Anda di halaman 1dari 16

T h e B o t a n i c G a r d e n s B u l l e t i n

No. Akreditasi 728/AU2/P2MI-LIPI/04/2016


p-ISSN: 0125-961X | e-ISSN: 2460-1519 | Vol. 22 No. 1 | Januari 2019

A
PERKECAMBAHAN BIJI DAN TIPE-TIPE FUNGSIONAL SEMAI PADA JENIS-JENIS SUKU
ANNONACEAE
Seed Germination and Seedling Functional Types Some Species of Annonaceae
Tri Handayani

IRADIASI AKUT DENGAN SINAR GAMMA PADA PROTOKORM ANGGREK


Dendrobium macrophyllum A. Richard DAN Dendrobium undulatum M. A. Clem
& D. L. Jones

Buletin Kebun Raya | The Botanic Gardens Bulletin | Vol. 22 (1) Januari 2019
B
Acute Gamma Rays Irradiation in Protocorm of Dendrobium macrophyllum A.
Richard and Dendrobium undulatum M. A. Clem & D. L. Jones
Elizabeth Handini

PEMANFAATAN NUNU PISANG (Ficus magnoliifolia Blume) OLEH MASYARAKAT


SUKU MOMA DI SULAWESI TENGAH
Utilization of Nunu Pisang (Ficus magnoliifolia Blume) by Moma Tribe Communities
in Central Sulawesi
Harriany Siappa C

KAJIAN HABITAT DAN POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) DI BLOK
BARAT KAWASAN HUTAN KONSERVASI PT SABHANTARA RAWI SENTOSA, KUTAI
TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Habitat and Population Studies of Eurycoma longifolia Jack at the Western Block of
the Conservation Forest of PT Sabhantara Rawi Sentosa, Kutai Timur, East
Kalimantan
Julisasi Tri Hadiah, Yuzammi, dan Danang Wahyu Purnomo
D
EVALUATING THE UTILITY OF EXTERNAL TRANSCRIBED SPACER (ETS) AND INTERNAL
TRANSCRIBED SPACER SEQUENCES (ITS) FOR PHYLOGENETIC ANALYSES OF Litsea
Lam. (Lauraceae) AND RELATED GENERA
Evaluasi Penggunaan Sekuen External Transcribed Spacer (ETS) dan Internal
Transcribed Spacer (ITS) Untuk Analisis Filogenetik Litsea Lam. (Lauraceae) dan
Kerabatnya
Izu Andry Fijridiyanto dan Noriaki Murakami
A. Pteris ensiformis
ANATOMI PARADERMAL DAUN ENAM JENIS TUMBUHAN PAKU MARGA Pteris
B. Pteris fauriei
Diterbitkan oleh Leaf Paradermal Anatomy of Six Species of Pteris
Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya–LIPI C. Pteris heteromorpha
Ratih Eka Fitri Astuti, Hadisunarso, dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo
Jln. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia D. Pteris longipinnula
http://krbogor.lipi.go.id
BULETIN KEBUN RAYA 22 (1): Januari 2019
THE BOTANIC GARDENS BULLETIN 22 (1): January 2019

p-ISSN: 0125-961X
e-ISSN: 2460-1519

Penerbit / Publisher
Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Center for Plant Conservation and Botanic Gardens
Indonesian Institute of Sciences

Ketua Editor/Editor in Chief:


Dr. Joko Ridho Witono

Anggota Dewan Editor/Editorial Boards:


Dr. Julisasi Tri Hadiah
Dra. Yuzammi, M.Sc.
Dr. Titien Ngatinem Praptosuwiryo
Dra. Sri Hartini
Dra. Inggit Puji Astuti M.Si.

Editor Penasehat / Advisory Editor:


Prof. Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc.

Reviewer pada Edisi ini / Reviewers for this Edition:

Dr. Bayu Adjie (Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 'Eka Karya Bali')
Prof. Dr. Dedy Darnaedi (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)
Dr. Dian Latifah (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Irawati (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Iyan Robiansyah (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Joko R. Witono (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Ir. Kartika Ning Tyas M.Si (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Kusuma Dewi Sri Yulita (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)
Ir. Mustaid Siregar M.Si. (Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-LIPI)
Dr. Rugayah (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)
Dr. Wawan Sujarwo (Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 'Eka Karya Bali'-LIPI)
Prof. Dr. Ir. Yohanes Purwanto (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)

Sekretariat dan Sirkulasi / Secretariat and Distributor:


Amar Maulana, S.Kom.

Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya–LIPI


Center for Plant Conservation and Botanic Gardens–LIPI
Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia
http://jurnal2.krbogor.lipi.go.id/index.php/buletin
Email: buletin.pktkr.lipi@gmail.com
Buletin Kebun Raya jurnal2.krbogor.lipi.go.id
p-ISSN: 0125-961X e-ISSN: 2460-1519

BULETIN KEBUN RAYA


Volume 22, No. 1, Januari 2019

DAFTAR ISI

PERKECAMBAHAN BIJI DAN TIPE-TIPE FUNGSIONAL SEMAI PADA JENIS-JENIS SUKU


ANNONACEAE
Seed germination and seedling functional types some species of Annonaceae
Tri Handayani............................................................................................................... 1−12

IRADIASI AKUT DENGAN SINAR GAMMA PADA PROTOKORM ANGGREK Dendrobium


macrophyllum A. Richard DAN Dendrobium undulatum M. A. Clem & D. L. Jones
Acute Gamma Rays Irradiation in Protocorm of Dendrobium macrophyllum A.
Richard and Dendrobium undulatum M. A. Clem & D. L. Jones
Elizabeth Handini ......................................................................................................... 13−20

PEMANFAATAN NUNU PISANG (Ficus magnoliifolia Blume) OLEH MASYARAKAT


SUKU MOMA DI SULAWESI TENGAH
Utilization of Nunu Pisang (Ficus magnoliifolia Blume) Toy Moma Tribe Communities
in Central Sulawesi
Harriany Siappa ........................................................................................................... 21−30

