Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK MENJAGA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Penulisan Karya Ilmiah

OLEH :

Khoirul Saleh Siregar

5193142009

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa., atas berkatnya, penulisan
karya tulis ilmiah yang berjudul “Dampak menjaga pola makan dengan status gizi lansia “ ini
dapat terselesaikan dengan baik tanpa suatu hambatan apapun. Penyusunan juga
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Fatma Tresno Ingtyas, M. Si


2. Ibu Mawwada Azizah Sari Waruwwu, S.Pd.,M.Kes
Selaku dosen pengampu mata kuliah penulisan karya ilmiah, yang senantiasa membimbing
dan membantu penyelesaian tugas ini.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dibuat dengan tujuan utuk memenuhi tugas mata
kuliah penulisan karya ilmiah pada semester V . penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membacanya, terkhusus bagi teman-teman yang
juga berada di program studi pendidikan tata boga.
Demikianlah karya tulis ilmiah ini telah selesai disusun. Penulis sadar bahwa di dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya saran serta kritik yang membangun bagi karya tulid ilmiah ini. Atas
perhatian dosen pengampu dan teman-teman sekalian, penulis ucapkan terima kasih.

Medan , Oktober 2021

Khoirul Saleh Siregar

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
1.2 Batasan masalah..................................................................................................................4
1.3 Rumusan masalah................................................................................................................5
1.4 Tujuan penelitian.................................................................................................................5
1.5 Manfaat penulisan...............................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
1.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi atau Indeks Massa Tubuh (IMT).................................6
1.2 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat........................................................................6
1.3 Distribusi Frekuensi Asupan Protein.................................................................................6
1.4 Distribusi Frekuensi Asupan Lemak..................................................................................7
1.5 Pola Makan..........................................................................................................................7
1.6 Status Gizi............................................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
kesimpulan.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun
keatas) sedangkan usia lanjut adalah sudah berumur atau tua (Siti, 2010). Dengan adanya
kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejalagejala kemunduran fisik, antara lain,
kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran
dan penglihatan berkurang mudah lelah, gerakan menjadi lamban (Siti, 2008) serta terjadi
perubahan fisiologis dan perubahan pada saluran cerna (Arisman, 2004).
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur60 tahun
atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih
dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup (WHO, 2015).
Seiring bertambahnya usia pada Lansia terjadi perubahan fisiologis. Perubahan pada
Lansia dapat menyebabkan permasalahan, salah satu permasalahan yaitu berkaitan gizi
pada usia ini. Masalah yang sering terjadi adalah pola makan yang tidak sehat seperti
kurangnya perhatian terhadap mengkonsumsi makanan dan asupan zat gizi yang belum
seimbang sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi lansia, menurunya aktivitas
fisik, serta gaya hidup yang tidak sehat.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk
kesehatannya (Tamher, 2009). Menurut Potter & Perry, 2005 yang dikutip dalam
penelitian (Naning, 2005).
Berbagi penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes mellitus,
hipertensi, jantung koroner, reumatik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja
terganggu. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia,
sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, jadi langkah yang
tepat mengurangi resiko terjadinya penyakit pada lansia adalah dengan pemenuhan gizi
yang memenuhi kebutuhan tubuh (Nugroho,2008).

5
1.2 Batasan masalah
Penulisan karya tulis ilmiah ini dibatasi pada pembahsan mengenai Dampak menjada pola
makan dengan status gizi pada lansia.

1.3 Rumusan masalah


Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah
ini adalah “apa dampak baik dari menjaga pola makan denga status gizi pada lansia?”

1.4 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, berikut ini adalah tujuan dari penulisan karya
tulis ilmiah ini untuk mengetahui :

untuk mengetahui pentingnya menjaga pola makan pada lansia.

