Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90
mmHg.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972
juta orang atau 26,4%b penduduk dunia menderita hipertensi, dengan
perbandingan 50,54% pria dan 49,49% wanita. Jumlah ini cenderung
meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistik dari Nasional
Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000
orang Australia ( 15% penduduk dewasa di Australia ) menderita hipertensi.
Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan
Eropa Barat juga hampir 15% (Maryam, 2008).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, pravalensi hipertensi di
Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 – 14,6%, sedangkan
pada tahun 2008 meningkat 16-18% . Secara nasional Provinsi Jawa Tengah
menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan Bangka Belitung. Data
Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian
nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dar
proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (depkes, 2010).
Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan
diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu
kerusakan pembuluh darah di otak.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas yaitu “ Bagaimana asuhan keperawatan pada Hipertensi ? “.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan tinjauan teoritis dari Hipertensi.
b. Menjelaskan penatalaksanaan Hipertensi.
c. Menjelaskan asuhan keperawatan dari Hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah,
semakin besar resikonya (Sylvia A.price).
Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat
aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun selama tidur (British Hypertension Society,
1999).

B. ANATOMI FISIOLOGI

3
C. ETIOLOGI

Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian
akibat hipertensi.
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang di duga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial.
a. Genetik ; individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang
tidak.
b. Jenis Kelamin dan Usia ; laki-laki berusia 35-40 tahun dan wanita pasca
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet ; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung
berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan berlebih/Obesitas (25% lebih besar diatas berat badan ideal) juga
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah
(bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap di terapkan).
2. Hipertensi Sekunder ( 5-10%)
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebanya diketahui.
Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain:
a. Coarctaction Aorta, yaitu penyempitan Aortacongenital yang (mungkin)
terjadi pada beberapa tingkat aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan
ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vascular ginjal penyakit ini merupakan penyebab utama
hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi di
sebabkan aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

4
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral kontrasepsi yang berisi
estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-Aldosteron-
Mediate Volume Expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan
darah kembali normal setelah beberapa bulan.
d. Gangguan endrokin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-Mediate Hypertension di sebabkan
kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin. Pada aldosterone
primer, kelebihan aldosterone menyebabkan hipertensi dan hypokalemia.
Aldosteonisme primer biasanya timbul dari adenoma korteks adrenal yang
Benign (jinak). Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum
dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom
Cusbing, terjadi kelebihan gluukokotirkoid yang di ekskresi dari korteks
adrenal. Sidrom Cusbing mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokorrikal
atau adenoma adrenokortikal.
e. Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga)
kondisi seperti ini atau berujung obesitas bisa menjadi penyebab utama naiknya
tekanan darah hal ini karena lemak yang ada dalam tubuh dapat mengganggu
sirkulasi darah.
f. Stres, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu. Jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali
normal. Tekanan yang anda dapat dari stres secara otomatis bisa membuat
tekanan darah meningkat. Maka dari itu ketika anda mengalami stres maka
kelola stres anda dengan baik dan tenangkan diri segera mungkin.
g. Kehamilan
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan eklamsi hampir secara
eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita
usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya dijumpai
pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis, penyakit
vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus, penyakit
ginjal.

5
h. Peningkatan volume intravaskuler.
Peningkatan volume intravaskuler juga dapat disebabkan oleh adanya
overactive system renin-angiotensin dimana akan terjadi vasokontriksi dan
retensi natrium dan air. Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler yang berujung pada peningkatan tekanan darah.
i. Merokok, nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan vasokontriksi yang kemudian
meningkatkan tekanan darah.
j. Luka bakar.

D. KLASIFIKASI

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : Hipertensi dimana tekanan sistolik
sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi
hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Kategori Sistolik (Atas) Diastolik (Bawah)

Normal tinggi (perbatasan ) 130-190 85-89


Stadium I Ringan 140-159 90-99
Stadium 2 Sedang 160-179 100-109
Stadium 3 Berat 180-209 110-119
Stadium 4 Sangat Berat  210  120
(Sumber : Smeltzer,S dan Bare, 2006)

E. PATOFISIOLOGI

6
Faktor predisposisi seperti usia, jenis kelamin, perokok, stres, kurang olah
raga, genetik, alkohol, konsentrasi, garam, obesitas menyebabkan hipertensi.
Hipertensi menyebabkan tekanan iskemik darah meningkat sehingga beban kerja
jantung meningkat pula dan akhirnya lairan darah semakin cepat keseluruh tubuh
sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi kebutuhan. Hipertensi juga
menyebabkan kerusakan vaskuler permbuluh darah yang menyebabkan perubahan
struktur dan menimbulkan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan permbuluh
darah menimbulkan vaksokontriksi pada pembuluh darah dan menyebabkan
gangguan sirkulasi di dalam otak manusia, dengan ada nya gangguan sirkulasi
sehingga suplai oksigen menurun dan pada akhirnya bisa menyebabkan
ketidakefektifan perpusi jaringan otak. Kemudian dengan adanya gangguan sirkulasi
pada pembuluh darah menyebabkan gangguan pada ginjal dan pembuluh darah. Pada
ginjal vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan bloodflow darah ( jumlah aliran
darah ) menurun dan merespon RAA ( Renin Angiostensin Aldosteron adalah suatu
sistem atau mekanisme hormon yang mengatur keseimbangan tekanan darah dan
cairan dalam tubuh ) merangsanng aldosteron sehingga menyebabkan retensi Na dan
kemudian menyebabkan edema. Pada pembuluh darah vasokontriksi terjadi di
sistemik dan koroner. Pada sistemik mengalami vasokontriksi menyebabkan
afterload meningkat sehingga terjadilah penurunan curah jantung.

7
F. PATHWAY
Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, Aliran darah makin cepat
perokok, stress, kurang olahraga, keseluruhan tubuh sedangkan
genetik,alkohol, konsentarasi, garam,obesitas nutrisi dalam sel sudah
mencukupi kebutuhan

Kerusakan vaskuler Hipertensi Beban kerja jantung


pembuluh darah

Tekanan iskemik darah


Penyumbatan
Perubahan struktur pembuluh darah
vasokontriksi
Otak

Gangguan sirkulasi
Suplai O2 ke otak menurun

Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringangan otak
Gangguan persepsi
Resiko cidera sensor viual

Ginjal Pembuluh darah

Vasokontriksi pembuluh
darah ginjal
Sistemik Koroner

Aliran darah
Vasokontriksi Iskemia miokard

Respon RAA
Penurunan curah Afterload Nyeri
jantung
Merangsang
Fatigue
aldosteron
Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema

Sumber : Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan Nanda NIC NOC .

8
G. MANIFESTASI KLINIK

Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak
ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh :
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa
melayang (dizzy) dan impoten.
2. Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut.
Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan
kabur karena perdarahan retina, transient cerebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria,
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan
cepat dengan emosi yang labil pada Sindrom Cushing. Feokromositoma
dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak
keringat, dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi
selama bertahun – tahun. Gejalanya berupa :
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium.
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat.
4. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain
sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-
muntah, kegugupan, keringat berlebihan tremor otot, nyeri dada,
epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinitus (telinga berdengung),
serta kesulitan tidur.

