perkebunan PTPN Bandar Betsi di kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Peristiwa ini
terjadi pada 14 Mei 1965. Peristiwa ini menewaskan prajurit Angkatan Darat Lenda
Sadjono. Dalam upaya perebutan areal sersebut, dia tewas dikeroyok ratusan massa
dengan menggunakan peralatan tani, seperti cangkul golok, dan arit. Sebelum penculikan
dan pembunulum enam jenderal dan satu perwira TNI AD, ada satu peristiwa keji yang
dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965 silam. Kala itu, seorang anggota
TNI berpangkat Pembantu Letnan Sata (Peltu) gugur dihantai ratusan anggota PKI di
Pembantaian yang terjadi 14 Mei 1965 itu dikenal dengan nama Peristiwa
Bandar Betsy". Tugu Letda Sudjono yang berdiri di tengah kebun Bandar Betsy,
Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun itu kini menjadi saksi bisu kekejaman
PKI di Sumatera Utara. 52 tahun silam, tiga sayap organisasi PKI yaitu BTL, PR dan
Gerwani menduduki paksa perkebunan negara yang terletak di Bandar Betsy, Sumatera
Utara. Mereka menangkap, menyiksa dan membunuh Pelda Sudjono, anggota TNI yang
merupakan penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsy. Ketika
itu, Letda Sudjono berusaha mempertahankan lahan perkebunan Negara dari penjarahan
Barisan PKI dan organisasi sayapnya melancarkan aksi sepihak karena keinginan
menguasai tanah negara di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu targetnya adalah lahan
kebun karet milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) IX Bandar Betsy. Untuk
menguasai kebun itu, PKI mempersenjatai ratusan anggota Barisan Tani Indonesia (BTT).
Pemuda Rakyat (PR) dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Kala itu, Letda Sudjone bertugas di
kebun itu dibantu sebuah traktor yang sering dioperasikannya. Kisah kematian
tragis Letda Sudjono bermula saat anggota BTI berkumpul di tanah perkebunan Bandar
Betsy tepatnya di Balai Sumber Sari. Anggota BTI yang berjumlah 200 orang lebih
Upaya yang mereka lakukan hari itu juga yaitu dengan menanami lahan dengan
berbagai tanaman seperti ubi, pisang dan jagung. Ketika proses penanaman, Letda
Sudjono dan tiga orang anggotanya datang ke kebun tersebut untuk mengecek traktornya
yang terjebak kubangan lumpur. Setelah mengecek alat beratnya, Letda Sudjono kembali
melakukan patroli. Pada saat bersamaan, anggota BTI sedang melakukan penanaman di
Saat itu, Letda Sudjono melarang BTI menanami lahan. Ketika Letda Sudjono
melarang penggarapan lahan, salah satu anggota BTI berupaya merampas helmnya.
Melihat adanya rebutan helm, Letda Sudjono memukul anggota BTI itu dengan
tongkatnya. Tidak terima dengan sikap itu, anggota BTI marah dan kemudian balik
menyerang Letda Sudjono. Letda Sudjono dipukul dari belakang dan terjatuh. Dalam
situasi itu, para anggota BTI kemudian mencangkul dan menghujamkan berbagai
Melihat Letda Sudjono jadi bulan-bulanan anggota BTI, tiga anggota Letda Sudjono
melarikan diri. Sementara BTI bersorak-sorak atas kematian Letda Sudjono. Tak lama
kemudian, polisi datang ke lokasi dan mengamankan anggota BTI yang berada di
perkebunan tersebut. Jasad Letda Sudjono kemudian dibawa ke RSU Kebun Laras untuk
selanjutnya dimakamkan.
Kematian tragis Letda Sudjono ini ternyata tersiar hingga ke ibukota. Mendengar
kabar itu, Jenderal Ahmad Yani marah besar. Ahmad Yani memerintahkan kasus itu
diusut tuntas. Kemarahan itu diungkapkannya saat menghadiri HUT Resimen Para
Komando Angkatan Darat (RPKAD) tanggal 15 Juli 1965 di Jakarta. "Bisa timbul anarki
dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!" ujar Jenderal Ahmad Yani kala itu.
Tiga bulan kemudian, G30S PKI yang dikomandoi Letkol Untung menculik dan
membunuh enam jenderal dan satu perwira TNI AD. Jenderal Ahmad Yani menjadi salah
satu korbannya. Aksi PKI yang menunggangi kaum tani dan buruh ternyata telah banyak
memakan korban jiwa. Tak hanya jenderal TNI AD dan anggota TNI, ulama di berbagai
daerah di Indonesia juga banyak menjadi korban. Jenderal Ahmad Yani dan Letda
Sudjono kini menjadi Pahlawan Revolusi bersama lima jenderal lainnya dan satu perwira
TNI AD. Mereka menjadi korban keganasan PKI pada tahun 1965.