
beban tertentu atas benda uji silinder beton f.a.s dan suhu perawatan. Semakin tinggi nilai
(diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai f.a.s semakin lambat kenaikan kekuatan
hancur. Tata cara pengujian yang umumnya betonnya, dan semakin tinggi suhu perawatan
dipakai adalah standar ASTM (American Sosiety semakin cepat kenaikan kekuatan betonnya
for Testing Material), C39-86. Menurut (Tjokrodimuljo 1996: 60).
Dipohusodo (1994: 7), kuat tekan masingmasing Kekuatan beton semakin lama semakin
benda uji ditentukan oleh tegangan tekan besar. Kekuatan beton pada umur 28 hari
tertinggi (fc) yang dicapai benda uji umur 28 dianggap telah mencapai 100%, sedangkan
hari akibat beban tekan selama percobaan. kenaikan kekuatan beton setelah umur 28 hari
Menurut Tjokrodimuljo (1996: 59), faktor- akan bertambah secara asymtotis.
faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan
beton antara lain faktor air semen, umur beton,
jenis semen, jumlah semen, dan sifat agregat

1. Faktor Air Semen


Faktor air semen adalah perbandingan
antara berat air yang digunakan dengan berat
semen. Hubungan antara faktor air semen (f.a.s) Gambar 2. Hubungan antara umur dan kuat
dengan kuat tekan beton secara umum dapat tekan beton (Suroso 2001:97)
ditulis dengan rumus yang diusulkan Duff
Abrams (1919) dalam Samekto dan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa laju
Rahmadiyanto (2001: 43), sebagai berikut: kenaikan kuat tekan beton DPP (dengan pasir
A
Fc = B 1.5x............................(1) pantai) sebelum umur 28 hari ternyata lebih
tinggi dibandingkan beton TPP (tanpa pasir
Dengan : pantai). Adapun setelah mencapai umur diatas
fc : kuat tekan beton pada umur tertentu 28 hari laju kenaikan kuat tekan beton DPP
x : f.a.s (yang semula dalam proporsi volume) lebih rendah dibandingkan beton TPP.
A,B : konstanta
Dari rumus di atas tampak bahwa semakin Tabel 3. Perbandingan kekuatan beton pada
rendah nilai f.a.s semakin tinggi kuat tekan berbagai umur (Samekto dan Rahmadiyanto,
betonnya, namun kenyataannya pada suatu nilai 2001 : 44)
f.a.s tertentu semakin rendah nilai f.a.s kuat
tekan betonnya semakin rendah pula, seperti
terlihat pada gambar 1.
Dari gambar di bawah, jika nilai f.a.s terlalu
rendah adukan beton sulit dipadatkan. Dengan
demikian ada suatu nilai f.a.s tertentu yang
optimum yang menghasilkan kuat tekan
maksimum (Tjokrodimuljo 1996: 60). 2. Jumlah Semen

7|P ag e
Menurut Tjokrodimuljo (1996: 61) jumlah disarankan menggunakan agregat dengan
kandungan semen berpengaruh terhadap kuat ukuran besar butir maksimum 20 mm.
tekan beton. Jika nilai f.a.s sama (nilai slam Bentuk agregat yang bersudut (batu pecah)
berubah), Beton dengan jumlah kandungan mempunyai luas permukaan yang lebih besar
semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi. (kerikil), sehingga mempunyai daya lekat
Jumlah semen yang terlalu sedikit, berarti dengan pasta yang lebih kuat. Dengan adanya
jumlah air sedikit akan mengakibatkan sulitnya lekatan antara batuan dan pasta yang baik,
pemadatan adukan beton, sehingga kuat tekan dimana retak rambut atau mikro crack akibat
beton rendah. Namun jika jumlah semen gaya tekan biasanya dimulai, maka kekuatan
berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan beton lebih tinggi (Tjokrodimuljo 1992: 43).
sehingga beton mengandung banyak pori dan Menurut Wahyono (dalam Harmulif 2004:
akibatnya kuat tekan beton rendah. 31), pengaruh kekerasan permukaan agregat
Jika nilai slump sama (nilai f.a.s berubah). terhadap kuat tekan beton adalah pada f.a.s
Beton dengan kandungan semen lebih banyak yang sama.Pemakaian agregat kasar dari batu
mempunyai kuat tekan lebih tinggi, hal ini pecah akan mempunyai kuat tekan lebih tinggi
karena pada nilai slump sama jumlah air hampir bila dibandingkan dengan pemakaian agregat
sama, sehingga penambahan semen berarti dari kerikil alami, karena agregat kasar batu
pengurangan nilai f.a.s yang berakibat pecah mempunyai ikatan antara butir yang baik
penambahan kuat tekan beton. sehingga membentuk daya lekat yang kuat.
Menurut Wahyono (dalam Harmulif 2004: Dengan lekatan yang kuat menjadikan kekuatan
30) pengaruh jumlah semen terhadap kuat beton menjadi lebih tinggi.
tekan beton mempunyai pola yang sama dengan
pengaruh pasta terhadap kuat tekan beton,
tetapi memiliki jumlah semen optimum yang
relatif sama untuk semua nilai f.a.s, yaitu 352
Kg/m3.