KAJIAN HABITAT DAN POPULASI PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) di BLOK
BARAT KAWASAN HUTAN KONSERVASI PT SABHANTARA RAWI SENTOSA, KUTAI
TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
Habitat and population studies of Eurycoma longifolia Jack at the western block of
the conservation forest of PT Sabhantara Rawi Sentosa, Kutai Timur, East
Kalimantan
Julisasi Tri Hadiah, Yuzammi, dan Danang Wahyu Purnom ...................................... 31−46

EVALUATING THE UTILITY OF EXTERNAL TRANSCRIBED SPACER (ETS) AND INTERNAL


TRANSCRIBED SPACER SEQUENCES (ITS) FOR PHYLOGENETIC ANALYSES OF Litsea
Lam. (Lauraceae) AND RELATED GENERA
Evaluasi penggunaan sekuen External Transcribed Spacer (ETS) dan Internal
Transcribed Spacer (ITS) untuk analisis filogenetik Litsea Lam. (Lauraceae) dan
kerabatnya
Izu Andry Fijridiyanto dan Noriaki Murakami ............................................................ 47-68
ANATOMI PARADERMAL DAUN ENAM JENIS TUMBUHAN PAKU MARGA Pteris
Leaf paradermal anatomy of six species of Pteris
Ratih Eka Fitri Astuti, Hadisunarso, dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo ............... 69−84
jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]
e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X
Scientific Article

PERKECAMBAHAN BIJI DAN TIPE-TIPE FUNGSIONAL SEMAI


PADA JENIS-JENIS SUKU ANNONACEAE

Seed germination and seedling functional types some species of Annonaceae

Tri Handayani
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI,
Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003
Email: irtri@yahoo.co.id

Diterima/Received: 28 Juni 2018 Disetujui/Accepted: 3 Oktober 2018

Abstract
Annonaceae produces small to large seeds. The size of seeds is closely related to the amount of food reserves
that directly affect germination process. Cotyledons of the Annonaceae vary according to its exposure, position,
or texture/function. This research aimed to determine the seed germination characters of 21 species of
Annonaceae in Bogor Botanic Gardens. Twenty five to thirty seeds of each species were planted in a sand
medium. First germination, germination rate and seedling functional types were observed and recorded. The
result confirmed that Annonaceae seeds required varied time to germinate, i.e. fast, slow and delay germination.
There were seven species included in the fast germination, 11 species slow germination and three species
delayed germination. The earliest seed germination occurred at 24 days after sowing (DAS) (Cananga odorata),
whereas the longest occurred at 212 DAS (Platymitra macrocarpa). The number of species with cryptocotylar
cotyledon type was more than those of phanerocotylar cotyledons type (14 species and seven species,
respectively). The epigeal cotyledons type found in 17 species that is higher than hypogeal cotyledon type (four
species). Species with cotyledon reserve type were more than foliar cotyledons type (14 species and seven
species, respectively). The proportion of seedling types PEF (phanerocotylar-epigeal-foliaceous), CER (crypto-
cotylar-epigeal-reservoir) and CHR (crypto-cotylar-hypogeal-reservoir) were 33.33%, 47.62%, 19.05%
respectively.

Keywods: Annonaceae, cryptocotylar, epigeal, hypogeal, phanerocotylar

Abstrak
Suku Annonaceae menghasilkan biji berukuran kecil sampai besar. Ukuran biji berkaitan erat dengan banyak
sedikitnya cadangan makanan yang secara langsung dapat mempengaruhi proses perkecambahan. Kotiledon
suku Annonaceae bervariasi menurut pembukaan, posisi, atau teksturnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakter perkecambahan dari 21 jenis anggota suku Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor (KRB).
Sebanyak 25 sampai 30 biji untuk setiap jenis disemai dalam media pasir. Penelitian difokuskan pada penentuan
waktu awal berkecambah, kecepatan berkecambah, serta tipe-tipe kotiledon berdasarkan pembukaan, posisi
dan tekstur/fungsi kotiledon. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkecambahan biji Annonaceae
berlangsung cepat sampai tertunda. Terdapat tujuh jenis yang bijinya cepat berkecambah, 11 jenis bijinya lambat
berkecambah dan tiga jenis bijinya tertunda berkecambah. Biji Cananga odorata paling cepat berkecambah pada
24 hari setelah tanam (hst), sedangkan biji Platymitra macrocarpa paling lama berkecambah (212 hst). Jumlah
semai dengan tipe kotiledon kriptokotil (14 jenis) lebih banyak dibandingkan dengan kotiledon fanerokotil (tujuh
jenis). Semai dengan kotiledon epigeal ditemukan pada 17 jenis, lebih banyak daripada kotiledon hipogeal yang

|1
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

hanya ditemukan pada empat jenis. Jenis dengan tipe kotiledon untuk cadangan makanan (14 jenis) jumlahnya
lebih banyak daripada kotiledon yang berfungsi untuk fotosintesis (tujuh jenis). Sebanyak 33,33% semai bertipe
PEF, 47,62% semai tipe CER dan 19,05% semai tipe CHR.

