Anda di halaman 1dari 5

Nama : Satrya Bintang Pamungkas

Universitas : Universitas Djuanda Bogor

RESUME
MASA KECIL PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Judul Buku : SBY Sang Demokrat


Penulis : USAMAH HISYAM DKK
Penerbit : PT.Jayakarta Agung Offset
Tahun Terbit : 31 Maret 2004
Jumlah Halaman : 1004 Halaman

Masa Sekolah Dasar


Keluarga yang terpandang yang berasal dari keluarga Militer dengan nama
ayah Soekotjo dan ibu Siti Habibah, tinggal di daerah Pacitan Provinsi Jawa
Timur yang sangat panas dan tandus yang Sebagian penduduk nya bermata
pencarian tanaman gaplek, maka dari itu Pacitan di juluki sebagai Kota Gaplek.
Usia kandungan 8 bulan Siti Habibah tinggal di lingkungan keluarga Siti
Habibah di Desa Tremas dan melahirkan seorang anak laki-laki yang tidak
disaksikan oleh sang ayah Soekotjo karena sedang bertugas. Lahir 9 September
1949 di desa kecil yang dekat dengan pondok pesantren yang berdiri sejak 1830,
Siti Habibah dan Soekotjo memberi nama putra semata wayang dengan sebutan “
Susilo Bambang Yudhoyono” dimana Susilo berarti orang yang santun dan
penuh kesusilaan, Bambang artinya Kesatria, Yudho bermakna perang,
Sedangkan Yono sama dengan Kemenangan. Jadi, Susilo Bambang Yudhoyono
kira-kira berarti Seorang yang santun, penuh kesusilaan, kesatria, dan
berhasil memenangkan setiap peperangan.
Ayah nya mengajarkan tentang bekerja dan belajar keras serta disiplin
sedangkan ibu lebih memperhatikan masalah keimanan dan ketakwaan,
ketertarikan SBY pada perang-perangan muncul Ketika duduk di Sekolah Rakyat
pada kelas tiga di Desa Purwoasri, Ketika waktu itu sedang ada Latihan perang-
perangan di Desa tersebut
Sejak kecil SBY sudah diajak dan dipekenalkan tentang militer oleh ayahnya
dengan berkunjung ke Akademi Militer Nasional (AMN), SBY selalu berpindah –
pindah sekolah karena mengikuti tugas ayahnya dimana ditempatkan, ketika kelas
5 SD SBY tinggal oleh pakde nya di Desa Ploso,Pacitan. Dari situlah SBY
merenda kehidupan dan cita-citanya dengan kehidupan yang serba sulit dan
berjuang sendirian. Satu hal yang menonjol dari putra tunggal pasangan Soekotjo
dan Siti Habibah ini adalah sifatnya yang suka mengalah, tidak sombong, dan
tidak pendendam. Susilo juga tidak suka pada segala bentuk kekerasan atau hal-
hal yang berifat keras ini yang membuatnya enggan bermain sepakbola dan kasti.
Kejadian yang tidak terduga Ketika Susilo di sekolah banyak sekali anak anak
yang menjahili Susilo yang pernah dipukul tetapi Susilo tidak membalas nya tapi
langsung memaafkan dan akrab Kembali tetapi suatu hari Susilo Kembali di Jahili
oleh teman temannya di kelas dengan memindahkan bangku Ketika SBY ingin
duduk sehingga SBY tersungkur kelantai, beda hal nya dengan kasus yang pernah
ada yang tidak membalasnya tetapi kasus yang menyebabkan SBY tersungkur
SBY melempar teman-temannya dengan sepatu dan mengucapkan “itu tidak lucu”
marah nya SBY tidak berlangsung lama Ketika SBY merangkul teman temannya
yang menjahili nya.
Tanpa sadar, Susilo telah menunjukan sifat sebagai seorang pemimpin, dan
pemaaf rupanya, sikap dan tingkah lakunya tak pernah lepas dari perhatian guru-
guru dan kepala sekolah.

