Anda di halaman 1dari 19

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Fase pre-operasi dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan


untuk intervensi bedah di buat dan berakhir ketika pasien di kirim ke meja operasi.
Lingkup aktifitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencangkup
penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau di rumah, menjalani
wawancara pra-operasi, dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan
pembedahan (Brunner & Suddart, 2002:426).

Menurut Rosdahl & Kowalski (2017), post-operasi adalah setelah pembedahan


(pemulihan dari pembedahan). Komplikasi post-operasi menurut Rosdahl &
Kowalski (2017):
1. Hemoragi
Terkadang terjadi post-operasi, oleh karena itu inspeksi balutan luka klien
dengan sering.
2. Mual
Jika klien mengeluh mual, berikan obat yang telah di programkan untuk
mencegah emesis.
3. Konstipasi
Gangguan diet normal dan jadwal eliminasi, obat pengering, obat nyeri, dan
kelambatan peristaltik menyebabkan konstipasi.

Menurut Purwanto (2016), untuk menegakan diagnosa BPH dilakukan beberapa


cara antara lain:

1. Pengkajian
Anamnesis yang dilakukan dengan cara menanyakan kumpulan gejala
pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symtom) antara
lain: hesistensi, pancaran urin lemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa
ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat
berupa urgensi, frekuensi dan disuria.
Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan
suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok-septik.

19
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan teknik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis, pada daerah supra
simfiser pada keadaan retensi akan menonjol, pada saat di palpasi terasa
adanya ballotemen dan klien akan terasa menonjol, saat palpasi terasa ingin
miksi, perkusi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya residual urin.

Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus,


striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis. Pemeriksaan
skrotum untuk menentukan adanya epididimitis.

Recktal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk


menentukan konsistensi sistem persarafan unit vesiko uretra dan besarnya
prostat. Dengan rectal tocher dapat diketahui derajat dari BPH yaitu:
derajat 1 beratnya kurang lebih 20 gram, derajat 2 beratnya kurang lebih
20 – 40 gram, derajat 3 beratnya lebih dari 40 gram.

2. Diagnosa keperawatan BPH


Menurut Purwanto (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah
sebagai berikut :
a. Pre – operasi
1) Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot detrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa buli-buli, distensi kandung
kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria.
3) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan
mayor
4) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi
prosedur pembedahan
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

20
6) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih
7) Inkontinensia urin refleks berhubungan dengan kerusakan induksi implus diatas
arkus refleks
8) Inkontinensia urin stress berhubungan dengan kelemahan instrinsik uretra,
kekurangan estrogen, peningkatan tekanan intra abdomen

b. Post – operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada TURP
2) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur kriteria: alat selama pembedahan,
kateter, irigasi kandung kemih sering
3) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
4) Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat
dari TURP
5) Defisit pengetahuan: tentang TURP berhubungan dengan kurang informasi
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan

3. Perencanaan Rencana keperawatan Pre- operasi


Rencana asuhan keperawatan pasien dengan pre-operasi BPH terdapat pada
tabel berikut:

Tabel 1

Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Pre-operasi


BPH

No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


. Keperawatan Keperawatan
1 2 3 4
1. Retensi urin berhubungan Eliminasi urin Setelah Perawatan Selang: Kateter
dengan obstruksi mekanik, dilakukan asuhan 1. Dorong pasien untuk
pembesaran prostat, keperawatan selama 3x24 berkemih tiap 2-4 jam
dekompensasi otot jam diharapkan klien dengan dan bila tiba-tiba
detrusor dan kriteria hasil: dirasakan
berkemih dalam

21
1 2 3 4
dan ketidakmampuan jumlah yang cukup, tidak 2. Observasi aliran urin,
kandung kemih untuk teraba distensi kandung perhatikan ukuran
berkontraksi secara adekuat kemih kekuatan pancaran
urin Awasi dan catat
waktu sewaktu serta
jumlah setiap kali
berkemih
3. Berikan cairan sampai
3000 ml dalam sehari
toleransi jantung
4. Berikan obat
sesuai indikasi