Kata kunci: Annonaceae, epigeal, fanerokotil, hipogeal, kriptokotil

PENDAHULUAN epigeal (Garwood, 1996; Ibarra-Manrıquez et al.,


2001; Zanne et al., 2005; Baraloto & Forget., 2007).
Anggota suku Annonaceae menghasilkan biji
Sebagai cadangan makanan, kotiledon memiliki
berukuran kecil sampai besar (Svoma, 1997).
nilai gizi yang tinggi (Kitajima, 2003), lebih banyak
Ukuran biji berkaitan erat dengan banyak sedikitnya
ditemukan pada semai hipogeal daripada epigeal
cadangan makanan dalam biji yang akan
(de Vogel, 1980; Garwood, 1995; Zanne et al, 2005).
dialokasikan untuk pertumbuhan awal semai (Souza
Zheng et al. (2011) melaporkan bahwa pada semai
& Fagundes, 2014). Selama proses perkecambahan
bertipe epigeal, kotiledon terdorong oleh hipokotil
sangat bergantung pada cadangan makanan dalam
ke atas permukaan tanah. Setelah muncul di atas
biji, baik berupa kotiledon atau endosperma. Oleh
permukaan tanah, kotiledon segera membentuk
sebab itu, ukuran biji secara langsung dapat
stomata, klororofil dan kemudian berkembang
mempengaruhi proses perkecambahan dan
menyerupai bentuk daun aslinya (Ibarra-Manriquez
pertumbuhan semai. Biji besar umumnya
et al., 2001).
menyediakan cadangan makanan cukup banyak
untuk pertumbuhan semai (Garcia-Cebrian et al., Morfologi, tekstur atau fungsi kotiledon
2003; Missanjo et al., 2013) dan cenderung telah lama digunakan untuk pengklasifikasian
menghasilkan semai yang lebih kuat bila tumbuhan fase semai (de Vogel, 1980). Cara
dibandingkan biji kecil. Sebaliknya, biji kecil pengklasifikasian yang banyak digunakan adalah
mungkin berkecambah dengan baik tetapi karena yang dibuat oleh Garwood (1996), dengan
cadangan makanan sedikit maka semainya kecil dan menggunakan dan menggabungkan tiga karakter
lemah, akibatnya pertumbuhan awalnya menjadi pada kotiledon semai. Penggunaan gabungan
lambat (Zareian et al., 2013). Ketersediaan karakter kotiledon ini dalam penelitian morfologi
cadangan makanan yang cukup banyak dalam biji semai pohon juga digunakan oleh Ibarra-Manrıquez
besar akan meningkatkan perkembangan awal pada et al. (2001) dan Zanne et al. (2005) yang
tanaman yang sedang tumbuh serta meningkatkan mengelompokan tipe semai berdasarkan
peluang untuk bertahan hidup (Socolowski et al., penggabungan karakter tersebut, yaitu:
2011; Mirani et al., 2012; Missanjo et al., 2013). 1) Berdasarkan pembukaan kotiledon: fanero-
Selain itu, biji besar akan mendukung kelangsungan kotilar (phanerocotylar) dan kriptokotilar
hidup semai terhadap tekanan lingkungan (cryptocotylar). Fanerokotilar yaitu jika pada saat
tumbuhnya (Lahoreau et al., 2006), misalnya biji biji berkecambah kotiledonnya terbuka atau
yang tumbuh di bawah naungan, terjadi kekeringan terlepas dari kulit biji. Kriptokotilar yaitu jika pada
pada awal tumbuh, kompetisi dengan semai atau saat biji berkecambah kotiledonnya tersembunyi
tanaman lain yang ada di lokasi tumbuh (Moles & atau tertutup oleh kulit biji.
Westoby, 2006). 2) Berdasarkan posisi kotiledon: epigeal dan
hipogeal. Tipe epigeal yaitu jika biji yang
Kotiledon dalam biji memainkan peranan
berkecambah kotiledonnya terangkat ke atas
penting pada tahap awal pembentukan semai
permukaan tanah. Tipe hipogeal yaitu jika biji yang
tumbuhan tingkat tinggi (Zheng et al., 2011). Pada
berkecambah kotiledonnya tetap berada di dalam
saat berkecambah, kotiledon akan muncul di atas
tanah atau pada permukaan tanah.
permukaan tanah (epigeal) atau tetap berada di
3) Berdasarkan tekstur atau fungsi kotiledon:
dalam tanah (hipogeal). Biji yang berukuran besar
foliaceous dan reservoir. Tipe semai foliaceous yaitu
cenderung memiliki kotiledon hipogeal yang
jika kotiledon semai tipis, bentuk menyerupai daun
berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan
asli dan fungsi utama kotiledon untuk fotosintesis.
biji yang lebih kecil cenderung memiliki kotiledon

2 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]

