Anda di halaman 1dari 4

YANG LAMA BUKAN TAK PANTAS UNTUK YANG MUDA

Oleh : Mawar Rohmadini (XII MIPA 5)

Bangga! perasaan yang pasti akan dirasakan saat menyaksikan serial musikal yang
dibawakan oleh Indonesia Kaya ini. Setelah sukses di berbagai series sebelumnya, Indonesia
Kaya bekerja sama dengan Garin Nugroho dan BOOW Live kembali menyuguhkan webseries
musikal Payung Fantasi yang tayang sejak Oktober 2022. Dengan mengangkat biografi Seabad
Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman karya Ninok Leksono yang menjadi salah satu
referensi dalam pembuatan serial musikal ini, sutradara teater Pasha Prakasa dan sutradara film
Naya Anindita meramu kisah Bang Maing dalam film musikal yang bernafas muda, dinamis,
dengan tata artistik yang indah. Ditayangkan dalam 6 episode lewat kanal Youtube
IndonesiaKaya, serial ini mampu mencapai 2 juta penonton dalam 2 minggu. Memukau sekali,
penayangan episode perdana sudah banjir viewers. Pemilihan lagu-lagu diepisode pertama sangat
cocok untuk memperkenalkan serial ini, tak heran episode berikutnya selalu panjang antrian
penonton yang menunggu.
Alasan yang mendasari saya untuk menganalisis serial ini adalah rasa penasaran yang
menggumpal setelah melihat webseries ini mencapai tranding. Disisi lain, sebagai penikmat lagu
lawas jadi wajar saya rasa jika saya terpikat untuk mengikuti alur serial musikal ini. Tidak hanya
berdasar hobi tetapi, rasa ingin tahu lebih mengenai karya lawas seniman ternama yang sukses
melekat dijiwa muda zaman sekarang membuat saya membulatkan keinginan untuk mencoba
mengulas webseries berjudul “Serial Musikal Payung Fantasi” yang digarap oleh Indonesia
Kaya.
Diluar memuaskan rasa penasaran, tujuan saya mengkaji serial musikal ini adalah untuk
mengasah keterampilan saya dalam hal kritik seni dan menganalisis seni drama musikal ini
supaya esai yang saya tulis sedikit banyak dapat membantu para penikmat seni khususnya
dibidang pertunjukan drama dan penikmat lagu lawas serta teater musik untuk mengetahui
kualitas karya Indonesia Kaya kali ini.
Setahun setelah kepergian suami terkasih, Eulis Zuraidah mengenang sosok Ismail
Marzuki bersama putrinya Rachmi. Lagu Payung Fantasi yang mengalun di radio mengantarkan
kisah tentang kehidupan sang komponis pejuang semenjak masa kecil, remaja hingga akhir
hayatnya. Bakat musik yang luar biasa serta kepiawaian merangkai kata menjadi medan juang
Bang Maing melintasi masa penjajahan Belanda dan Jepang, hingga akhirnya Indonesia
merdeka. Lagu-lagunya menggemakan semangat perjuangan yang berkobar untuk menjadi
bangsa yang merdeka seutuhnya.
Produksi webseries ini melalui proses panjang yang dimulai sejak Januari 2022, dimulai
dari audisi online Mentjari Bang Maing dan Djoewita, diikuti oleh 250 pendaftar dari berbagai
wilayah di Indonesia. Setelah melangsungkan proses audisi secara hybrid, terpilih 29 peserta
untuk ikut meramaikan produksi Serial Musikal: Payung Fantasi. Gusty Pratama berhasil
mendapatkan peran sebagai tokoh utama, Ismail Marzuki. Gusty Pratama merupakan seorang
penyanyi yang sebelumnya tergabung dalam kelompok musik 5 Romeo binaan Yovie Widianto.
Ia memulai kariernya dalam dunia pertunjukan panggung dengan mengikuti pelatihan intensif di
2019 dan berhasil membuktikan kemampuannya di bidang seni panggung. Gusty baru saja
mengeluarkan single terbaru dengan judul “Spell”. Kekasih Ismail Marzuki, Eulis Andjung
diperankan oleh Mariska Setiawan. Ia adalah seorang penyanyi sopran dari Surabaya yang
pernah terlibat dalam berbagai pertunjukan musik klasik. Dalam kiprahnya di dunia seni, ia telah
bekerja sama dan mengikuti masterclass dengan tokoh-tokoh musik baik di dalam maupun luar
negeri, salah satunya sebagai penerima beasiswa pelatihan intensif seni pertunjukan di New York
pada tahun 2019. 27 pemuda–pemudi bertalenta selanjutnya yakni, Luis Monique sebagai
Rukiah, Galabby sebagai Annie Landouw, Andhika Firman Agung sebagai Abdullah, Deyon
Destiano sebagai Hugo Dumas, Bayu Agustian sebagai Louish Koch, Vicky Achmad sebagai
Yahya, Affandi Iman sebagai Zahirdin, Nicholas Benito sebagai Kartolo, Bima Zeno Pooroe
sebagai Jusuf Ronodipuro, Renno Krisna sebagai Marzuki Saeran (BABE), Gina Dewi sebagai
Leda, Putri Indam Kamila sebagai Lela, Rahma Sekar Savitri sebagai Leha, Fitri Muliati sebagai
Mpok Rohma, Dante Kidd sebagai Koh Tio, Ajeng Apriliasih sebagai Mpok suryani, Mumu
Harmoun sebagai Asep, Aldafi Adnan sebagai Rahmat, Bayu Reswandha sebagai Urip, Robertus
Darren Radyan sebagai Ridwan, Kathy Permata sebagai Sukma, Claudya C. Hutasoit sebagai
Aryati, Ulan Laumi sebagai Teh Asih, Thulo sebagai Daus, Gerardo Tanor sebagai Kapten
Yamato, Kenja H. Karo – Karo sebagai Kitaro, Mitchel sebagai Ismail Marzuki kecil, dan Kayla
sebagai Rachmi Aziah. Dari 29 nama diatas, didominasi oleh jiwa muda bahkan 2 diantaranya
termasuk kategori anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa, banyak jiwa muda yang sangat
aware terhadap perjuangan pahlawan. Tak sedikit pula pemuda-pemudi era saat ini yang terus
menggayuh prestasi serta kreativitas untuk menyalip seniman luhur yang juga pejuang sejati
Indonesia. Namun, mustahil rasanya jika beliau-beliau itu tergantikan. Tak buntu di pemikiran
cekak, bak jiwa muda yang menggebu, pemuda masa kini tak sungkan unjuk kemahirannya,
turut bergulat dalam mengapresiasi perjuangan pahlawan. Walau jiwa muda, bukan berarti tidak
pantas menggandeng karya orang lama.
Selain karakter utama dan para peserta terpilih program Mentjari Maing dan Djoewita,
serial musikal ini juga dimeriahkan oleh Sal Priadi sebagai Syaiful Bahri, Afgan sebagai Bing
Slamet, Daniel Adnan sebagai Perwira Belanda, dan juga Titiek Puspa sebagai Eyang Putri.
Diluar musisi dan tokoh muda, para seniman dan sastrawan sepuh serta aktris dan penulis besar
juga turut memamerkan kepiawaiannya dalam bermain teater, seperti Ismail Marzuki melodi
yang abadi sebagai musisi, Agus Noor, Avip Priatna, Leila Chudori, Farida Oetoyo, Maudy
Koesnaidi Surdono W Kusumo, Entang Sutisna, Helvy Tiana Rosa, Wahyu Affandi Suradinata,
Iman Soleh, serta Gunawan Mohamad.
Sinopsis serial ini sendiri sudah membocorkan alur webseries Payung Fantasi yang akan
dijalankan mundur sebagai bentuk bernostalgia yang dituntun oleh Eulis Andjung, kekasih Bung
Maing. Setahun setelah kepergian suami terkasih, Eulis Zuraidah mengenang sosok Ismail
Marzuki bersama putrinya Rachmi. Sepanjang episode menayangkan pemutaran ulang
perjuangan Bung Maing. Dengan dijalankan mundur, penonton ditakjupkan dengan perjalanan
perjuangan komponis Indonesia dalam memperjuangkan musik Indonesia di tengah kecaman
Belanda.
Serial musikal Payung Fantasi menyuguhkan cerita dan visual juga lagu-lagu yang
mengalun di radio mengantarkan kisah tentang kehidupan sang komponis hingga akhir hayatnya.
Selain tampilan visual yang memanjakan mata, telinga para pecinta musik dan seni tanah air
akan dihibur dengan berbagai karya Ismail Marzuki yang akan ditampilkan dalam 6 episode
Serial Musikal Payung Fantasi. Lebih dari 25 karya maestro tanah air ini akan dibawakan dengan
apik oleh para pemain, seperti Jauh di Mata, Payung Fantasi, Juwita Malam, Dari Mana
Datangnya Asmara, Gagah Perwira, Indonesia Pusaka, Selamat Datang Pahlawan Muda,
Sepasang Mata Bola, Sabda Alam, Melati Tapal Batas, Sapu Tangan dari Bandung Selatan,
Aryati, Halo-halo Bandung, Gugur Bunga, Rayuan Pulau Kelapa, dan sebagainya. Nggak
ketinggalan lagu O, Sarinah yang merupakan salah satu lagu pertama ciptaan Ismail Marzuki
yang ditulis dalam bahasa Belanda yang menjadi simbol kehidupan masyarakat Indonesia yang
tertindas di era penjajahan sekaligus menjadi sebuah penghargaan pada kehidupan warga yang
sederhana.
Bakat musik yang luar biasa serta kepiawaian merangkai kata di dalam karya lagunya
menjadi cara Ismail Marzuki dalam menggemakan semangat perjuangan untuk kemerdekaan.
Nuansa vintage yang diadaptasi dari tahun 1920-1950an sangat kental terasa. Kolaborasi antara
jalan cerita yang mengalir serta tata gerak dan tarian turut memanjakan mata. Menjadi sebuah
tontonan sarat edukasi yang memikat. Selain memanjakan mata penonton dengan nuansa yang
apik, pengambilan gambar dalam serial juga tergolong jernih dan tidak membingungkan di setiap
pemotongan latarnya. Beberapa bahasa juga tersaji dalam serial ini, Belanja, Jepang, betawi,
Indonesia, serta bahasa Jawa daerah juga terdengar sangat luwes dibawakan para tokoh dan
dilengkapi subtitle didalam penayangan webseries serial musik Payung Fantasi ini. Tak heran
jika pujian dan apresiasi membanjiri kolom komentar Youtube IndonesiaKaya. Sangat
memukau! Tidak hanya menikmati, namun mata penonton akan sangat dimanjakan oleh karya
Indonesia Kaya kali ini. Sejauh saya mengikuti tiap episode Serial Musikal Payung Fantasi tidak
satu pun kekurangan dapat saya temukan pada serial ini.
Setelah membedah Serial Musikal Payung Fantasi ini, tergambar jelas bahwa nuansa
1920-1950an menjadi dasar webseries ini. Menyajikan suasana yang nyaris persis pada era tahun
perjuangan. Kepiawaian para tokoh sukses mengenalkan perjalanan Bung Main beserta karya-
karya beliau. Webseries ini sukses menyadarkan mindset pemuda era saat ini untuk
mempertahankan serta melanjutkan perjuangan para pahlawan dalam berkarya dan memajukan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai