Anda di halaman 1dari 2

1

Awal yang mungkin menyenangkan

Jalanan sudah mulai terlihat gelap dari sejak aku berangkat hingga sekarang, hanya
terlihat hutan dan hutan sejak dari tadi. Hanya sekali-kali aku melihat adanya
permukiman warga, hanya sekali-kali tidak sepanjang jalan. Aku hanya bisa
mengatakan sekali karena memang hanya kata itu yang bisa muncul di pikiran aku.
Bahkan aku juga melihat rumah warga yang kelihatannya hanya ada setitik cahaya
di dalam rumah tapi diluarnya terlihat gelap.

“lampu lagi padam sekarang dek, makanya gelap”

Seperti bisa membaca pikiranku pak.sri masih tetap dengan santai mengemudi, aku
membalasnya dengan menggangguk.

sudah hampir 4 jam perjalanan dari aku dijemput di bandara hingga saat ini aku
masih duduk di kursi di samping pak.sri dengan pantat yang hampir tepos karna
kelamaan duduk. Jalanan masih terlihat gelap, sudah beraspal tetapi lebih banyak
berlobangnya, tetapi hingga sekarang kami belum juga sampai.

Aku sudah mulai tidak sabaran untuk mengakhiri perjalanan ini bukan karna
jaraknya tetapi memang dari tadi aku sudah menahan untuk buang air kecil di
tambah lagi jalanan yang berbatu, ini memperparah rasa ingin secepatnya ke wc.

“perjalanan kita hanya 3 jam aja kok dek agit dari bandara hingga ke desa karangan,
tetapi karna tadi kita kena macet makanya jadi nambah 4 jam sekarang, he..” tawa
pak.sri dengan disertai gigi seri yang kelihatan bersamaan, “

“tapi tenang saja sebentar lagi kita sudah mau sampai kok”

Kembali aku melihat jalanan yang gelap, jika aku disuru mengemudi sekarang
mungkin tidak akan secepat pak.sri yang mengemudi. Mungkin aku akan super hati-
hati takut menabrak lubang, atau aku takut menabrak ular yang ternyata ular
tersebut tidak mati tetapi malahan merayap naik ke dalam mobil dan duduk bersama
kami.

Ih.. aku merinding membayangkannya, tubuhku gemetaran, ya ampun saking


takutnya aku sampai membayangkan hal yang seharusnya tidak mungkin terjadi.
“ nah sampai kita di desa karangan, sebentar lagi sebelah kiri kita ini ada sebuah
rumah yang dikontrakkan oleh puskesmas” ucap pak. Sri menjelaskan ulang apa
yang sudah diceritakannya sebelumnya.

Pak.sri membelokkan mobil ke kiri dan mengarah masuk ke rumah tua, perkarangan
tampak gelap tetapi dari kejauhan rumah tua itu terlihat terang dibagian depannya.
Rumah tua itu tampak beralasankan semen yang langsung menyatu dengan tanah,
dindingnya tampak rapuh, aku tidak yakin rumah tua ini akan bertahan lama.

Pak.sri mematikan mesin mobil “ sampai kita dek, ayo turun”

Anda mungkin juga menyukai