Tipe semai reservoir yaitu jika kotiledon semai benih (Garwood, 1995; Schmidt, 2000; Vieira et al.,
berdaging dan berfungsi untuk cadangan makanan. 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perkecambahan biji serta tipe-tipe fungsional semai
Berdasarkan gabungan tiga karakter
pada 21 jenis anggota suku Annonaceae koleksi
tersebut akan terbentuk lima kombinasi tipe
Kebun Raya Bogor.
morfofungsional tumbuhan di alam, yaitu: PEF
(phanerocotylar-epigeal-foliaceous), PER (phane
rocotylar-epigeal-reservoir), PHR (phane rocotylar- BAHAN DAN CARA KERJA
hypogeal-reservoir), CER (crypto cotylar-epigeal- Penelitian dilakukan di rumah kaca
reservoir) dan CHR (cryptocotylar-hypogeal- pembibitan Kebun Raya Bogor. Bahan penelitian
reservoir). Kejadian dan proporsi masing-masing berupa biji yang diperoleh dari 21 jenis anggota
tipe fungsional jenis di suatu ekosistem hasilnya suku Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor. Buah-
berbeda-beda. Andrews & Salim (2009) melaporkan buah yang telah masak dipanen, kemudian diambil
bahwa tipe fanerokotil merupakan karakter umum bijinya. Daging buah yang masih menempel pada
yang ditemukan pada suku Annonaceae, sedangkan biji dibersihkan di bawah air yang mengalir sampai
tipe kriptokotil jarang ditemukan pada suku bersih. Setelah bersih, biji dikering-anginkan selama
tersebut. Mereka menambahkan bahwa tipe ±10 jam. Untuk menentukan ukuran biji suatu jenis
kriptokotil lebih banyak ditemukan pada jenis termasuk kecil, sedang atau besar dilakukan
dengan biji besar. Menurut Franceschini (2004), pengukuran terhadap 10 biji dari jenis yang sama
tipe perkecambahan kriptokotil epigeal pada suku secara acak, kemudian dirata-rata. Hasil rata-rata
Annonaceae jarang ditemukan. Dari 90 jenis di tersebut digunakan untuk menentukan kelompok
hutan Venezuela yang diamati, hanya tiga jenis yang ukuran biji. Biji dikelompokkan dalam tiga ukuran
menunjukkan perkecambahan kriptokotil epigeal berdasarkan panjangnya (Missanjo et al., 2013;
yaitu: Guatteria saffordiana Pittier, Rollinia fendleri Menezes et al., 2018), yaitu: biji kecil (<1 cm), biji
R.E.Fr. dan Xylopia aromatica (Lam.) Mart. sedang (1 ̶ 2 cm) dan biji besar (>2 cm), kemudian
Penelitian Ibarra-Manriquez et al. (2001) di hutan dikecambahkan dalam media pasir. Jumlah biji yang
lembab Meksiko menemukan 20 jenis suku disemai masing-masing jenis sebanyak 25 ̶ 30 biji
Annonaceae, namun hanya lima jenis yang tiap petak diulang tiga kali. Kecuali pada
perkecambahannya bertipe kriptokotil epigeal. Enicosanthum paradoxum, Goniothalamus ridleyi,
dan Orophea anceps, jumlah biji yang disemai
Tipe fungsional semai mencerminkan masing-masing hanya 10 biji, karena ketersediaan
strategi adaptif yang digunakan jenis tumbuhan biji yang terbatas. Penyiraman dilakukan setiap hari
dalam menghadapi kondisi lingkungan (Garwood, untuk menjaga kelembaban.
1996; Baraloto & Forget, 2007) terutama pada awal
pembentukan semai (Kitajima, 1996). Tipe Penelitian ini menggunakan metode
observatif dan dianalisis secara deskriptif. Data
fungsional semai berkaitan erat dengan sifat-sifat
tumbuhan lainnya seperti ukuran biji (Baroloto & disusun dan dianalisis dengan menggunakan MS
excel spreadsheet. Parameter yang diamati
Forget, 2007), dan penyebaran benih (Ibarra-
meliputi: waktu awal berkecambah, kecepatan
Manriquez et al., 2001), kebutuhan cahaya
berkecambah, pembukaan/munculnya kotiledon,
(Baroloto & Forget, 2007), dan ketersediaan air
posisi kotiledon, fungsi kotiledon, tipe semai dan
(Ibarra-Manriquez et al., 2001). Dalam merespon
fenologi semai. Pencatatan waktu awal
kebutuhan cahaya, biji kecil tumbuh lebih cepat di
berkecambah dihitung pada hari pertama kali
lingkungan cahaya tinggi, sedangkan biji besar akan
terdapat biji yang berkecambah. Biji dinyatakan
berhubungan erat dengan lingkungan yang
bercahaya terbatas (Baroloto & Forget, 2007). berkecambah jika kecambah telah muncul di atas
Pengetahuan tentang perkecambahan dan tipe media tumbuh sepanjang 0,2−0,5 cm (Martinez-
fungsional semai penting untuk diketahui karena Maldonado et al., 2013). Kecepatan berkecambah
berkaitan erat dengan bidang ilmu lainnya, didasarkan pada waktu awal perkecambahan.
misalnya: ekofisiologi, morfologi, sivikultur, Kecepatan berkecambah dikategorikan dalam
taksonomi, konservasi, identifikasi, atau teknologi cepat, lambat dan tertunda (Garwood, 1995). Biji

|3
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

yang berkecambah dalam waktu 2−4 minggu ditemukan variasi dalam ukuran biji, waktu awal
dikategorikan cepat, 4−16 minggu dikategorikan berkecambah biji, kecepatan berkecambah, serta
lambat, dan biji yang berkecambah >16 minggu tipe fungsional semainya (Tabel 1). Biji suku
dikategorikan tertunda. Pengamatan tipe semai Annonaceae berukuran kecil, sedang, sampai besar.
mengikuti Garwood (1996) dan Zanne et al. (2005) Perkecambahan biji berlangsung cepat
dengan menggunakan tiga kode, yaitu: 1 sampai tertunda. Secara umum jumlah biji yang
menunjukkan eksposur/kemunculan kotiledon lambat berkecambah lebih banyak dibandingkan
(fanerokotil vs kriptokotil). Kode 2 menunjukkan yang cepat atau tertunda berkecambah. Terdapat
posisi kotiledon (epigeal vs hipogeal). Kode 3 tujuh jenis (33,33%) yang bijinya cepat
menunjukkan tekstur/fungsi kotiledon (foliaceous berkecambah dan 11 jenis (52,38%) yang bijinya
vs reservoir). lambat berkecambah. Hanya tiga jenis (14,29%)
yang bijinya tertunda berkecambah. Biji Cananga
HASIL DAN PEMBAHASAN odorata paling cepat berkecambah (24 HST),
Perkecambahan biji sedangkan biji Platymitra macrocarpa paling lama
Pada pengamatan terhadap 21 jenis anggota berkecambah (212 HST).
suku Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor

Tabel 1. Ukuran biji, awal berkecambah, kecepatan berkecambah, dan kelompok fungsional semai pada 21
jenis anggota suku Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor
Rata-
Awal Tipe
rata Kecepatan
Ukuran berke fungsio
ukuran berke
Nama Jenis biji cambah nal
biji cambah
(HST) semai
(cm)
Alphonsea javanica Scheff. sedang 1,75 25 cepat CER
Annona montana Macfad sedang 1,65 25 cepat CER
Annona reticulata L. sedang 1,60 31 lambat PEF
Cananga odorata (Lam.) Hook.f.e Thomson kecil 0,85 24 cepat PEF
Cyathocalyx sumatranus Scheff. besar 3,00 28 cepat PEF
Desmos dasymaschalus (Blume) Safford. kecil 0,9 25 cepat CER
Enicosanthum paradoxum Becc. besar 2,15 34 lambat CHR
Goniothalamus ridleyi King. sedang 2,25 178 tertunda CER
Meiogyne virgate (Blume) Miq. besar 2,70 50 lambat PEF
Mezzettia parviflora Becc. besar 3,00 40 lambat PEF
Mitrephora polypirena (Blume) Miq. sedang 1,60 35 lambat PEF
Orophea anceps Pierre kecil 0,85 118 tertunda CER
Orophea creaghii (Ridl) Leonar & P.J.A. Kessler kecil 1,00 72 lambat CER
Orophea hexandra Blume kecil 1,27 76 lambat CER
Orophea megalophylla Kessler sedang 1,70 78 lambat CHR
Platymitra macrocarpa Boerl. besar 3,33 212 tertunda PEF
Polyalthia glauca (Hassk.) Boerl. sedang 1,25 32 lambat CER
Polyalthia lateriflora (Blume) King. besar 2,75 27 cepat CHR
Polyalthia littoralis (Blume) Boerl. kecil 0,85 49 lambat CER
Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr. besar 2,05 27 cepat CHR
Polyalthia suberosa (Roxb.) Thwaites. kecil 0,75 62 lambat CER
Keterangan: HST= hari setelah tanam; PEF-phanerocotylar-epigeal-foliaceous; CER-cryptocotylar-epigeal-reservoir; CHR-
cryptocotylar-hypogeal-reservoir.

4 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]

Perbedaan ukuran biji pada jenis-jenis yang penelitian ini, kecepatan perkecambahan jenis-jenis
diamati disebabkan oleh berbagai faktor, antara pada suku Annonaceae ternyata tidak bergantung
lain: jenis tanaman dan perawakan pohon induk. Biji pada ukuran bijinya (Gambar 1). Jenis-jenis dengan
berukuran kecil hampir semuanya dihasilkan oleh biji berukuran kecil dan sedang yang lambat
pohon induk dengan perawakan perdu, kecuali berkecambah berjumlah lebih banyak dibandingkan
Cananga odorata yang perawakannya pohon besar dengan yang cepat berkecambah. Dari tujuh jenis
tetapi biji-biji yang dihasilkan berukuran kecil. yang berbiji kecil, hanya dua jenis (28,57%) saja
Semua biji berukuran besar dihasilkan oleh yang bijinya cepat berkecambah. Biji berukuran
tanaman dengan perawakan berupa pohon besar, besar yang cepat dan lambat berkecambah ternyata
misalnya Cyathocalyx sumatranus dan Platymitra berjumlah sama. Dari tujuh jenis yang berbiji besar
macrocarpa, masing-masing berukuran rata-rata masing-masing ada tiga jenis (42,86%) yang bijinya
3,00 cm dan 3,33 cm. Menurut Svoma (1998) dan cepat atau lambat berkecambah. Menurut Braga et
Souza & Fagundes (2014), perbedaan ukuran biji al. (2010) dan Corsato et al. (2012) perkecambahan
disebabkan oleh jenis tanaman induk, banyak biji Annonaceae seringkali lambat dan tidak merata.
sedikitnya cadangan makanan dan struktur kulit biji. Faktor yang berpengaruh antara lain: memiliki kulit
biji yang keras, adanya dormansi, dan
Ukuran biji berkaitan erat dengan kecepatan
impermeabilitas biji atau embrio yang tertunda
perkecambahan. Biji tumbuhan secara umum, yang
kemasakannya (Svoma, 1997; Corchuelo & Villamil,
berukuran kecil cenderung lebih cepat
1998; Braga et al., 2010; Corsato et al., 2012; Oumar
berkecambah dibandingkan biji berukuran besar.
et al., 2012). Perkecambahan biji yang lambat atau
Hal ini terjadi karena cadangan makanan yang
tertunda pada Annonaceae lebih banyak
sedikit pada biji kecil akan mendorong untuk cepat
disebabkan karena kulit biji yang keras, dan tekstur
berkecambah supaya segera dapat berfotosintesis.
endosperma atau embrio yang tertunda
Biji besar lambat berkecambah karena memiliki
kemasakannya (Svoma, 1997). Pada biji Polyalthia
cadangan makanan yang cukup untuk bertahan
suberosa tekstur endospermanya yang keras
hidup (Ibarra-Manriquez et al., 2001). Biji kecil
menyerupai kaca (glass-like), sehingga sulit
cepat berkecambah disebabkan karena proses
ditembus air atau udara (Xue et al., 2012). Jenis-
imbibisi berjalan lebih cepat, sebaliknya biji
jenis lain yang tekstur endospermanya glass-like
berukuran besar proses imbisi berjalan lambat,
adalah Polyalthia littoralis, Meiogyne virgata, dan
sehingga biji akan lambat atau tertunda
Mezzettia parviflora.
berkecambah (Sadeghi et al., 2011). Berdasarkan

60
50
40
Persentase jenis (%)

30
20
10
0
Cepat

Lambat

Cepat

Lambat

Cepat

Lambat
Tertunda

Tertunda

Tertunda

Kecil Sedang Besar

Ukuran biji

Gambar 1. Proporsi jenis-jenis tumbuhan anggota suku Annonaceae dengan berbagai kecepatan
perkecambahan dan ukuran

