Anda di halaman 1dari 8

Analisa Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu: Heru Baskoro, S.Sos., MM

Disusun Oleh:
Handoko Prayugo Pangestu (220301018)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022-2023
Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................................................1


Bab I .........................................................................................................................2
Pendahuluan .............................................................................................................2
A. Latar Belakang ...................................................................................2
Bab II........................................................................................................................3
Pembahasan ..............................................................................................................3
1. Resensi Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI ............................3
2. Pro Kontra Film G30S/PKI ............................................................4
Bab III ......................................................................................................................6
Penutup.....................................................................................................................6
Daftar Pustaka ..........................................................................................................7

1
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Secara perlahan-lahan namun efektif, media massa memiliki pengaruh pada
pikiran, perasaan, dan perilaku penggunanya. Setiap media massa dipercaya
memiliki dampak yang berbeda terhadap khalayaknya, begitu pula dengan film.
Film secara luas adalah media yang diproduksi khusus untuk di pertunjukan
di gedung-gedung pertunjukan atau gedung bioskop. Film jenis ini juga disebut
dengan istilah teatrikal, tentu berbeda dengan film televisi atau sinetron yang
dibuat khusus untuk siaran televisi.1 (Effendi, 2000: 201)
Film sebagai media komunikasi sosial terbentuk dari penggabungan indra
penglihatan dan pendengaran, sehingga penonton dapat melihat langsung nilai-
nilai yang terkandung dalam film serta mengungkap realita sosial yang terjadi,
baik berupa fakta maupun fiktif.2
Film mampu membentuk opini masyarakat, sehingga pemirsanya tertawa,
ceria, bahagia, bahkan menangis dan ketakutan saat mengikuti alur cerita suatu
film. Salah satu film yang menuai banyak sorotan masyarakat Indonesia adalah
film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI.
Film dokudrama bertema sejarah yang disutradarai dan ditulis Arifin C.
Noer ini merupakan film dalam negeri pertama yang dirilis secara komersial
dengan mengusung agenda propaganda dari pemerintahan Orde Baru Soeharto
serta peristiwa kudeta 1965 kala itu.
Penayangan ulang film tersebut di televisi nasional setiap tahunnya
menjelang 30 September, menuai pro kontra dan menjadi perdebatan masyarakai
Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan resensi dan pro kontra
film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI.

1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: 2000), hal. 201
2
Syukriadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93

2
Bab II
Pembahasan

1. Resensi Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI


Film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI yang dibuat berdasarkan
versi peristiwa kudeta yang diakui oleh pemerintah Orde Baru Soeharto ini
berusaha menggambarkan secara detail tragedi pembantaian enam perwira tinggi
militer Indonesia pada 30 September 1965 yang didalangi oleh Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Indonesia kala peristiwa itu berada dalam kekacauan, rakyat pun hidup
dalam kemiskinan. Disamping Presiden Soekarno yang dalam keadaan sakit dan
hampir meninggal, konsep politiknya nasionalisme, agama, dan komunisme
(Nasakom) telah menyebabkan pertumbuhan besar anggota PKI.
Partai yang mencoba melakukan kudeta pada tahun 1948 ini berencana
untuk menculik tujuh jenderal (yang dikatakan sebagai anggota Dewan
Jenderal), merebut kota, dan mengamankan Soekarno. Sementara sebagian
anggota Angkatan Darat (AD) yang tidak menyadari kudeta yang akan terjadi
ini, hidup bahagia dengan keluarga mereka. Pada saat mereka menyadari bahwa
ada sesuatu yang salah, mereka sudah terlambat.
Pada malam 30 September sampai 1 Oktober, tujuh unit pasukan dikirim
untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal tersebut.
Jenderal Abdul Harris Nasution berhasil melarikan diri, namun nahas
putrinya Ade Irma Suryani Nasution justru tertembak. Sementara ajudannya
Pierre Tendean dengan cepat tertangkap, dan mengaku dirinya adalah jenderal
tersebut.
Letnan Jenderal Ahmad Yani dan Mayor Jenderal M.T. Haryono yang
melawan tewas dirumah mereka, sedangkan Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomihardjo, Mayor Jenderal Siswondo Parman, dan Mayor
Jenderal Soeprapto ditangkap. Sebaliknya, Brigadir Jenderal Pandjaitan ikut
dengan rela, tetapi ketika dia berdoa terlalu lama sebelum memasuki truk dia
dibunuh. Mayat dan tahanan dibawa ke kamp G30S/PKI di Lubang Buaya, di
mana para korban yang tersisa disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian
dilemparkan ke dalam sumur.
Menimbang ada kekosongan kekuasaan dengan meninggalnya Yani,
Soeharto mengambil kendali sementara Angkatan Darat dan mulai
merencanakan serangan balik dengan anak buahnya dengan mengumumkan
uraian situasi kala itu di RRI (Radio Republik Indonesia), menggambarkan

3
G30S sebagai kontra-revolusioner, dan menyatakan bahwa Angkatan Darat akan
berurusan dengan kudeta ini.3
Soeharto kemudian menghadap ke istana kedua di Bogor untuk berbicara
dengan Soekarno yang menghasilkan konfirmasi pengangkatan Soeharto
sebagai pemimpin Angkatan Darat. Usai penemuan kamp di lubang buaya,
jenazah para jenderal kemudian dimakamkan di tempat lain dan Soeharto
memberikan pidato menggambarkan kudeta ini dan peran PKI di dalamnya.4

2. Pro Kontra Film G30S/PKI


Sejak penayangan perdananya sampai beberapa tahun belakangan, film
penumpasan pengkhianatan G30S/PKI menuai banyak pro dan kontra dari
berbagai kalangan seperti politikus, pengamat, sutradara, dan sejarahwan.
Meskipun aspek visual film ini umumnya menerima ulasan positif,
penggunaannya untuk tujuan propaganda dan aspek akurasi sejarahnya telah
menuai banyak kecaman.
Pada masa pemerintahan Soeharto setiap tanggal 30 September semua
peserta didik diwajibkan untuk menyaksikan Film Dokudrama Pengkhianatan
G30S/PKI. Namun sejak jatuhnya kekuasaan orde baru film tersebut berhenti
ditayangkan ditelevisi dan mulai tidak wajib ditonton, sampai pada tanggal 29
September 2017, Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI kembali
ditayangkan di stasiun televisi yaitu Tv One pada pukul 21.30 WIB. Tidak hanya
ditelevisi, masyarakat banyak yang mengadakan nonton bareng, dan ada juga
yang live streaming.5
Lantas, perlukah anak tetap menonton film tersebut untuk mempelajari
sejarah? Satris Dharma sebagai pakar literasi membantah keras jika film
G30S/PKI harus diberikan pada anak, sebab tayangan tersebut berbentuk
tragedy, mengandung kekerasan dan sadism, sehingga ditakutkan dapat
menyebabkan traumatic pada anak.6
Mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyebutkan
bahwa film ini sebagai sebuah propaganda yang dicampur dengan sejumlah
fantasi dari Orde Baru. Sementara mantan penulis, Putu Oka

3
Wikipedia, “Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Penumpasan_Pengkhianatan_G_30_S_PKI#, (diakses pada 1
Oktober 2022 pukul 21.00).
4
Ibid,
5
Fatimah Natasya, “Respons Siswa MAN 2 Model Pekanbaru Terhadap Tayangan Ulang Film
Pengkhianatan G30S/PKI”, Repository UIN Suska (Online), (2018) Hal. 2,
file:///C:/Users/HP/Downloads/6.%20BAB%20I_2018274KOM%20(1).pdf, diakses pada 30
September 2022.
6
Adinda Permatasari dan Diza Liane Sahputri, “ProKontra Anak Nonton G30S/PKI Ini Kata Pakar”,
https://www.viva.co.id/amp/gaya-hidup/parenting/1307438-pro-kontra-anak-nonton-g30spki-
ini-kata-pakar?page=2, (diakses pada 1 Oktober 2022 pukul 21.22).

4
Sukanta menggambarkan film ini sebagai sebuah pengecilan penderitaan para
anggota PKI dan kaum kiri lainnya dalam peristiwa G30S/PKI, sehingga
menjadi pembohongan pada masyarakat.7
Namun menurut Panglima TNI Gatot Nurmantyo, pemutaran ulang film
G30S/PKI dilakukan agar masyarakat khususnya para generasi muda tidak
melupakan sejarah kelam yang pernah menimpa bangsa Indonesia dan
mencegah terulang kembali kekelaman tersebut.8
Bahkan beberapa tahun terakhir, media online berlomba-lomba
memberitakan pro dan kontra penanyangan film tersebut. Beberapa diantaranya,
Detik.com meberitakan tentang film G30S/PKI ini sebanyak 19 berita yang
mengandung pro dan kontra sedangkan Tribbunnews.com dari hasil pencarian
memberitakan 12 berita yang mengandung pro dan kontra dalam pemutaran film
G30S/PKI ini selama priode 20 September 2017 – 3 Oktober 2017.9
Lantas apakah PKI memungkinkan akan bangkit kembali? Pada Selasa,
29 September 2020 TVRI Jawa Timur mengadakan sebuah talkshow dengan
tema “Kemungkinan Kebangkitan PKI”. Tjuk Karturi Sukiadi yang diundang
sebagai narasumber sangat yakin bahwa PKI tidak akan mampu bangkit
kembali.10
Tjuk menyebutkan (Henry, 2021: 86) hanya satu alternatif yang harus
dilakukan oleh bangsa Indonesia agar peristiwa seperti G30S/PKI tidak akan
terjadi lagi, yakni mengamalkan Pancasila secara konsisten dan konsekuen.
Lantaran Pancasila hanya akan sakti manakala diamalkan dengan istiqomah,
bukan sekedar diucapkan, diceramahkan, ditatarkan, dan dipidatokan oleh para
pemimpin dan elite politik bangsa Indonesia dari lapisan yang terbawah sampai
yang paling atas.
Lain halnya dengan Embi C Noor, pegiat seni budaya dan film sekaligus
Adik kandung Sutradara Film Pengkhianatan G30S/PKI, Arifin C Noor ini
mengklaim bahwa film tersebut dikerjakan dengan tehnik yang mumpuni,
profesional, serta data-data yang akurat.11
Semua itu menghasilkan sebuah karya yang tidak saja menghibur,
meyakinkan, tetapi juga menjadi pengingat akan hal-hal penting yang dimiliki

7
Wikipedia, loc. cit.
8
Fatimah Natasya, op. cit. hal. 3
9
Ade Muhammad Ridwan dan Laksmi Rachmaria, “Pro Dan Kontra Pemberitaan Pemutaran Film
G30s/Pki Dalam Kaca Mata Media” Fikom Budi Luhur (Online), Vol 03 No 02 (2019) Hal. 2,
file:///C:/Users/HP/Downloads/372-Article%20Text-579-1-10-20190515%20(4).pdf, diakses pada
1 Oktober 2022.
10
Henry Nurcahyo, Tjuk Kasturi Sukiadi Sang Nasionalis, Menekuni dan Mengamalkan Politik
Kebangsaan Demi NKRI (Sidoarjo: Komunitas Seni Budaya BrangWetan, 2021), Hal. 83
11
Faisal Aristama, “Soal Pro-Kontra Film Pengkhianatan G30S/PKI, Begini Kata Keluarga Arifin C
Noor https://politik.rmol.id/read/2021/10/01/506514/soal-pro-kontra-film-pengkhianatan-g30s-
pki-begini-kata-keluarga-arifin-c-noor (diakses pada 1 Oktober 2022 pukul 11.47)

5
oleh bangsa Indonesia. Itu ia sampaikan dalam diskusi daring bertajuk
"Komunisme Gaya Baru Di Zaman Now" yang disiarkan di YouTube FNN TV
pada Jum’at, 1 Oktober 2021.12
Film G/30SPKI bisa menjadi
bumerang bagi siapa saja yang tidak mampu menyaring pesan dan informasi
dengan baik karena tidak semuanya memiliki muatan nilai positif, terlebih bagi
anak.
Pada tahun 2017 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya,
Muhadjir Effendy secara tegas malarang anak dibawah usia 13 tahun, menonton
film bertajuk penumpasan pengkhianatan G30SS PKI.13

Bab III
Penutup

1. Kesimpulan
a. Film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI tak ayal juga memberikan nilai
pendidikan sejarah bagi bangsa Indonesia untuk menjaga negara
maupun Pancasila. Seyogyanya Pendidikan sejarah menumbuhkan rasa
nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa, nilai patriotisme dalam
menjaga dan merawat NKRI, serta sebagai
tambahan wawasan kebangsaan bagi pemuda bangsa.
b. Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme kepada jiwa seluruh
masyarakat tersebut guna mempersiapkan
generasi yang pandai dan tangguh dalam menghadapi serangan yang ingin
memporak-porandakan masyarakat Indonesia.
c. Nahasnya, film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI mengandung
beberapa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi penculikan,
penyiksaan, pembunuhan, perampasan
kemerdekaan, dan penghilangan orang secara paksa.
d. Dengan banyaknya unsur kekerasan pada film, pesan-pesan pendidikan
menjadi tenggelam. Pasalnya, Mendikbud pada tahun 2017 juga telah
melarang anak dibawah usia 13 tahun menonton film tersebut.

12
Ibid,
13
Ronald, “Mendikbud Larang Anak dibawah 13 Tahun Menonton Film G30S/PKI”
https://m.merdeka.com/peristiwa/mendikbud-larang-anak-di-bawah-13-tahun-menonton-film-
g30spki.html, 28 September 2017(diakses pada 2 Oktober 2022 pukul 01.17).

6
Daftar Pustaka

Ade Muhammad Rudwan, L. R. (2019). Pro dan Kontra Pemberitaan Pemutaran Film
G30S/PKI Dalam Kaca Mata Media. Fikom Budi Luhur, 03, 02.
Adinda Permata Sari, D. L. (2020, September Rabu). Parenting. Retrieved Oktober Sabtu,
2022, from Viva.co.id: https://www.viva.co.id/amp/gaya-
hidup/parenting/1307438-pro-kontra-anak-nonton-g30spki-ini-kata-
pakar?page=2
Aristama, F. (2021, Oktober Jumat). Republik Merdeka. Retrieved Oktober Sabtu, 2022,
from rmol.id: https://politik.rmol.id/read/2021/10/01/506514/soal-pro-kontra-
film-pengkhianatan-g30s-pki-begini-kata-keluarga-arifin-c-noor
Effendy, O. U. (2000). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung.
Natasya, f. (2018). Respon Siswa MAN 2 Model Pekanbaru Terhadap Tayangan Ulang Film
Pengkhianatan G30S/PKI. Repository UIN Suska, 2.
Nurcahyo, H. (2021). Tjuk Kasturi Sukiadi Sang Nasionalis. Sidoarjo: Komunitas Seni
Budaya BrangWetan.
Ronald. (2017, September 28). Retrieved from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/peristiwa/mendikbud-larang-anak-di-bawah-13-
tahun-menonton-film-g30spki.html
Sambas, S. (2004). Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press.
Wikipedia. (n.d.). Retrieved from wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penumpasan_Pengkhianatan_G_30_S_PKI#

Anda mungkin juga menyukai