9
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hemoglobin/hematokrit ; bukan pemeriksan diagnostic tetapi mengkaji hubungan


sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasikan faktor-faktor
resiko, seperti hyperkoagbilitas dan anemia.
2. BUN/creatinin ; memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa ; hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum ; hypokalemia dapat mengidentifikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi deuretik.
5. Kalsium serum ; peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum ; peningkatan kadar dapat mengidikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7. Pemeriksaan tiroid ; hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosterone serum ; tes ini digunakan untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
9. Urinalisa ; darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. VMA urine (metabolit katekolamin) ; kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab). VMA urine 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat ; hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
12. Steroid urine ; kenaikan steroid dalam urine dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari, Sidrom Cushing.
Kadar pada renin juga dapat meningkat.
13. IVP ; dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal dan batu ginjal/batu ureter.
14. Foto dada ; dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada
dan/ atau takik aorta, serta pembesaran jantung.
15. CT–scan ; mengkaji tumor serebral, CSV, ensefralopati, atau feokromositoma.

10
16. EKG ; dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan gangguan
konduksi. Catatan : luas dan peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis dikategorikan menjadi 2 yaitu penatalaksanaan


farmakologis dan penatalaksanaan non farmakologis : (Ardiansyah, 2012).
1. Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi farmakologi pada penderita hipertensi, yaitu :
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dengan dosis tunggal pada
pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi/udem paru).
b. Reserpine 0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20 mg
dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5 – 25 mg sebanyak 2 sampai 3 kali sehari (kontraindikasi
pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bila kenaikan 10 mg dua kali
sehari.
J. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal,
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
d. Mengurangi konsumsi alkohol.
e. Berhenti merokok.
f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali).

11
K. PENGATURAN MAKANAN
MAKANAN YANG Makanan yang segar : sumber hidrat arang, protein
DIANJURKAN nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang
banyak mengandung serat.
1. Makanan yang diolah tanpa atau sedikit
menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu
bubuk.
2. Sumber protein hewani : penggunaan
daging/ayam/ikan paling banyak 100 gram/hari.
Telur ayam/bebek 1 butir/hari.
3. Susu segar 200 ml/hari.
MAKANAN YANG Pemakaian garam dapur, pengggunaan bahan
DIBATASI makanan yang mengandung natrium seperti soda kue.
MAKANAN YANG 1. Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing.
DIHINDARI 2. Makanan yang diolah menggunakan garam
natrium ( crackers, pastries, krupuk, kripik dan
makanan yang asin ).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng : sarden,
sosis, kornet, sayuran dan buah-buahan dalam
kaleng.
4. Makanan yang diawetkan : dendeng, abon, ikan
asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang, acar, manisan buah.
5. Mentega dan keju.
6. Bumbu-bumbu : kecap asin, terasi, petis, garam,
saus tomat, saus sambel, tauco dan bumbu
penyedap yang mengandung garam berlebih.

1. KOMPLIKASI

12
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi diotak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke dapat
terjadi apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah kedaerah-daerah yang diperdarahinya menjadi
berkurang.
2. Infark Miokardium
Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
mengalami aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksiegen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut.
3. Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal neuron akan terganggu,
dan dapat berlanjut menjadi hipoksit dan kematian.
4. Ensefalopati
Ensefalopati(kerusakan otak)dapat terjadi terutama pads hipertensi
maligna(hipertesi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
akibat kelainan yang ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan kedalam ruangan intertisum di seluruh susunan saraf
pusat.
5. Cardiomegaly
Kardiomegali berarti kondisi ketika jantung mengalami pembesaran.
Penyebabnya antara lain tekanan darah tinggi,penyakit jantung
koroner(Coronary Artery Disease), penyakit katub jantung ( Heart Valve
Disease ), dan emfisema jangka panjang dengan gagal jantung yang
progresif. Penyalahgunaan zat dan juga memicu terjadinya pembesaran
jantung.

13
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi klien
Nama, tempat tanggal lahir ( umur ), jenis kelamin, status perkawinan, jumlah
anak, suku/agama, warga Negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan,
alamat rumah.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga lain yang pernah menderita penyakit yang
sama.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
Apakah klien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan mendapat
pengobatan dan perawatan, bila pernah apa faktor pencetus.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Aktifitas ditemui adanya kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung
meningkat, takipneu,palpitasi, sakit kepala,edema.
a) Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler

14
Palpasi denyut radialis, perhatikan :
1. Frekuensi jantung : takikardia atau bradikardia
2. Irama : meningkat,turun

Inspeksi

1. Dengarkan jantung dengan stetoskop.


2. Dengarkan pada masing-masing area
3. Identifikasi jika terdapatmur-mur.
4. Dengarkan pada apeks dengan posisi klien miring ke kiri.
5. Dengarkan batas sternal kiri bawah kearah apeks ketika klien duduk,
menjorok kedepan, dengan nafas ditahan saat ekshalasi.

b) Data dasar pengkajian klien


1. Aktifitas istirahat
Gejala : Kelemahan, letih,nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tekipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis
Tanda : Kenaikan tekanan darah, takikardi, disritmia, denyutan nadi
jelas,bunyi jantung mur-mur,distensi vena jugularis.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian,ansietas,depresi, euphoria, marah,
faktor stres multiple ( hubungan,keuangan,pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue, perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ),
peningkatan pola berbicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,obstruksi,riwayat
penyakit ginjal).
5. Makanan/cairan

15
Gejala : Makanan yang disukai ( tinggi garam,tinggi lemak,tinggi kolesterol ),
mual, muntah, perubahan berat badan, ( naik/ turun ),riwayat
penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas,adanya edema.
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub okspital, gangguan
penglihatan
Tanda :Status mental : orientasi,isi bicara, proses berpikir, memori,
perubahan retina optik.
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina,nyeri hilang timbul pada tungkai,nyeri abdomen/massa.
8. Pernafasan
Gejala :Dsypnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja,tacypnea,batuk
dengan/tanpa sputum,riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan,cyanosis, distress respirasi/penggunaan alat
bantu pernafasan.
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi,cara berjalan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai oksigen
ke otak menurun.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.

16
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 kali 1. Monitor TTV 1. Pengumpulan dan analisis data
dengan peningkatan 24 jam didapatkan kriteria hasil a. Monitor tekanan darah, kardiovaskuler, pernafasan, dan
tekanan vaskuler dengan indikator : nadi, suhu, dan status suhu tubuh untuk menetukan
serebral. 1. Tingkat nyeri berkurang pernafasan dengan tepat. dan mencegah komplikasi.
a. Nyeri dilaporkan 2. Pemberian analgesik 2. Penggunaan agen farmakologi
berkurang. a. Cek perintah pengobatan untuk mengurangi atau
b. Klien tidak pusing meliputi obat, dosis, dan menghilangkan nyeri.
lagi. frekuensi, obat analgesik 3. Pengurangan atau reduksi nyeri
c. Tengkuk klien tidak yang diresepkan. sampai pada tingkat
merasa sakit lagi. b. Cek adanya riwayat alergi kenyamanan yang dapat
2. Tingkat kecemasan obat. diterima oleh pasien.
a. Ekspresi wajah tidak 3. Manajemen nyeri
tegang a. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
Frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.

