Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PERKEMBANGAN PESERTA


DIDIK

PRODI BK-
SkorNilai: FIP

PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU

NAMA MAHASISWA KELOMPOK 6:

Desi Putri Rahmadani 1213151034

Melisa Br. Bangun 1213151038

Rosita Fitri 1211151029

T. Mahwilda 1213151035

Dosen Pengampu : Yeni Marito, M.Pd., M.Psi.

Mata kuliah : Perkembangan Peserta Didik

KELAS REGULER D 2021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya kepadakami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan tugas praktik “Perkembangan Emosi
Individu” ini tepat pada waktunya. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Yeni Marito, M.Pd., M.Psi., selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas,
petunjuk kepada tim kami sehingga termotivasi dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan, bantuan dan do’a serta pengertian yang besar kepada
tim kami baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Serta para narasumber yang bersedia kami wawancarai guna melengkapi data untuk laporan tugas praktik
ini.

Dalam penulisan laporan tugas praktik ini, kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisannya. Kiranya tiada lain karena keterbatasan
kemampuan dan pengalaman kami yang belum luas dan mendalam. Oleh karena itu, kami mengharap segala saran
dan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga demi kemajuan kami dimasa mendatang.
Demikianlah laporan mini riset ini, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................4
A. Pengertian Emosi...................................................................................... 4
B. Perkembangann Emosi ............................................................................ 4
C. Macam Ekspresi Emosi ........................................................................... 5
D. Tingkat Perkembangan Emosi ..................................................................5
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi................................................6
F. Kecerdaaan Emosional .............................................................................8
G. Pemaparan Ide..........................................................................................10
BAB III REKAYASA IDE................................................................................12
BAB IV PENERAPAN IDE..............................................................................15
BAB V PENUTUP.............................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini
adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu
situasi tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain. Sedangkan menurut
Goleman Bahasa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak (Syamsu,
2008).

Individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya.
Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik, jasmaniah, aspek psikis rohaniah,
dan aspek sosial. Dimana aspek-aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu aspek
rusak maka akan merusak aspek lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah emosi negatif (marah, kecewa, sedih) dapat mempengaruhi kegiatan belajar anda?
2. Apakah emosi positif (bahagia, ketenangan, dan humor) dapat mempengaruhi kegiatan
belajar anda?
3. Apakah emosi berpengaruh terhadap persepsi orang lain mengenal anda?
4. Faktor pemicu yang seperti apakah dapat menyebabkan anda emosi?
5. Bagaimana cara anda meredakan emosi anda?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka tujuan dari laporan ini selain untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Sosial, adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat mengenai guru BK dan sikap seperti apakah yang harus ada di guru BK, serta
bagaimana harapan masyarakat untuk guru BK ke depannya.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perkembangan
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan
dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri
individu dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah
perubahanperubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturtion) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Syamsu,
2008). 2. Tahap perkembangan anak Tahap perkembangan anak berdasarkan usia adalah sebagai
berikut: a. Periode prenatal yaitu masa perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu (mulai dari
pembuahan hingga kelahiran) ± 270 – 280/ 9 bulan. b. Masa bayi, yang terbagi atas : 1) Masa
neonatal (0 – 2 minggu ) 2) Masa bayi (2 minggu – 2 tahun ) c. Masa kanak – kanak 1) Masa
prasekolah 2 - 6 tahun 2) Masa sekolah dasar 6 – 12 tahun 6 7 3. Anak usia sekolah Pada tahap
perkembangan ini anak lebih mampu mengunakan otototot motoriknya. Anak mampu untuk
berfikir logis dan terarah anak mampu berhitung, anak mencari teman sebanyak-banyaknya serta
dapat mengatur emosinya.

