Prinsip Akuntansi
Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi adalah merupakan dasar dari standar akuntansi, sehingga menjadi sangat
penting untuk kita ketahui bersama, bahwa prinsip akuntansi merupakan perintah dari akuntansi
yang meliputi “hal apa yang harus dilakukan” dan “apa yang tidak harus dilakukan” untuk
menghasilkan Laporan Keuangan yang akurat, dan dapat diandalkan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai prinsip akuntansi:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Pada prinsip ini mengharuskan setiap barang atau jasa yang diperoleh kemudian dicatat
berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan dalam mendapatkannya. Sehingga apabila terjadi
pembelian dengan proses tawar menawar, misalnya ketika perusahaan hendak membeli
bangunan yang di iklannya terpasang harga 150 juta namun setelah dinego hanya 100 juta
maka yang dinilai/dicatat adalah harga yang menjadi kesepakatan yaitu 100 juta.
Prinsip ini menyatakan bahwa pengakuan pendapatan adalah ketika proses penghasilan bisnis
telah selesai dikerjakan. Prinsip ini menyatakan pencatatan penerimaan hanya ketika benar-
benar diterima dan terukur.
Matching principle merupakan konsep dimana ketika kita mencatat pendapatan, kita juga
harus mencatat semua pengeluaran yang terkait pada waktu yang sama. Dengan begitu, kita
bisa mengisi persediaan untuk biaya pokok penjualan pada saat yang sama ketika kita
merekam pendapatan dari penjualan barang-barang inventaris. Prinsip ini adalah landasan dari
asumsi akrual.
Konsep ini mengharuskan kita untuk memasukan kedalam laporan keuangan bisnis semua
informasi yang dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap laporan keuangan yang
telah dibuat.
Pada prinsip ini kita harus mencatat transaksi dalam catatan akuntansi, jika tidak maka dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari seseorang yang membaca laporan
keuangan perusahaan.
Dalam konsep ini kita harus mencatat beban dan kewajiban sesegera mungkin, tapi untuk
pencatatan pendapatan dan aset hanya dilakukan jika kita yakin hal tersebut akan terjadi.Hal
ini tentu saja akan berakibat pada laporan keuangan dimana pendapatan yang dilaporkan
menjadi lebih rendah, karena pendapatan dan pengakuan aset mungkin tertunda selama
beberapa waktu. Sebaliknya, prinsip ini cenderung mendorong pencatatan kerugian
sebelumnya, daripada saat telah terjadi. Konsep ini dapat berbahaya jika dimanfaatkan
berlebihan, karena bisa saja kita salah menganggap kalau bisnis kita tidak berjalan sesuai pada
realitanya.