Gambar 5. Hubungan antara jumlah semen


dengan kuat tekan beton pada jenis agregat
yang berbeda, yaitu batu pecah ukuran
maksimum 40 mm dan kerikil alami ukuran 40
mm (Wahyono, 2000)
Gambar 4. Hubungan antara jumlah semen dan
kuat tekan beton untuk setiap nilai f.a.s.
(Wahyono 2000 dalam Harmulif) G. PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian terdahulu tentang penggunaan
3. Sifat Agregat bentonit pada bahan campuran adukan beton
Menurut Samekto dan Rahmadiyanto (2001: memberikan hasil sebagai berikut:
11) agregat adalah butiran mineral sebagai 1. Rizqurrachman, berdasrkan nilai kuat lentur
pengisi dalam campuran mortar dan beton. Kuat yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
tekan beton (Mpa) Jumlah Semen (Kg/m3 beton serat yang tidak menggunakan
Beton) Sifat agregat yang paling banyak bentonite dan beton serat yang
berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah menggunakan bentonite 3% memenuhi
kekasaran permukaan dan ukuran standar yang digunakan sebagai
maksimumnya (Tjokrodimuljo 1996: 61). perencanaan perkerasan kaku, sedangkan
Pemakaian ukuran butir maksimum agregat beton serat yang menggunakan bentonite
yang lebih besar, memerlukan jumlah pasta 6% dan 9% tidak memenuhi standar yang
yang sedikit untuk mengisi rongga-rongga digunakan dalam perencanaan perkerasan
antara butirnya, berarti sedikit pula pori–pori kaku.
pada beton, sehingga kuat tekannya lebih tinggi. 2. Rudi Djamaluddin, dari hasil penelitian pelat
Namun sebaliknya karena butiran agregatnya beton serat yang menggunakan bentonit 3%
besar, yang retak pada pembebanan 63 KN bila
maka luas permukaannya lebih sempit, sehingga dikonfersi pada pelat dengan tebal 30 cm
lekatan antara permukaan agregat kurang kuat, diperoleh beban maksimal 56,3 ton. Dengan
sehingga retakan–rekatan kecil pasta disekitar demikian lapisan rigid pavement ini aman
agregat akan mudah terjadi. Dengan alasan ini
maka pada beton dengan kuat tekan tinggi

8|P ag e
dilalui untuk jenis kendaraan berat yang Bahan penelitian yang digunakan dalam
mempunyai sumbu muatan terberat 10 ton. penelitian ini adalah sebagai berikut:
3. Bentonit terbagi 2 jenis, yaitug Ca-bentonit a. Air
dan Na-bentonit. Pada penelitian ini yang Air yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan adalah Ca-bentonit yang memiliki adalah air laboratorium Teknik Sipil,
kadar kapur yang tinggi dan kadar natrium Fakultas Teknik, Universitas Muhamma-
yang rendah. Perlu penelitian lebih lanjut diyah Parepare.
tentang penggunaan Na-bentonit yang b. Semen
memiliki kadar natrium yang tinggi dan Semen yang digunakan adalah Semen Tonasa
kadar kapur yang rendah. (50 kg) atau Semen Tipe I
c. Agregat
a) Agregat halus : Agregat halus berupa
METODE PENELITIAN
pasir
A. ALIR PENELITIAN b) Agregat kasar : Agregat kasar berupa
batu pecah
d. Bentonit
Bentonit yang digunakan adalah
bentonitlokal tipe Na-bentonit(swelling
bentonit).

C. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Pengambilan agregat (kasar dan
halus) yaitu Pt. Lumpue indah Parepare.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
struktur dan bahan Universitas
Muhammadiyah Parepare.

D. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu
pada tanggal 02 Mei- 2017 hingga tanggal
17Agustus- 2017.

E. PARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel
B. JENIS PENELITIAN juga dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang
Adapun metode yang diterapkan dalam berperan penting dalam peristiwa atau gejala
penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu yang akan diteliti. Variabel dalam penelitian ini
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki adalah bentonitdengan komposisi 10 %, 25 %
sebab akibat antara satu sama lain dan dan 50 % dari berat semen.
membandingkan hasilnya. Pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian F. ALAT PENELITIAN
benda uji silinder beton untuk menentukan kuat Alat-alat yang digunakan dalam peneli-tian
tekan beton dan kualitas mutu beton. ini alah sebagai berikut :
Metode penelitian berisikan prosedur a. Ayakan
penyediaan bahan yang digunakan dalam Ayakan yang digunakan dalam menentukan
penelitian, yaitu ; agregat halus, agregat kasar, gradasi agregat menggunakan lubang ayakan
semen, air dan bahan tambahan berupa 25 mm, 19,5 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm,
cangkang kemiri. 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm,dan 0,15 mm.
Faktor yang paling utama dalam penelitaian b. Timbangan
ini adalah bahan, peralatan dan langkah-langkah Timbangan digunakan untuk menimbang
yang dilakukan pada saat penelitian adalah bahan-bahan benda uji
sebagai berikut: c. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan agregat
1. BAHAN DAN BENDA UJI PENELITIAN pada pengujian kadar air dan berat jenis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini d. Gelas ukur
adalah sebagai berikut : Digunakan untuk mengukur banyaknya air
yang digunakan pada pembuatan beton.

9|P ag e
e. Kerucut Abrams a. Pasir yang akan diperiksa dikeringkan
Digunakan untuk mengukur kelecekan dalam oven dengan suhu 105 derajat
adukan beton (nilai slump). sampai beratnya tetap.
f. Cetakan Beton b. Ayakan disusun sesuai dengan urutannya,
Cetakan beton yang digunakan adalah ukuran terbesar diletakkan pada bagian
cetakan yang berbentuk silinder dengan paling atas, yaitu 4,8 mm diikuti dengan
ukuran 15cm x 30 cm. ukuran ayakan yang lebih kecil berturut–
g. Penggaris siku-siku turut 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 mm.
Digunakan untuk mengukur penurunan saat c. Pasir dimasukkan ke dalam ayakan yang
pengujian slump. paling atas dan diayak dengan cara
h. Batang Baja digetarkan selama ±10 menit.
Digunakan untuk memadatkan adukan beton. d. Pasir yang tertinggal pada masing–
i. Mesin Uji Tekan masing ayakan dipindahkan ketempat
j. Digunakan untuk menguji kuat tekan benda atau wadah yang tersedia kemudian
uji beton. ditimbang.
e. Gradasi pasir diperoleh dengan
G. PROSEDUR PENELITIAN menghitung jumlah kumulatif prosentase
Persiapan dan pemeriksaan bahan susun butiran yang lolos pada masing–masing
beton dilakukan diLaboratorium Jurusan Teknik ayakan. Nilai modulus butiran jalus
Sipil Fakultas Teknik Universitas dihitung dengan menjumlahkan
Muhammadiyah Parepare. Bahan dan tahapan prosentase kumulatif butiran tertinggal,
pemeriksaan meliputi : kemudian dibagi seratus.
1. Pemeriksaan berat jenis pasir Langkah– 3. Pemeriksaan kandungan lumpur pada pasir
langkah pemeriksaan berat jenis pasir adalah Langkah–langkah pemeriksaan kandu-ngan
sebagai berikut: lumpur untuk agregat halus pasir sebagai
a. Pasir dikeringkan dalam tungku pemanas berikut :
(oven) dengan suhu sekitar 105 derajat
a. Pasir kering oven ditimbang beratnya
sampai beratnya tetap.
(B1).
b. Pasir direndam di dalam air selama 24
b. Pasir dicuci di atas ayakan no. 200.
jam.
c. Pasir yang tertinggal di atas ayakan
c. Air bekas rendaman dibuang dengan
dipindahkan pada piring dan dimasukkan
hati–hati sehingga buturan pasir tidak
ke dalam oven selama 24 jam.
ikut terbuang, pasir dibiarkan diatas
d. Pasir dikeluarkan dari oven dan
nampan dikeringkan sampai tercapai
ditimbang.
keadaan jenuh kering muka. Pemeriksa
4. Pemeriksaan berat jenis batu pecah (Kerikil)
d. an kondisi jenuh kering muka dilakukan
Langkah–langkah pemeriksaan berat jenis
dengan memasukkan pasir ke dalam
batu pecah sebagai
kerucut terpacu dan dipadatkan dengan
berikut:
menumbuk sebanyak 25 kali. Pada saat
kerucut diangkat pasir akan runtuh tetapi a. Batu pecah dicuci sampai bersih untuk
pasir masih berbentuk kerucut. menghilangkan kotoran yang ada.
e. Pasir diatas sebanyak 500 gr (B0) b. Batu pecah dimasukkan ke dalam oven
dimasukkan ke dalam piknometer selama 2 x 24 jam sehingga menjadi
kemudian dimasukan air sampai 90% kering dan ditimbang beratnya (B1).
penuh. Untuk mengeluarkan udara yang c. Batu pecah direndam dalam air selama 24
terjebak dalam butiran pasir, piknometer jam, selanjutnya dikeluarkan dan
diputar dan diguling–gulingkan. dikeringkan dengan kain sampai
f. Air ditambahkan hingga piknometer kondisinya jenuh kering muka dan
penuh kemudian piknometer ditimbang ditimbang beratnya (B2).
(B1). d. Batu pecah kemudian dimasukan ke
g. Pasir dikeluarkan dari piknometer dalam keranjang kawat dan kemudian
kemudian dimasukkan ke dalam oven ditimbang beratnya kedalam air (B3).
selama 2 x 24 jam sampai beratnya tetap 5. Pemeriksaan gradasi batu pecah
(B2).g. Langkah–langkah pemeriksaan gradasi batu
h. Piknometer dibersihkan lalu diisi air pecah adalah sebagai berikut:
sampai penuh kemudian ditimbang (B3). a. Batu pecah yang akan diperiksa
2. Pemeriksaan gradasi pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 105
Langkah-langkah pemeriksaan gradasi derajat sampai beratnya tetap.
agregat halus pasir sebagai berikut :

