Anda di halaman 1dari 2

Terimakasih Susy, Terimakasih Laura

oleh Gamma Quieto Riantori

Saat tau bahwa kisah hidup atlet bulutangkis kebanggaan Indonesia, Susy
Susanti, dijadikan film, gue excited banget. Masih terekam jelas momen
perjuangan Susy bertarung melawan rival utamanya saat itu, Bang Soo-
Hyun (Korea) di final bulutangkis tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992,
ah jadi ketauan kan usia gue sekarang hahaha.

Jadi saat akhirnya satu pukulan Bang Soo-hyun yang


menempatkan shuttlecock di luar garis permainan, mencetuskan satu
sejarah baru, tidak hanya bagi bulutangkis, tapi untuk keseluruhan
olahraga Indonesia. Sebuah final nan sengit yang happy ending dengan
raihan medali emas olimpiade pertama buat Indonesia di tahun 1992.

Rasa haru dan bangga 27 tahun yang lalu kembali menyeruak saat gue
menyaksikan film Susi Susanti Love All yang saat ini sedang tayang di
bioskop. Apalagi gue berkesempatan ngadain nobar dengan Ikatan Alumni
SMA gue dan bisa mengundang pasangan emas Susy Susanti & Alan
Budikusuma langsung!!

Gilak!! Gilak!! Gilakk!!

Ah, kalem dulu yak. Foto bareng mereka kudu, tapi gue mau lanjutin lagi
ceritanya.

Bertempat di bioskop legendaris, Metropole Premiere XXI, Minggu 10


November 2019 kemarin, momen yang pas memperingati Hari Pahlawan
dengan mengundang para pahlawan itu sendiri. Pahlawan masa kini yang
bukan angkat senapan atau bambu runcing lagi, tapi angkat raket dan
tepok shuttlecock untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional.

Dalam film ini, sutradara Sim F menceritakan juga sisi lain yang mungkin
tidak banyak orang ketahui bagaimana perjuangan seorang Susy, yang
diperankan dengan baik sekali oleh si cantik Laura Basuki, (dan juga
keturunan Tionghoa lainnya) yang menguras keringat dan air mata di
balik prestasi mereka, yang masih mendapatkan perlakuan diskriminatif
kala itu. Walaupun hidup di bumi Indonesia yang sama, dan berjuang
demi Indonesia, banyak di antaranya, termasuk di cabang olahraga
bulutangkis, masih kesulitan untuk mendapatkan legalitas sebagai WNI.
Termasuk Susy yang saat memenangkan medali emas Olimpiade
tersebut, masih “berbekalkan” Surat Bukti Kewarganegaraan Republik
Indonesia (SBKRI), namun Susy gigih menghadapi semua obstacle
tersebut demi mencapai tujuannya, berprestasi bagi Indonesia. Bahkan
saat kerusuhan 1998 terjadi,

Dalam bincang singkat setelah pemutaran film tersebut, Susy


menyampaikan “Memaknai Hari Pahlawan ini tentang bagaimana kita
menghargai jasa para pahlawan, dari yang berjuang merebut dan
mempertahankan kemerdekaan, hingga pahlawan masa kini yang
berkontribusi dan berprestasi di bidang masing2 untuk Indonesia. Ayo
berkontribusi utk Indonesia, berkolaborasi dengan berbagai unsur anak
bangsa, yang dengan perbedaan tersebut bisa saling melengkapi karena
masing-masing dari kita memiliki keahlian untuk menjadi kekuatan yang
luar biasa bagi Indonesia, karena kita adalah satu, bangsa Indonesia”

Susy Susanti bukan sekadar Legenda Bulutangkis Indonesia. Susy Susanti


bukan sekadar Pahlawan Olahraga Indonesia. Susy Susanti adalah salah
satu ikon pemersatu bangsa!

Terimakasih Susy, darimu, gue belajar pentingnya untuk fokus kepada


tujuan, bahkan di saat lingkungan tidak memberikan dukungan yang
diharapkan.

Terimakasih Laura Basuki, darimu, gue jadi tau cewek bisa tetep cantik
walaupun bersimbah keringat saat berolahraga.

PS:
Oh, iya. Buat yang belum tau, Love All itu istilah dalam perhitungan angka
bulutangkis yang artinya skor 0-0.

Anda mungkin juga menyukai