RESUME
MASA KECIL PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Kota Solo dengan segala perubahan dan dinamikanya, sebuah kota sebagai pusat
ekonomi dan magnet bagi Kawasan di sekitarnya. Kedua orangtua Jokowi
Bernama Notomiharjo (Pak Noto) dan Sujiatmi (Bu Sujiatmi) merupakan salah
satu keluarga muda dari wilayah pedesaan di utara Solo yang memutuskan untuk
berpindah dan memulai perjuangan hidup di kota. Kedua orangtua Jokowi
menikah pada 1959 dan tinggal di kampung Srambatan,Solo Utara mereka tinggal
berdekatan dengan orangtua Sujiatmi yang merupakan pengusaha kayu yaitu
bapak Wirorejo (pak Wiro)
2 tahun pernikahan Bapak Noto dan Ibu Sujiatmi dikaruniai anak pertama Joko
Widodo lahir pada 21 Juni 1961 di salah satu kamar Rumah Sakit Brayat
Minulyo, Surakarta, ibu Sujiatmi melahirkan Joko Widodo Ketika berusia 18
tahun sedangkan Notomiharjo baru berumur 21 tahun. Saat lahir, anak pertama ini
diberi nama Mulyono Namun, karena sering sakit sakitan, Namanya kemudian
diganti menjadi Joko Widodo yang kemudia dikenal dengan Jokowi. Dalam
Bahasa Jawa, “Joko” berarti anak lelaki dan “Widodo” berarti sejahtera, sehat
selalu dan selamat. Dalam tradisi Jawa, pilihan nama anak sangatlah pentig
mengingat nama mengandung harapan,energi,karakter, dan arah hidup seseorang.
Jokowi kemudian dibawa kerumah Mbah Wiro di Gumukrejo selama 40 hari,
karena usia ibu Sujiatmi yang 18 tahun belum berpengalaman mengurus seorang
bayi. Dalam tradisi Jawa Ketika bayi lahir Jokowi melalui serangkaian ritual adat
seperti sepasaran, puputan, selapanan. Tradisi adat ini bentuk dari rasa syukur atas
karunia Tuhan dan agar isi jabang bayi kelak menjadi anak yang baik, berbakti
kepada orangtua, dan hidup mulia.
Setlah 40 hari tinggal di rumah Mbah Wiro Jokowi kecil dibawa Kembali ke Solo,
mereka kemudian tinggal di sebuah rumah kecil berdinding bambu (gedheg) di
bantaran kali Pepe, di kampung Srambatan yang relative dekat dengan Kawasan
Terminal Tirtonadi maupun Stasiun Balapan. Pemukiman yang selalu dilanda
banjir tapi masih menjadi tempat favorite terbaik bagi banyak kalangan keluarga
miskin. Pada masa Jokowi kanak-kanak, keluarganya hidup berpindah dari satu
bantaran ke banataran sungai lainnya. Solo dialiri oleh empat sungai utama, yakni
bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Jenes dan Kali Pepe dari keempat sungai
tersebut keluarga Jokowi pernah merasakan hidup di setidaknya du bantaran
sungai yakni Kali Anyar, dan Kali Pepe.
Bertempat tinggal di bantaran sungai bagi Jokowi kecil dan teman-teman sebayanya
sungai ibarat lapangan tempat bermain aktivitas keseharian di sungai sebagai arena
bermain yang menyenangkan menjadi sumber kebahagiaan Jokowi dan teman-
temannya. Tidak hanya Ketika mandi membersihkan badan, Jokowi dan teman -
temannya sering menghabiskan waktu memancing atau mencari belut di area
persawahan sekitar sungai. Jokowi kecil sering mencari telur bebek di bantaran sungai
oleh teman temanya yang kegiatan tersebut diberi nama ngelidhik
Selain itu Jokowi kecil mulai belajar mengenali seluk-beluk usaha perdagangan. Jokowi
selalu melihat tumpukan-tumpukan kayu gergajian berbaagai ukuran, serta ikat-ikatan
bambu, ia sudah terbiasa hidup bebagai dan berdampingan dengan tumpukan kayu dan
bambu dirumah serta melihat bagaimana usa tersebut dijalankan. Jokowi kecil
memnhyaksikan langsung bagaimana usaha kayu keluargannya benar benar dirintis dari
awal. Jokowi kecil memahami kayu dan bambu telah menjadi sumber kehidupan dan
kesejahteraan bagi keluargannya.
Setiap pulang sekolah Jokowi sering turut membantu orangtuanya mengurusi jual beli
kayu dan membantu bongkar muat. Berbekal keyakinan bahwa Pendidikan bisa menjadi
sarana untuk mencapai masa depan yang lebih baik, selepas SMA Jokowi mengikuti tes
masuk perguruan tinggi di UGM, ia diterima di Fakultas Kehutanan pilihannya masuk
Fakultas kehutanan seolah menegaskan minatnya akan hal-hal yang berhubungan
dengan kayu.