|5
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

Tipe-tipe fungsional kotiledon


Pada waktu biji berkecambah, posisi penyimpangan ini belum diketahui dengan pasti.
kotiledon ada yang terangkat di atas media tanam Jika dilihat dari keberadaan penyebaran semai
atau tetap tinggal di dalam media tanam. Tujuh jenis-jenis tersebut, maka adanya penyimpangan ini
belas jenis kotiledonnya terangkat ke atas media diduga dipengaruhi oleh adanya tekanan
tanam, sedangkan empat jenis kotiledonnya tetap lingkungan tempat tumbuhnya berupa naungan
tinggal di dalam media tanam (Gambar 2). Semua dari pohon induk. Ketiga jenis tersebut berupa
jenis yang bijinya berukuran kecil ternyata epigeal. pohon besar dengan tajuk yang luas. Biji-biji yang
Biji yang berukuran sedang, enam jenis epigeal dan dihasilkan rata-rata jatuh di bawah pohon induknya.
satu jenis hipogeal (Orophea megalophylla). Biji Ketika biji berkecambah, semainya akan tumbuh di
yang berukuran besar, empat jenis epigeal dan tiga bawah naungan pohon induknya. Dalam kondisi
jenis hipogeal. Semai dengan kotiledon epigeal keterbatasan cahaya, maka biji akan cepat
dalam penelitian ini lebih banyak ditemukan berkecambah dan mengangkat kotiledon ke atas
daripada kotiledon hipogeal. Hal ini selaras dengan permukaan supaya segera dapat berfotosintesis.
pendapat Schmidt (2000) bahwa semua Dengan ukuran biji yang besar maka semainya
Gymnospermae dan sebagian besar Angiospermae mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk
memiliki perkecambahan epigeal. Karakter epigeal menjaga kelangsungan hidupnya sampai
dan hipogeal berkaitan erat dengan cadangan pertumbuhan daun dan akarnya sempurna.
makanan yang ada dalam biji. Biji kecil seringkali
Semai yang kotiledonnya masih tertutup
memiliki cadangan makanan yang terbatas (Zareian
oleh kulit biji pada waktu biji berkecambah
et al., 2013) sehingga lebih cepat muncul di
(kriptokotil) lebih banyak dibandingkan dengan
permukaan media semai (Baroloto & Forget, 2007).
kotiledon yang terlepas dari kulit biji (fanerokotil).
Biji yang berukuran besar memiliki cadangan
Hampir semua biji berukuran kecil dan sedang
makanan yang lebih banyak (Ibarra-Manrı´quez et
menghasilkan kotiledon kriptokotil. Sebaliknya, biji
al., 2001; Zanne et al., 2005) sehingga dapat
besar menghasilkan kotiledon fanerokotil. Hal ini
mensuplai kebutuhan semai meskipun lama di
selaras dengan pendapat Clifford (1991) dalam
dalam tanah. Menurut Baroloto & Forget (2007), biji
Wright et al. (2000) yang melaporkan bahwa pada
besar cenderung memiliki kotiledon hipogeal yang
taksa “primitif” proporsi jenis bertipe kriptokotil
berfungsi sebagai cadangan makanan, sedangkan
umumnya lebih besar daripada dalam taksa “maju”.
biji kecil cenderung memiliki kotiledon epigeal.
Mereka juga menyatakan bahwa morfologi Tipe fanerokotil merupakan karakter umum
kotiledon pada semai jenis pohon mungkin yang ditemukan pada suku Annonaceae (Andrews &
disesuaikan dengan lingkungan tertentu. Namun, Salim, 2009), sedangkan tipe kriptokotil (Andrews &
mekanisme yang bertanggung jawab untuk pola Salim, 2009) dan kriptokotil epigeal (Franceschini,
morfologi kotiledon dan sejauh mana mereka diatur 2004) jarang ditemukan pada Annonaceae dan
oleh ukuran biji belum diketahui dengan baik. sebagian besar dihasilkan oleh jenis dengan biji
Dalam percobaan ini tidak semua biji besar bertipe berukuran besar. Menurut Ibarra-Manriquez et al.
hipogeal akan tetapi ada yang epigeal, misalnya (2001) di hutan lembab Meksiko dari 20 jenis
Meiogyne virgata, Mezzettia parviflora dan Annonaceae hanya lima jenis (25%) yang
Platymitra macrocarpa. Penyebab terjadinya menunjukkan perkecambahan kriptokotil epigeal.

6 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]

90
80
70
Persentase jenis (%) 60
50
40
30
20
10
0
PEF CER CHR PEF CER CHR PEF CER
Kecil Sedang Besar

Ukuran biji

Gambar 2. Proporsi jenis berdasarkan ukuran biji dan tipe fungsional kotiledon.
Keterangan: PEF=phanerocotylar-epigeal-foliaceous; CER= cryptocotylar-epigeal-reservoir; CHR=cryptocotylar-
hypogeal-reservoir

Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan lingkungannya tidak seragam. Tipe fungional semai
Andrews & Salim (2009), Franceschini (2004), dan mencerminkan strategi adaptif yang digunakan
Ibarra-Manriquez et al. (2001). Tipe kriptokotil jenis tumbuhan dalam menghadapi kondisi
epigeal dalam penelitian ini lebih banyak ditemukan lingkungannya (Garwood 1996; Baraloto & Forget
daripada tipe fanerokotil yaitu 10 jenis atau 2007), sehingga jenis yang muncul dalam kondisi
sebanyak 47,62% (gambar 3). Tipe kriptokotil tidak lingkungan hutan merupakan jenis yang mampu
hanya ditemukan pada perkecambahan biji besar beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Jenis-jenis
tetapi lebih banyak pada perkecambahan biji kecil. tumbuhan dari suku Annonaceae di Kebun Raya
Hal ini diduga karena adanya perbedaan kondisi Bogor merupakan jenis-jenis yang sengaja ditanam
lingkungan dan jenis-jenis yang diteliti di tempat dan bukan tumbuh liar, sehingga hampir semua
penelitian dengan penelitian lainnya. Kondisi jenis yang menghasilkan buah, bijinya akan
lingkungan di Kebun Raya Bogor hampir seragam berkecambah, baik yang fanerokotil epigeal,
sedangkan penelitian lain di hutan yang kondisi kriptokotil epigeal maupun kriptokotil hipogeal.

60
Persentase Jumlah jenis (%)

50

40

30

20

10

0
PEF CER CHR
Tipe fungsional kotiledon

Gambar 3. Proporsi jenis berdasarkan tipe fungsional kotiledon.