17
2. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan jantung 1. Keterbatasan dari komplikasi
jantung berhubungan keperawatan selama...x 24 jam a. Secara rutin mengecek sebagai hasil dari
dengan afterload diharapkan tidak terjadi nyeri psien baik secara fisik dan ketidakseimbangan antara suplai
meningkat. atau ibu dapat mengantisipasi psikologis sesuai dengan oksigen pada otot jantung dan
nyerinya. Dengan kriteria hasil : kebijakan tiap kebutuhan seorang pasien yang
1. Keefektifan pompa agen/penyedia layanan. memiliki gejala gangguan fungsi
jantung. b. Monitor EKG, adakah jantung.
a. Tekanan darah sistol perubahan segmen ST 2. Mempersiapkan, memberikan,
normal. sebagaimana mestinya. dan mengevaluasi efektifitas
b. Tekanan darah diastol c. Monitor TTV secara rutin. obat denga resep dan tanpa
normal. d. Catat tanda dan gejala resep.
c. Denyut jantung apikal penurunan curah jantung. 3. Pengumpulan dan analisis data
normal. 2. Pemberian obat kardiovaskuler, pernafasan, dan
d. Suara jantung a. Pertahankan aturan dan suhu tubuh untuk menentukan
abnormal tidak ada. prosedur yang sesuai dan mencegahkomplikasi.
2. Status jantung paru dengan keakuratan dan 4. Memasukkan ujung kanul ke
a. Tekanan darah keamanan pemberian obat. pembuluh darah perifer untuk
sistol normal. b. Beritahu klien mengenai tujuan pemberian cairan, darah,
b. Tekanan darah diastol jenis obat, alasan atau obat-obatan.
normal. pemberian obat, hasil 5. Pemberian dan monitor cairan

18
c. Denyut nadi apikal yang diharapkan dan intravena dan pengobatan.
normal efeklanjutan yang akan
d. Denyut nadi perifer terjadi sebelum pemberian
normal. obat.
e. Tekanan darah 3. Monitor TTV
diastolik normal a. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat.
4. Pemasangan infus
a. Verifikasi instruksi untuk
terapi IV
b. Beritahukan pasien
mengenai prosedur
c. Pertahankan teknik
aseptik dengan seksama.
d. Identifikasi apakah pasien
alergi terhadap obat
yodium, atau plester.
5. Terapi intravena ( IV )
a. Verifikasi perintah untuk

19
terapi IV
b. Instruksi pasien tentang
prosedur.
c. Jaga teknik aseptik dengan
ketat.
d. Melakukan prinsip lima
benar sebelum memulai
infus atau pemberian
pengobatan, misalnya,
benar obat, dosis, pasien,
cara, dan frekuensi.

2. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor Neurologi 1. Pengumpulan data dan analisis
perfusi jaringan otak keperawatan selama ... x 24 jam a. Monitor tingkat data pasien untuk mencegah
berhubungan dengan diharapkan tidak beresiko cidera kesadaran. atau meminimalkan komplikasi
suplai oksigen ke otak dengan kriteria hasil : b. Monitor tingkat orientasi. neurologis.
menurun. 1. Perfusi jaringan cerebral. c. Monitor kecenderungan 2. Pengumpulan dan analisis data
a. Tekanan intrakarnial skala koma glaslow. kardiovaskuler, pernafasan, dan
normal. 2. Monitor tanda-tanda vital suhu tubuh untuk menentukan
b. Nilai rata-rata tekanan a. Monitor tekanan darah, dan mencegah komplikasi.

20
darah normal. nadi, suu, dan status
c. Sakit kepala tidak pernafasan dengan tepat.
ada.
d. Penurunan tingkat
kesadaran tidak ada.
2. Status sirkulasi
a. Tekanan darah rata-
rata normal.
b. Tekanan nadi normal.
c. Wajah pucat tidak
ada.
3. Status Neurologi
a. Kesadaran tidak
terganggu.
b. Fungsi otonom tidak
terganggu.
Tekanan interkranial tidak
terganggu.
3. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pemasangan infus 1. Memasukkan ujung jarum kanul
cairan berhubungan keperawatan selama ... x 24 jam a. Verifikasi instruksi untuk ke pembuluh arah perifer untuk

21
dengan edema diharapkan tidak beresiko cidera terapi IV tujuan pemberian cairan, darah,
dengan kriteria hasil : b. Beritahukan pasien atau obat-obatan.
1. Keseimbangan cairan mengenai prosedur 2. Pemberian dan monitor cairan
a. Keseimbangan intake c. Pertahankan teknik intravena dan pengobatan.
dan output dalam 24 aseptik dengan seksama. Memperahankan keamanan
jam tidak terganggu. d. Identifikasi apakah pasien dengan menghindari konfontasi
b. Edema perifer tidak alergi terhadap obat, yang meningkatkan resiko
ada. yodium, atau plester. terjadinya trauma.
2. Keparahan hipertensi 2. Terapi intravena ( IV ) 3. Pengumpulan dan analisis data
a. Denyut jantung tidak a. Verifikasi perintah untuk kardiovaskuler, pernafasan, dan
teratur tidak ada. terapi IV suhu tubuh utnuk menentukan
b. Sakit kepala tidak b. Instruksi pasien tentang dan mencegah komplikasi.
ada. prosedur. 4. Pengumpulan dan analisis data
c. Pusing tidak ada. c. Jaga teknik aseptik pasien dalam pengaturan
d. Peningkatan tekanan dengan ketat. keseimbangan cairan.
darah sistol tidak ada. d. Melakukan prinsip lima
e. Peningkatan tekanan benar sebelum memulai
darah diastol tidak infus atau pemberian
ada. pengobatan, misalnya,
3. Tanda-tanda vital benar obat, dosis, pasien,

22
a. Suhu tubuh normal cara, dan frekuensi.
b. Tekanan nadi normal 3. Monitor TTV
c. Tingkat pernafasan a. Monitor tekanan darah,
normal nadi, suhu dan status
d. Tekanan darah sistol pernafasan dengan tepat.
normal 4. Monitor cairan
e. Tekanan darah diastol a. Monitor asupan dan
normal pengeluaran
4. Keparahan cairan b. Catat dengan akurat
berlebihan pengeluaran (misalnya,
a. Edema menyeluruh asupan oral, asupan pipa
tidak ada makanan, asupan iv,
b. Peningkatan tekanan antibioyik, cairan yang
darah tidak ada. diberikan dengan obat-
c. Penurunan urin output obatan, tabung nasogastrik
tidak ada. (NG), saluran air, muntah,
tabung dubur, pengeluaran
kolostomi, dan air seni).

23
24
F. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun dengan tetap memperhatikan kebutuhan klien.
Kegiatan yang diimplementasikan ditulis dengan menambahkan awalan “ Me “. “ Meng “ untk mengubah kata perintah menjadi kata kerja.
G. EVALUASI
Evaluasi disusun dengan respon klien terhadap implementasi dan hasil observasi perawat. Evaluasi didokumentasikan dengan
formatS,O,A,P(Subjek,Objek,Assessment,Problem).

17
25
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri Klien
Nama : Nenek. “ C ”
Umur : 74 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan terakhir : Tidak sekolah
Status perkawinan : Janda
Sumber informasi : Klien
Diagnose medis : Hipertensi
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : klien mengatakan pusing danmata berkunang-
kunang apabila berdiri terlalu lama, klien mengatakan sakit kepala
sampai bagian tekuk leher, klien tampak duduk saja.
2) Kronologi keluhan
a) Faktor pencetus : klien mengatakan factor pencetus nya adaah
factor usia, dan suka makanan yang asin-asin.
b) Timbulnya keluhan utama : pada saat tekanan darah klien
tinggi dan apabila klien kurang istirahat.
c) Lamanya : tidak lama lebih kurang 10 menit
d) Upaya mengatasi: klien langsung berabring dan istirahat di
tempat tidur.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Riwayat imunisasi : klien mengatakan tidak pernah imunisasi saat
klien masih kecil
2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) : klien
mengatakan tidak ada riwayat alergi.