B. Perkembangan Emosi
1. Pengertian Emosi
Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang
berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira mendorong untuk
tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak
penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu
(Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud warna efektif ini adalah
perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi
tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain. Sedangkan menurut Goleman Bahasa
emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak (Syamsu, 2008). Berdasarkan
pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang
kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul
dari perilaku seseorang.
2. Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi
kejiwaan (psikis).
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh,
seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.
b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi
jenis ini diantaranya adalah :
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.
Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk : a) Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya
ilmiah b) Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran c) Rasa puas karena dapat
menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus dipecahkan
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat
perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti : a) Rasa solidaritas b) Persaudaraan
(ukhuwah) c) Simpati d) Kasih sayang, dan sebagainya
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik dan buruk atau
etika (moral). Contohnya : a) Rasa tanggung jawab (responsibility) b) Rasa bersalah apabila
melanggar norma c) Rasa tentram dalam mentaati norma
4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari
sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian
5) Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan, dianugrahi
fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya. Dengan kata lain, manusia
dianugerahi insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, maka manusia di juluki
sebagai “Homo Divinans” dan “Homo Religius” atau makluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk
beragama (Syamsu, 2008).
3. Pengaruh Emosi
Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu Ada beberapa contoh pengaruh emosi
terhadap perilaku individu diantaranya :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
4. Mekanisme Emosi
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blum ada 5
tahapan yaitu :
a. Elicitors yaitu adanya dorongan peristiwa yang terjadi contoh : Peristiwa banjir, gempa bumi
maka timbullah perasaan emosi seseorang.
b. Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh : Akibat peristiwa banjir
tersebut maka berfungsi sebagai indera penerima.
c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi contoh : Gerakan reflex atau
terkejut pada sesuatu yang terjadi.
d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh : Tubuh tegang pada saat tatap
muka.
Menurut Syamsuddin Kelima komponen tadi digambarkan dalam 3 variabel yaitu:
a. Variabel Stimulus: rangsangan yang menimbulkan emosi.
b. Variabel Organismik: Perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi.
c. Variabel Respon : Pada sambutan ekspresik atas terjadinya pengalaman emosi (Reza dkk,
2010)
5. Perkembangan Emosi Pada Anak Usia Sekolah
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
a. Pada bayi hingga 18 bulan : 1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa
lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan
dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan
orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi. 2)
Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang.
Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya. 3) Pada
bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira,
terkejut, marah dan takut. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang
merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum
dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan
orangorang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.
b. 18 bulan sampai 3 tahun : 1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang
berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak
mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar
membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya. 2) Pada anak usia dua tahun
belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan
memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat
membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua
menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal. 3) Pada usia antara 2 sampai 3
tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai
beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
c. Usia antara 3 sampai 5 tahun : 1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk
mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik
dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. 2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa
menimbulkan reaksi emosional yang berbeda 12 pada beberapa orang. Misalnya suatu
pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih. d. Usia
antara 5 sampai 12 tahun 1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang
berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi
secara. 2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang
dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat
berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol
emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau
takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan
serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak
sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau
aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.
Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
6. Fungsi Emosi Pada Anak
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
a. Merupakan bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak
(Resa, 2010).
7. Ciri Khas Emosi Anak
Ciri khas emosi pada anak antara lain :
a. Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap
hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.
b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan
mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga
mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian
mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima.
c. Emosi bersifat sementara Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian
menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari
3 faktor, yaitu : 1) Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang. 2)
Kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan intelektual dan
pengalaman yang terbatas. 3) Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah
dialihkan. Dengan meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.
d. Reaksi mencerminkan individualitas Semua bayi yang baru lahir mempunyai pola reaksi yang
sama.
e. Emosi berubah kekuatannya dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang
sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah
menjadi kuat.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan
reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak
langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang
gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
8. Tingkat Perkembangan Emosi
Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan takut, yang terjadi akibat
dari peristiwa – peristiwa eksternal maupun proses tak langsung. Reaksi tersebut dapat tercermin
dalam individu yang meningkatkan aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah temperature tubuh.
Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi kematangan individu. Hal ini disebabkan oleh
pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya dengan penyebab ketakutan pada diri seseorang anak
mungkin disebabkan oleh jenis emosi yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Tingkat perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilan emosi seseorang yang
meliputi :
a. Emosi stabil Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan percaya
diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga pikiran walaupun dalam keadaan kritis, sedangkan
orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.
b. Emosi stabil rata-rata Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional
mempunyai kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak, berkepala
dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh,
namun ini adalah pengecualian daripada kebiasaan.
c. Emosi labil Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu, sentimental,
mudah tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal
ini membuat mereka mudah terkena hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh
tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya untuk bereaksi mengatasi peristiwa-peristiwa
tersebut dalam hidup (Wijaya, 2004).