10 | P a g e
b. Ayakan disusun sesuai dengan urutannya, Air diperiksa warna dan kejernihannya
ukuran terbesar diletakkan dibagian secara visual.
paling atas, yaitu 40 mm diikuti dengan H. TAHAP PENGADUKAN BETON,
ukuran ayakan yang lebih kecil berturut– PEMERIKSAAN SLUMP DAN PEMBUATAN
turut adalah 20 mm, 10 mm, dan 5 mm. BENDA UJI
c. Batu pecah dimasukkan ke dalam ayakan Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini antara
yang paling atas dan diayak dengan cara
lain :
digetarkan selama ± 10 menit.
d. Batu pecah yang tertinggal pada masing- 1. Pemeriksaan bahan susun beton
masing ayakan dipindahkan pada tempat a. Membuat agregat dalam keadaan jenuh
yang tersedia dan kemudian ditimbang. kering muka dengan cara menyiram
e. Gradasi batu pecah diperoleh dengan agregat dan menutupnya dengan karung
menghitung jumlah kumulatif prosentase basah dan dibiarkan selama 24 jam.
butiran yang lolos pada masing–masing b. Menimbang bahan susun beton yaitu
ayakan. Nilai modulus dihitung dengan semen, agregat, dan air sesuai dengan
cara menjumlahkan prosentase kumulatif berat yang telah ditetapkan dalam
butiran yang tetinggal kemudian dibagi perencanaan campuran adukan beton.
seratus. c. Mempersiapkan kerucut abrams, cetakan
6. Pemeriksaan ketahanan aus agregat. beton, dan peralatan lain yang
Pemeriksaan dilakukan dengan diperlukan.
2. Pengadukan campuran beton.
menggunakan mesin Los Angeles, dengan
a. Memasukan air sekitar 80% dari yang
langkah–langkah sebagai berikut : dibutuhkan kedalam mesin pengaduk
a. Batu pecah dalam kondisi kering mutlak kemudian dimasukan agregat campuran
dimasukan kedalam bejana Los Angeles, dan semen.
bersamaan dengan bola–bola baja sesuai b. Mesin pengaduk diputar dan sisa air
dengan gradasinya. dimasukan sedikit demi sedikit sampai
b. Mesin ditutup kemudian diputar dengan airnya habis dalam waktu tidak kurang
kecepatan 30 rpm sampai 33 rpm, dari 3 menit.
sebanyak 1000 putaran. c. Pengadukan dilakukan sebanyak satu kali
c. Batu pecah dikeluarkan dan diayak untuk setiap macam campuran dan setiap
dengan ayakan φ1.7 dan ditimbang. pengadukan dilakukan pemeriksaan nilai
7. Pemeriksaan kekerasan agregat slump.
Dilakukan dengan menggunakan Bejana 3. Pemeriksaan slump.
Rudeloff, dengan langkah- langkah sebagai a. Masukkan adukan beton segar kedalam
berikut : kerucut abrams dalam tiga lapis. Masing–
a. Contoh batu pecah atau agregat kasar masing sepertiga dari tinggi kerucut.
ukuran 10 dan 20 mm sebanyak 1,1 liter b. Setiap lapis adukan ditusuk–tusuk
dalam kondisi kering mutlak dimasukkan dengan batang baja sebanyak 25 kali.
ke dalam Bejana Rudeloff. c. Setelah lapis beton terakhir selesai
b. Ratakan permukaan batu pecah dalam ditusuk, kemudian ditunggu selama 30
bejana, kemudian diberi beban 20 ton detik dan kerucut ditarik ke atas.
dalam waktu 90 detik. Setelah beban d. Nilai slump adalah selisih tinggi antara
mencapai 20 ton, ditahan selama 30 kerucut abrams dengan permukaan atas
detik. adukan beton setelah kerucut ditarik.
c. Batu pecah diambil, kemudian ditimbang e. Pengujian slump dilakukan sebanyak 2
beratnya. kali untuk setiap pengadukan kemudian
d. Batu pecah diayak dengan ayakan hasilnya dirata–rata.
berdiameter lubang 2 mm. 4. Pembuatan benda uji
e. Batu pecah yang tertinggal dalam ayakan a. Adukan beton dimasukkan dalam cetakan
ditimbang beratnya. silinder yang sebelumnya telah diberi
8. Pemeriksaan semen. minyak pelumas pada bagian dalamnya.
Semen diperiksa dengan mengamati secara b. Cetakan diisi dengan adukan beton
sebanyak tiga lapis kemudian dipadatkan
visual kemasan kantong atau zak dalam keadaan
dengan cara ditusuk–tusuk dengan
tertutup rapat, bahan butiran halus tidak tongkat pemadat. Untuk setiap lapis
menggumpal. adukan beton dilakukan sebanyak 25 kali
9. Pemeriksaan air. tusukan secara merata sampai cetakan
penuh.