2. Nyeri akut berhubungan Kontrol Nyeri Setelah Manajemen Nyeri


dengan iritasi mukosa buli- dilakukan asuhan 1. Kaji nyeri, perhatikan
buli, distensi kandung keperawatan selama 3x 24 lokasi, intensitas (skala
kemih, kolik ginjal, infeksi jam diharapkan nyeri 0-10)
urinaria hilang atau terkontrol 2. Pertahankan patensi
dengan kriteria hasil: kateter dan sistem
1. Klien melaporkan darinase, pertahankan
nyeri hilang/ selang bebas dari
terkontrol, lekukan dan bekuan
menunjukan 3. Pertahankan tirah
keterampilan relaksasi baring
dan aktifitas terapeutik 4. Berikan
sesuai indikasi untuk kenyamanan
situasi individu (sentuhan terapuetik,
tampak rileks, tidur / pengubahan posisi,
istirahat dengan tepat pijatan punggung)
5. Berikan lampu
penghangat bila
diindikasikan
6. Kolaborasi dalam
pemberian
antispamodik

22
1 2 3 4
3 Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Monitor Cairan
cairan berhubungan dengan Cairan Hidrasi 1. Awasi keluaran tiap
prosedur pembedahan Keseimbangan jam bila
mayor cairan tubuh tetap diindikasikan
terpelihara dengan 2. Perhatikan
kriteria hasil : keluaran100-200 ml
1. Mempertahankan hidrasi 3. Pantau masukan dan
adekuat dengan: tanda- haluan cairan
tanda vital stabil, nadi 4. Awasi tanda- tanda
perifer teraba, pengisian vital, perhatikan
perifer baik, kriteria peningktan nadi dan
lembab dan keluaran pernafasan,
urin tepat penurunan tekanan
darah, diaphoresis,
pucat
5. Tingkatkan tirah
baring dengan kepala
lebih tinggi
6. Kolaborasi dalam
memantau pemeriksaan
labolatorium sesuai
indikasi

4 Ansietas berhubungan Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan


dengan perubahan status Setelah dilakukan asuhan 1. Dampingi klien dan
kesehatan atau menghadapi keperawatan selama 3x24 bina hubungan saling
prosedur pembedahan jam Pasien tampak rileks percaya
dengan kriteria hasil: 2. Memberikan informasi
1. Menyatakan tentang prosedur
pengetahuan akurat tindakan yang akan
tentang situasi, dilakukan
menunjukan rentang 3. Dorong pasien atau
yang tepat tentang orang terdekat untuk
perasaan dan menyatakan masalah
penurunan rasa takut atau
perasaan

23
1 2 3 4
5 Kurang pengetahuan Pengetahuan: Proses Pengajaran Preoperatif
tentang kondisi, prognosis Penyakit Setelah dilakukan 1. Dorong pasien
dan kebutuhan pengobatan asuha keperawatan selama menyatakan rasa takut
berhubungan dengan 3x24 jam pemahaman perasaan dan perhatian
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan 2. Kaji ulang proses
prognosisnya dengan penyakit pengalaman
kriteria hasil: pasien
1. Melakukan perubahan
pola hidup/perilaku
dalam
pengobatan

6 Gangguan eliminasi urin Eliminasi Urin Setelah Manajemen Eliminasi


berhubungan dengan iritasi dilakukan asuhan Perkemihan
kandung kemih keperawatan selama 3x 24 1. Monitor eliminasi urin
jam dapat melakukan termasuk frekunsi,
pembuangan urin dengan konsistensi, bau,
kriteria hasil: volume dan warna
1. Warna urin tidak pekat 2. Pantau tanda- tanda
2. Dapat gejala retensi urin
mengosongkan kandung 3. Anjurkan pasien untuk
kemih mengosongkan
3. Tidak ada darah kandung kemih
dalam urin sebelum prosedur
4. Tidak terjadi 4. Catat waktu
retensi urin berkemih pertama
setelah prosedur

7 Inkontinensia urin refleks Kontinensia Urin Setelah Perawatan Inkontinensia


berhubungan dengan dilakukan asuhan Urin
kerusakan induksi implus keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi faktor apa
diatas arkus refleks jam dapat mengendalikan saja yang menyebabkan
untuk berkemih dengan inkotinensia urin
kriteria hasil: 2. Jelaskan
1. Dapat mengenali penyebab
keinginan untuk terjadinya

24
1 2 3 4
berkemih, dapat inkontinensia urin
mengosongkan kandung 3. Monitor eliminasi urin
kemih 4. Batasi makanan
yang mengiritasi
kandung kemih

8 Inkontinensia urin stress Kontinensia Urin Setelah Latihan Otot Pelvis


berhubungan dengan dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan
kelemahan instrinsik keperawatan selama 3x24 urgensi berkemih
uretra, kekurangan jam dapat mengendalikan pasien
estrogen, peningkatan untuk berkemih dengan 2. Instruksikan pasien
tekanan intrabdomen kriteria hasil: menahan otot-otot
1. Dapat mengenali sekitar uretra dan
keinginan untuk anus, kemudian
berkemih relaksasi menahan
2. Dapat buang air kecil,
mengosongkan kandung 3. Informasikan pasien
kemih bahwa latihan ini akan
efektif jika dilakukan
selama 6-12 minggu
Perawatan Inkontinensia
Urin
1. Identifikasi faktor apa
saja yang menyebabkan
inkotinensia urin
2. Jelaskan
penyebab terjadinya
inkontinensia
urin