Keterangan: PEF=phanerocotylar-epigeal-foliaceous; CER= cryptocotylar-epigeal-reservoir; CHR=cryptocotylar-
hypogeal-reservoir

|7
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

Kotiledon dapat berfungsi untuk fotosintesis akan menyediakan sumber makanan untuk
atau cadangan makanan. Hasil pengamatan menunjang energi semai selama waktu stress dan
menunjukkan bahwa 7 jenis (33,33%) memiliki beradaptasi dengan lingkungan yang kurang
kotiledon yang berfungsi untuk fotosintesis dan 14 cahaya. Menurut Kitajima (2003), kotiledon
jenis (66,67%) kotiledonnya untuk cadangan merupakan makanan yang bergizi dan berenergi
makanan (Gambar 4). Sebagai cadangan makanan, tinggi, baik untuk cadangan makanan maupun
kotiledon menyediakan sebagian besar asimilat fotosintesis. Meskipun terdapat persediaan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan semai sampai makanan, kotiledon foliaceous mulai menggunakan
daun sejati pertama menghasilkan asimilat (Zheng cahaya sebagai sumber energi lebih awal daripada
et al., 2011). Kotiledon cadangan makanan juga kotiledon cadangan makanan.

80
70
Persentase jumlah jenis (%)

60
50
40
30
20
10
0
Fotosintesis Cadangan makanan
Fungsi kotiledon

Gambar 4. Proporsi jenis berdasarkan fungsi kotiledon

Morfologi kotiledon mencirikan bagaimana berwarna hijau karena mengandung klorofil


cadangan makanan dipergunakan selama (Gambar 5). Kotiledon tipe ini tidak cepat luruh,
pertumbuhan dan perkembangan awal semai mampu bertahan sampai 7−8 daun muncul.
(Zanne et al., 2005). Kotiledon foliaceous (berfungsi Misalnya kotiledon pada Cananga odorata luruh
untuk fotosintesis) umumnya tipis, memiliki urat- setelah muncul daun ke-6 sampai ke-7 (Gambar 6).
urat kotiledon yang menyerupai daun aslinya dan

Gambar 5. Kotiledon tipis pada semai C. odorata.


Tanda panah menunjukkan kotiledon
foliaceous. Gambar 6. Semai C. odorata berdaun > 6
kotiledon sudah luruh.

Kotiledon cadangan makanan umumnya seringkali tetap terbungkus oleh kulit biji dan cepat
tebal, berwarna putih, kemerahan atau kekuningan, luruh. Sebagai contoh kotiledon Dasymaschalon

8 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]

blumei, Orophea hexandra, Polyalthia littoralis dan kotiledonnya langsung luruh umumnya terjadi pada
polyalthia suberosa (Gambar 7 dan 8). Kotiledon biji epigeal. Jenis-jenis kriptokotil yang kotiledonnya
pada jenis-jenis kriptokotil ada yang langsung luruh tetap menempel pada semai biasanya terdapat
pada saat munculnya calon daun (plumula), tetapi pada biji yang tetap berada di dalam tanah pada
ada yang tetap menempel pada semai sampai kurun saat berkecambah.
waktu tertentu. Jenis-jenis kriptokotil yang

Gambar 7. Semai Polyalthia littoralis. Tanda Gambar 8. Semai Dasymaschalon blumei.


panah menunjukkan kotiledon Tanda panah menunjukkan kotiledon
yang tidak luruh yang luruh

KESIMPULAN Baraloto, C. & P.M. Forget. 2007. Seed size, seedling


morphology, and response to deep shade
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 21
and damage in Neotropical Rain Forest
jenis tumbuhan anggota suku Annonaceae
Trees. American Journal of Botany 94 (6):
diketahui bahwa waktu perkecambahan biji tiap
901–911.
jenis bervariasi dari cepat sampai tertunda. Pada
suku Annonaceae, tipe kotiledon kriptokotil Braga, J.F., G. Ferrira, S.Z. de Pinho, L.F. Braga &
dijumpai lebih banyak jika dibandingkan dengan M.P. Sousa. 2010. Germination of Atemoya
tipe fanerokotil; tipe epigeal lebih banyak daripada seeds subjected to treatments with plant
tipe hipogealnya; dan tipe kotiledon cadangan growth regulators. International Journal
makanan lebih banyak daripada kotiledon Science Nature 1(2): 120–126.
foliaceous. Berdasarkan sistem klasifikasi dengan Corchuelo, G. & H. Villamil. 1998. Main physiological
penggabungan tiga karakter pada kotiledon semai factors affecting the germination of
Annonaceae yang diamati tergolong dalam tiga tipe Annona muricata L. Seeds. HortScience
semai, yaitu PEF (33,33%), CER (47,62 %) dan CHR 33(3):464.
(19,05 %).
Corsato, J.M., G. Ferreira & C.J. Barbedo. 2012.
Desiccation tolerance in seeds of Annona
DAFTAR PUSTAKA emarginata (Schldtl.) H. Rainer and action
Andrews, K. & N. Salim. 2009. Cryptocotylar of plant growth regulators on germination.
semihypogeal germination and seedling Brazilian ournal of Plant Physiology 24(4):
morphology of Polyalthia longifolia (Sonn.) 253–260.
Thw. (Annonaceae). IInternational Journal de Vogel. de E. E 1980. Seedlings of dicotyledons.
of Plant Science 4(2): 343–345.rnational structure, development, types.
Descriptions of 150 woody Malesian taxa.

