Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN HIPERTENSI


DI DESA SEI NYIRIH KELURAHAN KAMPUNG BUGIS
TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :

Ristina Agustin, S.Kep

Preceptor Akademik

Dr Syamilatul KH, S.Kep, Ns, M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022
I. Konsep Daasar Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan
perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
B. Tipe dan Bentuk Keluarga
Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Susanto (2012) tipe keluarga :
1. Tradisional
a. The Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek nenek) dan keponakan.
f. Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja di luar kota biasa berkumpul dengan anggota keluarga
pada saat akhir pekan atau pada waktuwaktu tertentu.
g. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak.
h. Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh : Dapur, kamar mandi, telepon dan
lain-lain.
j. Blended Family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil
perkawinan sebelumnya.
k. The Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian
atau ditinggal mati
2. Non Tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa menikah.
b. The Step-parent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah.
Sosialisasi anak dengan aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
h. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara sementara waktu, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
i. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
j. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
C. Struktur Keluarga
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga
antara lain:
1. Struktur peran keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri
atau harapan orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut.
2. System nilai dalam keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap
dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang
secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh
anggota keluarga dalam suatu budaya yang lazim.
3. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
4. Struktur kekuasaan dalam keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem
keluarga adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari
seorang individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.
D. Fungsi Keluarga
Menurut Allender & Spardley (2001) dalam Susanto (2012), fungsi
keluarga adalah :
1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan/ menjaga perasaan.
b. Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.
c. Menambah anggota baru.
2. Security and Acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik.
b. Menerima individu sebagai anggota.
3. Identity and Satisfaction
a. Mempertahankan motivasi.
b. Mengembangkan peran dan self-image.
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikasi.
b. Mempertahankan hubungan yang harmonis.
5. Sosialization
a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.
c. Melepas anggota.
6. Control
a. Mempertahankan kontrol sosial.
b. Adanya pembagian kerja.

Table tugas perkembangan keluarga (Friedman dalam Harmoko, 2012)


Tahap Siklus Tugas Perkembangan Keluarga
Kehidupan
Tahap I: Keluarga 1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
Pemula 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis
3. Keluarga berencana (keputusan kedudukan sebagai
orangtua)
Tahap II: Keluarga 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
sedang mengasuh mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam
anak keluarga)
2. Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar
dengan menambah peran-peran orangtua dan kakek-
nenek
Tahap III: Keluarga 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,
dengan anak usia ruang bermain, privasi, dan keamanan
pra sekolah 2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahaqnkan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan
orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar
dan komunitas)
Tahap IV: 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan
Keluarga dengan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
anak usia sekolah teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
Tahap V: Keluarga 1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
dengan anak ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
remaja 2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak
Tahap VI: 1. Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan
Keluarga yang anggota keluarga yang baru didapatkan melalui
melepaskan anak perkawinan anak-anak
usia dewasa muda 2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan
kembali hubungan perkawinan
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakitsakitan dari
suami maupun istri
Tahap VI: 1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
Keluarga yang kesehatan
melepaskan anak 2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang
usia dewasa muda memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia
dan anak-anak
3. Memperkokoh hubungan perkawinan
Tahap VIII: 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Keluarga dalam 2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
masa pensiun dan 3. Mempertahankan hubungan perkawinan
lanjut usia 4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
(penelaahan dan integrasi hidup)
II. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2003).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna (Corwin, EJ.
2009).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
– 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini.
B. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apeks nya (puncak)
miring ke sebelah kiri. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua paru-
paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke
kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa
beratnya antara 220-260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum atau
sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat
dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang
sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah
(ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam
satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu
katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh
dan membersihkan tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-
paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Lapisan Pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan


perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan
yaitu :
1. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah
besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
2. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
3. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium
visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa
atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium
berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat
jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini
antara 15 – 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan
mempengaruhi fungsi kerja jantung. Lapisan otot jantung terbagi menjadi
3 yaitu :
1. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral
2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung
jawab atas kemampuan kontraksi jantung
3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau
lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan
bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel
endotel pada pembuluh darah lainnya.

Fungsi Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi
darah (diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah
keluar dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon
dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava)
menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan
mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan
akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju
ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil
(kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen
dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah
yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
atrium kiri.
Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan
didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah
yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam. Darah
kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh
Cara Kerja Jantung
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi
darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa
darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua
vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium
kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner
ke dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir
melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang mengelilingi
kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis
menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung,
paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner karena darah
dialirkan ke paru-paru.
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri
melalui katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah
bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar
dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh,
kecuali paru-paru. dan sebagainya
Cara kerja jantung

1. Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup


trikuspid.
2. Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
3. Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Vena membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri.
4. Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk mencapai
ventrikel kiri.
5. Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu aorta
dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan ke organ-
organ bagian atas dan tubuh bagian bawah.
6. Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran darah ke
setiap sel tubuh kita.
7. Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka menyaring
limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan kembali ke jantung.
8. Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.