Masa Sekolah Menengah Pertama (SMP)


SBY beranjak remaja dan melanjtkan sekolah nya di SMP yang terkenal dan idola
yaitu SMP Negeri Pacitan, disinilah SBY meyalurkan hobi nya dengan bermain
Voli Bersama 10 teman lainnya yang membentuk 1 team untuk kejuaraan Pekan
Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (popsi). Selain itu talenta Susilo dalam duni
tulis-menulis mulai kelihatan ia banyak menulis artikel seputaran sekolah,puisi,
dan cerpen bahkan beberapa puisi dan cerpennya di muat majalah anak-anak SI
KUNCUNG dan KEMUNING.
Aktivitas Susilo tidak hanya sampai disitu. Ia juga meneyelami dunia teater.
Bergabung dalam sanggar seni Dahlia Pacitan pimpinan Gondrong Suparman,
seorang pegawai kantor pertahanan membuatnya mahir bermain seni peran dalam
teater dan wayang orang. Selama aktif di sanggar seni itu, ia belajar menulis dan
membaca puisi, bermain teater, dan melukis. Ternyata, Susilo lebih tertarik
melukis lawan jenisnya, dari pada pemandangan seperti kebanyakan rekannya.
Masa Skolah Menengah Atas (SMA)
Tamat SMP Susilo melanjtukan jenjang Pendidikan nya di SMA Negeri Pacitan /
SMA 271, bakat seni Susilo juga makin mengkilap pada saat di duduk bangku
SMA. Ia piawai bermain music dengan posisi sebagai pemain bas gitar band
sekolah. Selain itu mampu menulis puisi-puisi yang indah.di SMA pun ia
mempelopori penerbitan majalah sekolah. Saying, majalah itu batal terbit karena
suatu hal. Kecintaan nya pada buku, menjadi sisi lain kehidupan Susil0. Ia rajin
mengumpukan buku-buku baik dari sang ayah, maupun dari pakdenya, hingga
kamar tidurnyaberdiri perpustakaan kecil, perpustakaan itu hadir pada suatu
kondisi dimana tidak mudah uuntuk membuat sebuah tempat bacaan.
Menjadi dewasa Susilo banyak sekali kegiatan sosial dan kegaiatan yang bisa
menumbuhkan kreatifitas nya Susilo yang mempunyai tekad menjadi anak band
Susilo
RESUME
MASA KECIL PRESIDEN JOKO WIDODO

Judul Buku : JOKOWI dari Bantaran Kalianyar ke Istana


Penulis : WAWAN MAS’UDI DAN AKHMAD RAMDHON
Penerbit : PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA,JAKARTA
Tahun Terbit :
Jumlah Halaman : 140 Halaman