|9
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

Centre for Agricultural Publishing and species in Caatinga? Acta Botanica


Documentation, Wageningen. The Brasilica 32(1): 20–27.
Netherlands.
Mirani, O.I., Z.M. Harah & B.J. Sidik. 2012.
Franceschini, M.C. 2004. An unusual case of epigeal Germination and seedling development of
cryptocotylar germination in Rollinia Trapa bispinosa Roxb. Pakistan Journal of
salicifolia (Annonaceae). Botanical Journal Biological Science 15(13): 653–657.
of the Linnean Society 146: 53–56.
Missanjo, E., C. Maya, D. Kapira, H. Banda & G.
Lahoreau, G., S. Barot, J. Gignoux, W.A. Hoffmann, Kamanga-Thole. 2013. Effect of seed size
S.A. Setterfield & P.R. Williams. 2006. and pretreatment methods on
Positive effect of seed size on seedling germination of Albizia lebbeck.
survival in pre-prone savannas of Australia, http://dx.doi.org-/10.1155/2013/969026
Brazil and West Africa. Journal of Tropical Diakses 31 Oktober 2014.
Ecology 22:719–722.
Moles, A.T. & M. Westoby. 2006. Seed size and
García-Cebrián, F., J. Esteso-Martínez & E. Gil- plant strategy across the whole life cycle.
Pelegrín. 2003. Influence of cotyledon OIKOS 113: 91–105.
removal on rarly seedling growth in
Mundhra, A. & N.D. Paria. 2009. Epigeal
Quercus robur L. Annals of Forest Science
cryptocotyly in Mahuca indica J.F. Gmel.
60: 69–73.
(Sapotaceae). International Journal of
Garwood, N.C. 1995. Studies in Annonaceae. XX. Botany 592: 200–202.
Morphology and ecology of seedlings,
Oumar, B.A., S.A.G.N.A. Maurice & S.Y.O. Mame.
fruits and seeds of selected Panamanian
2012. Germination capacity of
species. Botanische Jahrbuercher Fuer
Annonaceae seeds (Annona muricata L., A.
Systematik Pflanzengeschichte Und
squamosa L. and A. senegalensis Pers.)
Pflanzengeographie 117: 1–152.
cultivated under axenic conditions.
Garwood, N. C. 1996. Functional morphology of International Journal of Science and
tropical tree seedlings. In: M.D. Swaine Advanced Technology 2(6): 21–34.
[ed.], The ecology of tropical forest tree
Sadeghi, H., F. Khazaei, S. Sheidaei & L. Yari. 2011.
seedlings, 59–129. UNESCO, Paris, France.
Effect of seed size on seed germination
Ibarra-Manriquez, G., M.M. Ramos & K. Oyama. behavior of safflower (Carthamus
2001. Seedling functional types in a tinctorius L.). ARPN Journal of Agricultural
lowland rainforest in Mexico. American and Biological Science 6 (4): 5–8.
Journal of Botany 88 (10): 1801–1812.
Schmidt, L. H. 2000. Guide to handling of tropical
Kitajima, K. 2003. Impact of cotyledon and leaf and tubtropical forest seed. Danida Forest
removal on seedling survival in three tree Seed Centre.
species with contrasting cotyledon
Socolowski, S., S.M. Cicero & D.C.M. Vieira. 2011.
functions. BlOTROPlCA 35(3): 429–434.
Seed weight of Xylopia aromatica
Martinez-Maldonado, F.E., D. Miranda-Lasprilla & S. (Annonaceae): quality evaluation from X-
Magnitskiy. 2013. Sugar apple (Annona ray and seedling emergence. Scientia
squamosa L., Annonaceae) seed Agricola 68(6): 643–646.
germination: morphological and
Souza, M.L. & M. Fagundes. 2014. Seed size as key
anatomical changes. Agronomía
factor in germination and seedling
Colombiana 31(2): 176–183.
development of Copaifera langsdorffii
Menezes, T.G.C., M.J.N. Rodal, A.L.A. de Lima, L. R. (Fabaceae). American Journal of Plant
Lima, M.A.D.S.C. Pinto & A.L. de Melo. Sciences 5: 2566–2573.
2018. Do seedling functional groups reflect
ecological strategies of woody plant

10 |
Buletin Kebun Raya Vol.22 No. 1, Januari 2019 [1–12]

Svoma, E. 1997. Seed development and function in


Artabotrys hexapetalus (Annonaceae).
Plant Systematic and Evolution 207 (3-4):
205–223.
Svoma, E. 1998. Seed morphology and anatomy in
some Annonaceae. Plant Systematic and
Evolution 209: 177–204.

Vieira, D.C.M.A., F.B. Socolowski & M.A. Takaki.


2010. Seed germination and seedling
emergence of the invasive exotic species,
Clausena excavate. Brazilian Journal of
Biology 7 (4): 1015–1020.

Wright, I.J., H.T. Clifford, R. Kidson, M.L. Reed, B.I.


Rice & M. Westoby. 2000. A survey of seed
and seedling characters in 1744 Australian
dicotyledon species: cross-species trait
correlations and correlated trait-shifts
within evolutionary lineages. Biological
Journal of Linnean Society 69: 521–547.

Xue, B., Y.C.F. Su, D.C Thomas & R.M.K. Saunders.


2012. Pruning the polyphyletic genus
Polyalthia (Annonaceae) and resurrecting
the genus Monoon. TAXON 61 (5): 1021–
1039
Zanne, A.E. C.A Chapman & K. Kitajima. 2005.
Evolutionary and ecological correlates of
early seedling morphology in East African
trees and shrubs. American Journal of
Botany 92(6): 972–978.
Zareian, A., A. Hamidi, H. Sadeghi & M.R. Jazaeri.
2013. Effect of seed size on some
sermination characteristics, seedling
emergence percentage and yield of three
wheat (Triticum aestivum L.) cultivars in
laboratory and field. Middle-East Journal
of Scientific Research 13 (8): 1126–1131.

Zheng W., P. Wang. H. X. Zhang & D. Zhou. 2011.


Photosynthetic characteristics of the
cotyledon and first true leaf of Castor
(Ricinus communis L.). Australian Journal
of Crop Science 5(6):702 –708.

| 11
T. Handayani, Perkecambahan Biji Dan Tipe-Tipe Fungsional Semai Pada Jenis-Jenis Suku Annonaceae

12 |

Anda mungkin juga menyukai