Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FILM SEJARAH INDONESIA PENGKHIANATAN G 30 S PKI

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

ISNAINI ANGGINA LUBIS (0302211017)

DOSEN PENGAMPUH

Dr. ZAIN DAHLAN M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA.2021/2022
PENDAHULUAN

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi
secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal. Media massa terbagi dua, yakni :
media cetak dan media elektronik. Media cetak meliputi, surat kabar, majalah, tabloid, buku
newsletter, dan bulletin. Sedangkan media elektronik meliputi, radio, televisi, internet, dan film.
Media massa memiliki fungsi-fungsi, yakni menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi.

Film merupakan media informasi yang paling mudah dicerna oleh semua kalangan
audiens.Audiens yang dimaksud adalah penonton dari segala usia, dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan pengetahuan. Maka tak heran jika paradigma terhadap sebuah Negara
dapat dengan mudah masuk dan mempengaruhi penilaian masyarakat.Media ini kemudian
dijadikan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada audiens. Termasuk dalam
hal ini adalah penerapan nilai-nilai moral, Media ini kemudian dijadikan sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan moral kepada audiens. Termam hal ini adalah penerapan nilai-nilai
moral,pendidikan, hingga perilaku tentang sebuah objek yang menjadi cerita dalam sebuah film.

Film saat ini bukanlah hal baru dalam kehidupan masyarakat, dan juga tidak hanya sebagai
media hiburan semata melainkan sebagai media komunikasi antara pembuat dengan penikmat
film tersebut. Film sebagai sarana hiburan masyarakat telah melalui banyak perubahan hingga
sampai saat ini, hal ini dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin maju dan
berkembang dengan sangat pesat.Film berfungsi sahih dalam menyampaikan suatu pesan atau
setidaknya memberikan pengaruh kepada khalayaknya untuk bertindak melakukan sesuatu. Film
dengan kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efekktif sebagai
media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Ia bisa diputar berulang kali
pada tempat dan khalayak yang berbeda.

Pada tahun 1984 ada sebuah film fenomenal yang dibuat atas restu Presiden Soeharto dan
langsung ditangani oleh PPFN (Pusat Produksi Film Nasional). Karya berdana 800 juta yang
disutradarai oleh Arifin C. Noer ini pun laris di masyarakatpada saat itu, penayangan film ini pun
menjadi suatu kewajiban yang selalu ditayangkan oleh stasiun TVRI pada waktu itu dan menjadi
tontonan wajib setiap tanggal 30 September yaitu film Pengkhianatan G 30 S/PKI.
Film Pengkhianatan G 30 S/PKI ini membawa unsur tampilan yang didalamnya ada bentuk
kekerasan.Dalam film ini yang banyak menampilkan adegan kekerasan yang dilakukan oleh para
anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang secara tidak langsung memancing
emosi para penontonnya ketika melihat tayangan yang mereka tonton.Film yang berdurasi
hampir empat jam ini mampu menjadi alat untuk meyakinkan dan membuat masyarakat percaya
bahwa kudeta yang dilakukan pada tahun 1965 adalah akibat dari Partai Komunis Indonesia
(PKI) dan mereka adalah sekelompok manusia yang kejam dan brutal karena banyak sekali
melakukan kekerasan terhadap para musuhnya. Alih-alih menayangkan konstruksi untuk
membenci dan menghindari rapat ideologi komunisme, representasi pertama yang menjadi
perhatian penonton justru pada adegan-adegan kekerasan yang tersaji pada film Pengkhianatan G
30 S/PKI.

Film ini dikemas dengan begitu baik dengan para pemain yang hampir menyerupai para
tokoh yang diperankannya lalu ditambah dengan akting yang penuh dengan totalitas membuat
film ini menjadi seperti nyata, adegan demi adegan yang menggambarkan kejadian saat peristiwa
berlangsung dikemas dengan begitu rapi dan dibuat seakan sedang menayangkan kejadian yang
sebenarnya. Namun dalam film ini banyak menampilkan adegan-adegan yang sangat brutal dan
sadis yang mengisahkan kekejaman pada saat kudeta dilakukan membuat adrenalin para
penonton semakindipermainkan. Namun tayangan film tersebut terhenti sejak era reformasi,
tepatnya tahun 1998.

