Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

SEJARAH LUBANG BUAYA BIOGRAFI

JENDERAL AHMAD YANI DAN SEJARAH UNJANI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Keahmadyanian

Oleh :

Ayu Dwicahyani

Npm. 314221152

Dosen :

Nanik Cahyati, SST., M.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S.1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2022
A. Lubang Buaya

1. Sejarah Lubang Buaya

Nama daerah ini dari dulu memang Lubang Buaya. Jadi,

tidak ada sangkut pautnya nama „Lubang Buaya‟ dengan tragedi

tersebut. Menurut warga sekitar, bahwa tempat tersebut lebih

banyak didiami oleh masyarakat asal Cirebon. Konon, menurut

cerita masyarakat setempat, nama „Lubang Buaya‟ dikarenakan

kejadian setelah banjir. Sebelum terjadinya banjir, banyak warga

yang tinggal di situ. Dan saat banjir melanda, banyak warga yang

tinggal dan menggunakan getek (rakit) di atas air banjir. Ketika

mereka mendayung getek, tiba-tiba dayung tidak bisa bergerak.

Lalu dayung tersebut ditinggal, akhirnya mereka menjalankan

getek dengan tangan mereka. Setelah air banjir surut, ternyata

diketahui ada buaya yang sedang memakan dayung tersebut karena

saking laparnya. Sehingga, banyak yang mengatakan, “Jangan ke

tempat itu, ada buaya, ada lubang buaya”. Sehingga lama-kelamaan

masyarakat setempat menamakan daerah tersebut daerah „Lubang

Buaya‟.

1
Namun, legenda Lubang Buaya telah ternoda oleh tragedi G

30 S-PKI, pada tanggal 30 September 1965. Pada masa penjajahan,

daerah Lubang Buaya ini merupakan daerah sentral

pelatihan Sejarah PKI (Partai Komunis Indonesia). Lubang Buaya

merupakan daerah yang menjadi tempat sejarahnya para PKI

mengumbar dosa. Dalam buku „Bahaya Laten Komunisme di

Indonesia‟ terbitan Pusat Sejarah dan Tradisi Markas Besar ABRI,

juga pernah difilmkan oleh TVRI dengan durasi 4 jam yang diputar

setiap malam 30 September ini telah menunjukkan dengan jelas

dosa-dosa para PKI pada tahun 1965. Kesadisan yang dilakukan

oleh para PKI di Lubang Buaya ini telah diabadikan dalam bentuk

teks, film, museum, hingga monument. Sehingga membuat

masyarakat mengingat akan kekejaman para PKI saat itu. Namun,

sampai sekarang belum diketahui siapa dalang dari kebengisan

pada peristiwa itu.

2. Peristiwa G30S/PKI

Salah satu kesatuan dalam Gerakan 30 September ini telah

bergerak mulai dari Lubang Buaya. Mereka dibagi menjadi tujuh

kelompok yang mana tiap kelompoknya bertugas untuk menculik

2
tujuh jenderal yang masuk dalam bagian anggota Dewan Jenderal.

Lalu ketujuh jenderal tersebut dibawa ke Lubang Buaya. Seperti

dalang dari G 30 S-PKI yang masih belum jelas siapa, eksistensi

Dewan Jenderal pun juga belum diketahui dengan jelas sampai saat

ini. Memang sejarah G 30 S-PKI ini merupakan sejarah yang gelap

dan kabur alias masih simpang siur. Banyak sesuatu yan gbelum

terungkap dengan jelas.

Lubang Buaya memang merupakan saksi bisu atas tragedi

pembantaian besar yang dilakukan oleh gerakan kiri di Indonesia

pada masa itu. Dalam pembantaian G 30 S-PKI, para jenderal yang

sebagai korban ini sebelum dibunuh dikelilingi terlebihi dahulu

seakan-akan mereka sedang melakukan pesta kemenangan. Mereka

semua mengelilingi para jenderal, menari, dan bernyanyi-nyanyi di

depan para korban. Tak hanya itu, para perempuan gerakan

tersebut tidak kalah sadis, mereka menusuk-nusuki para korban

dengan pisau ke tubuh para korban. Bahkan sampai menyilet-

nyileti alat vital para korban. Para pelaku Gerakan G 30 S-PKI ini

diberi nama dengan sebutan „Gerwani‟. Aksi Gerwani tersebut pun

diabadikan di Lubang Buaya yang terpampang pada relief di

3
Monumen Pancasila Sakti. Relief tersebut diukir berdasarkan

persepsi dan cerita menurut Orde Baru.

