Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

IR.SOEKARNO

DISUSUN OLEH :

NAMA : SULKIFLI

KELAS : XI MIPA 1

YPI AN-NUR NUSA

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun jauh dari kesempurnaan dimana tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi

tugas mata pelajaran ‘Sejarah’.

Dengan terselesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Gustang Agung, S.Pd selaku guru mata pelajaran Sejarah yang telah membimbing penulis

dalam proses pembelajaran.

2.      Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam proses pencarian bahan unruk

pembuatan makalah yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya mengakui bahwa saya adalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dan

kelebihan dalam berbagai hal. Saya merasa masih banyak kekurangan dari makalah saya ini.

Karena tidak semua hal yang dapat saya deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Saya

telah melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki.

Mungkin ini yang dapat saya selesaikan. Apabila ada kritik dan saran dari pembaca, saya

bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena kritik dan saran ini sebagai batu

loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya dimasa mendatang.sehingga saya akan berusaha

untuk menyelesaikan makalah dengan lebih baik lagi.

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B.     Rumusan Masalah

C.     Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A.    Masa Kecil dan Masa Remaja Ir. Soekarno

B.     Latar Belakang Pendidikan Ir. Soekarno

C.     Keluarga Ir. Soekarno

D.    Peranan Ir. Soekarno

E.     Sakit hingga wafatnya Ir. Soekarno

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ir. Soekarno merupakan sosok yang jasanya tidak bisa dilupakan begitu saja dalam

membangun negeri ini. Peranan besar yang telah dilakukan oleh beliau, terutama dalam hal

memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan akan selalu terpatri sebagai jasa-jasa

yang tidak akan tergerus selamanya oleh masa. Memang, jika kita amati sosok Bapak Bangsa ini

merupakan pribadi yang unik satu sama lainnya.

Sebagai sosok yang memiliki label penggerak massa, Ir. Soekarno memiliki peranan

sebagai pemain depan yang dengan jelas terlihat bagaimana pola pikir dan cara berbicaranya

ketika berada di depan podium untuk berpidato. Ir. Soekarno adalah singa podium yang berjuluk

“Penyambung Solidaritas Rakyat”. Ia memainkan peran dalam menyampaikan pesan persatuan

kesatuan untuk terciptanya Indonesia Merdeka.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masa kecil dan masa remaja Ir. Soekarno ?

2. Bagaimana latar pendidikan Ir. Soekarno ?

3. Bagaimana keluarga Ir. Soekarno ?

4. Bagaimana peranan Ir. Soekarno melawan penjajah ?

5. Bagaimana akhir kehidupan Ir. Soekarno ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kehidupan masa kecil dan masa remaja Ir.Soekarno


2. Untuk mengetahui latar pendidikan Ir. Soekarno

3. Untuk mengetahui bagaimana keluarga Ir. Soekarno

4. Untuk mengetahui peranan Ir. Soekarno melawan penjajah

5. Untuk mengetahui akhir kehidupan Ir. Soekarno.


BAB II

PEMBAHASAN

A.      Masa Kecil dan Masa Remaja Ir. Soekarno

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.

Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi

Soekarno oleh ayahnya.Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah

Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf

"a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".Di kemudian hari ketika

menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena

menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama

Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang

tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu

tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun. Sebutan akrab untuk

Soekarno adalah Bung Karno.

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini

terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan

bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian

masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama

keluarga.Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan badah haji.

Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno,

dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri

dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara

Arab. Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (terjemahan Syamsu Hadi.
Ed. Rev. 2011. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-

9) halaman 32 dijelaskan bahwa namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat

Indonesia bukan hal yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.

Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan

ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan

seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan

keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri

beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum

Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung

Agung, Jawa Timur.

Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto,

mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[6] Di Mojokerto, ayahnya memasukan

Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911

Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di

Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya

di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS

atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto

bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya,

Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin

Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.
Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk

sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong

Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan

Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.

Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921,bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS,

Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung

dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921,setelah dua bulan dia meninggalkan

kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun 1926. Soekarno

dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH

Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya. Prof. Jacob

Clay selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita

karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan

Soetedjo, selain itu ada seorang lagi dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.

Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai arsitek alumni dari

Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan

teknik sipil dan tamat pada tahun 1926.

Pekerjaan dan Karya di Bidang Arsitektur

 Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari,

banyak mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno

juga merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.

 Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa rumah dan

merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.


B.       Latar Belakang Pendidikan Ir. Soekarno

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14

tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno

tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji

di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin

Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung

dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di

Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto

Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi

National Indische Partij.