11 | P a g e
c. Permukaan beton diratakan dengan
tongkat perata sehingga permukaan atas Dari pengujian agregat kasar diatas
adukan beton rata dengan bagian atas didapatkan hasil untuk pengujian agregat kasar
cetakan. kerikil sebagai berikut.
a. Kadar lumpur
I. TAHAP PERAWATAN BENDA UJI Dari pengujian agregat kasar diatas dari 2
Sehari setelah beton dicetak, kemudian sampel didapatkan hasil sebesar 0,52 % dan
cetakan dibuka dan benda uji diberi tanda, 0,84 % kemudian dirata-ratakan didapatkan
kemudian benda uji diselimuti karung goni dan hasil 0,68 % yang lebih kecil dari interval 1
% sehingga agregat dapat dijadikan bahan
disiram air atau direndam didalam bak air
campuran beton.
dengan periode tertentu.
b. Keausan agregat
J. TAHAP PENGUJIAN KUAT TEKAN Pemeriksaan ketahanan aus agregat
Pengujian kuat tekan beton bertujuan untuk kasar menggunakan mesin Los Angeles.
mengetahui berapa besar kuat tekan beton Berdasarkan spesifikasi karakteristik
sesuai umur beton rencana yaitu 7, 14, 21, 28 agregat kasar SNI (standar nasional
hari.Pada pengujian kuat tekan beton, langkah- Indonesia), interval untuk Keausan yaitu
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : Maks 50%. Jadi nilai persentase Keausan
1. Menimbang berat benda uji sebelum agregat kasar yang diperoleh dari hasil
pengujian dilakukan. pemeriksaan 2 sampel yaitu 22,80 % dan
2. Meletakakan benda uji pada Universal 26,20 % dan nilai rata-rata adalah 24,50 %
Testing Machine. sesuai dengan spesifikasi. Jadi bahan
3. Menghidupakan universal testing machine tersebut dapat dipakai untuk bahan
dan benda uji akan mengalami penambahan campuran beton.
beban sehingga dapat dibaca besarnya c. Kadar air
kekuatan tekan yang ditujukkan dengan Dari pengujian kadar air agregat kasar
manometer. dari 2 sampel sebesar 1,42 dan 1,90
4. Benda uji akan retak pada saat beban didapatkan nilai rata-rata sebesar 1,66 %
mencapai maksimum bahkan dapat pula yang lebih kecil dari 2 % sehingga agregat
pecah. Pada saat retak, jarum manometer kasar dapat digunakan pada pencampura
akan berhenti pada titik maksimum yang beton.
mampu ditahan oleh benda uji. d. Berat volume
Dari pengujian berat volume rongga
HASIL DAN PEMBAHASAN agregat kasar dari 2 sampel didapatkan hasil
1,64 dan 1,66 dan dirata-ratakan didapatkan
A. Hasil pengujian agregat nilai sebesar 1,65 pada kondisi lepas. Pada
Pengujian agregat berdasarkan pada SNI keadaan kondisi padat didapatkan hasil dari
(Standar Nasional Indonesia) dilakukan 2 sampel yaitu 1,77 dan 1,78 yang apabila
terhadap agregat kasar, agregat halus dang dirata-ratakan didapatkan hasil sebesar 1,77
agregat pengganti. Hasil rekapitulasi masing- lebih kecil dari interval 1,6 – 1,9 kg/liter
masing pengujian ditunjukkan dalam tabel 5, 6, sehingga agregat dapat dijadikan sebagai
dan 7 di bawah ini. bahan pencampuran beton.
e. Penyerapan air
1. AGREGAT KASAR Dari pengujian agregat yang meliputi
Tabel 4. Hasil rekapitulasi pengujian agregat pengujian penyerapan air agregat kasar
kasar (kerikil) didapatkan hasil dari 2 sampel yaitu 0,58 %
dan 0,56 % dan dirata-ratakan didapatkan
hasil sebesar 0,75% yang lebih kecil dari
interval maksimum 4 %sehingga agregat
dapat dijadiakan bahan pencampuran beton.
f. Berat jenis
Pemeriksaan yang dilakukan pada 2
sampel benda uji, yaitu dengan hasil 2,55 dan
2,47 kemudian dirata-rata didapatkan hasil
sebesar 2,56 untuk berat jenis nyata. Berat
jenis dasar kering didapatkan nilai rata-rata
sebesar 2,52. Dan untuk berat jenis kering
permukaan didapatkan hasil pengujian