1.5 Manfaat penulisan


1. Manfaat teoritis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah dapat dijadikan sebagai referensi bahan kajian
Tentang pola makan dan status gizi lansia.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai dampak menjaga
pola makan dengan status gizi pada lansia.
b. Bagi pembaca, dapat dijadikan bahan bacaan untuk memahami dampak menjaga
pola makan dengan status gizi pada lansia.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Distribusi Frekuensi Status Gizi atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki status gizi normal
berjumlah 32 responden (58,2%) dan yang memiliki status gizi kurang sebanyak 23
responden (41,8%). Menurut Supariasa (2016) status gizi merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan
tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.

Dari hasil penelitian ini masih didapatkan lansia yang mengalami status gizi kurang
walaupun disana ada Ahli Gizi yang mengatur pola makan lansia, perawat yang melakukan
tindakan keperawatan untuk mengontrol kondisi kesehatan lansia, dan juga konsumsi
makanan yang diberikan kepada setiap lansia jumlah dan jenis yang diberikannya sama yang
dapat disebabkan karena lansia yang mengalami keluhan tidak nafsu makan karena makanan
yang tidak variatif dan juga karena penurunan indra penciuman, perasa, sulit menelan karena
perubahan fisiologis pada sekresi saliva dan sulit mengunyah karena mengalami gigi
tanggal/ompong.

1.2 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang asupan karbohidrat cukup
berjumlah 33 responden (60,0%) dan yang asupan karbohidrat kurang sebanyak 22 responden
(40,0%). Lansia yang mengalami kekurangan asupan karbohidrat dapat disebabkan karena
masih banyak lansia yang tidak menghabiskan makanan yang sudah disiapkan hal ini bisa
disebabkan karena lansia yang bosan dengan menu makanannya, Lansia mengalami kesulitan
untuk mengkonsumsi makanan berkonsistensi keras karena kelenjar saliva sukar untuk
disekresi yang mempengaruhi proses perubahan karbohidrat kompleks menjadi disakarida
karena enzim ptialin menurun.

1.3 Distribusi Frekuensi Asupan Protein


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang asupan protein kurang berjumlah
30 responden (54,5%) dan yang asupan protein cukup berjumlah 25 responden (45,5%).
Menurut Fatmah (2010) kebutuhan protein cenderung tetap karena proses regenerasi tubuh

7
akan terus berjalan sesuai laju regenerasi sel yang terjadi. Penurunan asupan protein dapat
berpengaruh besar pada penurunan fungsi sel, sehingga seringkali terjadi penurunan massa
otot, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, dll.

Dari hasil penelitian ini didapatkan lebih banyak lansia yang kekurangan asupan protein
dari pada yang asupan proteinnya cukup walaupun disana ada Ahli Gizi yang mengatur pola
makan lansia dan asupan protein yang diberikan jumlahnya sama pada setiap lansia, oleh
karena itu masih banyak lansia yang tidak menghabiskan makanan yang sudah disiapkan, hal
ini bisa disebabkan karena lansia yang bosan dengan menu makanannya dan juga ada lansia
yang intoleransi terhadap laktosa, dan sumber protein lainnya.

1.4 Distribusi Frekuensi Asupan Lemak


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang asupan lemaknya kurang
berjumlah 36 responden (65,5%) dan yang asupan lemak cukup sebanyak 19 responden
(34,5%). Menurut Fatmah (2010) total kebutuhan energi menurun saat seseorang berada
diatas usia 40 tahun, maka dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak
terutama lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh dan kolesterol.

Dari hasil penelitian ini didapatkan lebih banyak lansia yang kekurangan asupan lemak
dari pada yang cukup karena berdasarkan data susunan makanan di Panti Sosial Tresna
Werdha Natar Lampung Selatan sedikit menggunakan sumber lemak dalam konsumsi
makanan sehari-hari.

1.5 Pola Makan


Dari 40 responden didapatkan hampir seluruhnya yaitu (77,5%) atau 31 responden
memiliki pola makan yang baik. Kebiasaan makan menentukan intake nutrisi yang akan
masuk kedalam tubuh dan memperbaiki mutu status nutrisi makanan lansia. Keseimbangan
antara jumlah makanan yang dimakan dan dibutuhkan tubuh akan berdampak pada status gizi
seseorang tergolong baik. Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi
gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu
orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Sehingga dapat
diartikan pola makan adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta
frekuensi mengonsumsi makanan sehat (Ayu, 2013).