Mungkin Anda akan melihat seorang perempuan yang

tengah menyaksikan rekan prianya yang sedang memasukkan

tubuh korban ke dalam sumur di relief Monumen tersebut. Ada

juga penampakan perempuan lain yang asyik menari dengan

untaian kembang mengalungi lehernya. Diduga, pada masa itu para

perempuan Gerwani sedang melakukan ritual Harum Bunga

dengan disimbolkan tarian tanpa pakaian alias telanjang dan

melakukan pesta seks. Cerita ini pun juga diangkat ke film

„Pengkhianatan G30S/PKI yang selalu diulang setiap tahunnya.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pada waktu itu

tidak ada tarian telanjang di Lubang Buaya. Itu hanya tambahan-

tambahan belaka saja oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Kalau orang-orang menari-nari sambil memukuli para korban

memang ada, namun menari-nari sambil telanjang tidak benar

adanya. Mereka menari sambil bernyanyi lagu „Genjer-Genjer‟

yang merupakan lagu daerah Banyuwangi yang digubah oleh PKI.

4
Menurut penelitian para pakar sejarawan, beberapa anggota

Gerwani tersebut berada di Lubang Buaya untuk melakukan latihan

Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang merupakan kebijakan

Konfrontasi Malaysia oleh pemerintah Sukarno. Memang saat itu

sedang ada Pelatihan untuk Dwikora. Hal itu terbukti pada buku

“Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia‟ yang ditulis oleh

Saskia Eleonora Wieringa. Dalam buku tersebut telah mengatakan

bahwa Lubang Buaya memang sejak Juli 1965 telah dijadikan

lokasi latihan Ganyang Malaysia untuk para sukarelawan Dwikora.

Dalam pelatihan tersebut, telah diikuti oleh kader Gerwani,

anggota PKI, Pemuda Rakyat, Sentral Organisasi Buruh Seluruh

Indonesia, dan Buruh Tani Indonesia. Bahkan jika G30S/PKI ini

pecah, rencananya para pemuda Nahdlatul Ulama juga diundang

untuk mengikuti latihan di Lubang Buaya pada bulan Oktober

1965.

3. Rezim Soeharto

Sebagai upaya Soeharto dalam meneguhkan rezimnya,

maka ia mencanangkan pembentukan memori kolektif atas

kekejaman PKI dan beberapa organisasi yang berafiliasi

5
dengannya. Selain itu, juga melibatkan pembangunan monument

dan museum yang berdasarkan sejarawan dari Lembaga ilmu

Pengetahuan Indonesia yaitu Asvi Warman Adam. “Soeharto

didukung oleh orang-orang yang paham betul dengan nilai sejarah.

Sejarah digunakan untuk memberinya legitimasi kekuasaan.”

G 30 S ini merupakan awal dari keruntuhan Orde Lama dan

membangkitkan Orde Baru. Walaupun banyak dusta yang tersebar

di pelosok negeri. Selain itu, politik pun juga tidak dapat

dipisahkan dari politik global pada masa itu. Politik global itu

terjadi adanya Amerika Serikat yang sedang berperang dingin

dengan Uni Soviet. “G30S adalah salah satu momen paling

berbahaya bagi AS semasa perang dingin. Jika G30S berhasil,

menurutnya, Indonesia dapat berubah menjadi Negara komunis

yang bersekutu dengan Uni Soviet.” – Marshall Green – Duta

Besar AS untuk Indonesia pada masa itu.