26
3) Riwayat kecelakaan : klien mengatakan 1 tahun yang lalu pernah
mengalami kecelakaan yaitu jatuh dari tempat tidur.
4) Riwayat di rawat di rumah sakit : klien mengatakan tidak pernah
di rawat di rumah sakit, klien mengatakan jika sakit maka klien
hanya membeli obat di warung saja.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat psikososial dan spiritual
1) Orang terdekat dengan klien adalah anak bungsu klien
2) Masalah yang mempengaruhi klien : klien mengatakan hanya
memikirkan keadaan cucu dan keluarga klien
3) Mekanisme koping terhadap stress : klien mengatakan cara
mengatasi stress pada dirinya yaitu dengan cara sholat dan tidur.
4) Presepsi klien tentang penyakit nya
a) Hal yang dipikirkan saat ini : klien ingin bertemu dengan cucu
kecil
5) Sistem nilai kepercayaan
a) Aktivitas agama / kepercayaan yang di lakukan : klien
mengatakn melaksaanakan ibadah sholat 5 waktu secara
berjamaah dan mendengarkan ceramah pada pagi hari yaitu
sehabis sholat subuh.
b) Kegiatan agama /kepercayaan yang ingin di lakukan (saat
ini) : klien mengatakan percaya adanya kematian karena di
dunia tidak ada yang abadi.
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
1) Frekuensi makanan : klien mengatakan frekuensi makanan 3 x
sehar yaitu sarapan pagi, makan siang dan makan malam
2) Nafsu makan : nafsu makan klien baik, tidak ada penurunan nafsu
makan selama dipanti.
3) Jenis makanan : nasi putih, lauk pauk, bubur dan snack.
4) Makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan : klien
mengatakan tidak ada makanan yang tidak disukai.

27
5) Kebiasaan sebelum makan ; klien mengatakanberdoa dulu
sebelum makan
6) Berat badan dan tinggi badan ( sekarang dan satu tahun yang lalu )
: pada saat pengkajian BB klien 54 kg dan 1 tahun yang lalu klien
tidak mengingat nya, TB klien 150 cm dan 1 tahun yang lalu klien
tidak tahu.
b) Eliminasi
1) Berkemih : klien mengatakan frekuensi berkemih 4-5 x sehari
dengan warna kuning jernih dank lien mengatakan tidak ada
keluhan dalam berkemih.
2) Defekasi : klien mengatakan frekuensi defekasi 1 x sehari dengan
waktu pagi hari dan bau khas feses, konsistensi lembek. Klien
mengatakan tidak ada keluhan dalam BAB dan klien mengatakan
tidak ada pengalaman dalam menggunakan laksatif.
c) Hygine personal
1) Mandi
- Frekuensi : 2 x sehari yaitu pagi dan sore hari.
- Penggunaan sabun ( ya / tidak ) : ya
2) Hygine oral
- Frekuensi : 2 x sehari
- Waktu : 2 x sehari setelah mandi pagi dan sore
3) Cuci rambut
- Frekuensi : 2 x seminggu
- Penggunaan sampo (ya / tidak)

4) Gunting kuku
- Frekuensi : 1 x seminggu yaitu pada setiap hari jumat.
d) Istirahat dan tidur
1) Lama tidur ( jam / hari ) : siang + setengah jam dan malam 6
jam / hari
2) Tidur siang ( ya / tidak ) : ya kurang lebih setengah jam
3) Kesulitan tidur malam ( ya / tidak ) : tidak ada masalah dalam
istrahat tidur malam

28
e) Aktivitas dan latihan
1) Olahraga ( ya / tidak ) : ya
Jenis dan frekuensi : senam lansia pada pagi hari.
2) Kegiatan waktu luang : kegiatan waktu luang klien adalah
pergunakan untuk nonton tv.
f) Keluhan dalam beraktivitas : klien mengatakan keluhan nya adalah
mata klien berkunang – kunang dan kepala pusing saat berdiri terlalu
lama.
g) Kebiasaan
1) Merokok
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok
2) Minuman keras
Klien mengatakan tidak memiliki kebasaan meminum minuman
keras
3) Ketergantungan obat
Klien mengatakan tidak memiliki ketergantungan terhadap suatu
obat.
4. Pemerikasaan fisik
a) Keadaan umum
Tingkat kesadaran compos mentis, tekanan darah 180/100 mmHg,
nadi 78 x per menit, suhu 36,5℃, pernapasan 22 x / menit, lansia
tampak bersih dan rapi, klien mengatakan sakala nyeri 5, klien tampak
memegang tengkuknya dan memegang kepalanya.
b) Rambut
Rambut klien tampak panjang dan beruban, tidak ada lesi, tidak
berketombe, tidak ada kutu, rambut tampak bersih.
c) Mata
Conjungtiva ananemis, sclera ikterik, penglihatan kabur untuk jarak
jauh > 2 meter, klien dapat melihat jarak dekat namun tidak dapat
melihat jarak jauh, klien mengatakan pandanganya terganggu karena
pandngan nya kabur, tampak mengalami katarak.

29
d) Hidung dan sinus
Tidak ada kelainan pada septum nasal, tidak ada lesi, tidak ada secret
dan dapat membedakan bau.
e) Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, pendengaran masih baik dan
klien masih dapat mendengarkan.
f) Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, mukosa mulut lembab, tidak stomatitis, jumlah
gigi tidak lengkap, klien menggunakan gigi palsu pada bagian atas,
mulut bersih, tidak ada pendarahan pada gusi, kekmampuan menelan
dan mengunyah baik.
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat pembesaran vena
jugularis dan tidak ada peninggian JVP, denyut nadi karotis teraba.
h) Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan, tidak
terdapat lesi, frekuensi pernafasan 22 x/ menit
i) Payudara
Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan dan
benjolan, bersih dan terjadi atropi pada payudara.
j) Sistem pernafasan
Tidak ada penyimpangan septum nasal, pola napas regular, frekuensi
napas 22 x/ menit, suara napas vesikuler, tidak terdengr ronchi dan
weezing.
k) Sistem kardiovaskuler
HR: 78x/ menit, tekanan darah 180/100 mmHg, tidak ada bunyi
jantung tambahan
l) Sistem gastrointestinal
Bising usus 12 x/ menit, tidak terdapat asistesi, tidak ada nyeri tekan.

30
Analisis data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. Data subjektif Peningkatan Gangguan rasa nyaman
- Klien mengatakan kepala nya tekanan nyeri : sakit kepala
pusing apabila terlalu lama vaskuler
berdiri serebral
- Klien mengatakan pandangan
mata nya berkunang – kunang
- Klien mengatakan sakit pada
daerah tengkuk
- Klien mengatakan sakit kepala
sampai ketengkuk leher
- Klien mengatakan skala nyeri 5
(1-10)
Data objektif
- Klien tampak memegangi kepala
nya yang sakit
- Klien tampak memegangi
tengkuk nya
- Klien tampak duduk
- Observasi tanda – tanda vital
TD : 180/100 mmHg
S : 36, 5 °C
RR : 22 x/i Resiko cedera jatuh
2. Data subjektif Perubahan
- Klien mengatakan pandangan penurunan
nya kabur kemampuan
- Klien mengatakan pernah jatuh sistem
dari atas tempat tidur satu tahun penglihatan
yang lalu
Data objektif
- Klien tampak duduk saja

31
- Usia klien 74 tahun
- Penglihatan kabur
- Klien mengikuti senam tapi
sebentar
- Klien tampak berhati hati pada
saat berjalan
- Lantai disekitar panti
menggunakan keramik Gangguan sensorik presepsi
- Pencahayaan rumah terang : penglihatan
3. Data subjektif Penurunan
- Klien mengatakan pandangan ketajaman
nya kabur jika melihat jarak jauh penglihatan
Data objektif
- Klien hanya dapat melihat pada
jarak dekat saja
- Klien tampak kesulitan dalam
menonton tv
- Tampak adanya katarak
- Usia klie 74 tahun

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala b.d Peningkatan vaskuler
serebral.
2. Resiko cidera jatuh b.d perubahan kemampuan sistem penglihatan.
3. Gangguan sensori persepsi : Penglihatan b.d Penurunan ketajaman
penglihatan.