Susunan hidangan atau menu makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai macam
bahan makanan dan berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang tepat dapat dijadikan
seseorang untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran tubuhnya, sehingga

8
diperlukannya pola makan dan kebiasaan makan yang baik, untuk memenuhi kebutuhan gizi
tubuh. Pada lansia jumlah nutrisi yang masuk perlu diperhitungkan dengan baik, karena
jumlah yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tahap usia
lainnya.Lansia tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang diawetkan atau makanan
cepat saji. Masakan yang diawetkan dan cepat saji memiliki kandungan yang tidak baik untuk
kesehatan lansia (Fatmah, 2010).

Penyusunan menu pada lansia harus tetap berpedoman pada pedoman umum gizi
seimbang (PUGS). Beberapa penyakit yang diderita sebagian lansia harus menjadi
pertimbangan dalam penyusunan menu makanannya. Beberapa bahan makanan yang
dianjurkan serta bahan makanan yang harus dihindari menjadi pertimbangan bagi lansia
dalam memilih bahan makanan sebagai bahan utama menu mereka (Fatmah, 2010). Pola
makan atau kebiasaan makan yang buruk akan menyebabkan kurangnya intake nutrisi dan
beberapa penyakit pada lansia, sepertiobesitas, rematik, konstipasi (susah buang air besar),
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, KEK atau kurang energy kronik dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun hal
tersebut terjadi karena menurunya nafsu makan yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
berat badan lansia menurun drastic, serta beberapa penyakit degeneratif lainnya. Pada lansia
jumlah nutrisi yang masuk perlu diperhitungkan dengan baik, karena jumlah yang dibutuhkan
oleh lansia berbeda dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tahap usia lainnya. Lansia sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat yang tidak diawetkan, sayur-sayuran yang
berwarna hijau/oranye, dan buah-buahan segar. Contoh menu makanan yang kurang baik
sehingga menyebabkan pola makan yang kurang untuk lansia seperti sarapan pagi setelah jam
09.00, makan malam pukul 23.00 atau tengah malam, makan snack (jajan) pukul 13.00 (Ayu.
2013).

Mengkonsumsi makanan seperti santan, daging yang berlemak, dan minyak tidak baik
untuk tubuh lansia, karena santan kelapa, daging berlemak, danminyak mengandung
kolesterol yang tinggi sehingga kolesterol di dalam pembuluh darah dapat menyumbat
pembuluh darah sehingga mengakibatkan penyakit jantung (Fatmah, 2010). Menurut peneliti
dari hasil obervasi skor pola makan lansia yang memiliki pola makan kurang terjadi karena
penyusunan menu makanan atau kebiasaan makan yang buruk, hal ini membuat kurangnya
intake nutrisi sehingga dapat menyebabkan beberapa penyakit pada lansia, sepertiobesitas,
rematik, konstipasi (susah buang air besar), hipertensi, penyakit kardiovaskuler, KEK atau
kurang energy kronik. Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan fungsi fisiologis dan

9
fungsi patologis, hal ini salah satunya berpengaruh terhadap tidur lansia, pada malam hari
lansia cenderung tidak bisa tidur atau insomnia sehingga pada tengah malam lansia akan
merasa lapar dan mereka cenderung akan makan pada malam hari. Hal ini membuat pola
makan lansia menja dikurang baik. Pada lansia jumlah nutrisi yang masuk perlu
diperhitungkan dengan baik, karena jumlah yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan
jumlah yang dibutuhkan oleh tahap usia lainnya.

1.6 Status Gizi


Dari 40 responden didapatkan sebagian besar (52,5%) yaitu sebanyak 21 responden
memiliki status gizi baik. Status gizi merupakan suatu kondisi seseorang yang dapat diukur,
baik secara Antropometri maupun Klinik sebagai respon atau asupan makanan dalam jangka
waktu tertentu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).Status gizi dapat dikatakan
baik apabila nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai >18,5 – 25,0 𝐾𝑔𝑀2.

