Anda di halaman 1dari 11

A.

KONSEP DASAR LANSIA


1. Definisi Lansia dan Proses Menua
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau
lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatimah, 2010).
2. Teori Proses Menua
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu
a. Teori-Teori Biologi
1) Teori Genetik dan Mutasi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak).
3) Reaksi dari Kekebalan Sendiri
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit.
4) Teori “Immunology Slow Virus)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
5) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai
6) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelahsel-sel tersebut mati
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lansia berupa mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil.
2) Teori Kepribadian Lanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki
3) Teori Kebebasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni: (1)
Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3) Berkurangnya
kontak komitmen

3. Tahapan Lansia
a. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan lanjut
usia yaitu
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu usia 18/20-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia
25-60/65 tahun)
3) Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari 65/70
tahun, terbagi:
a) Usia 70-75 tahun (young old)
b) Usia 75-80 tahun (old)
c) Usia lebih dari 80 tahun (very old)
c. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalm dua tahap yaitu:
1) Early old age (usia 60-70 tahun)
2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

4. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Darmojo & Martono dalam (Ratnawati,2017)
yaitu
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(Ratnawati, 2017).
b. Jenis Kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017
c. Status Pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk


lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu
lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin
ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati,
2017).
d. Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat


berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial
dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap
berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai
anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).
e. Pendidikan Terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan


bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat
sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan
pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono,
2006).
f. Kondisi Kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes


RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin
baik.
5. Perubahan Pada Lansia

Menurut Potter & Perry proses menua mengakibatkan terjadinya


banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada
persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang
memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya
sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau
sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit
kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks
batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat
lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus
menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan
sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya
berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan
memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang
lansia.
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku
aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk
menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam
ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah
kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan
kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala
gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan
merupakan proses penuaan yang normal.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia
seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan
yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh
pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia
yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-
kehilangan sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya
dengan beberapa hal sebagai berikut:
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan
cara hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih
sempit).
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
Biaya hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit,
biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan
kesulitan.
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilanga hubungan
dengan teman dan keluarga.
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri)
6. Permasalah Lansia

Menurut Suardiman (2011) usia lanjut rentan terhadap berbagai


masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia
diantaranya:
a. Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi
lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin
meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi.
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena
memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi
tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman,
2011).
b. Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat.
kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,
terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang
lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil
c. Masalah Kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya
masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi
fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).
d. Masalah Psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan
atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara
dekat, atau trauma psikis.
7. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016)
terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya,sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan
mental.
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatupenyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kemandirian yangoptimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yang beradadalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi
pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan
pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN
GASTRITIS DI PANTI WERDHA RUMAH BAHAGIA BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

DI SUSUN OLEH
Ristina Agustin, S.Kep

PRESEPTOR AKADEMIK
Linda Widiastuti, S.Kep, Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022

Anda mungkin juga menyukai