12 | P a g e
sebesar 2,54 lebih kecil dari interval 1,6 – 3,3 d. Berat volume
sehingga agregat dapat dijadikan bahan Dari pengujian berat volume rongga
campuran beton. agregat kasar dari 2 sampel didapatkan hasil
g. Kekerasan agregat 1,46 dan 1,45 dan dirata-ratakan didapatkan
Berdasarkan spesifikasi karakteristik nilai sebesar 1,46 pada kondisi lepas. Pada
agregat kasar (kerikil) SNI (standard keadaan kondisi padat didapatkan hasil dari
nasional Indonesia), interval untuk Modulus 2 sampel yaitu 1,58 dan 1,59 yang apabila
Kehalusan yaitu berada antara 6,0 - 8,0. dirata-ratakan didapatkan hasil sebesar 1,59
Yang diperoleh dari hasil pemeriksaan 2 lebih kecil dari interval 1,4 – 1,9 kg/liter
sampel yaitu 7,42 dan 7,44 Jadi nilai sehingga agregat dapat dijadikan sebagai
Modulus Kehalusan yang diperoleh dari bahan pencampuran beton.
hasil rata-rata pemeriksaan yaitu 7,43 adalah e. Penyerapan air
sesuai dengan spesifikasi. Jadi bahan agregat Dari pengujian agregat yang meliputi
tersebut dapat dipakai untuk bahan pengujian penyerapan air agregat kasar
campuran beton. didapatkan hasil dari 2 sampel yaitu 1,01%
2. AGREGAT HALUS dan 1,01% dan dirata-ratakan didapatkan
Tabel 6. Hasil rekapitulasi pengujian agregat hasil sebesar 1,01 % yang lebih kecil dari
halus (Pasir) interval maksimum 0,2% - 2% sehingga
agregat dapat dijadiakan bahan
pencampuran beton.
f. Berat jenis
Pemeriksaan yang dilakukan pada 2
sampel benda uji, yaitu dengan hasil 2,36 dan
2,50 kemudian dirata-rata didapatkan hasil
sebesar 2,43 untuk berat jenis nyata. Berat
jenis dasar kering didapatkan nilai rata-rata
sebesar 2,37. Dan untuk berat jenis kering
permukaan didapatkan hasil pengujian
sebesar 2,39 lebih kecil dari interval 1,6 – 3,3
sehingga agregat dapat dijadikan bahan
Dari pengujian agregat kasar diatas campuran beton.
didapatkan hasil untuk pengujian agregat kasar g. Modulus kehalusan agregat
kerikil sebagai berikut. Berdasarkan spesifikasi karakteristik
a. Kadar lumpur agregat halus (pasir) SNI (standard nasional
Dari pengujian agregat kasar diatas dari 2 Indonesia), interval untuk Modulus
sampel didapatkan hasil sebesar 3,2% dan Kehalusan yaitu berada antara 1,50 – 3,80.
2,40% kemudian dirata-ratakan didapatkan Yang diperoleh dari hasil pemeriksaan 2
hasil 280% yang lebih kecil dari interval 5 % sampel yaitu 2,25 dan 2,30 Jadi nilai
sehingga agregat dapat dijadikan bahan Modulus Kehalusan yang diperoleh dari
campuran beton. hasil rata-rata pemeriksaan yaitu 2,28
b. Kadar Organik adalah sesuai dengan spesifikasi. Jadi bahan
Pemeriksaan Kadar Organik untuk agregat tersebut dapat dipakai untuk bahan
mengetahui kandungan lumpur yang ada campuran beton.
pada agregat tersebut. Berdasarkan
spesifikasi karakteristik agregat halus SNI B. JUMLAH KEBUTUHAN BAHAN SUSUSN
(standar nasional Indonesia), interval untuk BETON
Keausan yaitu Min. Jadi nilai persentase Perencanaan adukan beton dihitung dengan
kadar lumpur agregat halus yang diperoleh cara Laboratorium yaitu dengan langkah-
dari hasil pemeriksaan 2 sampel No 2dan langkah sebagai berikut:
sesuai dengan spesifikasi. Jadi bahan Perbandingan kebutuhan semen, kerikil, pasir
tersebut dapat dipakai untuk bahan dan air untuk 1 m3 adalah
campuran beton. 1. Semen = 585,71 Kg
c. Kadar air 2. Kerikil = 850,28 Kg
Dari pengujian kadar air agregat halus 3. Pasir = 600,33 Kg
dari 2 sampel sebesar 3,73 dan 2,25 4. Air = 183,68 Kg
didapatkan nilai rata-rata sebesar 2,99% 5. Bentonit 10 %, 25 % dasn 50 % dan dari
yang lebih kecil dari 2%- 5% sehingga berat semen
agregat kasar dapat digunakan pada
pencampura beton.