B. Pengertian Individu
1. Pengertian Individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangku t tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu
merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia
keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan
khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek
organik, jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek-aspek tersebut saling
berhubungan. Apabila salah satu aspek rusak maka akan merusak aspek lainnya.
Dalam pengertian Sosiologi, Individu adalah subyek yang melakukan sesuatu, subyek
yang mempunyai pikiran, subyek yang mempunyai kehendak, subyek yang mempunyai
kebebasan, subyek yang memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan
hasil tindakannya sendiri.
Secara etimologis, kata “individu” ini diadaptasi dari bahasa Inggris yang berasal dari
bahasa Yunani “individium”, yang mana artinya “tidak terbagi”. Istilah tersebut merujuk pada
suatu kesatuan yang paling kecil serta terbatas. Sehingga dalam hal ini, individu itu merupakan
suatu kesatuan yang terbatas, yakni sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia
keseluruhan.
Pengertian individu menurut Martin Luther King Jr. Individu merupakan satuan kecil
yang tidak bisa/dapat dibagi lagi, yakni manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu ialah
sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya itu selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup
yang meliputi raga, rasa, rasio, serta rukun.
Di dalam Soerjono Soekanto, 2003, menurut Soediman Kartohadiprodjo, arti individu ini
merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang di dalam dirinya itu dilengkapi oleh kelengkapan
hidup yang meliputi raga, ras, sera rukun. Individu ubu merupakan unit terkecil pembentuk
masyarakat.

2. Ciri - Ciri Individu


Pada dasarnya tiap-tiap individu itu mempunyai ciri-ciri yang unik serta berbeda satu dengan
lainnya. Mengacu pada pengertian individu, dibawah ini merupakan ciri-ciri individu diantaranya
sebagai berikut:

1. Individu ini mempunyai raga atau jasmani yang khas yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya, walaupun memiliki ciri umum nya itu yang sama sebagai manusia.
2. Individu ini mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, serta juga hasrat, sehingga
bisa/dapat menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar serta
dalam dirinya.
3. Individu ini mempunyai kepribadian dan bakat yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
4. Individu ini mempunyai tingkah laku yang khas dan berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
5. Individu ini mempunyai naluri; naluri untuk bertahan hidup, naluri untuk dapat
mempertahankan keturunan, serta juga naluri untuk mencari kepuasan.
6. Individu ini mempunyai karakteristik yang sama dengan individu lainnya yang berada di
dalam kelompok yang sama.

3. Karakteristik Individu
Manusia ialah sebagai individu mempunyai karakteristik yang unik serta berbeda-beda.
Menurut John, Donahue, serta Kentle, terdapat 5 karakteristik individu, diantaranya sebagai
berikut :

Openness to Experience
Ini merupakan karakteristik individu yang terbuka terhadap suatu pengalaman baru, baik itu
berupa ide atau juga imajinasi. Umumnya individu yang mempunyai karakter ini lebih suka
berpikir secara mendalam, kreatif, artistik,  cerdik, mempunyai rasa penasaran tinggi, inovatif,
serta juga sering merefleksikan diri.

Conscientiousness
Ini merupakan karakteristik individu yang sangat berhati-hati serta juga penuh pertimbangan di
dalam melakukan suatu tindakan. Umumnya individu dengan karakter ini mempunyai tingkat
disiplin yang tinggi, rajin, serta juga dapat diandalkan, bertanggungjawab, dan juga dapat bekerja
dengan cermat serta terperinci.

Neocritism
Ini merupakan karakteristik individu yang terbuka terhadap tekanan serta juga menilai
kemampuan seseorang itu dalam menahan stress.
Extraversion
Ini merupakan karakteristik individu yang terbuka serta nyaman jika berinteraksi dengan orang
lain. Umumnya individu dengan karakter ini sangat senang bergaul, ramah, antusias, serta mudah
bersosialisasi, dan juga tegas.

Agreeableness
Ini merupakan karakter individu yang kooperatif serta selalu ingin menghindari konflik terbuka
dengan orang lain. Umumnya individu dengan karakter ini lebih suka menolong, bisa dipercaya,
penuh perhatian, tidak egois, serta tidak menyukai perselisihan

BAB III
REKAYASA IDE

A. Proses Pelaksanaan Perkembangan Emosi individu


1.Pembelajaran metode spontan
Anak melakukan proses belajar melalui teknik spontanitas. Mereka belajar
mengekspresikan perasaan dan emosi yang dirasakan melalui proses spontan. Pada tahapan ini,
anak-anak sering menunjukkannya bentuk emosi yang tidak terduga. Jangan kaget apabila respon
emosi yang ditunjukkan anak seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orangtua.
Misalnya, saat pertama kali anak usia bayi diberikan mainan terompet, ada anak akan
menunjukkan ekspresi menangis ketimbang tertawa.