25
Rencana asuhan keperawatan pasien dengan post-operasi BPH
terdapat pada tabel berikut :

Tabel 2

Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Post-operasi BPH

No. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


keperawatan Keperawatan
1 2 3 4
1. Nyeri berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
dengan spasmus 1. Klien 1. Jelaskan pada
kandung kemih mengatakan klien tentang
dan insisi sekunder nyeri berkurang/ gejala dini
pada TURP hilang spasmus
2. Ekspresi kandung kemih
wajah klien 2. Pemantuan klien
tenang pada interval
3. Klien menujukan yang teratur
keterampilan selama 48 jam,
relaksasi untuk mengenal
4. Klien akan gejala-gejala
tidur/istirahat dini dan
5. Tanda-tanda spasmus
vital dalam batas kandung kemih
normal 3. Jelaskan pada
klien intensitas,
frekuensi akan
berkurang
dalam 24-48
jam
4. Beri penyuluhan
pada klien agar
tidak berkemih
ke seputar
kateter
5. Anjurkan pada
klien untuk
tidak duduk
dalam waktu
yang lama
sesudah
tindakan TURP
6. Ajarkan
penggunaan
teknik
relaksasi nafas
dalam

26
1 2 3 4
7. Jagalah selang
drainase urin
tetap aman untuk
mencegah
peningkatan
tekanan
pada kandung
kemih
8. Irigasi
kateter jika
terlihat
bekuan pada
selang
9. Observasi
tanda- tanda
vital
10. Kolaborasi
dengan dokter
untuk memberi
obat-obatan
(analgesik
atau
anti spamodik
2 Risiko tinggi Keparahan Infeksi Perlindungan
infeksi 1. Klien tidak Infeksi
berhubungan mengalami 1. Pertahankan
dengan prosedur infeksi sistem kateter
invasif: alat selama 2. Dapat mecapai steril, berikan
pembedahan, waktu perawatan
kateter, irigasi penyembuhan kateter dengan
kandung kemih tanda-tanda vital steril
sering dalam batas 2. Anjurkan
normal dan intake cairan
tidak ada tanda- yang cukup
tanda shok (2500- 3000)
sehingga dapat
menurunkan
potensi infeksi
3. Mempertahakan
posisi urobag
dibawah
Observasi
tanda- tanda
vital, laporkan
tanda- tanda
shock dan
demam
4. Observasi urin:
warna, jumlah

27
dan bau

28
1 2 3 4
5. Kolaborasi
dengan dokter
untuk memberi
obat antibiotik
3 Risiko perdarahan Keparahan Pencegahan
Kehilangan Darah Perdarahan
1. Klien tidak 1. Jelaskan pada
menunjukan klien tentang
tanda-tanda sebab terjadi
perdarahan perdarahan
2. Tanda-tanda dan tanda–
vital dalam batas tanda
normal perdarahan
3. Urin lancar 2. Irigasi aliran
lewat kateter kateter jika
terdeteksi
gumpalan
dalam saluran
kateter
3. Sediakan diet
makanan
tinggi serat dan
memberi obat
memudahkan
defekasi
4. Cegah
pemakaian
termometer
rektal
pemeriksaan
rektal atau
huknah, untuk
sekurang-
kurangnya satu
minggu
5. Pantau traksi
kateter: catat
waktu traksi
dipasang
dan traksi
dilepas
6. Observasi:
tanda- tanda
vital tiap 4 jam,
masukan dan
haluaran dan
warna urin

