Anda di halaman 1dari 2

SUDJONO

“Sang Pahlawan yang Ditugukan”

Agus Nurbillah (S-1 Fisika’20) – 25/12/2020, 13:09 WIB

SIMALUNGUN – Tugu Letda Sudjono terletak di pertengahan area kebun karet


Bandar Betsy, Desa Bandar Huluan, Kab. Simalungun, Sumatera Utara,
dibangun untuk memperingati seorang yang telah berjuang di tanah Habonaron
Do Bona, nyawanya direnggut secara sadis oleh Buruh Tani Indonesia (BTI)
sebagai sayap dari Partai Komunis Indonesia (14/5/1965).

Peristiwa Bandar Betsy menjadi saksi sejarah perjuangan seorang Letda Sudjono yang kala itu
bertugas sebagai penjaga kebun milik negara di daerah Bandar Betsy.

“Dulu, Pak Sudjono dikeroyok sama BTI yang mau merebut paksa tanah kebun. Tanpa alat,
Cuma pakai baju istirahat tanpa sepatu, dia disiksa dengan cangkul sama orang-orang BTI
sampai mati,” ujar Laminem (70), seorang warga Desa Bandar Huluan yang saat peristiwa itu
masih berumur 15 tahun tahun bekerja sebagai anemer padi di lahan tempat peristiwa terjadi.

Pada tahun 1977 dibangun sebuah monumen replika dari Monumen Pancasila Sakti di Jakarta
yang dikenal dengan Tugu Sudjono oleh masyarakat setempat. Tepat di bawah tugu Letda
Sudjono, adalah bekas simbahan darah beliau saat dihabisi oleh masa BTI saat itu.

Tepat di belakang Tugu Sudjono, juga dibangun patung 7 orang pahlawan revolusi yang
jasadnya kala itu dibuang di lubang buaya, yaitu Jend.Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto,
Mayjen MT.Haryono, Mayjen S.Parman, Brigjend. D.I.Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswodiharjo,
Lettu Piere Andreas Tendean.

Sejarah yang dilupakan

Laminem menambahkan, anak muda zaman sekarang mungkin tidak banyak tahu siapa itu
Sudjono. Mereka hanya mengetahui Sudjono sebagai tugu ditengah kebun karet yang rimbun.
Anak muda kerap kali hanya berfoto ria tanpa mengetahui sejarah kelam yang membekas di
tanah itu.
Berpuluh – puluh tahun yang lalu, Ir. Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah”. Kalimat singkat dari tokoh fenomenal tersebut tampaknya sudah
diabaikan di kehidupan sekarang ini. Seharusnya, masyarakat zaman sekarang harus bisa
memahami setidaknya historis dari tanahnya sendiri sehingga ada karakter dan kearifan yang
muncul sebagai masyarakat yang bermartabat.

Seperti halnya dengan kasus beberapa tahun lalu, dilansir dari laman Kompas.com (09/05/2016),
beberapa orang remaja mengunggah foto menduduki tepat di kepala patung tugu Sudjono ke
Facebook dan mengaku tidak tahu-menahu mengenai sosok Letda Sujono. Seorang remaja
mengaku melakukan hal tersebut hanya untuk bersenang-senang. Tentu saja kasus ini menjadi
ramai diperbincangkan di media sosial saat itu.

Tampak hal ini sangat miris, bagaimana tidak ? Remaja yang seharusnya menjadi generasi
penerus tidak tahu akan hal kecil dalam menghargai jasa pahlawan. Hanya sebatas menganggap
patung biasa tanpa makna. Ini merupakan salah satu akibat buruk dari kemalasan untuk
mengetahui daripada sebuah sejarah itu sendiri, yang akhirnya akan berakibat fatal di masa
depan nantinya.

Seharusnya remaja masa kini bisa lebih produktif dengan sejarah melalui kecanggihan teknologi
komunikasi saat ini. Misalnya, dengan membuat fanpage atau suatu komunitas sejarah yang
berisikan konten tentang pengenalan sejarah lokal sehingga memberikan informasi dan
pengetahuan yang baru kepada banyak orang.

Masyarakat sudah seharusnya bertanggung dalam meneruskan perjuangan Sudjono dengan


mengisi kemerdekaan yang telah diraih hingga detik ini. Peran pemerintah pun juga diharapkan
dalam mengelola Tugu Sudjono ini.

Misalnya, dengan mengadakan inovasi Wisata Sejarah oleh pemerintah yang bekerja sama
dengan masyarakat sehingga menciptakan peluang kerja bagi masyarakat, mendukung sektor
ekonomi dan pariwisata serta memberikan edukasi bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar
sebagai generasi penerus bangsa Indonesia ini.

Anda mungkin juga menyukai