Berat badan adalah variabel antropometri yang sering digunakan dan hasilnya cukup
akurat. Pengukuran berat badan sangat menentukan dalam menilai status gizi seseorang.
Berat badan adalah pengukur kasar terhadap jaringan tubuh dan caira tubuh. Meningkatnya
berat badan dapat menunjukkan berambahnya lemak tubuh atau adanya edema, dan
penuranan berat badan dapat menunjukkan adanya perkembangan penyakit maupun asupan
nutrisi yang kurang. Komposisi tubuh dapat berubah meskipun berat badan tetap, sedangkan
pengukuran komposisi tubuh lansia ditunjukkan untuk menentukan masa lemak, dan masa
beban lemak. Kebutuhan gizi ditentukan oleh, kebutuhan gizi basal, aktivitas, keadaan
fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit (Ayu, 2013:19).

Dari 40 responden didapatkan sebagiankecilyaitu 2 responden (5,0%) memiliki status gizi


yang lebih.Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Ayu, 2013). Status
gizi dapat dikatakan lebih (gemuk) apabila nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai
>25,0 – >27, 0 𝐾𝑔𝑀2. Sedangkan status gizi dikatakan lebih (obesitas) apabila nilai indeks
massa tubuh seseorang mencapai >27,0 𝐾𝑔𝑀2.

Status gizi lebih apabila keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan
makan. Kegemukan (obesitas) merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi
lebih. Obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan berbagai penyakit antara lain:
diabetes mellitus, tekanan darah tinggi dan lain-lain. (Ayu, 2013:19).Menurut peneliti status
gizi lebih terjadi karena pola makan atau makan tanpa aturan, sehingga berdampak pada

10
peningkatan berat badan yang lebih. Jika lansia yang memiliki berat badan lebih dan tidak
mengatur pola makan yang ketat dan konsisten maka lansia tersebut akan mengalami obesitas
atau kegemukan, obesitas yang berkelanjutan akan mengakibatkan berbagai penyakit antara
lain: diabetes mellitus, tekanan darah tinggi.

11
BAB III

PENUTUP

kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenain kebutuhan pola makan dan status gizi lansia yang
dikaji melalui berbagai referensi, dapat disimpulkan bahwa :

Makalah ini menyimpulkan bahwa pada usia lanjut adalah dimana usia yang sangat
rentan terserang penyakit maka dari itu di usia ini sangat di perlukan asupan gizi sembang
untuk bisa mengurangi penuaan pada lanjut usia tidak hanya itu polah hidup juga dapat
berperan penting dalam usia yang sangat rentan ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sjahriani, Tessa & Yulianti, Tita. (2018). Hubungan pola makan dengan status gizi lansia di
UPTD pelayanan sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan tahun 2018. Vol. 5, No. 2.
Lampung. { http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/viewFile/797/739 }
Sholikhah, Triya Auliya Maratus. Muftiana, Elmie & Andarmoyo, Sulistyo. Hubungan pola
makan dengan status gizi pada lansia. 2019. Ponorogo. {
http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SNFIK2019/article/view/387 }
Bahri, Ahmad Syamsul. Putra, Fajar Alam & Suryanto, Mohammad Sukron. Hubungan
antara tingkat pengetahuan asupan gizi lansia dengan status gizi di posyandu lansia
Sedyowaras rw iv kelurahan Sumber Surakarta. Vol. 10, No. 1. 2017. {
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1688080&val=5789&title=HUBUNGAN%20ANTARA%20TINGKAT
%20PENGETAHUAN%20ASUPAN%20GIZI%20LANSIA%20DENGAN%20STATUS
%20GIZI%20DI%20POSYANDU%20LANSIA%20SEDYOWARAS%20RW%20IV
%20KELURAHAN%20SUMBER%20SURAKARTA }

13

Anda mungkin juga menyukai