Kota Solo dengan segala perubahan dan dinamikanya, sebuah kota sebagai pusat
ekonomi dan magnet bagi Kawasan di sekitarnya. Kedua orangtua Jokowi
Bernama Notomiharjo (Pak Noto) dan Sujiatmi (Bu Sujiatmi) merupakan salah
satu keluarga muda dari wilayah pedesaan di utara Solo yang memutuskan untuk
berpindah dan memulai perjuangan hidup di kota. Kedua orangtua Jokowi
menikah pada 1959 dan tinggal di kampung Srambatan,Solo Utara mereka tinggal
berdekatan dengan orangtua Sujiatmi yang merupakan pengusaha kayu yaitu
bapak Wirorejo (pak Wiro)
2 tahun pernikahan Bapak Noto dan Ibu Sujiatmi dikaruniai anak pertama Joko
Widodo lahir pada 21 Juni 1961 di salah satu kamar Rumah Sakit Brayat
Minulyo, Surakarta, ibu Sujiatmi melahirkan Joko Widodo Ketika berusia 18
tahun sedangkan Notomiharjo baru berumur 21 tahun. Saat lahir, anak pertama ini
diberi nama Mulyono Namun, karena sering sakit sakitan, Namanya kemudian
diganti menjadi Joko Widodo yang kemudia dikenal dengan Jokowi. Dalam
Bahasa Jawa, “Joko” berarti anak lelaki dan “Widodo” berarti sejahtera, sehat
selalu dan selamat. Dalam tradisi Jawa, pilihan nama anak sangatlah pentig
mengingat nama mengandung harapan,energi,karakter, dan arah hidup seseorang.
Jokowi kemudian dibawa kerumah Mbah Wiro di Gumukrejo selama 40 hari,
karena usia ibu Sujiatmi yang 18 tahun belum berpengalaman mengurus seorang
bayi. Dalam tradisi Jawa Ketika bayi lahir Jokowi melalui serangkaian ritual adat
seperti sepasaran, puputan, selapanan. Tradisi adat ini bentuk dari rasa syukur atas
karunia Tuhan dan agar isi jabang bayi kelak menjadi anak yang baik, berbakti
kepada orangtua, dan hidup mulia.
Setlah 40 hari tinggal di rumah Mbah Wiro Jokowi kecil dibawa Kembali ke Solo,
mereka kemudian tinggal di sebuah rumah kecil berdinding bambu (gedheg) di
bantaran kali Pepe, di kampung Srambatan yang relative dekat dengan Kawasan
Terminal Tirtonadi maupun Stasiun Balapan. Pemukiman yang selalu dilanda
banjir tapi masih menjadi tempat favorite terbaik bagi banyak kalangan keluarga
miskin. Pada masa Jokowi kanak-kanak, keluarganya hidup berpindah dari satu
bantaran ke banataran sungai lainnya. Solo dialiri oleh empat sungai utama, yakni
bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Jenes dan Kali Pepe dari keempat sungai
tersebut keluarga Jokowi pernah merasakan hidup di setidaknya du bantaran
sungai yakni Kali Anyar, dan Kali Pepe.

MASA KECIL JOKOWI


Jokowi masih berusia empat tahun usia yang masih terbilang balita sudah melihat
peristiwa yang Jokowi belum memahami apa yang terjadi saat itu yaitu peristiwa
Gerakan 30 September (G30S/PKI) tetapi keluarga Jokowi idak mempunyai urusan
tentang pertiswa tersebut dikarenakan keluarga Jokowi adalah keluarga yang benar
benar bersih dari anggota atau simpatisan Gerakan G30 SPKI.

Bertempat tinggal di bantaran sungai bagi Jokowi kecil dan teman-teman sebayanya
sungai ibarat lapangan tempat bermain aktivitas keseharian di sungai sebagai arena
bermain yang menyenangkan menjadi sumber kebahagiaan Jokowi dan teman-
temannya. Tidak hanya Ketika mandi membersihkan badan, Jokowi dan teman -
temannya sering menghabiskan waktu memancing atau mencari belut di area
persawahan sekitar sungai. Jokowi kecil sering mencari telur bebek di bantaran sungai
oleh teman temanya yang kegiatan tersebut diberi nama ngelidhik

Selain itu Jokowi kecil mulai belajar mengenali seluk-beluk usaha perdagangan. Jokowi
selalu melihat tumpukan-tumpukan kayu gergajian berbaagai ukuran, serta ikat-ikatan
bambu, ia sudah terbiasa hidup bebagai dan berdampingan dengan tumpukan kayu dan
bambu dirumah serta melihat bagaimana usa tersebut dijalankan. Jokowi kecil
memnhyaksikan langsung bagaimana usaha kayu keluargannya benar benar dirintis dari
awal. Jokowi kecil memahami kayu dan bambu telah menjadi sumber kehidupan dan
kesejahteraan bagi keluargannya.

Setiap pulang sekolah Jokowi sering turut membantu orangtuanya mengurusi jual beli
kayu dan membantu bongkar muat. Berbekal keyakinan bahwa Pendidikan bisa menjadi
sarana untuk mencapai masa depan yang lebih baik, selepas SMA Jokowi mengikuti tes
masuk perguruan tinggi di UGM, ia diterima di Fakultas Kehutanan pilihannya masuk
Fakultas kehutanan seolah menegaskan minatnya akan hal-hal yang berhubungan
dengan kayu.

Anda mungkin juga menyukai