Pekerjaan
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak
mengerjakan rancang bangun bangunan. Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga
merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
Masjid Istiqlal (1951)
Monumen Nasional (1960)
Gedung Conefo
Gedung Sarinah
Wisma Nusantara
Hotel Indonesia (1962)
Tugu Selamat Datang
Monumen Pembebasan Irian Barat
Patung Dirgantara
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai
seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural
kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk
melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah
Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-
besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat
yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk
melakukan tawaf
Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada
tahun 1957
Berikut ini merupakan beberapa sikap dari Bung Karno yang dapat diteladani, antara
lain:
3. Berani dan rela berkorban untuk tanah air, bangsa, dan negara.
1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan
Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur
menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak
sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis
Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu
Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur,
sebagai tempat pemakaman Soekarno. [32] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No.
44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan
dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara
pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai
inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh
hari.
Peninggalan
Jalan Proklamasi, yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur, merupakan letak
bekas kediaman Soekarno yang berada di Jakarta Pusat. Rumah tersebut diberikan
oleh Syech Faradj bin Martak. Rumah tersebut menjadi saksi bisu Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan di sana.
Kediaman Bung Karno yang dijadikan tempat pembacaan naskah proklamasi
kemerdekaan pun sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan kehadiran Tugu
Proklamasi dengan patung Soekarno-Hatta yang menggambarkan suasana pembacaan
teks Proklamasi pada tahun 1945 dahulu.
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka
Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".Prangko yang
diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah
Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi
Presiden Republik Indonesia. Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan
menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai
Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an
terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900
serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang
terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000.
Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta
set oleh Perum Peruri. Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan
juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat jenis kartu pos, dua
macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada
tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden
Kuba Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro
dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun 1958.
Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana
keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde
Baru, kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai
keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama
awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka
mengenang jasa Bung Karno.
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya
adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan
Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk
membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini
dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada
tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung
Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character
Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan
melestarikan benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh
delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh
Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi
Soekarno. Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan
Raya Jakarta. Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia
Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa
Soekarno menjadi presiden. Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai
cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut. [12] Di antaranya adalah kaus, jam emas,
koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda
warisan Soekarno. Soenuso mengaku merupakan mantan sersan
dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang. Ia pernah menunjukkan benda-benda
yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di
rumahnya di Cileungsi, Bogor. Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan
emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih
dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan
tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil)
dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank
Netherland. Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum
ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.
Penghargaan
Gelar Doctor Honoris Causa
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam
dan luar negeri.
Tanda kehormatan
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun
mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan
tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme
Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat,
dan lencana yang semuanya dilapisi emas. Soekarno mendapatkan penghargaan
tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan
penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan
dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid. Acara penyerahan
penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings
di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam
menerima penghargaan. Penghargaan lainnya adalah Lenin Peace Prize (1960)
dan Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3 Februari 1951).
Karya tulis
Lagu
Lagu berjudul "Untuk Paduka Jang Mulia Presiden Soekarno" ditulis pada
awal dekade 1960-an oleh Soetedjo dan dipopulerkan oleh