Review Film Susi Susanti Love All
Review Film Susi Susanti Love All
Saat tau bahwa kisah hidup atlet bulutangkis kebanggaan Indonesia, Susy
Susanti, dijadikan film, gue excited banget. Masih terekam jelas momen
perjuangan Susy bertarung melawan rival utamanya saat itu, Bang Soo-
Hyun (Korea) di final bulutangkis tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992,
ah jadi ketauan kan usia gue sekarang hahaha.
Rasa haru dan bangga 27 tahun yang lalu kembali menyeruak saat gue
menyaksikan film Susi Susanti Love All yang saat ini sedang tayang di
bioskop. Apalagi gue berkesempatan ngadain nobar dengan Ikatan Alumni
SMA gue dan bisa mengundang pasangan emas Susy Susanti & Alan
Budikusuma langsung!!
Ah, kalem dulu yak. Foto bareng mereka kudu, tapi gue mau lanjutin lagi
ceritanya.
Dalam film ini, sutradara Sim F menceritakan juga sisi lain yang mungkin
tidak banyak orang ketahui bagaimana perjuangan seorang Susy, yang
diperankan dengan baik sekali oleh si cantik Laura Basuki, (dan juga
keturunan Tionghoa lainnya) yang menguras keringat dan air mata di
balik prestasi mereka, yang masih mendapatkan perlakuan diskriminatif
kala itu. Walaupun hidup di bumi Indonesia yang sama, dan berjuang
demi Indonesia, banyak di antaranya, termasuk di cabang olahraga
bulutangkis, masih kesulitan untuk mendapatkan legalitas sebagai WNI.
Termasuk Susy yang saat memenangkan medali emas Olimpiade
tersebut, masih “berbekalkan” Surat Bukti Kewarganegaraan Republik
Indonesia (SBKRI), namun Susy gigih menghadapi semua obstacle
tersebut demi mencapai tujuannya, berprestasi bagi Indonesia. Bahkan
saat kerusuhan 1998 terjadi,
Terimakasih Laura Basuki, darimu, gue jadi tau cewek bisa tetep cantik
walaupun bersimbah keringat saat berolahraga.
PS:
Oh, iya. Buat yang belum tau, Love All itu istilah dalam perhitungan angka
bulutangkis yang artinya skor 0-0.