13 | P a g e
Analisa kebutuhan semen, kerikil pasir, dan Dari penelitian diatas, tampak bahwa nilai
air untuk 12 selinder beton dengan diameter slump turun dengan bertambahnya kadar
150 mm dan panjang 300 mm bentonit, hal ini terjadi karena dengan jumlah
1
1. Volume 12 selinder= 12 x x 3,14 x 0,152 x pasta semen (jumlah air dan semen) yang tetap
4
namun terjadi penambahan bahan yang dapat
0,30= 0,063585 m3
Sehingga kebutuhan untuk 12 selinder mengurangi keenceran atau menambah
adalah: kekentalan adukan beton. Menurut Suroso
(2001: 89) dengan tebalnya lapisan pasta pada
Semen = 0,063585 x 585,71 Kg
= 34,24 Kg setiap butir agregat mengakibatkan pergeseran
antar butir agregat lebih mudah terjadi,
Kerikil = 0,063585 x 850,28 Kg
sehingga tampak lebih encer dan mempunyai
= 54,06 Kg
nilai slump yang lebih tinggi.Tabel 8. Jumlah
Pasir = 0,063585 x 600,33 Kg
= 38.17 kg kebutuhan bahan susun beton untuk 12 silinder
Air = 0,063585 x 183,68 Kg
D. Kuat tekan beton
= 11,689 Kg
Setelah melakukan pembuatan dan
Bentonit = (Variasi campuran / 100 % x Berat perawatan benda uji, selanjutnya dilakukan
semen) x pebandingan semen dengan pengujian tekan benda uji tersebut. Pengujian
bentonit kuat tekan beton dilakukan pada benda uji
- variasi 10 % = ( 10 / 100 x 36,899Kg ) x umur7, 14, 21 dan 28 hari sebanyak 36 sampel
0,641Kg = 2,364 Kg dengan 3 variasi penambahan bentonit yaitu 10
- variasi 25 % = ( 25 / 100 x 36,899 %, 25 % dan 50 %. Hasil pengujian dapat dilahat
Kg ) x 0,641 Kg = 5,912 Kg secara lengkap pada tabel 8, 9, 10 dan 11.
- variasi 50 % = ( 50 / 100 x 36,899 Kg ) x
Tabel 8 : Hasil pengujian kuat tekan sampel 10
0,641 Kg = 11,825 Kg
% bentonit.
variasi 100 % = (100 / 1 x 36,899 Kg ) x
0,641 KG = 23,652 Kg
- Untuk beton normal (100 % semen)
= 585,71 Kg x 0,063 m3
= 36,899 Kg

C. KELECEKAN ADUKAN
Pada penelitian ini, pemeriksaan nilai slump
yang dilakukan diperoleh hasil seperti pada
tabel 7 dibawah ini.
Dari data hasil pengujian tekan beton diatas
Tabel 7 :Hasil pengukuran nilai slump dapat diketahui bahwa untuk pengujian tekan
beton umur 7, 14, 21, 28 hari dengan
penambahan bentonit sebesar 10 % dengan
jumlah benda uji yaitu 12 silinder diperoleh
hasil untuk rata-rata kuat tekan sebesar 22,175
(Mpa).

Tabel 9. Hasil pengujian kuat tekan sampel 25 %


bentonit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
semakin banyak jumlah bentonit yang
dicampurkan dalam adukan beton, maka nilai
workability akan semakin menurun.

Dari data hasil pengujian tekan beton diatas


dapat diketahui bahwa untuk pengujian tekan
beton umur 7, 14, 21, 28 hari dengan
penambahan bentonit sebesar 25 % dengan

14 | P a g e
jumlah benda uji yaitu 12 silinder diperoleh DAFTAR PUSTAKA
hasil untuk rata-rata kuat tekan sebesar 16,301
(Mpa). Dipohusodo, I. (1999), Struktur Beton Bertulang
Berdasarkan SK SNI-T-17-1991-03
Tabel 10 : Hasil pengujian kuat tekan sampel 50 Departemen Pekerjaan Umum RI. PT
% bentonit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Duff Abrams, (1919), Rumus hubungan antara
factor air semen dengan kuat tekan beton.
Gani, M.S.J. Cement and Concrete. Chapman &
Hall, Melbourne.
Ilmu-konstruksi. 2012/11, pengertian beton,
jenis beton, kelebihan beton. (http :
//www.ilmu-konstruksi.blog spot.com)
Mulyono, T. (2003), Teknologi Beton. Andi,
Yogyakarta.
PU Departemen. (2003). Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal, SNI
Dari data hasil pengujian tekan beton diatas 03-2834-1993, Badan Penelitian Dan
dapat diketahui bahwa untuk pengujian tekan Pengembangan Jakarta.
beton umur 7, 14, 21, 28 hari dengan Raldi Artono Koestoer, 2010, Sekilas Mengenai
penambahan bentonit sebesar 50 % dengan Bentonit.
jumlah benda uji yaitu 12 silinder diperoleh Riyanto, A, 1994, Bahan Galian Industri
hasil untuk rata-rata kuat tekan sebesar 9,979 Bentonite, PPTM, Bandung.
(Mpa).Berikut ini adalah gambar grafik Samekto dan Rahmadiyanto, (2001), Teknologi
hubungan antara kadar bentonit dengan kuat Beton, Kanisius, Yogyakarta.
tekan beton. Untuk mengetahui hubungan yang Samad, A., Salima, R., Lydia, E. L., & Shankar, K.
dimaksud dapat dilihat pada gambar 7 dibawah. (2020). Definition and Features of Rural
Dari hasil penelitian dibawah dapat diketahui Marketing Strategies for Encourage
bahwa penambahan bentonit pada campuran Development in Rural Areas. TEST
betondapat meningkatkan nilai kuat tekan Engineering & Management, 82, 4983-
beton. Semakin kecil persentase kadar bentonit 4988.
maka kuat tekan betonakan mengalami Suroso, H. (2001), Pemanfaatan Pasir Pantai
peningkatan. Sebagai Bahan Agregat Halus Pada Beton,
Skripsi, Universitas Gadja Mada,
Gambar 7 :Hubungan antara kadar bentonit Yogyakarta.
dengan kuat tekan beton Tjokrodimulyo, (1996), Faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton.
Tjokrodimulyo, K. (1996) Teknologi Beton,
Nafiri, Yogyakarta.
Tosima sipil. 2013/07, Teknologi bahan
konstruksi.
(http : //www.tosima sipil.blog spot.com)
Wospakrik, Hans. (1996), Mekanika Bahan.
Erlangga, Surabaya.
Wahyudi, M. H. (2009). Studi Penelitian
Berdasarkan data penelitian diatas untuk Pengaruh Penambahan Bentonit Pada
kadar bentonit 10 % rata-rata kuat tekan Campuran Beton Terhadap Kuat Tekan
betonsebesar (22,175 Mpa), untuk kadar Beton. Sekolah Tinggi Teknik, Jakarta.
bentonit 25 % rata-rata kuat tekan beton
sebesar (16,301 Mpa). Sedangkan untuk kadar
bentonit 50 % rata-rata kuat tekan beton
sebesar (9,979 Mpa). Sehingga kuat tekan
tertinggi terjadi pada kadar bentonit 10 % dan
kuat tekan beton terendah terjadi pada kadar
bentonit 50 %.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai