Anda di halaman 1dari 3

Alat Musik Tradisional Daerah Kalimantan Timur

Bentuk Kebudayaan Kalimantan Timur sangat sederhana dan keseniannya


terjadi karena kerja sama antar individu, yang pada saat tertentu memperoleh
inspirasi karena persentuhannya dengan alam sekitarnya.
Perasaan dan pikiran yang diungkapkan adalah manifestasi yang
menjadi milik kolektif, karena mereka pula bersama-sama mengerjakan ciptaan
tersebut. Dari sinilah terciptanya seni musik dan seni tari tradisional; dan terbentuk
dalam pola-pola tertentu lalu berkembang dari masa ke masa, bergandengan erat
dengan adat-istiadat, agama, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan dengan
demikian menjadi suatu ciri khas daripada seni/budaya daerah Kalimantan
Timur.

Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah

Suku Dayak Kenyah adalah salah satu suku di antara suku Dayak
lainnya yang ada di Kalimantan Timur.

Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kenyah adalah


Sampe

Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (semacam gitar)


mempunyai dawai/tali, kadang-kadang tiga ataupun empat da-wai (tergantung
dari kesenangan pemiliknya/pemainnya).

Bentuk dan ukurannya


Panjang sampe - kurang lebih 1.25 meter (termasuk ukuran untuk
kepalanya).
Lebar bagian bahu: + 25 cm/30 cm, bagian bawah ± 15 cm.

Bentuknya dapat dilihat pada gambar 2.35.

Sumber : Koleksi Pribadi


Gambar 2.37. Sampe
Karakteristik Sampe

a. Sampe adalah sejenis alat musik yang dipetik (sejenis gitar) yang
mempunyai dawai/tali, ada yang menggunakan tiga dawai dan ada pula
yang menggunakan empat dawai tergantung dari kesenangan si pernain.
Sampe yang berdawai tiga, mempunyai nada masing-masing:
- Dawai pertama = C(1)
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = G(5)

Sedangkan yang empat snaar :


- Dawai pertama = C(l)
- Dawai kedua = sama dengan dawai pertama
- Dawai ketiga = E (3)
- Dawai keempat = G (5)

Pada mulanya dawai itu dibuat dari tali sejenis pohon enau (aren). Sudah
tentu dapat kita maklumi bahwa suara yang dihasilkan tidak sebagus jika
menggunakan dawai seperti gitar, akan tetapi yang dernikian itu
merupakan ciri khas suara sampe. Kemudian setelah keadaan
berkembang, pengaruh dari luar tentu akan mengubah pula keadaanya .
Dawai dari pohon enau diganti dengan kawat baja (bekas kawat slang),
hingga sampai saat ini masih dipergunakan kawat tersebut; kadang-
kadang dawai gitar (E) yang dipakai untuk ke-3 (4) dawai sampe tersebut.
b. Khusus pada dawai pertama (C), di bawah dawai itu dibuat tangga-
tangga nada (not). Tangga-tangga ini terbuat dari rotan yang sudah di
potong-potong (+ 1 cm panjangnya) dan bentuknya mulai tebal hingga
menipis.

Jika akan memainkan lagu lain dan kemungkinan not berbeda dengan not
yang sudah disusun tadi, maka rotan tersebut terpaksa harus digeser untuk
dilaras dengan lagu lain (berbeda dengan gitar, yang kolom-kolomnya tersebut
permanen).
Cara melaras sampe (dawai 1), dawai pertama ini dibagi dua yaitu : C (i)
dan C (1).

Gambar 2.38. Penampang Resonatur dan Dawai Sampe


Dari C kemudian dibuat jarak untuk tangga-tangga berikutnya (2 3 4 5 6 …
dst) sesuai dengan keperluan. Dan dari dasar ini (C) sebagai permulaan,
dimulai memainkan irama dari lagu tersebut (yang akornya 5 – 3 – 1 – 1) atau (5
– 1 – 1).

Dengan melihat not tersebut kita dapat melaras sampe sebagai berikut :

Gambar : 2.39. Cara Melaras Dawai Sampe

Cara memainkan sampe :


Seperti halnya pada gitar, fungsi tangan kanan adalah untuk memetik nada,
sedangkan tangan kiri menekan dawai (dawai I). Kadang-kadang tangan kiri
(jari) ikut memetik pula, sambil menekan nada-nada yang dibunyikan sebagai
varasi suara.
Musik sampe ini dapat dimainkan dengan dua atau tiga sampe bersamaan
dengan pembagian tugas sebagai berikut :
1. Sampe 1 khususnya untuk melodi
2. Sampe 2 khusus untuk irama/pengiring
3. Sampe 3 khusus variasi (bahasa daerah : Tingkah).

Biasanya alat ini dimainkan :


1. Sebagai pengiring tari-tarian di dalam pesta keramaian (tari gong,
burung enggang, tari perang, tari leleng).
2. Untuk mengisi waktu senggang

Anda mungkin juga menyukai