29
1 2 3 4
4 Risiko disfungsi Identitas seksual Konseling seksual
seksual 1. Klien tampak 1. Beri
berhubungan rileks dan kesempatan
dengan ketakutan melaporkan kepada klien
akan impoten kecemasan memperbincang
akibat dari TURP menurun kan pengaruh
2. Klien TRUP terhadap
mengatakan seksual
pemahaman 2. Jelaskan tentang:
situasi kemungkinan
individual kembali
3. Klien ketingkat tinggi
menunjukan seperti semula
keterampilan kejadian
pemecahan ejakulasi
masalah retrograde (air
4. Klien mengerti kemih seperti
tentang susu) mencegah
pengaruh TURP hubungan
pada seksual seksual 3-4
minggu setelah
operasi
3. Dorong klien
mananyakan ke
dokter saat
dirawat di
rumah
sakit
5 Kurang Pengetahuan: Pengajaran:
pengetahuan: Pengobatan Prosedur/
tentang TURP 1. Klien perawatan
berhungan dengan akan 1. Beri penjelasan
kurang informasi melakukan untuk mencegah
perubahan aktifitas berat
perilaku selama 3-4
2. Klien minggu
berpartisipasi 2. Beri penjelasan
dalam untuk mencegah
program mengedan
pengobatan waktu BAB
3. Klien selama 4-6
mengatakan minggu; dan
pemahaman memakai
pada pantangan pelumas tinja
kegiatan dan untuk laksatif
kebutuhan sesuai
berobat lanjutan kebutuhan
3. Pemasukan
cairan sekurang-

30
kurangnya
2500-
3000 ml/hari

31
1 2 3 4
4. Anjurkan berobat
lanjutan pada
dokter
5. Kosongkan
kandung kemih
apabila kandung
kemih sudah
penuh

6 Gangguan pola Tidur Peningkatan Tidur


tidur berhungan 1. Klien mampu 1. Jelaskan pada
dengan nyeri beristirahat / klien dan keluarga
sebagai efek tidur dalam penyebab
pembedahan waktu yang gangguan tidur
cukup dan kemungkinan
2. Klien cara untuk
mengungkapkan menghindari
sudah bisa tidur 2. Ciptakan suasana
3. Klien mampu yang mendukung,
menjelaskan tenang,
faktor mengurangi
penghambat kebisingan
tidur 3. Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
penyebab
gangguan tidur
4. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
obat yang dapat
mengurangi nyeri
(analgesik)
B. Konsep TURP

1. Pengertian

Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah suatu prosedur


operasi untuk membuang bagian dalam dari kelenjar prostat, demi
mengurangi gejala yang disebabkan oleh pembesaran prostat. Prosedur ini
berlangsung sekitar 1-2 jam. Sebuah instrumen yang disebut resectoscope
dimasukkan melalui penis dan uretra. Resectoscope membantu dokter untuk
melihat dan memotong jaringan prostat yang menghambat aliran urine.
transurethral resection of prostate (TURP) merupakan prosedur
baku dalam penatalaksanaan hiperplasia prostat yang
disertai retensi urin akut berulang atau kronis. Pembedahan
TURP merupakan tindakan bedah efektif dalam penangganan BPH. TURP
yaitu dilakukannya reseksi jaringan prostat dengan menggunakan kauter
yang dilakukan secara visual. Prosedur ini dilakukan dengan
menggunakan alat resectoscope yang dimasukkan melalui uretra
untuk mencapai kelenjar prostat. Alat ini dapat memotong
jaringan yang menonjol ke dalam uretra prostatika dalam bentuk
potongan- potongan kecil. Potongan jaringan hasil reseksi
kemudian dievakuasi dari kandung buli-buli dengan
menggunakan cairan irigasi
2. Tujuan

Tujuan dari operasi TURP adalah untuk mengangkat bagian-bagian


kelenjar prostat yang menekan uretra dan menghalangi aliran urine
3. Indikasi

terapi bedah invasif minimal Transurethral Resection of the Prostate


(TURP) dilakukan apabila pasien mengalami beberapa kondisi berikut:
a. Retensi urin yang berulang.
b. Infeksi saluran kencing rekuren akibat pembesaran prostat.
c. Gross hematuria berulang.
d. Insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kencing pada buli.

33
e. Kerusakan permanen buli atau kelemahan buli-buli.
f. Divertikulum yang besar pada buli yang menyebabkan pengosongan
buli terganggu akibat pembesaran prostat.
g. Tingkat keparahan gejala yang dialami pasien pada derajat sedang
sampai parah
h. Terapi obat tidak menghilangkan gejala yang dialami pasien
i. Pasien mengalami penyumbatan saluran kemih, batu kandung kemih,
darah dalam urin atau masalah ginjal
j. Pasien memilih untuk melakukan terapi definitif/terapi yang khusus
diperuntukkan untuk BPH
4. Kontraindikasi