Dalam uraian katanya pada tahun 1997, ia juga

menambahkan bahwa Bangsa terbesar keempat di dunia ini yang

merupakan Indonesia akan menjadi komunis. Pada saat itu, rezim

Sukarno yang menganut prinsip antikolonialisme dan

6
antiimperialisme dan condong ke Uni Soviet ini telah ambruk dan

digantikan oleh pemerintagan soeharto yang menganut politik luar

negeri bebas aktif dan condong ke Amerika Serikat. Soeharto pun

berhasil menumpas komunis sekaligus mengubah konsep politik di

Indonesia menjadi perpolitikan global.

Saat itu, rezim Soeharto benar-benar menumpas habis para

komunis di Indonesia hingga terjadilah banjir darah pada masa

1965 – 1966. Bahkan yang tak bersalah pun juga ikut jadi korban.

Sehingga dapat dikatakan bahwa Lubang Buaya dan juga Museum

Pengkhianatan PKI ini merupakan sejarah ciptaan Orde Baru yang

mewakili seluruh negeri dan menjadi lonceng kematian partai

tersebut.

B. Biografi Jenderal Achmad Yani

1. Nama : Jenderal TNI Anumerta


Achmad Yani
2. Lahir : Jenar, Purworejo, Jawa
Tenga, 22 Juni 1922
3. Wafat : Jakarta, 1 Oktobe 1965

7
4. Pendidikan :

a) His (setara SD) Bogor, tamat tahun 1935

b) MULO (setara SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938

c) AMS (setara SMA/ SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940

d) Pendidikan Militer pada Dinas Topografi Militer di Malang

e) Pendidikan Heiho di Magelang

f) Tentara Pembela Tanah iar (PETA) di Bogor

g) Comman and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas,

USA, tahun 1955

h) Spesial Warfare Course di Inggris, tahum 1956

5. Jabatan : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) (23 Juni

1962 – 1 Oktober 1965)

6. Masa Kecil dan Pendidikan Jenderal Achmad Yani

Achmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa

Tengah, Ia merupakan anggota keluarga Wongsoredjo yaitu sebuah

keluarga yang bekerja di sebuah pabrik gula milik Belanda. Ia dan

keluarganya pindah ke Batavia pada tahun 1927 karena sang ayah kini

bekerja pada General Belanda. Di Batavia, Ia bekerja dan juga

menempuh pendidikannya di HIS (setara SD) Bogor dan lulus pada

8
tahun 1935, kemudian Ia melanjutkan pendidikanya ke MULO (setara

SMP) kelas B Afd. Bogor dan lulus pada tahun 1938. Setelah itu, Ia

melanjutkan ke AMS (setara SMA/SMU) bagian B Afd. Jakarta,

namun pendidikannya di AMS hanya sampai kelas 2 saja karena

adanya misili yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda

untuk menjalani wajib militer.

Achmad Yani mengikuti pendidikan topografi militer di Malang,

Jawa tengah dan lebih mendalaminya di Bogor dan Ia mendapat

pangkat Sersan. Pendidikan yang ia jalani tersebut terganggu karena

kedatangan Jepang pada tahun 1942 dan saat yang sama Ia dan

keluarganya pindah lagi ke Jawa Tengah. Pada tahun 1943, Ahmad

Yani bergabung dan mengikuti Pendidikan Heiho di Magelang dan

setelah itu Ia bergabung dengan tentara Peta di Bogor.

7. Karier Militer Achmad Yani

Setelah TKR atau Tentara Keamanan Rakyat terbentuk,

Achmad Yani ditunjuk sebagai pemimpin TKR Purwokerto. Pada saat

terjadi Agresi Militer Belanda I, Ia dan pasukannya berhasil menahan

serangan Belanda di daerah tugas mereka yaitu di daerah Pingit.

Karena Hal tersebut, pada saat terjadi Agresi Militer II, Ia dipercaya

9
menjabat sebagai Komandan Wehrkreise II. Setelah Indonesia

memperoleh pengakuan kedaulatan, Yani diberi tugas untuk melawan

pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang mengacau

di Jawa Tengah, lalu dibentuklah pasukan Banteng Raiders yang

dibekali latihan khusus untuk melawan pasukan DI/TII tersebut dan

akhirnya pasukan DI/TII berhasil dikalahkan.

Pada bulan Desember tahun 1955, Achmad Yani dikirim ke

Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan di Command and

General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, USA. Disana Ia

menjalani pendidikan selama 9 bulan, lalu pada tahun 1956 Ia

mengikuti pendidikan di Special Warfare Course, Inggris selama 2

bulan.

Pada tahun 1958, terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera

Barat dan Ahmad Yani yang berpangkat Kolonel ditunjuk sebagai

Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk melawan

pemberontakan tersebut dan berhasil menang. Karena pencapaiannya

tersebut, pada tahun 1962 Yani diangkat menjadi Panglima/ Menteri

Angkatan Darat.

10
8. Wafatnya Achmad Yani

Ahmad Yani yang selalu berbeda pendapat dengan Partai Komunis

Indonesia, Saat PKI menginginkan pembentukan Angkatan Kelima

yang terdiri dari buruh dan tani yang diberi persenjataan, Yani

menolaknya. Karena hal tersebut, PKI menjadikan Yani sebagai salah

satu target dari 7 petinggi TNI AD yang akan diculik dan di bunuh

melalui Pemberontakan G30S/PKI.

Pada dini hari 1 Oktober 1965, para penculik datang ke rumah

Yani dan mengaku bahwa mereka akan menjemput Yani untuk dibawa

bertemu presiden, Ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian

namun ditolak lalu ia marah dan menampar salah satu penculik itu dan

berusaha untuk menutup pintu rumahnya. Seorang penculik kemudian

melepaskan tembakan pada Yani, jasad Yani dibawa ke Lubang

Buaya, Jakarta Timur bersama orang yang terbunuh lainnya, lalu

semua jasad tersebut disembunyikan dalam sebuah sumur bekas.

Pada tanggal 4 oktober, jasad Achmad Yani dan semua korban

ditemukan dan pada hari berikutnya mereka dimakamkan di Taman

Makam Pahlawan, bersamaan dengan itu dengan Keputusan Presiden

Nomor 111/KOTI/1965 Achmad Yani beserta rekan diyatakan sebagai

11
Pahlawan Revolusi dan Achmad Yani dinaikan pangkatnya menjadi

Jenderal Anumerta.

C. Sejarah UNJANI

Berdasar keinginan luhur keluarga besar TNI AD yang senantiasa

eksis dalam perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan

Republik Indonesia dan dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa

keberhasilan perjuangan selama ini adalah berkat dukungan kerjasama dari

rakyat Indonesia dan seluruh warga TNI AD.

Keluarga besar TNI AD melalui Yayasan Kartika Eka Paksi

(YKEP) bertekad berperan aktif dalam melanjutkan pengabdiannya dalam

semua aspek kehidupan sosial bangsa Indonesia yang bersendikan

Pancasila. Peran aktif YKEP pada sektor pendidikan formal dilakukan

melalui pendirian perguruan tinggi.

Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani (ATA) didirikan pada

tahun 1974. ATA berdiri berkat kerjasama antara Pimpinan TNI Angkatan

Darat, Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada saat itu

ATA memiliki 2 jurusan yakni Teknik Mesin dan Teknik Elektro. Baru

pada tahun 1975 berdiri jurusan Teknik Kimia. Mahasiswa ATA tahun

1974 dan 1975 dikhususkan untuk putra dan putri TNI Angkatan Darat

12
dengan segala pembiayaan ditanggung oleh TNI AD dan Pertamina

sedangkan proses belajar mengajar dibina oleh ITB.

Pada tahun 1985, telah dilakukan serah terima pengelolaan AIL

kepada TNI AD melalui Yayasan Kartika Eka Paksi (Akta Notaris Komar

Andasasmita Bandung No: 10 tanggal 7 Agustus 1985) dan berganti

Bentuk dan Nama menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bandung

(STTIB). Akademi Industri Logam (AIL) lahir pada bulan April 1972 di

bawah naungan Yayasan Pendidikan Ikatan Keluarga Besar (IGASAR)

PINDAD. Dalam rangka meluaskan ruanglingkup kesejahteraan keluarga

besar PINDAD, pada tanggal 12 Maret 1982 didirikan Yayasan Sadhana

Bhakti sehingga selanjutnya pengelolaan AIL pun berada di bawah

Yayasan Sadhana Bhakti. Dimana pada tanggal 30 Desember 1985,

STTIB mendapatkan status “TERDAFTAR” dari DEPDIKBUD melalui

Surat Keputusan No. 0654/0/1985 dan 0655/0/1985 dan diberikan ijin

untuk mengelola 4 program Sarjana Strata 1 yaitu: Teknik dan Manajemen

Industri (TMI), Teknik Industri (TI), Teknik Metalurgi (TMe) dan Teknik

Mesin (TM).

Tahun 1987 Yayasan Kartika Eka Paksi mendirikan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Achmad Yani (STIEA) dan Sekolah Tinggi

13
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenderal Achmad Yani

(STMIPA) berdasarkan Surat Keputusan KASAD selaku Ketua Umum

YKEP nomor SKEP/047/II/1987 tanggal 12 Februari 1987 tentang

Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Achmad Yani (STIEA) dan

Sekolah Tinggi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenderal Achmad

Yani (STMIPA).

Ditahun yang sama, Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani

dikembangkan menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Jenderal Achmad Yani

(STTA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia no 0451/08/1987, tanggal 1 Agustus

1987 tentang Perubahan Bentuk dan Nama Akademi Teknik Jenderal

Achmad Yani Cimahi menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Jenderal

Achmad Yani (STTA).

Universitas Jenderal Achmad Yani sekarang mempunyai 10

Fakultas, yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Sains dan Informatika, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas

Kedokteran, Fakultas Psikologi, Fakultas Farmasi, Fakultas Teknologi

Manufaktur, Fakultas Kedokteran Gigi serta Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan. Dimana kini UNJANI memiliki 41 pilihan Program Studi yang

14
terdiri dari 4 Prodi Jenjang Vokasi, 24 Prodi jenjang Sarjana, 5 Prodi

jenjang Profesi, dan 8 Prodi jenjang Magister.

D. Makna Lambang UNJANI

1. Nama : Nusa Dua Putra

2. Bentuk : Perisai berbentuk segi lima

3. Tata Warna: Kuning, hijau, merah, putih dan hitam

4. Lukisan : Lambang Kartika Eka Paksi, bunga cangkok wijaya

kusuma, kalam, buku dan bintang

5. Tulisan : Universitas Jenderal Achmad Yani

6. Makna : Lambang Univ. Jenderal Achmad Yani bernama “Nusa

Putra” yang berarti wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari

kepulauan atau nusa dan putra-putrinya yang hidup di wilayah

nusantara bertekad mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,

dengan dijiwai Pancasila dan UUD 1945. Univ. Jenderal Achmad Yani

bernaung di bawah Yayasan Kartika Eka Paksi bertekad melanjutkan

semangat Jenderal Achmad Yani dalam membela dan

mempertahankan falsafah dan ideologi Pancasila. Univ. Jenderal

Achmad Yani bertujuan untuk mengembangkan dan menghidupkan

15
semangat belajar putra-putri Indonesia sesuai Tridharma Perguruan

Tinggi yang berguna bagi pembangunan nasional.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.unjani.ac.id/fasilitas/

https://lppm.unjani.ac.id/logo-unjani-design-dari-bem-km-unjani-
2011compress-286x300/

https://www.unjani.ac.id/sejarah-singkat-unjani/

Achmad Yani. Prajurit Patriot Sejati. Bandung: Dinas Sejarah Angkatan


Darat. 2013. ISBN 978-602-7846-03-6.

Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup


Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

Pour, Julius (2010). Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang.


Jakarta: Kompas Media Nusantara.

17

Anda mungkin juga menyukai