Tekanan diastole
Tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (pada
orang dewasa normal kira-kira 80 mm Hg)

Tekanan sistole
Tekanan di dalam pembuluh darah yang timbul pada saat jantung
memompakan darah keluar (pada orang dewasa normal kira-kira 120 mm
Hg)

perbedaan arteri dan vena

Arteri:

1. Arteri membawa darah mengandung oksigen, jauh dari jantung, kecuali


arteri pulmonalis
2. Ini adalah sebagian besar sangat terletak di tubuh
3. Ini adalah berdinding tebal, tinggi berotot kecuali arteri tengkorak dan
tulang punggung
4. ini memiliki lumen sempit
5. Katup tidak hadir
6. Ini adalah kemerahan dalam warna
7. Ini menunjukkan gerakan spurty darah memberikan denyut nadi
8. Darah di arteri bergerak dengan tekanan
9. Arteri mengosongkan sampai pada saat kematian
10. Jika dinding arteri terluka, darah keluar seperti ‘air mancur’ di daerah
besar di sekitar arteri

Vena:

1. Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali vena paru


2. Ini adalah dangkal dan dalam di lokasi
3. Ini adalah berdinding tipis
4. Ini memiliki lumen lebar
5. Katup yang hadir yang memberikan arus searah darah
6. Ini berwarna kebiruan
7. Ini menunjukkan gerakan lamban darah
8. Darah dalam pembuluh darah bergerak di bawah tekanan yang sangat
rendah
9. Vena bisa diisi pada saat kematian
10. Jika dinding vena terluka, darah yang keluar, mengumpulkan di tempat
di daerah kecil di sekitar vena

Peredaran darah kecil

Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang hanya keluar dari
jantung untuk melalui paru – paru saja kemudian akan kembali lagi ke
jantung.

Peredaran darah besar


peredaran darah besar => Adalah peredaran darah yang mengalirkan
darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.

Fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi


eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap
infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah.
C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the
Detection and Treatment of Hipertension, yaitu:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),
ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).

D. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras
(ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup
(konsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau
makan berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan minum obat-
obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal, diabetes melitus, stroke.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).
F. Tanda dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun. Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas,
anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar
ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien
H. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan,
kematian sel otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel
ginjal, gagal ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal
jantung).
I. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan
untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol
dan rendah asam lemak jenuh.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
6. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
7. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection,
Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.

J. Diit Hipertensi
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi kolesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-
tepungan, gula).
b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang
lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu
butir sehari, susu tanpa lemak).
c. Sumber protein nabati (kacang-kacangan kering seperti
tahu,tempe,oncom).
d. Sumber lemak (santan kelapa encer dalam jumlah terbatas).
e. Sayuran (sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam,
oyong, wortel).
f. Buah-buahan (semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh
dalam jumlah terbatas).
g. Bumbu (pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang
putih, garam tidak lebih 15 gram perhari).
h. Minuman (teh  encer, coklat encer, juice buah).
5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi
a. Makanan yang banyak mengandung garam.
b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.
d. Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju,
mentega.
e. Makanan yang banyak menimbulkan gas.
6. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh
masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan
darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah
cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping
yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
a. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan
normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka
yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang
sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas
sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini
diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua
hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada
air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita
hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar
sehingga air perasannya lebih banyak.
b. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun
seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan
halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam,
kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang
ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
c. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang
putih mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang
kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik.
Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus
atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa
berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
d. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi.
Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara
memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang
bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore
hari secara teratur
e. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus
dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2
gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi
diminum sore hari.
f. Melon
g. Semangka
h. Mentimun
III. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner /   katup, penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama
(takikardia, berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi
vena jugularis, ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin
(vasokontriksi perifer),  pengisian kapiler mungkin lambat.
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungsn, keuangan,
pekerjaan).
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya
sekitar mata), peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat
penggunaan diuretik.
Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
peningkatan JVP, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan
kabur, diplopia), episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses
pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan
genggaman), perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen.
8. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan (krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda     : episode parestesia unilateral transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor
resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan
obat / alkohol.
  
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
D. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat. 2009).

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam


rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (wartonah,2006).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dari proses perawatan
yang merupakan peruses penilaian pencapaian tujuan serta pengkjian
ulang rencana keperawatan. Karena kesimpulan yang didapatkan dasri
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan
dilanjutkanatau diubah.(Efendi, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8


vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2005. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,


edisi 6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan


Efusi Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius

Susanto. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai