1441954239-Kesepian Remaja Edit TGL 26 Agt 2015
1441954239-Kesepian Remaja Edit TGL 26 Agt 2015
Marsaulina, S. Gultom *)
Bapak psikologi remaja, G. Stanley Hall menyebut masa remaja ini adalah masa storm and
stress, masa yang sulit dan menegangkan. Untuk sebagian remaja masa ini adalah yang sulit,
karena mereka sudah mulai dihadapkan dengan
tugas perkembangannya seperti tanggungjawab atau
tuntutan dari lingkungannya. Menegangkan dan
dapat menimbulkan tekanan karena pada masa ini
juga mulai bermunculan konflik. Konflik muncul baik
dari dalam diri sebagai proses pencarian diri dan
lingkungannya. Willis (2004) menyebutkan pada
masa remaja banyak terjadi masalah yang dihadapi
dikarenakan tingkah laku remaja masih labil dan belum mampu menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan dari lingkungan. Remaja juga mulai mendapat nilai-nilai baru yang
didapatnya selain dari keluarga seperti dari sekolah, teman sebaya dan lingkungan sosialnya.
Dengan situasi seperti itu masa remaja adalah masa penuh dengan gejolak dan penuh dengan
kebingungan karena adanya berbagai pengaruh.
REMAJA
Ada beberapa batasan usia remaja,menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada
pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi
batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut
Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja
berada pada rentang 12- 23 tahun. Seperti disebut
sebelumnya, masa remaja ini sangat penting karena masa
remaja adalah masa menuju kedewasaan. Jika dia
berhasil melalui masa ini dengan baik, maka tantangan-
tantangan di masa selanjutnya akan relatif mudah
diatasi (Rajab, 2005). Dengan kata lain, remaja yang berhasil menghadapi tantangan di masa
remajanya sudah memiliki modal untuk masuk pada masa dewasanya dengan baik. Begitupun
sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan
terjadi masalah pada dirinya. Dengan demikian remaja perlu melakukan penyesuaian. Namun,
remaja yang yang salah melakukan penyesuaian, akan melakukan tindakan atau perilaku yang
tidak realistis bahkan cenderung melarikan diri daritanggung jawabnya (Latipun & Moeljono,
2001).Perilaku-perilaku tersebut diantaranya: mengkonsumsi minuman beralkohol,
penyalahgunaan obat dan zat aditif. Berkaitan dengan pelepasan tanggung jawabnya, di
kalangan remaja juga dijumpai banyak usaha bunuh diri, tingginya angka delinkuensi (kenakalan
remaja). Remaja dalam situasi seperti ini sering menimbulkan masalah dan masalah yang
ditimbulkan tidak saja terbatas dalam lingkungan keluarga tetapi juga sampai di tengah-tengah
masyarakat luas.
Remaja dan Keterlibatan Permasalahan
Data yang mengejutkan dari KPAI untuk tahun 2014 jumlah anak-anak yang menjadi pelaku
kekerasan naik 10 persen. (http: //health.detik.com/ read/2014/12/30/170045/2790328/
763/komnas-pa-2014-jumlah-anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persen). Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2014 menyebutkan bahwa dari total 63 juta remaja di Indonesia,
sebanyak 14,4 juta remaja Indonesia sudah pernah mengkonsumsi minuman keras
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/03/08/nkvsch-fahira-idris-144-juta-
remaja-pernah-konsumsi-miras). Dengan kata lain ada 23 persen remaja Indonesia yang sudah
berhubungan dengan minuman keras (miras) padahal pada tahun 2007, remaja yang terlibat
miras sebanyak 4,9 persen, dengan demikian
terjadi peningkatan remaja yang terlibat
penggunaan miras. Data dari
http://megapolitan.harianterbit.com/ megapol
/2014/09/13/8219/18/18/22-Persen-Pengguna-
Narkoba-Kalangan-Pelajar menyebutkan dari
empat juta orang di Indonesia yang menyalahgunakan narkoba, 22 persen di antaranya adalah
anak muda yang masih duduk di bangku sekolah dan universitas dan umumnya penggunanya
berusia 15–20 tahun.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (2015) menegaskan bahwa saat ini Indonesia
sudah masuk darurat pornografi. Ini artinya jika Indonesia sudah darurat pornografi, maka
perilaku seks bebas sudah sangat membahayakan remaja Indonesia karena penelitian
menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pornografi dengan perilaku
seks bebas(Rachmah dalamhttp://univ45sby.ac.id/jurnal/index.php/psikologi/article/view/8/6).
Problem terhadap bagaimana
berperilaku pada anak juga meningkat, dari
stress ujian, kesulitan belajar, kesulitan
fokus, gejala ADHD dan lain sebagainya.
Walaupun belum ada data mengenai gejala
stress and depresi pada anak di Indonesia,
namun kasus bunuh diri yang berkembang
pada anak dan remaja adalah gambaran mengenai berkembangnya persoalan psikologis pada
anak dan remaja di Indonesia. Page (2006) memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara
perilaku bunuh diri dan kesepian pada remaja.
Kesepian
Peplau dan Perlman dalam Byrne dan Baron ( 2005 ) mendefinisikan kesepian sebagai
suatu keinginan yang tidak terpenuhi untuk
membangun hubungan interpersonal yang akrab.
Menurut Sears dkk ( 1994 ) kesepian menunjuk
pada kegelisahan subyektif yang dirasakan pada
saat hubungan seseorang kehilangan ciri-ciri
pentingnya. Hilangnya ciri-ciri tersebut bersifat
kuantitatif yaitu tidak mempunyai teman atau
hanya mempunyai sedikit teman seperti yang
diinginkan. Kekurangan itu dapat bersifat
kualitatif yaitu seseorang mungkin merasa bahwa hubungan sosialnya dangkal atau kurang
memuaskan dibandingkan dengan apa yang diharapkan.
Kesepian tidak selalu sedang sendiri
Alone is not lonely. Alone berarti sendirian tapi lonely dapat diterjemahkan merasa sendiri atau
kesepian.Weiss (dalam Rotenberg, 1999) mendefinisikan
kesepian sebagai suatu kondisi emosional negatif dan orang
yang kesepian biasanya merasa sendirian walaupun berada
di tengah-tengah kerumunan ataupun keramaian. Dalam
Nurmina (2008) ada beberapa aspek kesepian, dengan :
- Indikator emosi, yaitu : kehadiran rasa sakit secara
emosional berupa rasa sedih dan bosan
- Indikator kognitif, yaitu : munculnya persepsi bahwa
hubungan sosialnya tidak sesuai dengan yang
diharapkan
- Indikator interpersonal bahwa ia mengalami keterpisahan fisik dan psikologis dengan orang
lain.
Adi, R. MC. 2000. Perbedaan Tingkat Kesepian pada Remaja di tinjau dari Status Pacaran. Skripsi
( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Baron, R.A. & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga ( Alih Bahasa : Ratna Djuwita ).
Cohen,S., Pressman, S.D., Miller, G.E., Barkin, A., Rabin, B.S., & Treanor, J.J. (2005). Loneliness,
network size, and immune response to influenza vaccination in college freshman.Health
Psychology, 24(3), 297-306
Corsano, P., Majorano, M., & Champretavy, L. (2006). Psychological well-being in adolescence :
the contribution of interpersonal relations and experience of being alone. Adolescence,
41: 341-352
Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolescent ( Second Edition ). London : Brown Higher
Education Glenview
Hardie, E., (2007). Excessive internet use.The Role of Personality.Australian Journal of Emerging
Technologies and society, 5(1), 34-47.
Hawari, D. 1999. Al Quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Dana Bhakti
Primayasa
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nurmina.(2008). Peran persahabatan dan harga diri terhadap kesepian pada remaja.Tesis (tidak
diterbitkan).Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Rice (2002)The adolescent : development, relationship and culture.Boston : Allen & Boscon.
Rotenberg, K.J. (1999). Loneliness n childhood and adolescence. Cambridge,UK : Cambridge
University Press
Rajab, B. 2005.Artikel sebuah Renungan Kemerdekaan; Sudah Pedulikah Kita? Sumber: Harian
Republika Jakarta. Minggu 14 Agustus 2005.
Santrock, J.W. 2002. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga (Alih Bahasa :
Shinto B. Adelar).
http://health.detik.com/read/2014/12/30/170045/2790328/763/komnas-pa-2014-jumlah-
anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persendiunduh 18 Juni 2015
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/03/08/nkvsch-fahira-idris-144-juta-
remaja-pernah-konsumsi-miras, diunduh tanggal 18 Juni 2015
http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2014/09/13/8219/18/18/22-Persen-Pengguna-
Narkoba-Kalangan-Pelajardiunduh tanggal 18 Juni 2015
http://univ45sby.ac.id/jurnal/index.php/psikologi/article/view/8/6