2. Pembelajaran melalui imitasi


Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Anak-anak akan
meniru emosi dari yang dilihatnya di lingkungan paling dekat, seperti keluarga. Saat orangtua
menunjukkan kebahagiannya melalui wajah tersenyum, anak juga akan memantulkan
kebahagiaan yang sama.  Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan
email 3. Pembelajaran melalui tokoh idola Ada masa tertentu anak tertarik dan kagum dengan
tokoh tertentu dan cenderung mempersamakan dirinya. Hal ini turut mengembangkan pola emosi
pada diri anak. Orangtua dapat mencari tahu sosok atau tokoh yang dikagumi dan melihat reaksi
emosi anak. Baca juga: “Batman Effect” Membuat Anak Antusias Membantu Orangtua? Banyak
tokoh yang muncul dan menjadi idola anak saat ini. Meskipun begitu, orangtua harus membantu
memilah tokoh yang memang memiliki norma dan karakter sesuai di lingkungan anak. Misalnya
di Indonesia, orangtua dapat menceritakan tentang tokoh pahlawan yang memiliki semangat
besar dalam belajar. Misalnya Ir. Soekarno yang memiliki kecakapan beragam bahasa atau
Mohammad Hatta yang gemar membaca buku.

4. Pembelajaran melalui pengkondisian


Pada metode ini anak belajar dengan cara asosiasi. Anak kecil masih kurang kemampuan
dalam menalar dan kurang mampu menilai pengalaman secara kritis. Emosi usia dini juga
terbentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan anak. Misalnya mengelompokkan
anak dengan teman-teman lainnya. Anak akan saling belajar dan secara tidak langsung akan
memperoleh pemahaman melalui pengondisian tersebut.

5. Pembelajaran melalui latihan 


Anak dapat memperoleh perkembangan emosi melalui pengawasan dan bimbingan. Anak
dapat diajari cara bereaksi yang dapat diterima dan menyenangkan. Dengan memberikan
pengarahan, anak juga dapat mengondisikan emosinya.

Tujuan
Pengetahuan yang mendalam tentang emosi sendiri menjadi salah satu cara untuk meningkatkan
dan mengembangkan kematangan emosi di diri. Seseorang cenderung memiliki sifat negatif
terhadap emosi dan tidak mengetahui emosi apa yang sedang dia rasakan, hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman mengenai aspek emosi ini.

Materi Pembelajaran
Menentukan materi pembelajaran senitari bagi anak usia dini tidaklah mudah.Dibutuhkan
pengetahuan dan kecermatandari guru dalam pemilihan materi pembelajaranseni tari bagi anak
usia dini, yangsesuai dengan karakter anak, yang dapatmemberikan rangsangan, motivasi,
bimbingan,dan kreativitas anak. MenurutAminudin (wawancara 15 September
2008)pembelajaran dalam emosi untuk anak yangdianggap tepat adalah materi yangbersifat
gembira dan ekspresif sesuai denganjiwa anak. Bentuk ini tergolong padamateri kreatif/kreasi
dan materi tekspresif. Penetapan kedua bentuk materi tersebut untuk menghindari
tingkatkesulitan, kebosanan pada anak, sertamenumbuhkan rasa percaya diri pada anak.Bentuk
materi yang menggembirakan danmenarik perhatian anak adalah materi tidak menyusahkan dan
dapat diikutianak dengan penuh penjiwaan, karena anakmampumelakukannya.
Materi kreatif/kreasi adalah bentuktarian bergembira yang di dalamnyamengandung bentuk-
bentuk gerakan yangindah dan lucu, diikuti oleh irama musik yangsesuai. Bentuk materi ini
seperti: gerakpinggul bergoyang, kaki berjalan, kaki jinjit,tangan diputar dan sebagainya. Materi
ekspresif adalah bentuk materi bergembirayang mengandung permainan tertentu.Biasanya yang
bersifat ekspresif inimemunculkan kebebasan ekspresi anak,sehingga dijadikan pedoman guru
dalammembuat sebuah ekspresi Penciptaan ekspresif ditentukan oleh kondisi dan situasi anak
dalam mengikuti kegiatan belajar dan bermain. Ekspresi anak benar-benardituangkan melalui
gerakan tarian. Bentukekspresi ini dapat terlihat dari gerakan anakmenirukan aktivitas anak
dalam kehidupansehari-hari.
Bentuk pengajaran yang diberikanpada anak tidak lepas dari pemberian contohkepada anak
dalam setiap gerakan. Materikepada anak secara keseluruhan melainkandengan cara bertahap.
Agar materi tarianlebih mudah dihafalkan oleh anak, guru tarisengaja memilihkan irama tarian
sesuaidengan lagu kegemaran anak-anak, misalkanlagu Bolo-bolo, Ini Indonesiaku, Naik
KeretaApi. Irama dan syair lagu yang dikenal anakakan lebih mudah disenangi dan
dihafalkan.Dalam proses pemberian gerak, guru jugamengajarkan syair lagunya, sehingga
anakanak
menari sambil menyanyi. Selain itu,materi tari juga bisa merupakan penggambarandari syair
lagu. Ini akan sangatmemudahkan anak untuk melakukan gerakdengan penuh ekspresi.

