Karya Guru-guru ASN SMA Negeri 2 Tambun Utara berupa Resume Buku
Cover
Awal kelahiran
Soekarno kecil lahir dari ayah seorang guru Sekolah Dasar (SD) di Blitar yaitu
Raden Soekemi Sosrodihardjo (1869-1945), putra seorang tokoh alim ulama terkenal
golongan ningrat keturunan Diponegoro yang memulai kariernya sebagai guru muda
pada sebuah SD Negeri di Buleleng, Bali. Raden Soekemi merupakan pemuda
berpengetahuan luas yang juga bertugas sebagai asisten ahli linguistic terkenal H.N
Van Der Tuuk. Ibunda Soekarno adalah seorang gadis Bali bernama Ida Ayu Nyoman
Rei Serimben, putri golongan elite dari Banjar yaitu sebuah dusun kecil Bale Agung di
Buleleng yang masih keturunan keluarga Kerajaan Singaraja. Pasangan Soekemi dan
Ida Ayu pindah ke Jawa Timur karena Soekemi pindah tugas tepatnya di kota
Surabaya. Hingga pasa suatu hari tepatnya Kamis, 6 Juni 1901 lahirlah anak lelaki
mereka yang kemudia mereka beri nama Koesno.
Pada bulan Juni 1921, Soekarno menempuh ujian akhir di HBS dan pindah ke
Bandung. Di sana ia mendaftar untuk studi insinyur di Sekolah Tinggi Teknik
(Technische Hogeschool Bandung sekarang adalah Institut Teknologi Bandung) yang
telah dibuka pada tahun 1920. Setelah menyelesaikan studinya, ia ditawari untuk
berkarir di universitas namun menolak. Bersama rekan sebidangnya Ir. Anwari ia
mulai membuka biro arsitek di Bandung tahun 1926. Kiprahnya sebagai arsitek
diwarnai idealisme berbumbu nasionalisme dengan tidak mau menerima proyek-
proyek pembangunan pemerintah kolonial. Bersama Ir. Anwari, Soekarno lebih
sering menerima proyek bangunan rumah sederhana yang selalu diberi tanda
berupa bentuk Gada (senjata Bima) di atas atapnya. Satu-satunya proyek besar yang
diterima adalah renovasi Hotel Preanger Bandung yang dikerjakan atas permintaan
dosen yang amat ia hormati yaitu Prof. Wolff Schoemaker. Di tangan dua orang
ternama tersebut, Preanger bermetamorfosis menjadi bangunan bergaya
arsitektur art deco geometric.
Kiprah Politik dan Cita-cita Kemerdekaan
Ketika selesai masa tahanan Soekarno seperti “come back stronger” dalam
memperjuangkan cita-cita Indonesia merdeka. Upaya untuk tetap menghadirkan
wadah perjuangan politik tetap ada dengan berdirinya Partindo ketika PNI
dibubarkan. Soekarno bergabung dengan Partindo yang membuahkan keanggotaan
baru di Partindo meningkat sampai dua kali lipat. Kondisi tersebut menggairahkan
kesadaran politik di Indonesia. Hingga momentum kemerdekaan mulai terasa ketika
invasi Jepang menghapus pengaruh kolonial. Jepang mengizinkan pendirian
perkumpulan nasional umum Poesat Tenaga Rakjat (Poetera) dengan Soekarno
sebagai ketuanya. Tanpa kenal Lelah, Soekarno melanjutkan langkahnya dalam
perkumpulan Poetera untuk membangkitkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia.
Upaya Soekrano untuk mengimbangi keinginan pihak Jepang di satu pihak dan cita-
cita Indonesiaa di sisi lain beruara pada berdirinya perkumpulan tentara sukarela
Pembela Tanah Air (PETA) pada bulan Oktober 1943. Perhatian Soekarno dan para
pemimpin Poetera tercurah pada PETA yang mereka anggap sebagai cikal bakal
tentara Indonesia.
Kesimpulan
Proses bangsa Indonesia bisa sampai ke masa sekarang, alangkah bijaksana kita
sebagai rakyat Indonesia untuk selalu mengingat para tokoh pendiri bangsa yang
memperjuangkan. Salah satunya adalah Soekarno, dimana perjuangannya demi
menyemangati rakyat untuk bersatu demi kemerdekaan sangat pantas untuk selalu kita
maknai. Jatuh bangun perjuangan, berkali-kali ditahan, berpindah-pindah tempat demi
memperjuangkan kemerdekaan ditempuh tanpa mengeluh. Maka dari itu sebagai bentuk
rasa syukur kita sudah sepantasnya menjaga spirit perjuangan dan persatuan yang sudah
diuntai para founding fathers kita. Jangan jadi rakyat yang kufur dengan melakukan tindakan
yang mengarah pada memecah belah bangsa sendiri. Karena hanya jika kita
mengedepankan ego pribadi lalu kerapkali melakukan tindakan provokatif disintegratif,
lantas apa bedanya kita dengan kaum kolonial yang sudah susah payah dilawan oleh para
pejuang kemerdekaan?. Semoga kita dijauhkan dari pikiran dan tindakan menyedihkan
seperti itu. Aamiin Ya Robbal’alamin.
April 2022,
FP