1. Pengkajian
Anamnesis yang dilakukan dengan cara menanyakan kumpulan gejala
pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symtom) antara
lain: hesistensi, pancaran urin lemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa
ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat
berupa urgensi, frekuensi dan disuria.
Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan
suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok-septik.
19
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan teknik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis, pada daerah supra
simfiser pada keadaan retensi akan menonjol, pada saat di palpasi terasa
adanya ballotemen dan klien akan terasa menonjol, saat palpasi terasa ingin
miksi, perkusi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya residual urin.
20
6) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
7) Inkontinensia urin refleks berhubungan dengan kerusakan induksi implus diatas
arkus refleks
8) Inkontinensia urin stress berhubungan dengan kelemahan instrinsik uretra,
kekurangan estrogen, peningkatan tekanan intra abdomen
b. Post – operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada TURP
2) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur kriteria: alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih sering
3) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
4) Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat
dari TURP
5) Defisit pengetahuan: tentang TURP berhubungan dengan kurang informasi
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan
Tabel 1
21
1 2 3 4
dan ketidakmampuan jumlah yang cukup, tidak 2. Observasi aliran urin,
kandung kemih untuk teraba distensi kandung perhatikan ukuran
berkontraksi secara adekuat kemih kekuatan pancaran
urin Awasi dan catat
waktu sewaktu serta
jumlah setiap kali
berkemih
3. Berikan cairan sampai
3000 ml dalam sehari
toleransi jantung
4. Berikan obat
sesuai indikasi
22
1 2 3 4
3 Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Monitor Cairan
cairan berhubungan dengan Cairan Hidrasi 1. Awasi keluaran tiap
prosedur pembedahan Keseimbangan jam bila
mayor cairan tubuh tetap diindikasikan
terpelihara dengan 2. Perhatikan
kriteria hasil : keluaran100-200 ml
1. Mempertahankan hidrasi 3. Pantau masukan dan
adekuat dengan: tanda- haluan cairan
tanda vital stabil, nadi 4. Awasi tanda- tanda
perifer teraba, pengisian vital, perhatikan
perifer baik, kriteria peningktan nadi dan
lembab dan keluaran pernafasan,
urin tepat penurunan tekanan
darah, diaphoresis,
pucat
5. Tingkatkan tirah
baring dengan kepala
lebih tinggi
6. Kolaborasi dalam
memantau pemeriksaan
labolatorium sesuai
indikasi
23
1 2 3 4
5 Kurang pengetahuan Pengetahuan: Proses Pengajaran Preoperatif
tentang kondisi, prognosis Penyakit Setelah dilakukan 1. Dorong pasien
dan kebutuhan pengobatan asuha keperawatan selama menyatakan rasa takut
berhubungan dengan 3x24 jam pemahaman perasaan dan perhatian
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan 2. Kaji ulang proses
prognosisnya dengan penyakit pengalaman
kriteria hasil: pasien
1. Melakukan perubahan
pola hidup/perilaku
dalam
pengobatan
24
1 2 3 4
berkemih, dapat inkontinensia urin
mengosongkan kandung 3. Monitor eliminasi urin
kemih 4. Batasi makanan
yang mengiritasi
kandung kemih
25
Rencana asuhan keperawatan pasien dengan post-operasi BPH
terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2
26
1 2 3 4
7. Jagalah selang
drainase urin
tetap aman untuk
mencegah
peningkatan
tekanan
pada kandung
kemih
8. Irigasi
kateter jika
terlihat
bekuan pada
selang
9. Observasi
tanda- tanda
vital
10. Kolaborasi
dengan dokter
untuk memberi
obat-obatan
(analgesik
atau
anti spamodik
2 Risiko tinggi Keparahan Infeksi Perlindungan
infeksi 1. Klien tidak Infeksi
berhubungan mengalami 1. Pertahankan
dengan prosedur infeksi sistem kateter
invasif: alat selama 2. Dapat mecapai steril, berikan
pembedahan, waktu perawatan
kateter, irigasi penyembuhan kateter dengan
kandung kemih tanda-tanda vital steril
sering dalam batas 2. Anjurkan
normal dan intake cairan
tidak ada tanda- yang cukup
tanda shok (2500- 3000)
sehingga dapat
menurunkan
potensi infeksi
3. Mempertahakan
posisi urobag
dibawah
Observasi
tanda- tanda
vital, laporkan
tanda- tanda
shock dan
demam
4. Observasi urin:
warna, jumlah
27
dan bau
28
1 2 3 4
5. Kolaborasi
dengan dokter
untuk memberi
obat antibiotik
3 Risiko perdarahan Keparahan Pencegahan
Kehilangan Darah Perdarahan
1. Klien tidak 1. Jelaskan pada
menunjukan klien tentang
tanda-tanda sebab terjadi
perdarahan perdarahan
2. Tanda-tanda dan tanda–
vital dalam batas tanda
normal perdarahan
3. Urin lancar 2. Irigasi aliran
lewat kateter kateter jika
terdeteksi
gumpalan
dalam saluran
kateter
3. Sediakan diet
makanan
tinggi serat dan
memberi obat
memudahkan
defekasi
4. Cegah
pemakaian
termometer
rektal
pemeriksaan
rektal atau
huknah, untuk
sekurang-
kurangnya satu
minggu
5. Pantau traksi
kateter: catat
waktu traksi
dipasang
dan traksi
dilepas
6. Observasi:
tanda- tanda
vital tiap 4 jam,
masukan dan
haluaran dan
warna urin
29
1 2 3 4
4 Risiko disfungsi Identitas seksual Konseling seksual
seksual 1. Klien tampak 1. Beri
berhubungan rileks dan kesempatan
dengan ketakutan melaporkan kepada klien
akan impoten kecemasan memperbincang
akibat dari TURP menurun kan pengaruh
2. Klien TRUP terhadap
mengatakan seksual
pemahaman 2. Jelaskan tentang:
situasi kemungkinan
individual kembali
3. Klien ketingkat tinggi
menunjukan seperti semula
keterampilan kejadian
pemecahan ejakulasi
masalah retrograde (air
4. Klien mengerti kemih seperti
tentang susu) mencegah
pengaruh TURP hubungan
pada seksual seksual 3-4
minggu setelah
operasi
3. Dorong klien
mananyakan ke
dokter saat
dirawat di
rumah
sakit
5 Kurang Pengetahuan: Pengajaran:
pengetahuan: Pengobatan Prosedur/
tentang TURP 1. Klien perawatan
berhungan dengan akan 1. Beri penjelasan
kurang informasi melakukan untuk mencegah
perubahan aktifitas berat
perilaku selama 3-4
2. Klien minggu
berpartisipasi 2. Beri penjelasan
dalam untuk mencegah
program mengedan
pengobatan waktu BAB
3. Klien selama 4-6
mengatakan minggu; dan
pemahaman memakai
pada pantangan pelumas tinja
kegiatan dan untuk laksatif
kebutuhan sesuai
berobat lanjutan kebutuhan
3. Pemasukan
cairan sekurang-
30
kurangnya
2500-
3000 ml/hari
31
1 2 3 4
4. Anjurkan berobat
lanjutan pada
dokter
5. Kosongkan
kandung kemih
apabila kandung
kemih sudah
penuh
1. Pengertian
33
e. Kerusakan permanen buli atau kelemahan buli-buli.
f. Divertikulum yang besar pada buli yang menyebabkan pengosongan
buli terganggu akibat pembesaran prostat.
g. Tingkat keparahan gejala yang dialami pasien pada derajat sedang
sampai parah
h. Terapi obat tidak menghilangkan gejala yang dialami pasien
i. Pasien mengalami penyumbatan saluran kemih, batu kandung kemih,
darah dalam urin atau masalah ginjal
j. Pasien memilih untuk melakukan terapi definitif/terapi yang khusus
diperuntukkan untuk BPH
4. Kontraindikasi
34
5. Resiko
a. Infeksi saluran kemih, biasanya berasal dari kateter urine yang kurang
steril
b. Kesulitan orgasme akibat retrograde ejaculation yang membuat produksi
semen tidak mengalir ke penis tapi ke kandung kemih
c. Kesulitan berkemih yang bersifat sementara. Anda mungkin akan
kesulitan berkemih dalam beberapa hari. Oeh sebab itu, pemasangan
kateter urine dibutuhkan untuk mengalirkan urine dari uretra.
d. Disfungsi ereksi, tapi jarang terjadi
e. Perdarahan berat
f.Ketidakmampuan untuk menahan BAK
g. Kebutuhan untuk TURP lanjutan
6. Komplikasi
35
area operasi selama tindakan TURP. Namun, hal ini bisa dicegah dengan
teknik bipolar TURP.
h. TURP yang didefinisikan dengan kelebihan volume cairan selama irigasi
yang menyebabkan hiponatremia dan hypervolemia
7. Persiapan
36
d. Di akhir prosedur operasi Dokter akan memasang kateter di dalam
kandung kemih selama 24 - 48 jam, atau sampai pembengkakan mereda
dan pasien dapat buang air kecil sendiri.
e. Lama perawatan di RS dapat bervariasi dan umumnya adalah 1-2 hari
37