PENDIDIKAN

 Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto

 Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911)

 Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915)

 Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut

Teknologi Bandung) (1920).

C.      Keluarga Ir. Soekarno


Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo

Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai

Istri : - Oetari (1921–1923)

        - Inggit Garnasih (1923–1943)

        - Fatmawati (1943–1956)

        - Hartini (1952–1970)

        - Kartini Manoppo (1959–1968)

        - Ratna Sari Dewi (1962–1970)

        - Haryati (1963–1966)

        - Yurike Sanger (1964–1968)

        - Heldy Djafar (1966–1969)

Anak : - Guntur Soekarnoputra

           - Megawati Soekarnoputri

           - Rachmawati Soekarnoputri

           - Sukmawati Soekarnoputri

           - Guruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)

           - Taufan Soekarnoputra

           - Bayu Soekarnoputra (dari Hartini)

           - Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo)

           - Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi).

Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah

menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat Bung Karno sembilan

kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar
itu. Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung

Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan. Lalu,

bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan

ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai penilaiannya

terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.

“Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya

padaku tentang jenis perempuan yang kusukai,” ujar Soekaro dalam buku ‘Bung Karno Masa

Muda’ terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat

itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit

terkejut mendengar pertanyaan itu.“Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian

baju kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan

padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai

rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan,” kata Soekarno.

“Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa

mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru,

yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring,” tambahnya. Mungkin saat itu

Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya

jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan

dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. “Saya


menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai

anak-anak,” katanya.

Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun

perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau

ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini

bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu

Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah Indonesia.

“Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu

soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang hebat

dan dahsyat,”begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka

Antar Kota, 1978.

Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak

perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini

belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat

dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra

pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42

tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno

dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok

pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawatisangat pandai menari.

Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak

kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan wayang

semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam

penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno.
Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakinkebenaran akan menang, walau harus kalah

dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat

Indonesia.

“Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku.

Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan

hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan

atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat,” ujar Soekarno dalam

biografinya yang ditulis Cindy Adams “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang

diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia

juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat

datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya,

Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke

daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut.

D.      Peranan Ir. Soekarno

1.      Masa pergerakan nasional

Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java

cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan

hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan

yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato

menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit
dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan

bukan dalam bahasa Belanda.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang

merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini

menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas

Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di

Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada

tahun 1930 ia dipindahkan ke Sukamiskin dan pada tahun itu ia memunculkan pledoinya yang

fenomenal Indonesia Menggugat (pledoi), hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember

1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang

merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan

diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun

semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru

Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno

diasingkan ke Provinsi Bengkulu.Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang

pada tahun 1942.

2.      Masa Penjajahan Jepang

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak

memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"

keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.

Syamsuddin yang kurang begitu populer.


Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus

memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam

setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia.

Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera),

BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas

Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh

nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan

Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir

Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi

kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang

sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.Ia aktif dalam usaha

persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan

dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia

sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia

yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima

langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci)

kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan

pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap

keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi,

pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan

bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.


Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat

Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam kasus romusha.

3.      Masa Perang Revolusi

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia

Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta)

dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara

Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa

Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh

para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok.

Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para

pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik

Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang

sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh

menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang

berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia

yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci

kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada

Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan

Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan

oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa

pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok

dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,

Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan

pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di

Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang

membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya

dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya

memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden

dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku

kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi

kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semipresidensiil/double executive. Presiden

Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala

Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat

pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik

Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

4.      Masa Kemerdekaan

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan

Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia

diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena

tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal

17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno

menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan

kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden

konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi

dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat

dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet

yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai

sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut

turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh

bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan

Udara.

Soekarno dan John F. Kennedy


Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.

Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai

hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955,

mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan

Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik

akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan

imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir

yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian

konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal

Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru

(India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat

jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya,

masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan

dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa

ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat

atau mengenal akan Indonesia.

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional,

Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin

negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika

Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

5.      Masa Keterpurukan

Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam

peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965. Pelaku
sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh

terlibat di dalamnya. Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan

KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri

Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. Namun,

Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom

(Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI

kemudian melemahkan posisinya dalam politik.

Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani

oleh Soekarno. Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk

mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi

presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima

Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.

Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang

pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan

kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila

presiden berhalangan.

Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya

terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul

"Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk

melengkapi pidato tersebut. Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada

10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.

Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan

Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka


Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa

maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar

Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan

umum berikutnya.

E.       Akhir Kehidupan Ir. Soekarno

Detik Detik Kematian Sang Presiden

         Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara

sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis

rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir

mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.

         Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan

Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang

hanya berjarak lima kilometer.

         Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk

ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari

ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini

terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara

semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

         Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan

seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya.

Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar

ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya
yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini

hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua

tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi

tubuhnya yang kian kurus.

         Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu

         Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk

mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka

matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga

manusia yang paling dicintainya ini.

         “Pak, Pak, ini Ega…”

         Senyap.

         Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang

telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri

sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu

membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri

sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai.

Soekarno terdiam lagi.

         Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan

kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan.

Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

         Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan

senjata.
         Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati.

Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

         Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega

lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan

sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil

membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

         “Hatta.., kau di sini..?”

         Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini

mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik

hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

         “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”

         Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang

lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada

orang yang sangat dihormatinya ini.

         Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa

Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi

Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?

         Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

         Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan

seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan

perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

         Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah.

Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi.
Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini.

Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

         “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih.

Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

         Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak

bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal

itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

         Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

         Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.

         Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot.

Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus

meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi

Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno

belum pernah sekali pun melihat anaknya.

         Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan

seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono

memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman,

Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

         Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa

kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan

dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini.

Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas
terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak

bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

         Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang

biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus

menyedihkan.

         Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang

menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah

seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad.

Manusia itu kini telah tiada.

         Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak

lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Isu di bunuh secara perlahan

Banyak keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa

dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif

oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama

saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat

menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.

Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin Dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar

dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-

resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang

dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa

mempercepat kematiannya.
Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina

pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi

yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah

dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun

1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan

agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan

tradisional. Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21

Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status

sebagai tahanan politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang

dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno

sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter

kepresidenan. Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh

Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono

Kertopati.

Komunikasi medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:

1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno

semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.

2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan

kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.

3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno

hingga saat meninggalnya.


Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis,

Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat

pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970. Jenazah

Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya

bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima

ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan

masa berkabung selama tujuh hari.

Peninggalan

Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor

Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno". Prangko yang diterbitkan

merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta menampilkan

gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia. Prangko

pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah

menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi

tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal

Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang

terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat

prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum

Peruri. Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan

prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga

desain kaus Bung Karno.


Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19

Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.

Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan

Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.

Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962.

Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun

1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana

keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru,

kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden

Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga

Bung Karno.

Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah

Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah

organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang

diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga

Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie

meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno,

Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.

Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di

dalam dan luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan

kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19 September 1951), Institut Teknologi

Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2 Februari 1963), Universitas Hasanuddin

(25 April 1963), Institut Agama Islam Negeri Jakarta (2 Desember 1963), Universitas

Padjadjaran (23 Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965). Sementara

itu, Universitas Columbia (Amerika Serikat), Universitas Berlin (Jerman), Universitas

Lomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan beberapa universitas luar

negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.

Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun mendapatkan

penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan tersebut adalah

penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang

diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.

Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas

internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi

rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.

Kata Kata Bijak Soekarno

1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak

akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat

ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik

tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]

2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato

Hari Pahlawan 10 Nop.1961)


3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan

lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.

4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden

sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan

rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat

suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya

ia dengan kemajuan selangkah pun.

6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak

dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.

7. ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan

persaudaraan……

8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna.

Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai !

Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.

9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan

aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia

10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti

dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya

11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah

berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.
BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.

Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi

Soekarno oleh ayahnya. Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi

Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi

yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Ir.

Soekarno mempunyai peranan yang besar dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari

penjajahan. Ir. Soekarno wafat dengan meninggalkan begitu banyak jasa untuk Indonesia

sehingga beliau dikenal sebagai bapak proklamator.

B.       SARAN

Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa materi yang kami buat ini

masih banyak kekurangan. Jadi untuk itu kami meminta kepada saudara saudari semuanya untuk

memberikan saran, kritikan, dan hal-hal lainnya yang bisa membangun untuk menuju kepada

yang lebih baik.  agar manfaat dari makalah ini dapat diambil penyusun dan orang yang

membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno

http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-presiden-soekarno.html

http://info-biografi.blogspot.com/2010/02/ir-soekarno.html

http://contohmakalah4.blogspot.com/2013/02/biografi-soekarno.html

https://lalumakan.wordpress.com/2013/07/02/156/

Anda mungkin juga menyukai