32
33
C. Intervensi Asuhan Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1. Gangguan rasa nyaman nyeri : Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda tanda vital 4. Untuk mengetahui apakah
sakit kepala b.d peningkatan keperawatan di harapkan nyeri 2. Mempertahankan tirah baring ada penurunan dan
tekanan vaskuler serebral kepala berkurang dalam waktu selama fase akut peningkatan tekanan
3x24 jam. 3. Berikan tindakan untuk darah klien
Kriteria hasil menghilangkan sakit kepala seperti 5. Meminimalkan stimulus
- Klien tidak pusing lagi teknik relaksasi nafas dalam meningkatkan relaksasi
- Pandangan tidak berkunang 4. Lanjutkan terapi medis yang 6. Tindakan menurunkan
– kunang diberikanoleh dokter dalam tekanan cerebral dan
- Tengkuk klie tidak merasa pemberian obat analgetik yaitu memperlambat respon
sakit lagi captopril 25 mg tablet diminum 25 simpatis epektif dalam
- Tekanan darah klien x sehari pagi dan malam. menghilangkan sakit
normal TD : 120/80 s/d 5. Memberikan dan mengajarkan kepala
140/90 pembuatan obat tradisional (daun 7. Menurunkan tekanan
seledri) darah tinggi.
8. Untuk memandirikan
klien dalam pemberian

34
obat secara alami.

1. Mengurangi resiko jatuh


1. Pencegahan jatuh saat melakukan
a. Pantau gaya berjalan keseimbangan mobilisasi
dan tingkat keletihan saat ambulasi 2. Mencegah resiko jatuh
b. Bantu lansia yang limbung saat dengan cara menciptakan
2. Resiko cidera jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan mobilisasi lingkungan yang aman
perubahan kemampuan sistem keperawatan diharpkan masalah c. Sediakan penerangan yang cukup 3. Memudahkan klien untuk
penglihatan resiko jatuh dapat teratasi dalam terang mengenali hal hal atau
waktu 3 x 24 jam dengan KH 2. Manajemen lingkungan tempat yang menjadi
1. Perilaku keamanan lingkungan a. Ciptakan suatu lingkungan yang faktor penyebab jatuh
fisik rumah : aman bagi klien
a. Pengaturan pencahayaan b. Beri alat bantu adaptasi, sesuai
b. Pengaturan furnitur untuk keperluan
mengurangi resiko jatuh c. Letakkan barang – barang yang
c. Pengaturan letak alat bantu sering digunakan pasien dalam
di tempat yang mudah jangkauan pasien.
dijangkau 3. Orientasi realitas
2. Perilaku keamanaan a. Orientasi pasien terhadap tempat

35
pencegahan jatuh dan waktu
a. Pengunaan alat – alat bantu b. Gunakan petunjuk lingkungan yang
dengan benar menstimulus memori dan
b. Tidak ada barang – barang meningkatkan perilaku yang sesuai.
yang berserakan
c. Penyesuaian ketinggian
kursi jika diperlukan 1. Letakkan alat-alat yang sering
digunakan klien
2. Bantu klien dalam mengidentifikasi
3. Gangguan sensori presepsi : Setelah di lakukan tindakan barang-barang yang sering digunakan 1. Memudahkan klien dalam
penglihatan b.d penurunan keperawatan diharapkan masalah 3. Hindari klien pada barang-barang yang mengambil sesuatu yang
ketajaman penglihatan dapat teratasi dalam waktu 3x24 sulit di jangkau dibutuhkan
jam 4. Sediakan penerangan yang cukup, 2. Bantuan dapat memerikan
Kriteria hasil ventilasi rumah (cahaya lampu) respon perbedaan warna
- Klien dapat menggunakan 5. Hindarkan dari cahaya lampu yang barang
alat bantu penglihatan silau, penerangan dikamar mandi, 3. Agar klien mudah
( kaca mata ) dapur dan ruangan lain sepanjang mengenal dan terhindar
waktu. dari resiko cidera.
4. Memudahkan klien dalam
melihat.

36
5. Cahaya yang terlalu silau
dapat mengganggu
pandangan klien dalam
melihat.

D. Implementasi dan Evaluasi

TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMEMTASI EVALUASI


14/1/2014 05 : 45 WIB Diagnosa I: Gangguan -mengobservasi tanda tanda vital klien Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala
rasa nyaman nyeri : sakit TD : 220/120 mmHg b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
kepala b.d Peningkata N : 78 x / i S : Klien mengatakan kepalanya pusing

37
tekanan vaskuler serebral RR : 20 x / i dan matanya masih berkunang-kunang
O : Klien tampak memegang kepalanya.
TD : 190/100 mmHg/
S : 36◦C
- Mengajarkan klien teknik relaksasi A : Masalah belum teratasi
08.00 WIB nafas dalam. P :Intervensi 1,2,3,4 dan 5 di lanjutkan
Respon : klien dapat melakukan yaitu :
teknik relaksasi nafas dalam yang 1. Observasi Tanda
diajarkan. tanda vital
- Melanjutkan terapi obat yang 2. mempertahankan
09.00 WIB diberikan oleh dokter dalam tirah baring selama
pemberian oral 2x sehari fase akut
Respon : klien meminum obat 3. Berikan tindakan
captoril 1 tab untuk menghilangkan
- Memberikan klien posisi yang sakit kepala seperti
14.00 WIB nyaman dalam istrahat teknik relasasi nafas
Respon : klien mengatakan lebih dalam
nyaman 4. Lanjutkan terapi medis
- Mengobservasi tanda tanda vital yang di berikan oleh
klien dokter dalam

38
18.30 WIB TD : 190/100 mmHg pemberian obat
S : 36 °C analgetik.
Nadi : 74 x/ i 5. Memberikan dan
- Memberikan obat Mengajarkan
19.15 WIB kepala klien pembuatan obat
Captopril 1 tab tradisional (daun
seldri)

15/1/2014 08:30 WIB Diagnosa II : Resiko 1. Pencegahan jatuh Resiko cedera jatuh b.d perubahan
cidera jatuh b.d a. Memantau saya kemampuan dalam penglihatan
perubahan kemampuan berjalan, S : Klien mengatakan dalam berdiri harus
sistem penglihatan keseimbangan dan hati-hati
tingkat kelebihan O : Klien tampak berhati-hati dalam
saat ambulasi. berjalan.
Respon : klien berhati-hati dalam A : Masalah teratasi sebagian
berjalan. P : Intervensi 1,2,3 di lanjutkan yaitu :
10.30 WIB 1.Pencegahan jatuh
2. Manajemen lingkungan b. Bantu lansia yang
a. menata meja yang ada di tempat saat mobilitas
tidur klien agar terjangkau untuk c sediakan penerangan