Metode Kegiatan Belajar Mengajar


Metode yang digunakan guru dalamproses pembelajaran adalah: metode imitasi atau
meniru,bercerita, dan demonstrasi.

.
BAB IV
PENERAPAN IDE

Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan pendidikan seni tari ini yaitu :


1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menjelaskan materi pembelajaran
Menentukan materi pembelajaran seni tari bagi anak usia dini tidaklah mudah, adapun materi
tari kreatif/kreasi adalah bentuk tarian bergembira yang di dalamnya mengandung bentuk-bentuk
gerakan yang indah dan lucu, diikuti oleh irama musik yang sesuai. Bentuk materi tarian ini
seperti: gerak pinggul bergoyang, kaki berjalan, kaki jinjit, tangan diputar dan sebagainya.
Materi tari ekspresif adalah bentuk materi bergembira yang mengandung permainan tertentu.
Biasanya tari yang bersifat ekspresif ini memunculkan kebebasan ekspresi anak, sehingga
dijadikan pedoman guru tari dalam membuat sebuah tarian. Penciptaan tari ekspresif ditentukan
oleh kondisi dan situasi anak dalam mengikuti kegiatan belajar dan bermain. Ekspresi anak
benar-benar dituangkan melalui gerakan tarian. Bentuk ekspresi ini dapat terlihat dari gerakan
anak menirukan aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari.

3. Metode Kegiatan Belajar Mengajar


a. Metode imitasi atau meniru
b. Bercerita
c. Demonstrasi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses pelaksanaan pendidikan senitari pada anak usia dini tidak terlepas dari
proses belajar mengajarnya, yang meliputi: tujuan, materi pembelajaran, metode kegiatan belajar
mengajar, sarana dan prasarana, evaluasi, kondisi sosial dan budaya.
Peningkatan kecerdasan emosionalanak usia dini melalui pembelajaran seni tari dapat dilihat
melalui: (1) timbulnya perasaan bangga, (2) memiliki sifat pemberani, (3) mampu mengendalikan
emosi, (4) mampu mengasah kehalusan budi, (5) mampu menumbuhkan rasa bertanggung jawab,
(6) mampu menumbuhkan rasa mandiri, (7) mudah berinteraksi dengan orang lain, (8) memiliki
prestasi yang baik, (9) mampu mengembangkan imajinasi, dan (10) menjadi anak yang kreatif.

B. Saran
Hendaknya sekolah lebih memperhatikan dan mendukung proses pembelajaran pada anak
sekolah dasar, bagi guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuannya di bidang yang dia
suka , bagi anak hendaknya lebih rajin mengikuti pembelajaran sehingga kecerdasan
emosionalnya semakin meningkat, dan bagi orang tua anak hendaknya lebih mendukung proses
pembelajaran dengan cara mengikut sertakan anak dalam kegiatan yang dia suka .

DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309997/pendidikan/INDIVIDU+DAN+MASYARAKAT.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babii.pdf

Sosiologi (Modul UT), Robert, MZ Lawang


https://pendidikan.co.id/pengertian-individu-ciri-karakteristik-dan-menurut-ahli/

https://core.ac.uk/download/pdf/333842128.pdf

Hamdani, Asep Saepul. 2002 Pengembangan Kreativitas, Jakarta: Pustaka As-Syifa.


Jazuli, M. 2005. Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak dengan Pendidikan Seni.
Semarang:Harmonia jurnal pengetahuan dan pemikiran seni,2005.
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta :
Gramedia Pustaka.
Munandar, Utami.2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta: Asdi Mahasatya

Anda mungkin juga menyukai