Media massa benar-benar ingin menunjukkan kepada masyarakat konsumennya bahwa ia


adalah benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena itu media massa juga harus tampil
dalam bentuk kekerasan dan sadistis, media massa juga harus punya wajah seram yang membuat
masyarakat merinding. Padahal secara empiris, replikasi media massa akan terulang oleh
konsumen medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dalam proses
konstruksi-konstruksi. Kekerasan dan sadisme media massa dapat disaksikan mulai dari film
kekerasan, film horor sampai dengan tayangan kriminalitas, salah satunya di film G 30 S/PKI.
METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada peneltian ini adalah content analisys yang
pendekatannya penelitian kualitatif, dengan hasil akhir berupa kata-kata tertulis. Menurut Lexy J.
Maleong pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Sebagai
suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data
ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan,membuka wawasan baru,
menyajikan fakta, dan panduan praktis pelaksanaannya. Ia adalah sebuah alat

Pada penelitian ini, peneliti mengkaji tentang film yang termasuk dalam kajian objektif.
Peneliti menggunakan teknik analisis isi, yaitu suatu teknik penelitian yang dilakukan secara
objektif, sistematis dan deskripsi kualitatif dari isi komunikasi yang tampak
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Film Pengkhianatan G 30 S PKI

Pengkhianatan G 30 S PKI adalah judul Film sejarah Indonesia pada tahun 1984 .Film ini
dibuat sebagai gambaran peristiwa percobaan kudeta pada tahun 1965 yang dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia atau PKI.Film ini menceritakan bahwa saat itu Indonesia berada dalam
kekacauan. Rakyat hidup dalam kemiskinan, sementara yang kaya memamerkan kekayaan
mereka. Pada saat itu juga ,Presiden Soekarno sedang sakit dan diprediksi hidupnya tidak akan
lama lagi oleh seorangdokter/professor. Sementara itu, konsep politiknya, NASAKOM
(nasionalisme, agama, dankomunisme) telah menyebabkan pertumbuhan besar anggota PKI.
Partai yang mencoba melakukan kudeta pada tahun 1965 ini telah menyerang dan membunuh
orang di seluruh negeri.Presiden yang telah melemah juga dimanipulasi oleh partai ini. PKI telah
merekayasa cerita, berdasarkan sebuah dokumen palsu, bahwa Dewan Jenderal sedang
mempersiapkan kudeta bila Soekarno mati.Dipa Nusantara Aidit (D.N Aidit) dan kepemimpinan
Partai Komunis diam-diam berencana untuk menggunakan ini sebagai alasan untuk kudeta
mereka sendiri. Pangkat dan barisan anggota Partai ini menerima penjelasan dari pimpinan, dan
dengan bantuan para prajurit dan perwira yang mempunyai pola pikir lebih maju (sebagian besar
dariTNI Angkatan Udara), bekerja untuk mengumpulkan kekuatan Partai. Mereka berencana
untuk menculik tujuh jenderal(yang dikatakan sebagai anggota Dewan Jenderal), merebut kota,
dan mengamankan Soekarno. G 30 S yang baru diberi nama kemudian memulai pelatihan. Para
anggota sayap kanan yaitu TNI (Cakrabiwara) tidak menyadari kudeta yang akan terjadi ini.
Pada saat mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, mereka sudah terlambat karena
kudeta ini sudah terlanjur terjadi.

Pada tengah malam pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober, tujuh unit dari tim
G30S dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal
tersebut.Jenderal pertama yaitu Jend. Abdul Haris Nasution berhasil melarikan diri melompati
tembok, sementara itu militer Pierre Tandean datang berlari keluar, memegang pistol; Tendean
ditangkap karena ia mengaku dirinya adalah jenderal Nasution .Yang kedua, Jendral Ahmad
Yani ,pada saat itu Ahmad Yani dibohongi oleh pasukan cakra bahwa ia dipanggil untuk
menghadap presiden , ia berkata kepada mereka untuk mengijinkan dia mandi/berpakaian yang
rapi terlebih dahulu tetapi para pasuka tidak mengijinkan dia. Tentu saja ia marah, saat ia baru
ingin melawan mereka, naas menimpanya ia pun lebih dahulu ditembaki oleh pasukan cakra.
Ketiga, Jenderal M.T Haryono mendapatkan nasib yang sama dengan Jendral Ahmad Yani, ia
ditembaki oleh pasukan cakra. Bridjen D.I Pandjaitan ikut menjadi satu dari korban pembantaian
ini,ia disuruh oleh pasukan untuk naik ke truk tetapi sebelum itu dia meminta agar diberi waktu
untuk berdoa, sayangnya sebelum ia selesai berdoa ,ia sudah dibunuh terlebih dahulu. Mayjen
Sutoyo Siswomiharjo,Letjen S.Parman,dan Letjen Suprapto ditangkap (belumdibunuh) oleh
Pasukan Cakra. Tidak hanya para jenderal yang menjadi korban , tetapi masih ada orang yang
seharusnya tidak menjadi korban malah menjadi korban,seperti Ade Irma Nasution (Anak
Kandung Jenderal A.H Nasution) , K.S Tubun , DLL.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 , Pagi hari, Mayjen Suharto diberitahu oleh seseorang
bahwa tetangga tetangga para jenderal tersebut mendengar suara tembakan yang sangat jelas dari
arah rumah para jenderal.Ia juga mengatakan bahwa banyak pasukan KOSTRAD ( Komando
Strategis Angkatan Darat) yang sedang berjaga di Istana Merdeka , Jakarta Pusat.Pada pagi itu
juga Ke 7 korban (hidup ataupun mati) tersebut langsung dibawa ke kamp G30S di Lubang
Buaya, Jakarta Timur, di mana para korban disiksa dan dibunuh. Sebelum itu mereka(yang masih
hidup) dikumpulkan pada satu gubuk dan disuruh untuk menandatangani sebuah kertas yang
berisi surat pernyataan bahwa dewan jendreal itu memang ada dan para jenderal yang sudah
ditembaki itu hanya ditinggal tergelatak dengan tidak layak didalam sebuah gubuk lainnya dan
disoraki oleh Anggota PKI & beberapa Anggota Cakra. Para korban yang masih hidup tersebut
dikhianati,dipukuli,ditikam,diinjak,ditembaki,dan mata mereka dicongkel menggunakan arit
sampai mereka mati dihadapan banyak orang. Setelah itu mayat mereka dimasukkan kedalam
sumur.

Anak buah Letnan Kolonel Untung Syamsuri mengambil alih kantor RRI(Radio Republik
Indonesia) dan memaksa para staff di sana untuk membaca pidatonya yang menyatakan bahwa
G30S telah bergerak dan berhasil untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan
mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi serta mengatakan bahwa Letnan Kolonel Untung
telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari peristiwa Dewan Jenderal. Dalam Radio tersebut
juga mengatakan bahwa Gerakan 30 September / G30S ini juga akan dilaksanakan di Seluruh
Indonesia demi Keselamatan Rakyat, bangsa, dan negara. Ia juga menghimbau masyarakat untuk
lebih berhati hati. Anak buah G30S lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tapi
menemukan bahwa presiden telah pergi meninggalkan istana Sementara itu, di pangkalan Halim,
Presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa ia akan mengambil
kontrol penuh dari TNI Angkatan Darat. Pidato radio lain kemudian segera dibacakan,
menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan hierarki
Angkatan Darat.

Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari Halim, yang harus
dilakukan sebelum tengah malam. Soeharto, Perwira tinggi Indonesia saat itu, ia membantah
tentang pengumuman yang dibuat oleh Letkol Untung dengan melalui RRI tersebut. Soeharto
juga dengan tegas menyatakan bahwa Dewan Jenderal itu sama sekali tidak ada dan ia juga
membuat catatan catatan tambahan tentang hakikat G30S karena adanya kekosongan kekuasaan
dengan meninggalnya Jenderal Ahmad Yani. Soeharto juga mengambil kendali sementara
terhadap TNI Angkatan Dara (TNI-AD) dan mulai merencanakan untuk serangan balik dengan
anggota-anggotanya yang ia percayai, namun ia tidak mau terlalu memaksakan pertempuran
balik itu. Setelah itu, ia akan mencari pasukan yang setia kepadanya untuk merebut kembali
Kantor RRI dan akan memberikan sebuah pengumuman lewat radio. Pengumuman yang akan ia
sampaikan ini berisi tentang situasi pada saat itu, menggambarkan G30S sebagai kontra-
revolusioner atau orang yang menentang revolusi,dan ia juga mengatakan bahwa TNI-AD akan
berurusan dengan kudeta ini. Tak lama setelah itu, Para pemimpin kudeta ini (PKI) melarikan
diri dari Halim,dan pasukan Soeharto pun merebut kembali pangkalan udara tersebut. Beberapa
waktu kemudian, pasukan dibawah kepemimpinan Soeharto menyerang Markas G30S atau PKI.
Sementara tentara yang memiliki hubungan dengan anggota PKI melawan. Pimpinan Partai
lolos dan melarikan diri.

Soeharto kemudian dipanggil ke istana kedua yang terletak di Bogor, untuk berbicara
dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan
dari Marsekal Udara (Pangkat tertinggi di Angkatan Udara). Bahwa dalam kudeta ini Angkatan
Udara tidak terlibat. Tetapi Soeharto tetap membantah pernyataan tersebut,ia mencatat bahwa
persenjataan gerakan percobaan kudeta ini seperti orang orang dari Angkatan Udara. Pertemuan
tersebut akhirnya menghasilkan sebuah konfirmasi pengangkatan Soeharto sebagai pemimpin
Angkatan Udara, bekerja sama dengan Pranoto Rekso Samodra. Dalam investigasi mereka
terhadap peristiwa kudeta, Akhirnya Angkatan Udara menemukan markas/kamp di Lubang
Buaya, termasuk tubuh para Jenderal/Korban. Mereka pun berbondong- bondong untuk
mengangkat jasad para korban tersebut dan ditempatkan dipeti mati yang layak dan dipindahkan
ke makam ditempat lain. Sembari itu Soeharto menyampaikan pidato yang menggambarkan
kudeta ini dan peran PKI didalam kudeta ini. Soeharto memberikan pidato Hagiografi( buku atau
tulisan yang memuat riwayat hidup dan legenda orang-orang suci), dimana di pidato tersebut ia
sangat amat mengutuk G30S/PKI dan mendesak masyarakat Indonesia untuk melanjutkan dan
menghargai perjuangan jenderal- jenderal/tokoh-tokoh yang terbunuh dalam peristiwa ini dan
soeharto sama sekali tidak beri ampun kepada seluruh anggota PKI, yang dimana jika ia melihat
seorang PKI didepannya akandibunuh disitu juga.

2. Biografi Sutradara Film Pengkhianatan G 30 S/PKI

Arifin C. Noer Lahir di Cirebon, Jawa Barat. Merupakan anak kedua Mohammad Adnan. Ia
telah memulai kiprahnya dalam dunia seni sejak kecil. Sejak SMP, ia telah berminat pada seni.
Arifin menamatkan SD di Taman Siswa, Cirebon, SMP Muhammadiyah, Cirebon. Kemudian
melanjutkan ke SMA Negeri Cirebon namun tidak selesai. Lalu masuk SMA Jurnalistik, Solo.
Setelah itu ia kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta pada tahun
1967 dan International Writing Program, Universitas Lowa, Amerika Serikat pada tahun
1972.Ketika meneruskan ke pendidikan tinngi Yogyakarta, ia mulai terlibat kegiatan teater, yang
kemudian memberi warna paling peting dalam hidupnya. Naskah- naskah dramanya banyak
mendapatkan penghargaan dan diterjemahkan ke bahasa asing. Pementasan- pementasan grup
teaternya, Teater Kecil, merupakan tonggak penting dalam sejarah teater di Indonesia. Dunia
film dimasukinya sejak tahun 1971 melalui penulisan skenario Pemberang yang memenangkan
hadiah Golden Harvest di FFA pada tahun 1972. Sejak itu ia banyak menulis skenario-skenario

3. Nama –Nama pemeran Film G 30 S PKI

Berikut adalah nama-nama Pemeran Film Pengkhianatan G 30 S PKI

1. Moertri Purnomo sebagai Mayjen S. Parman


2. Pramana Padmodarmaya sebagai Jendral Ahmad Yani
3. Wawan Wanisar sebagai Lettu Pierre Tendean
4. Chalik Noor sebagai Mayjen Soeprapto
5. Bambang Sumpeno sebagai Jendral MT Harjono
6. Edward Hutapea sebagai Jendral DI Pandjaitan
7. Letjen Sutoy
8. Omar Khayyam Pemeran Presiden Soekarno
9. Didi Sadikin Pemeran Kolonel Sarwo Edhie
10. Bram Adrianto Pemeran Untung Sjamsuri
11. Ade Irawan Pemeran Johana Sunarti Nasution
12. Amoroso Katamsi Pemeran Mayor Jenderal Soeharto

Film Pengkhinatan G 30 S/PKI ini terus digunakan sebagai kendaraan propaganda oleh
pemerintah Orde Baru selama tiga belas tahun berturut-turut, di mana pada saat pemerintahan
Soeharto kala itu memerintahkan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia saat itu,TVRI, untuk
menayangkan film ini setiap tahun pada tanggal 30 September malam. Film ini juga
diperintahkan menjadi tontonan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia,walaupun memperlihatkan
adegan-adegan yang penuh kekerasan berlebihan. Pada saat stasiun-stasiun televisi swasta
bermunculan, mereka juga dikenai kewajiban yang sama. Peraturan ini kemudian dihapuskan
sejak jatuhnya Soeharto pada tahun 1998. Sejak itu film ini telah menjadi kurang diminati lagi .
Meskipun aspek artistik film ini tetap diterima dengan baik, tetapi kekeliruan sejarahnya telah
menuai banyak kritik.

Film Pengkhianatan G 30 S PKI ini menggambarkan PKI dan komunisme sebagai


penjahat pada dasarnya, dengan pengikutnya yang pasti tidak dapat diselamatkan, di mana
pimpinan G30S dipandang sebagai licik dan kejam, dan merencanakan setiap langkah dengan
terperinci. Sejarawan Katherine McGregor menemukan hal yang ditekankan dalam film ini yang
menggambarkan pimpinan G30S sebagai layaknya seorang gangster, duduk dalam pertemuan
rahasia di tengah-tengah kepulan asap rokok. Dia juga menganggap sebuah adegan pembuka
film, di mana PKI menyerang sebuah sekolah Islam, juga dengan sengaja dimaksudkan untuk
menunjukkan sifat jahat seorang komunis. Walaupun film ini telah sukses dijamannya namun
banyak orang yang mengatakan bahwa masih banyak kesalahan dalam film ini , yaitu

1. D.N Aidit Bukan Seorang Perokok

Dalam sebuah adegan DN Aidit terlihat selalu merokok. Namun ternyata ada fakta lain
terhadap hal ini. Pria yang terlahir dengan nama Achmad Aidit ternyata bukanlah perokok.
Bahkan dalam sebuah Kongres PKI 5 Januari 1959 ia berpesan kepada anggotanya untuk
berhenti merokok dan uang yang biasa dipakai untuk membeli rokok dipakai untuk partai.

2. Para Jenderal dibunuh tidak dengan cara disayat.

Masyarakat Indonesia pada masa itu tentunya akan geram dengan penghianatan yang
dilakukan PKI. Apalagi para jenderal yang dibunuh adalah perwira-perwira tinggi yang cerdas
dan cemerlang karirnya. Namun dalam adegan Film G30SPKI terlihat mendiang Jenderal Ahmad
Yani dan kawan-kawan dibunuh secara sadis. Ada yang disayat-sayat pakai silet, dipotong alat
ke kelaminnya sampai matanya dicungkil.Tapi orang-orang berpendapat pembunuhan dan
penyisaan para jenderal tidak seperti ini.Semua jenderal termasuk perwira Piere Tendean
dibunuh dengan cara ditembak.

3. Presiden Soekarno Sakit

Dalam film G30S PKI Presiden Soekarno terlihat sebagai pemimpin yang 'bingung-
bingung' karena sedang sakit. Namun fakta yang terungkap bapak proklamator RI ini pada saat
perisitiwa tersebut dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit apapun.

Nilai-nilai yang dapat diambil dari peristiwa G30SPKI yaitu

1. Obsesi terhadap kekuasaan bisa membutakan nurani dan nalar, karena baik PKI
maupun militer memiliki konspirasi sendiri untuk saling menjatuhkan demi tujuan
masing-masing
2. Dalam politik, semuanya bisa diatur, termasuk dengan pihak asing demi tujuan
politiknya. PKI yang mendapat dukungan Soviet untuk mempertahankan Soekarno
dan militer yang dibantu diam-diam oleh CIA untuk kudeta.
3. Masyarakat perlu berhati-hati terhadap sosok yang menunjukkan diri jadi pahlawan,
bukan karena jasa yang sebenarnya. Sosok Soeharto yang bersikap seperti itu, plus
memanipulasi sejarah nasional dengan pembuatan film tentang peristiwa itu demi
penguatan versi pemerintah, justru adalah orang yang licik dan tidak patut akan gelar
tersebut.
KESIMPULAN

Film Pengkhianatan G 30 S PKI ini berkaitan dengan peristiwa sejarah masa lalu Indonesia
yang dilakukan olah para anggota Komunis atau PKI untuk melakukan sebuah pembrotakan
demi kepentingan golongannya. Namun, dalam penayangan film Pengkhianatan G 30 S/PKI
harus meminimalisir adegan kekerasan secara jelas agar psikologi para khalayak penonton tidak
merasa takut khususnya kepada generasi muda atau remaja.Oleh karena itu, film ini cocok untuk
ditonton oleh semua kalangan kecuali anak-anak yang maih berusia sekitar 13 tahun kebawah
karna akan dapat menimbulkan dampak apa yang disebut dengan kekerasan atau kriminalitas.
Karena dalam Jurnalistik Islam, keuntungan paling besar penyampaian informasi berada pada
pihak komunikan (sasaran informasi/penonton) bukan pada pihak komunikatornya. Penyampaian
suatu informasi pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kemaslahatan
individu atau masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi.Caranya menyajikan tayangan
mengenai peliputan kriminalitasn atau kekerasan tidak terlalu vulgar dan detail
menvisuakisasikan adegan kekerasan yang dilakulan para anggota Partai Komunis Indonesia
(PKI) dalam buatan film seputar sejarah G 30 S PKI.

SARAN

Terkait dengan penelitian ini ada saran yang penulis dapat sampaikan yaitu, sebelum
menonton sebuah film, kita harus dihadapkan dengan stereotype-stereotypeyang akan dibuat oleh
sutradaranya sebagai penggambaran realitas yang diinginkan. Karena, film bukan semata-mata
pemindahan realitas hadapan kita yang begitu saja dipindahkan kedalam layar, tetapi ada nilai-
nilai yang dimilikinya oleh pembuatnya yang ingin ia masukkan.Sehingga realitas itu menjadi
sebuah representasi saja, dalam sebuah gambaran yang dimediasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),


hlm. 139

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi


Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 359

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)


hlm. 7

Eriyanto, Analisis Isi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 15

Film Indonesia, Pengkhianatan G 30 S/PKI, artikel diakses pada tanggal 25 Juli 2018 pukul

20:44

Anda mungkin juga menyukai