39
mengambil barang yang diperlukan yang cukup terang
ole klien dan aman bagi pasien. 2. manajemen lingkungan
Respon : klien terhindar dari resiko b. Beri alat bersifat
jatuh. adaptas, sesuai
keperluan
c. Letakkan
Barang-barang
yang
Sering digunakan/
pasien
dalam jangkauan
pasien
3. Orientasi realitas
a. Orientas
pasien terhadapt
Seladan waktu
b. Gunakan petunjuk
lingkungan mestimulus
memori dan
meningkatkan prilku

40
yang sesuai
15/1/2014 13.00 WIB Diagnosa III : Gangguan - Meletakkan alat-alat yang sering Ganguan sensori persepsi : penglihatan b.d
sensori persepsi : digunakan lansia disamping tempay penurunan ketajaman penglihatan.
penglihatan b.d tidurnya. S:
penurunan ketajaman Respon : klin mudah dalam Klien mengatakan kalau berjalan tidak
penglihatan. mengambil sesuatu yang di butuhkan tampak dengan jelas
O:
Klien tampak kesulitan dalam memandang
- Memposisikan barang-barang klien orang dan benda
yang tepat agar mudah di jangkau oleh A :
klien Masalah belum teratasi
15.00 WIB Respon : klien mudah dalam P :
mengambil barang seperti alat mandi Intervensi 2,4,5,6, dilanjutkan yaitu :
1. Bantu lansia dalam mengidentifikasi
barang-barang yang sering di gunakan.
2. Sediakan penerangan yang cukup,
cahaya matahari, venyilasi rumah
3. Hindarkan dari cahaya yang silau,
penerangan di kamar mandi, dapur dan
ruangan lain sepanjang waktu.

41
4. Tingkatkan rangsangan panca indra
melalui buku-buku yang di cetak besar,
berikan warna yang dapat dilihat.
16/1/2014 14.00 WIB Diagnosa III : Gangguan - Membantu lansia dalam Gangguan sensori persepsi
sensori persepsi : mengidentifikasi barang-barang yang Penglihatan b.d penurunan fungsi
penglihatan b.d sering di gunakan penglihatan.
penurunan ketajaman S:
penglihatan. Klien mengatakan pandangannya kabur
O:
Klien tampak tidak mengenal orang dari
- Menyediakan penerangan yang kejauhan
cukup, cahaya lampu, dan P : Intervensi 3 dan 4 di lanjutkan yaitu :
15.00 WIB mengidentifikasi ventilasi rumah 1. Hindarkan dari cahaya yang silau,
penerangan di kamar mandi, dapur dan
ruangan lain sepanjang waktu.
2. Tingkatkan rangsangan panca indra
melalui buku-buku yang di cetak besar,
berikan warna yang dapat di lihat.

42
16/1/2014 08: 00 WIB Diagnosa I : - Memberikan obat kepada klien Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala
Gangguan rasa nyaman Captopril 1 tab. b.d Peningkatan tekanan vaskuler serebral
nyeri : sakit kepala b.d S:
Peningkatan tekanan Klien mengatakan pusingnya berkurang
vaskuler serebral . O:
Klien tidak merasakan lagi pada
tenguknya.
TD:140/90mmHg
- Menganjurkan klien teknik A:
10:20 WIB relaksasi dalam Masalah teratasi sebagian
Respon : klien melaksanakan P:
teknik relaksasi dalam. Intervensi 1,2 dan 5 di lanjutkan yaitu :
- Memberikan terapi obat 1. Observasi Tanda-tanda vital
Captopril 1 tablet. 2. Mempertahankan tirah baring
selama fase akut.
3. Memberikan dan mengajarkan
klien dalam pembuatan obat
tradisional ( daun seledri )

43
Resiko cedera jatuh b.d perubahan
kemampuan sistem penglihatan.
- Membantu dan mengajari klien S :
dalam membedakan mana Klien mengatakan sudah dapat
lantai yang mudah licin atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan
Diagnosa II : tidak licin. yang membuat klien resiko jatuh
11:15 WIB Resiko cedera jatuh b.d Respon : Klien mengatakan sudah O :
16/1/2014 Perubahan kemampuan dapat menyesuaikan diri terhadap Alat-alat yang digunakan klien mudah di
sistem penglihatan. lingkungan yang membuat jangkau dan diambil.
beresiko jatuh. A:
- Membantu klien dalam Masalah sudah teratasi
mengidentifikasi barang- P :
barang yang sering digunakan Intervensi dihentikan.
seperti alat-alat untuk mandi.

44
11:40
17/1/2014 Diagnosa I : Gangguan Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b.d
rasa nyaman nyeri : sakit peningkatan tekanan vaskuler serebral
kepala b.d peningkatan S : Klien mengatakan sudah tidak pusing
06:00 WIB tekanan vaskuler srebral - Mengobservasi tanda-tanda vital lagi.
klien O : ekspresi wajah klien rileks.
TD : 160/90 mmHg TTD : 140/90 mmHg, skala nyeri 2
S : 36◦C A : Masalah sudah teratasi
Nadi : 80x / menit P : Intervensi di hentikan.

08.00 WIB - Memberikan terapi obat captopril 1


tab.

11.00 WIB - Memberikan dan mengajarkan klien


dalam pembuatan obat tradisional
(daun seledri) untuk penurun tekanan
darah tinggi.
Respon : klien tampak kooperatif.
- Memberikan terapi obat

45
Respon : klien meminum obatnya,
captropil 1 tab, Mengobservasi TTV
12.30 WIB klien
TD : 140/90 mmHg
S : 36◦C

17/1/2014 19.00 WIB Diagnosa III : Gangguan - Menghindarkan dari cahaya yang Gangguan sensori persepsi : penglihatan
sensori persepsi : silau dengan menutup gorden jendela b.d penurunan ketajaman penglihatan.
penglihatan b.d kamar klien. S:
penurunan ketajaman Klien mangatakan masih kesulitan dalam
penglihatan melihat.
O:
klien tampak menonton TV pada jarak
yang sangat dekat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan oleh petugas
(perawat) yang ada di panti karena

46
penggunaan alat bantu penglihatan belum
terpenuhi sehingga pengkaji kesulitan
dalam memantu klien dalam penglihatan.

47
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah memperhatikan dan mempelajari pada bab sebelumnya,maka pada tahap


ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan gerontik padaa Ny” C”.
Lingkup dari pembahasan ini adalah sesai dengan 5 tahap yaitu pengkajian , diagnosa
keperawatan,intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Pada pembahasan kasus ,penulis mencoba melakukan perbandingan antara


landasan teori yang di kemukakan didalam bab II dengan kenyataan dalam
pelaksanaan di lapangan pada kasus nyata seperti yang di uraikan pada bab III
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny “C” dengan Hipertensi .Fokus
pembahasan kasus penulis berdasarkan pada setiap tahap dalam proses asuhan
keperawatanyang dimulai denga tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan,pekaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian terhadap Ny. “ C” dengan mencakup bio,psiko,social dan spritual


yang lebih menekankan kepada upaya perawatan diri sendiri secara mandiri.
Berdasarkan teoritis pada pasien hipertensi dapat di temukan tanda dan genjala
seperti sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual,
muntah, gelisah, kelemahan otot, bahakan ada yang mengalami perubahan mental.

Selama melakukan pengkajian tanda dan gejala yang ditemukan pengkaji pada
pasie adalah sakit kepala,pusing,lemas,mata berkunang-kunang,pundak teraa sakit
dengan genjala perubahan mental meskipun masih beresiko.

Pada saat pengkajian melakukan pengkajian pada pasien tanda dan gejala yang
ditemukan secara keseluruhan semuanya sama dengan tanda dan gejala secara
teoritis,tetapi pengkaji tidak menemukan tanda dan gejala mual,muntah,sesak
nafas,gelisah,dan kesadaran menurun.

Selama melakukan pengkajian pada klien,penulis tidak menemukan kesulitan


dalam memperoleh informasi karena klien ,dan perawat kooperatif untuk membantu
dalam mengumpilkan informasi yang dibutuhkan penulis.

B. Tahap Diagnosa Keperawatan


Setelah mendapatkan data dari pengkajian,selanjutnya data-data tersebut di
interpretasi dan dianalisa untuk mengetahui masalahkeperawatan klien yang muncul.
Kemuian penulis menetukan dan menegakkan diagnosakeperawatan utama pada
lansia dengan gangguan kardiovaskuler yaitu Hipertensi.

Berdasarkan hasil dari analisa data yang diprtolrh dari pengkajian yang di tinjau
secara teoritis terhaap 7 diagnosa keperawatan di antaranya 2 diagnosa pada penyakit
hipertensi dan 5 diagnosa khsus pada konsep keperawatan lansia antara lain :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan


tekanan vaskuler serebral(Doengoes,2000)
2. Gangguan sensori persepsi : penglihatan berhubungan dengan
penurunanketajaman penglihatan ( Maryam Siti,2010 )
3. Intolrtansi aktivitas b/d penurunan kekuatan otot(Meridean,dkk,2011).
4. Kurangnya pengetauan b/d kurangnya informasi pasien tentang
penyakit,terapi,dan rencana pengobatan (Meridean,dkk 2011)
5. Resiko cidera jatuh b/d perubahan kemampuansistem
penglihatan(Meridean,dkk,2011)
6. Keputusan b/d kondisi fisiologis yang buruk atau menurun
(Meridean,dkk,2011)

Pada kasus nyata yaitu asuhan keperawatan pada klien Ny, “C “ dengan
Hipertensi,penulis menemukan 3 diagnosa keperaatan antara lain:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala b/d peningkatan vaskuler serebal.

Dengan data penunjang yaitu:

DS: klien mengatakan kepalanya pusing,klien mengatakan pandangan


matanya berkurang-kurang,klien mengatakan sakit kepala sampai bagian
tengkuk leher,dank lien mengatakan skala nyerinya 5 (1-10)

DO : klien tampak memegangi kepalanya yang sakit dan tengkuknya,


observasi tanda-tanda vital.

TD:180/100 mHg, S:36,5 RR:22x/i


2. Resiko cidera jatuh b.d perubahan kemampuan sistem penglihatan Dengan
data penumjang yaitu:
DS:klien mengatakan pandangan matanya kabur dan klien mengatakan
pernah jatuh dartempat tidur 1 tahun yang lalu.
DO:klien tampak duduk saja,usianya 74 tahun,klien mengikuti senam tetapi
sebentar,klien tampak berhati-hati pada saat berjalan ,lantai disekitar panti
menggunakan keramik,dan pencahayaan dipanti terang.
3. Gangguan sensori persepsi : penglihatan b.d penurunan penglihatan
ketajaman mata.
Dengan data penunjang yaitu:
DS : klien mengatakan pandangannya kabur jika melihat jarak jauh.
DO : klien hanya dapat melihat pada jarak dekat saja, klien tampak kesulitan
dalam menonton tv, tampak adanya katarak dan usia klien 74 tahun.
Sedangkan 4 diagnosa pada tinjauan teoritis yang lain tidak terdapat
pada kasus Ny” C “ dikarenakan pada waktu pengkajian tidak terdapat data
data yang menunjang untuk diangkat menjadi diagnosa keperawatan sesuai
dengan diagnosa :
1. Penurunan curha jantung b.d vasokontriksi pembuluh darah (Doengoes,
2000)
2. Intoleransi aktifitas b/d penurunan kekuatan otot ( meridean, dkk 2011)
3. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi pasien tentang
penyakit, terapi, dan rencana pengobatan (maridean, dkk 2011)
4. Keputusan b/d kondisi fisiologi yang buruk atau menurun( meridean, dkk
2011)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau rencana keperawatan yang disusun untuk klien Ny.C
dengan Hipertensi sesuai dengan yang di tetapkan pada tinjauan teoritus, hal
yang tidak terlaksana karena alat tidak memandai.
Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan di tunjuk untuk
memehami kebutuhan klien dalam rangka mempercepat penyembuhan klien
sesuai dengan diagnsa yang ditemukan selama pengkajian. Hal ini di susun
berdasarkan uraian teoritis, perencanaan yang diangakt sesuai dengan
perencanaan teoritis.
Untuk menyusun rencana tindakan dalam pencapaian tujuan yang di
inginkan, maka harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan
selama pengkajian.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri: sakit kepala b/d peningktan tekana
vaskuler serebra:

Intervensi yang dapat di lakukan diagnosa ini antara lain

a. Observasi tanda- tanda vital


b. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
c. Berikan tindakan untuk mnghilangkan sakit kepala seperti teknik
relasasi nafas dalam
d. Lanjutkan terapi medis yang di berikan oleh dokter dalam
pemberian obat analgetik yaitu captopril 25 mg diminum 2 x sehari
pagi dan malam.
2. Resiko cidera jatuh b.d perubaan kemampuan sistem penglihatan
Intervesi yang dapat di lakukan pada diagnosa ini antara lain :
a. Pencegahan jatuh
1) Pantau gaya berjalan kesimbangan dan tingkat keletihan saat
ambulasi
2) Bantu lansia yang limbung sat mobilisasi
3) Sediakan penerangan yamg cukup terang
b. Manajemen lingkungan
1) Orientasi pasien terhadap tempat dan waktu
2) Beri alat bantu adaptasi, sesuai keperluasan
3) Letakan barang-barang yang sering digunakan pasien dalam
jangkauan pasien.
c. Orientasi realitas
1) Orientasi pasien terhadap tempat dan waktu
2) Gunakan petunjuk lingkungan yang menstimulus memori dan
meningkatkkan perilaku yang sesuai.
3. Gangguan sensori persepsi : penglihatan b.d penurunan ketajaman
penglihatan
Intervensi yang dapat dilakukan pada diagnosa ini antara lain :
a. Letakan alat-alat yang sering digunakan lansia.
b. Bantu lansia dalam mengidentifikasi barang-barang yang sering
digunakan
c. Hindari lansia pada barang-barang yang sulit dijangkau
d. Sedakan penerang yang cukup, cahaya matahari, ventilasi rumah
e. Hindari dari cahaya yang silau, penerangan di kamar
mandi,dapur dan ruangan lain sepanjang waktu.
f. Tingkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang
dicetak besar, berikan warna yang dapat di lihat.
D. Tahap Implementasi
Pada tahap ini penulis melasanakan rencana tindakan keperawatan
yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis
melakukannya sendiri dan mengikuti sertakan pengurus panti dan yang
ditinggal di rumah bahagia bintan.
Penulis melakukan observasi dan perawatan selama tiga hari untuk
mengetahui perkembangan klien. Dalam melakaukan tindakan keperawatan
klien, berdasarkan analisa data pada tinjauan kasus.
Pada tahap pelaksanaan hai pertama hasil yang di dapat pengkaji
adalah tekanan darah klien masih tinggi,tekanan darah klien pada waktu
pelaksanaan adalah 180/100 mmHg, keadaan umum klieb baik, kesadaran
composmentis, namun kepala klien masih sering pusing dan mata
berkunang-kunagan apabila klien terlalu lama berdiri, karena faktor usia
yang sudah semakin tua semua fungsi organ pun menurun, pada hari ke dua
dan ketiga keluhan pusing klien berkuang dan teratasi dengan teratur dengan
mengatar pola makan dan mengkonsumsi obat yang telah diberikan oleh
dokter namun untuk berfungsi penglihatan klien belum bisa teratasi secara
keseluruhan karena klien tidak menggunakan kaca mata, namu pengkaji
melakukan pelaksanaan sesuai intervensi untuk mengurangi kesulitan dalam
melihat.
Penerapan rencana tindakan ini dilakukan pada satu shif jaga setiap
hari yaitu 8 jam bahakan lebih selama tiga hari pelaksanaan. Tidak ada
hambatan yang berati selama penulis memberikan asuhan keperawaan
kepada klien.
E. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperwatan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana masalah keperawatan yang muncul, dimana
tidak sama semua masalah dapat teratasi dalam waktu 3 hari. Tindakan
keperawatan yang di lakukan pada Ny “ C “ bisa dikatakan telah mencapai
tujuan dan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan diagnosa, hal ini tidak
terlepas dari kerja sama dengan klien.
Dimana pada hari ketiga penulis melakukan implementasi, evaluasi
yang penulis dapat kan yaitu :
a. Diagnosa 1 ( gangguan rasa nyeri : sakit kepala b.d peningkatan tekanan
vaskuler selebral ), dibuktikan dengan pernyataan klien yang mengatakan
kepala klien yang sudah tidak pusing lagi, skala nyeri 2, tekanan darah
140/90 mmHg, klien tampak rileks. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang penulis inginkan ditabel intervensi yang telah
ditetapkan sehingga masalah teratasi dan intervensi di hentikan.
b. Diagnosa 2 ( resiko cedera jatuh b.d perubahan kemampuan sisitem
penglihatan ), masalah sudah teratasi pada hari kedua, dengan hasil
evaluasi klien mengatakan sudah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang membuat klien yang beresiko untuk jatuh. Hal ini sudah
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang penulis inginkan di tabel
intervensi yang telah ditetapkan, sehingga masalah teratasi dan intervensi
di hentikan
c. Diagnosa 3 ( gangguan sensorik presepsi : penglihatan b.d penurunan
pentajaman penglihtan ), pada hari ketiga masalah teratasi sebagian,
dengan hasil evaluasi klien mengatakan pandangan nya masih kabur
sehingga pengkajian sulit dalam mengatsi masalah pad diagnosa ke 3
karena penggunanaan alat bantu belum terpenuhi. Hal ini belum sesuai
dengan tujuan dan keriteria hasil penulis diinginkan di tabel intervensi
yang telah ditetapkan, sehingga maslah teratasi sebagian.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah di mana tekanan
sistolik lebih 140 mmHg dan atau diastolik lebh dari 90 mmHg sering
diakibatkan oleh stress, kegemukan, merokok. Adapun faktor pemicu
terjadinya penyebab hipertensi ialah faktor keturunan, usia yang semakin tua,
massa tubuh yang berlebihan, konsmsi garam yang melebihi ambang batas,
keturunan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, pola makan dan gaya
hidup yang kurang sehat serta aktivitas lahraga yang kurang.
Pada pengkajian terhadap Nenek C dengan Hipertensi di lakukan pada
hari ke 2 tepatnya di Rumah Bahagia Bintan yaitu pada tanggan 14 Januari
2014. Pengumpulan diawali dengan pengumpulan data tentang identitas
klien, penanggung jawab, dan riwayat kesehatan ( sekarang, masa lalu dan
riwayat kesehatan keluarga
Pada tinjauan kasus penulis mendapatkan 3 (tiga) diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan keluhan dan gejala yang timbul pada klien
diagnosa yang muncul tersebut antara lain adalah :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala b.d peningkatan


tekanan vakuler serebral

2. Resiko cidera jatuh b.d perubahan kemampuan sistem penglihatan

3. Gangguan sensori persepsi : penglihatan b.d penurunan ketajaman


penglihatan

Intervensi / perencanaan merupakankelanjutan dari perumusan diagnosa, tahap


ini meliputi kegiatan penentuan prioritas masalah, perumusan tujuan,
menetapkan tujuan, menetapkan tujuan, menetapkan standar evaluasi, ( KH )
dan rencana tindakan serta rasional, untuk intervensi keperawatan yang penulis
susun secara garis besar sesuai seperti yang ada di teori namun ada beberapa
intervensi keperawatan yang penulis susun yang tidak sesuai dengan teori
karena mengingat perlunya intervensi susun yang tidak sesuai dengan teori
karena mengingat perlunya intervensi tersebut di laksanakan terhadap Nenek
C.

Dalam tahap implementasi penulis dapat melakukan tindakan keperawatan


sesuai dengan perencanaan yang telah di buat, walaupun penulis harus
meminta izin terlebih dahulu dari perawat yang bertugas pada saat itu, dan
akhirnya penulis dapat melakukan tindakan keperawatan setelah mendapatkan
izin dan di dukung dengan pemahaman dan kemampuan yang penulis miliki
serta sikap kooperatif Nenek C didalam menjalankan setiap instruksi dan
tindakan keperawatan yang penulis lakukan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Nenek C dikatakan berhasil


sebagian, dikarenakan keterbatasan alat yang di miliki dipanti tidak memadai
sehingga penulis menganjurkan kepada petugas ( perawat ) yang ada dipanti
untuk melanjutkan implementasi selanjutnya.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Hipertensi itu sendiri yaitu Stroke,
Serangan Jantung dan Kerusakan Ginjal.
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan secara keperawatan yaitu :

1. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a. Teknik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan


pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b. Teknik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi relaks.

c. Pendidikan Kesehatan ( penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan


pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya,sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dalam menerapkan Asuhan


Keperawatan Pada Ny. C Dengan Gangguan Pada Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Untuk Klien dan Keluarga

a. Diharapkan klien mau memotivasi dirinya senidri untuk pola hidup yang
menuju kearah berulangnya hipertensi, misalnya hindari konsumsi garam
berlebih, hindari stress, jangan banyak pikiran, dan olahraga teratur.
Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ketempat pelayanan kesehatan
terdekat.
b. Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi
peningkatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada
terhadap resiko pada keluarga klien sendiri.

2. Untuk Mahasiswa

a. Diharapkan mahasiswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori,
skill, maupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan
kontribusi yang maksimal bagi peningkatan atau kesehatan klien

b. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan


melihat aspek bio-psiko-sosio-spiritual

Diharapkan mahasiwa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan


Gerontik dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, mahasiswa mampu
menerapkan pengkajian,diagnosa, intervensi dan implementasi pada lansia
dengan hipertensi .
DAFTAR PUSTAKA

- Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


- KTI ( Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Nenek C, dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi. Oleh Oci Oktaviana Progam
Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Tanjungpinang 2014 )
- Digilib unila ac.id pengertian hipertensi ( Diaskes pada tanggal 27 Oktober
2018. Pada pukul 20:35 )
- IKAPI.1993. Proses keperawatan pada pasien dengan ganguuan sistem
kardiovaskuler. Jakarta : Buku kedokteran
- Leatha, aubrey. 2003, Kardiologi. Jakarta : Penerbit erlangga
- Nurafif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Nanda NIC NOC
Jogyakarta mediaction

Anda mungkin juga menyukai