TURP merupakan prosedur elektif dan tidak direkomendasikan pada


pasien tertentu. Hampir semua kontraindikasinya adalah kontraindikasi
relatif, berdasarkan kondisi komorbid pasien dan kemampuan pasien dalam
menjalani prosedur bedah dan anestesi. Kontraindikasi relatif antara lain
adalah status kardiopulmuner yang tidak stabil atau adanya riwayat kelainan
perdarahan yang tidak bisa disembuhkan. Pasien yang baru mengalami
infark miokard dan dipasang stent arteri koroner sebaiknya ditunda sampai 3
bulan bila akan dilakukan TURP.
Pasien dengan disfungsi spingter uretra eksterna seperti pada penderita
miatenia gravis, multiple sklerosis atau Parkinson dan atau buli yang
hipertonik tidak boleh dilakukan TURP karena akan menyebabkan
inkontinensia setelah operasi. Demikian pula pada pasien yang mengalami
fraktur pelvis mayor yang menyebabkan kerusakan sfingter uretra eksterna.
TURP akan menyebabkan hilangnya spingter urin internal sehingga pasien
secara total akan tergantung pada fungsi otot spingter eksternal untuk tetap
kontinen. Jika spingter eksternal rusak, trauma atau mengalami disfungsi,
pasien akan mengalami inkontinensia. Kontraindikasi yang lain adalah
pasien kanker prostat yang baru menjalani radioterapi terutama brachyterapi
atau krioterapi dan infeksi saluran kencing yang aktif.

34
5. Resiko

Risiko operasi TURP antara lain:

a. Infeksi saluran kemih, biasanya berasal dari kateter urine yang kurang
steril
b. Kesulitan orgasme akibat retrograde ejaculation yang membuat produksi
semen tidak mengalir ke penis tapi ke kandung kemih
c. Kesulitan berkemih yang bersifat sementara. Anda mungkin akan
kesulitan berkemih dalam beberapa hari. Oeh sebab itu, pemasangan
kateter urine dibutuhkan untuk mengalirkan urine dari uretra.
d. Disfungsi ereksi, tapi jarang terjadi
e. Perdarahan berat
f.Ketidakmampuan untuk menahan BAK
g. Kebutuhan untuk TURP lanjutan

6. Komplikasi

TURP dapat menimbulkan beberapa komplikasi


a. antara lain ejakulasi retrograde (60-90%),
b. infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kolonisasi bakteri pada
prostat (2%)
c. persistent urinary retention ketika pulang dari rumah sakit dengan
terpasang katheter (2.5%)
d. Stricture bladder (2-10%)
e. striktur uretra (10%)
f. kardiak (acute myocardial infarction - AMI)
g. sindrom TURP yaitu penurunan kadar natrium darah. Sindrom ini
merupakan. komplikasi yang terjadi pada pasien post operasi. Hal ini
terjadi karena tubuh menyerap terlalu banyak cairan untuk membasuh

35
area operasi selama tindakan TURP. Namun, hal ini bisa dicegah dengan
teknik bipolar TURP.
h. TURP yang didefinisikan dengan kelebihan volume cairan selama irigasi
yang menyebabkan hiponatremia dan hypervolemia

7. Persiapan

Seperti persiapan sebuah operasi pada umumnya, beberapa hari sebelum


tindakan, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien secara lengkap
dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui kesiapan kondisi tubuh
untuk menjalani tindakan tersebut.
Dokter akan meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat-obatan
yang meningkatkan risiko perdarahan seperti aspirin, ibuprofen, warfarin
dan clopidogrel. Dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi salurah kemih.Persiapkan rencana perjalanan ke rumah sakit, karena
pasien tidak diperbolehkan mengemudikan kendaraan setelah operasi atau
saat kateter masih terpasang di kandung kemih. Hentikan kebiasaan
merokok dan hindari stres sebelum menghadapi operasi. Anda biasanya
diminta untuk berpuasa setidaknya 8 jam sebelum TURP.
8. Prosedur

a. Pasien akan diberikan anestesi umum  supaya tertidur, atau anestesi


spinal dimana pasien tetap sadar tetapi tidak akan merasakan sakit.
b. Dokter  akan memasukkan alat yang disebut resectoscope melalui penis
dan ke dalam uretra. Instrumen ini berisi cahaya dan kamera untuk
membantu dokter melihat, dan loop listrik yang digunakan untuk
memotong jaringan prostat  yang menekan uretra.
c. Tindakan TURP umumnya memakan waktu 60 - 90 menit.

36
d. Di akhir prosedur operasi  Dokter akan memasang kateter di dalam
kandung kemih selama 24 - 48 jam, atau sampai pembengkakan mereda
dan pasien dapat buang air kecil sendiri.
e. Lama perawatan di RS dapat bervariasi dan umumnya adalah 1-2 hari

37

Anda mungkin juga menyukai