Anda di halaman 1dari 12

H.AF.

DJUNAEOI, TANTANGAN DAN PROBLEMANTIKAPENOIOIKAN ISLAM 01 ERAGLOBALISASI

Tantangan dan Problernantlka


Pendidikan Islam
di Era Globalisasi

Oleh H. A.F. Djunaedi


Dosen FlAl utI Yogyakal1a

Pendahuluan sebutan globalisasi. Sebagai akibat-


Sebagaimana telah dimaklumi nya, media seperti televisi misalnya,
bahwa sumber peradaban Barat dapat dijadikan alat yang sangat
adalah rasio yang menonjol. Oengan ampuh dalam menanamkan atau
rasio yang kuat ltu dapat dikembang- bahkan merusak nilai-nilai moral, yang
kan ilmu pengetahuan dan 'teknoloql kemudian mempengaruhi pola pikir
yang kemudian menjadi sarana untuk seseorang. Persoalan sebenarnya
menciptakan kehid upan yang terletak pada mereka yang menguasai
sejahtera untuk masyarakat banyak. komunikasi global tersebut dan
Melalui rasio juga telah dikembangkan memiliki perbedaan perspektif yang
nilai kemanusiaan sehingga rakyat ekstrim dengan Islam dalam
dapat memperoleh kedaulatan. memberikan kriteria nilai-nilai moral;
Tetapi kita juga melihat bahwa antara nilai balk dan buruk, .antara
kalau rasio terlalu berlebihan kebenaran sejati dan yang artificial.
dikembangkan dan ditonjolkan, maka Oisisi lain era kontemporer identik
akan terjadi kelemahan dan kekurang- dengan era salns dan teknologi, yang
an yang merugikan. Aspek negatifnya pengembangannya tidak terlepas dari
biasanya mengarah pada pengabaian studi kritis dan riset yang tidak kenai
nilai moral dan ketuhanan, baik berupa henti. Oengan semangat yang tidak
timbulnya atheisme, individualisme, pernah padam ini para saintis telah
kapitalisme, maupun imperialisme dan memberikan kontribusi yang besar
kolonialisme(SayidimanSuryohadiprojo kepada kesejahteraan umat manusia,
dalam htlp:/Imedia.isnet.org). di samping kepada sains itu sendiri.
Teknologi modern telah memung- Hal ini sesuai dengan identifikasi para
kinkan terciptanya komunikasi bebas saintis sebagai pecinta kebenaran dan
lintas negara, Iintas benua, menerobos pencarian untuk kebaikan seluruh
berbagai pelosok perkampungan di umat manusia. Akan tetapi, sekall lagi,
pedesaan dan menyelusup di gang- dengan perbedaan perspektif
gang sempit di perkotaan, melalui terhadap nilai-nilai etika dan moralitas
media audio (radio) dan audio visual agama, jargon saintis sebagai pencari
(televlsl, internet, dan lain-lain). kebenaran tampaknya perlu
Fenomena modern yang terjadi di awal dipertanyakan. Apalagi bila dilihat
rnilenlum ketiga ini popular dengan data-data berikut:

16 JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

Oi pusat riset Parton Down di organisme dari orang-orang yang


Inggris, para saintis memakai inferior dan tidak berguna. 8eberapa
binatang-binatang yang masih hidup organisme tipe terakhir ini akan
untuk menguji coba baju anti peluru. dikenakan sanksi bila melakukan
Hewan-hewan tersebut dimasukkan reproduksi atau akan disteril
ke dalam troli yang kemudian (Rosenbaum, 1995).
diledakkan. Pada awalnya, monyet Sementara itu, media televisi
yang dipakai dalam berbagai sebagai hasil pencapaian teknologi
eksperimen, tetapi kemudian diganti modern yang paling luas jangkauan-
dengan babi. Binatang-binatang nya, memiliki dampak sosio-psikologis
tersebut ditembak persis di atas mata sangat kuat pada pemirsanya. Tetapi
untuk menelitl efek daripada misil perlu dicatat bahwa sejak munculnya
berkecepatan tinggi pada jaringan era televisi dibarengi dengan
otak. timbulnya berpuluh-puluh channel
Oi Amerika Serikat, di akhir tahun dengan menawarkan berbagai acara-
40-an, anak-anak remaja diberi acara yang menarik dan bervariasi,
sarapan yang dicampuri radioaktif, ibu- umat Islam hanya berperan sebagai
ibu setengah baya disuntik dengan konsumen, orang Barat-Iah (baca,
plutonium radioaktif dan biji kemaluan non-Muslim) yang memegang kendall
para tahanan disuntik radiasi dan ini sernua teknologi modern tersebut.
semua atas nama sains, kemajuan dan Ekses nyata yang timbul dari
keamanan. Eksperimen-eksperimen televisi sangat terasa manakala dalam
ini diadakan sejak tahun 1940-an suasana persaingan bebas meraih
sampai 1970-an(Brown, 1994). "rating" dan semua televisi berlomba
Selama tahun 1950-an, 60-an dan menggoreskan kesan ke dalam otak
70-an, menurut New York Times, wajib pemirsa lewat tayangan film, hiburan,
bagi seluruh mahasiswa baru, laki-laki dan iklan yang lain dari yang lain.
dan perempuan, di Harvard, Yale dan Erotisme, pornografi, horor, kenekatan
universitas-universitas elit lain di dan benturan nilai adalah pisau-pisau
Amerika, difoto telanjang untuk citra paling ampuh untuk menggores
sebuah provek besar yang didisain kesan da!am ingatan penonton, Para
dalam rangka untuk menunjukkan penyelenggara siaran televisi dan juga
bahwa 'tubuh seseorang' yang diukur beberapa media cetak terkesan
dan dianalisa, dapat bercerita banyak beranggapan bahwa kebebasan pers
tentang intelegensia, watak, nilai moral termasuk bebas menggores-gores
dan kemungkinan pencapaiannya di daya ingat orang lain, sehingga orang
masa depan. Ide ini berasa! dari hanya ingat citra kreasi televisi atau
pendiri Darwinisime Sosial, Francis media cetak yang bersangkutan.
Galton, yang mengajukan foto-foto Dalam catatan kita, tidak banyak
arsip tersebut untuk dewan kepen- yang tanggap bahwa sebagian dari
dudukan !nggris. Sejak awal, tujuan citra tersebut telah menimbulkan
dari pemotretan-pemotretan ini adalah benturan nilai dan 'dapat mengganggu
genetika. Data yang terakumulasi akan kehidupan berbangsa dan bernegara.
dipakai sebagai proposal untuk Tidak ada yang menyatakan bahwa
mengontro! dan membatasi produksi gejala pembenturan nilai agama

JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni 2003 17


H.AF. DJUNAEDI, TANTANGAN DAN PROBLEMANTIKA PENDIDIKAN ISLAM 01 ERA GLOBAUSASI

dengan nilai seni-pop oleh media mengikuti term-term yang ditentukan


cetak dan televisi dapat membahaya- oleh Barat, yang 1idak jarang
kan mentalitas dan integrasi bangsa. bertentangan dengan nilai-nilai Islami.
Mentalitas paling buruk dari banqsa ini Akiba1nya, dalam beberapa kasus
adalah "mudah lupa". Kita mudah lupa sering terjadi bahwa para saintis
bahwa sekarang adalah periode Muslim, secara sadar atau tldak,
reformasi, periode pembenahan tercerabut dari akar-akar keislaman,
struktur kehidupan berbangsa dan dan menjadi pembela fanatik Barat.
bernegara, mudah Iupa bahwa ki1a Dalam tulisan ini akan diuraikan
sedang memerangi KKN, lupa bahwa mengenai konsep pendidikan Islam
ekonomi negara masih terpuruk, lupa yang melibatkan pertisipasi setiap
bahwa ikatan integrasi bangsa ini individu Muslim, dan keterlibatan
sedang longgar, lupa bahwa jatidiri institusi, lembaga dan bahkan negara
bangs a seda.iq diIunturkan oleh dalam konteks globali~asi.
dominasi kebudayaan adidaya, lupa
bahwa pembenturan nilai-nilai moral Konsep Pendidikan Islam
dapat menyebabkan hilangnya sikap Ahmed (1990) mendefinisikan
. saling percaya. (Zulyani Hidayah pendidikan sebagai "suatu usaha yang
dalam http://www.eramoslem.com) dilakukan individu-individu dan
Dari sini beberapa permasalahan, masyarakat untuk mentransmisikan
khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan
pendidikan Islam, mencuat ke bentuk-bentuk ideal kehldupan
permukaan, antara lain: mereka kepada generasi muda untuk
Pertama, apa langkah yang harus membantu mereka dalam meneruskan
ditempuh oleh setiap Muslim, orang aktifitas kehidupan secara efektif dan
tua dan para pendidik, dalam upaya berhasil."
mengantisipasi dan merespon sejak Ahmad Tafsir (1994) menyatakan
dini gejala-gejala distorsi moral yang bahwa pendidikan dalam Islam
diakibatkan oleh media televisi, merupakan sebuah rangkaian proses
internet dan media-media audio visual pemberdayaan manusia menuju taklif
lainnya? (kedswasaan), baik secara akal,
Kedua, bahwa Barat merupakan mental maupun moral, untuk men-
satu-satunya pemegang peran kunci jalankan fungsi kemanusiaan yang
dari seluruh media berita baik media diemban, sebagai seorang hamba
cetak, maupun media elektronik. dihadapan Khaliq-nya dan sebagai
Seperti dimaklumi pemberitaan- 'pemelihara' (khalifah) pada semesta.
pemberitaan tersebut banyak Karenanya, fungsi utama pendidikan
mengandung bias, khususnya bila ada adalah mempersiapkan peserta didik
kaitan langsung atau tidak langsung (generasi penerus) dengan
dengan dunia Islam. kemampuan dan keahlian (skill) yang
Ketiga, sains dan teknologi diperlukan agar memiliki kemampuan
menjadi dominasi khusus dunia Barat dan kesiapan untuk terjun ke tengah
(young, 1077). Dengan demikian masyarakat (lingkungan).
setiap Muslim yang berminat Dalam lintasan sejarah peradaban
mendalami bidang-bidang ini harus Islam, peran pendidikan ini benar-

18 JPI FlAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

benar bisa dilaksanakan pada masa- Kalau di rumah, ibu bapak dan
masa kejayaan Islam. Hal lni dapat kita keluarga yang bertanggungjawab
saksikan, di mana pendidikan benar- memberi pendidikan Islam. Ketika- di
benar mampu membentuk peradaban sekolah, semua guru yang beragama
sehingga peradaban Islam menjadi Islam bertanggungjawab memberikan
peradaban terdepan dan peradaban pendidikan Islam kepada semua murid
yang mewarnai sepanjang Jazirah yang Islam. Guru agama atau lstilah
Arab, Asia Sarat hingga Eropa Timur. sekarang guru Pendidikan Islam, lebih
Untuk itu, adanya sebuah paradigma luas tanggungjawabnya, antara lain
pendidikan yang memberdayakan menyampaikan pengetahuan Islam
peserta didik merupakan sebuah dan kemudian mendidik dengan
keniscayaan. pendidikan Islam. Masyarakat juga
Pendidikan Islam bermaksud bertanggungjawab untuk merighidup-
memberi pendidikan kepada anak- kan budaya Islam di dalarn masyarakat
anak atau murid-murid/pelajar seperti ·dalam pergaulan, permainan,
berdasarkan ajaran Islam. Mendidik termasuk urusan harian dalam hal
juqabermaksud mengasuh, menjaga ekonomi, politik, sosial, teknik dan
dan mengasihi supaya seseorang sebagainya.
anak itu menjadi baik. Baik di sini tentu Khan (1986) mendefinisikan
baik dalam pandangan Islam. IImu maksud dan tujuan pendidikan Islam
pengetahuan yang diberikan itu ialah sebagai (a) memberikan pengajaran
suatu wadah dalam pendidikan. Justru al-Qur'an sebagai langkah pertama
i1mu belum tentu mendidik, dan pendidikan, (b) menanamkan
memberi ilmu juga belum tentu pengertian-pengertian berdasarkan
memberi pendidikan. pada ajaran-ajaran fundamental Islam
Mendidik ialah kata-kata nasihat yang terwujud dalam al-Qur'an dan
supaya murid melakukan sesuatu Sunnah dan bahwa ajaran-ajaran ini
yang baik. Menasihati murid supaya bersifat abadi, (c) memberikan
melakukan perintah Allah seperti pengertian-pengertian dalam bentuk
sholat, beradab dengan ibu, bapak pengetahuan dan skill dengan
dan guru adalah pendidikan.· . pemahaman yang jelas bahwa hal-hal
Menasihati murid supaya belajar tersebut dapat berubah sesuai dengan
dengan balk dan tekun adalah perubahan-perubahan dalam masya-
pendidikan. Menjaga kebersihan diri, rakat, (d) menanamkan pemahaman
dan Iingkungan adalah tuntutan Islam. bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis
Berias diri dalam arti menjaga Iman dan Islam adalah pendidikan
kebersihan dan kesehatan, serta yang tidak utuh dan pincang, (e)
Iingkungan sekitar juga tuntutan Islam. menciptakan generasi muda yang
Menasihati pelajar atau murid memiliki kekuatan baik dalam keiman-
melakukan semua ini ialah pendidikan an maupun dalam ilmu pengetahuan,
Islam. dan (f) mengembangkan manusia
Berdasarkan pengertian inl, maka Islami yang berkualitas tinggi yang
tugas pendidikan Islam bukan terletak diakui secara universal.
kepada ibu bapak dan guru saja, Pendekatan pendidikan Islam
melainkan kepada semua orang Islam. yang diajukan oleh kedua pakar

JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003 19


H.AF. DJUNAEOI,TANTANGAN DAN PROBLEMANTIKAPENDIOIKANISLAM01 ERAGLOBALISASI

pendidikan di atas tersimpul dalam sini adalah menanamkan nilai-nilai


First World Conference on Muslim fundamental Islam kepada setiap
Education yang diadakan di Makkah Muslim terlepas dari disiplin" ilmu
pada tahun 1977, rnerumuskan apapun yang akan dikaji. Dari sini
bahwa: "Tujuan pendidikan (Islam) diharapkan akan bermunculan anak-
adalah menciptakan manusia yang anak muda energik yang "berotak
baik dan bertaqwa yang menyembah Jerman dan berhati Makkah" 'sepertl
Allah dalam arti yang sebenarnya, yang sering dikatakan oleh mantan
yang membangun struktur pribadinya Presiden B.J. Habibie.
sesuai dengan syariah Islam serta Kata-kata senada dan lebih
melaksanakan segenap aktifitas kese- komprehensif diungkapkan oleh "al-
hariannya sebagai wujud ketundukan- Faruqi (1987), pendiri International
nya pada Tuhan." Institute of Islamic Thought, Amerika
Tujuan akhir pendidikan dalam Serikat, dalam upayanya "mengislam-
Islam adalah proses pembentukan diri kan" ilmu pengetahuan, yaitu :
peserta didik (manusia) agar sesuai "Islamization does not mean
denqanfitrah keberadaannya (al-Attas, subordination of any body of
1984). Hal ini meniscayakan adanya knowledge to dogmatic principles or
kebebasan gerak bagi setiap elemen arbitrary objectives, but liberation from
dalam dunia pendidikan, terutama such shackles. Islam regards all
peserta didik untuk mengembangkan knowledge as critical; i.e., as universal,
diri dan potensi yang dimiJikinya necessary and rational, It wants to see
secara maksima1.Pada masa kejayaar, every claims pass through the tests of
Islam, pendidikan telah mampu internal coherence correspondence
menjalankan perannya sebagai wadah with reality, and enhancement of
pemberdayaan peserta didik. Namun human life and morality. Consequently,
seiring dengan "kemunduran" dunia the Islamized discipline which we hope
Islam, dunia pendidikan Islampun turut to reach in the future will turn a new
mengalami kemunduran. Bahkan page in the history of the human spirit, "
dalam paradigmanya juga terjadi and bring it clear to the truth."
pergeseran dari paradigma aktit- Di sini perlu ditekankan bahwa
progresif menjadi pasif-defensif. konsep pendidikan dalam Islam
Akibatnya, pendidikan Islam adalah '/o_nglife education' atau dalam
mengalami proses 'isolasi diri' dan bahasa Hadits Nabi "sejak dari
termarginalkan dari lingkungan di pangkuan ibu sampai ke liang lahat"
mana ia berada. (from the cradle to the grave). Itu berarti
Dleh karena itu jelaslah bahwa pada tahap-tahap awal, khususnya
yang dimaksud dengan pendidikan sebelum memasuki bangku sekolah,
Islam di sini bukanlah dalam arti peran orangtua terutama ibu amatlah
pendidikan ilmu-i1mu agama Islam penting dan menentukan mengingat
yang pada gilirannya mengarah pada pada usia balita inilah pendidik, dalam
lembaga-lembaga pendidikan Islam hal ini orangtua, memegang peran
semacam madrasah, pesantren atau penting di dalam menanamkan nilai-
Universitas Islam. Akan tetapi yang nilai keislaman kepada anak.
dimaksud dengan pendidikan Islam di Sayangnya orangtua bukanlah satu-

20 JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

satunya pendidik di rumah, ada Madrasah Swasta Tingkat Jabar" di


"pendidik"· lain yang kadang-kadang Bandung (Pikiran Rakyat, Senin, 2
peranannya justru lebih dominan dari Oktober 2003). .
orangtua yang di Barat disebut dengan Tentu saja peran orangtua tidak
idiot box atau televisi. Oampak lebih berhenti sampai di sini. Keterlibatan
jauh televisi terhadap perkemhangan orangtua juga diperlukan pada fase-
anak balita seperti yang dikatakan fase berikutnya ketika anak mulai
Hiesberger (1981) bisa mengarah memasuki usia sekolah; baik SD, SMp,
pada "a dominant voice in our lives dan maupun SMA. Menjelang masa
a major agent of socialization in the pubertas yakni pada usia antara dua
lives of our children" (menjadi suara belas sampai delapan belas tahun
dominan dalam kehidupan kita dan anak justru menjalani episode yang
agen utama proses sosialisasi dalam sangat kritis yang bahkan periode ini
kehidupan anak-anak kita). menentukan sukses atau gagalnya
HasiI survei yang dilakukan karir masa depan. Robert Havinghurst,
Yayasan Kesejahteraan Anak Indone- psikolog Amerika, menyebulkan
sia bulan April 2002 di lima SO di OKI periode ini sebagai "developmental
(Jakarta Timur) kepada 561 respon- task" atau proses perkembangn .anak
den, menunjukkan anak-anak menuju usiadewasa.
menonton televisi selama 30 hingga 35 Apabila .kita kaitkan periode
jam per minggu. Padahal, pada 1994 developmental task ini pada aspek
hasll survei tersebut rnencatat lamanya budaya kehidupan anak-anak Muslim,
anak menonton televisi selama khususnya mereka yang tinggal di
seminggu adalah 20-25 jam. Jadi ada negara-negara non-Muslim atau di
peningkatan kegemaran anak-anak negara Islam tapi di kota-kota besar,
menonton televisi setiap tahunnya. dapat dibayangkan situasi yang
"Hasil survei tersebut menunjuk- mereka hadapi. Mereka tidak pernah
kan bahwa sangat sulit sekali atau jarang melihat sikap positlf :
mengontrol perkembangan aspek terhadap Islam, baik dalam keluarga,
kognitif, afektif, dan psikomotorik anak- di sekolah maupun di masyarakat.
anak dan remaja di luar sekolah dart Oalam situasi seperti ini tentu
pengaruh negatif yang ditimbulkan merupakan tanggungjawab orangtua
oleh kecepatan serta terbukanya untuk menanamkan nilai-nilai moral,
kemajuan informasi dan teknologi. barbagi pengalaman kehidupan Islami
Peran orang tua dan guru sangat yang pada gilirannya nanti akan
menentukan dalam pembinaan mengarah pada internalisasi misi AI-
kepribadian anak-anak, terutarna Our'an dan Sunnah. .
dalam menanamkan nilai-nilai dan Peran orangtua seperti ini akan
ajaran agama," Oemikian Wakil sangat membantu anak dalam
Gubenur Jabar, Nu'man A. Hakim memasuki kehidupan yang fungsional
dalam sambutan tertulisnya yang sebagai Muslim yang dewasa dan
dibacakan Asisten Kesejahteraan . sebagai anggota yang aktif dalam
Sosial Setda Jabar, H. Ining Syahroni, komunitas Islam. Apabila anak
S.H., M.Si., pada penutupan menampakkan tanda-tanda sikap
"Pendidikan dan Pelatihan Guru yang negatif terhadap Islam yang

JPI F/AI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003 21


H.AF. DJUNAEDI, TANTANGAN DAN PROBLEMANTIKA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GL08ALlSASI

disebabkan oleh pengaruh dari belas tahun kandungan makna al-


sekolah atau masyarakat atau karena Qur'an dan Hadits mulai diajarkan
kecer obo han dan kelengahan dengan metoda yang praktis,
orangtua, maka hal ini akan sistematis dan komprehensif,
mengakibatkan penolakan anak mengingat pada periode ini anak
terhadap hidup lslami dan akan gagal sudah mulai disibukkan dengan
berintegrasi dengan komunitas Islam. pelajaran-pelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, adalah tugas Dengan demikian diharapkan
orangtua, untuk mengatur strategi ketika memasuki bangku kuliah anak
yang tepat dalam proses pembentuk- sudah memiliki gambaran yang utuh
an pribadi anak khususnya dalam dan komprehensif tentang Islam,
periode developmental task tersebut.. beserta nilai-nilai abadi yang
Dalam hal ini orang tua haruslah terkandung di dalamnya. Sasarannya
memiliki wawasan pengetahuan yang agar ia tidak rnudah :menyerah
luas serta dasar pengetahuan agama terhadap tekanan-tekanan dan
yang mencukupi untuk menghindari pengaruh-pengaruh luar yang
kesalahan strategi dalam mendidik bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
anak. Kedua, mengalokasikan waktu minimal ia akan tahu ke mana jalan
yang cukup untuk memberikan untuk kembali dan ketika oleh
kesempatan bagi anak berinteraksi pengaruh eksternal yang terlalu kuat,
serta meresapi sikap-sikap Islami yang ia melakukan penyimpangan-
ditunjukkan oleh orang tua dalam penyimpangan dari nilai-nilai Islam.
perilaku kesehariannya. Kedua, menyekolahkan anak
Persoalannya adalah secara sejak dari SMP sampai SMA di
1aktual tidak semua orangtua dapat lembaga-Iembaga Islam semacam
memenuhi kriteria-kriteria di atas yang pesantren modern yang saat ini sudah
disebabkan oleh hal-hal sebagai banyak memiliki sekolah-sekolah
beriktu: (a) Orangtua, terutama ibu, umum yang berkualitas.
tidak memiliki wawasan pengetahuan Ket;ga, memasukkan anak sejak
yang memadai, khususnya di bidang TK sampai SMA di lembaga-Jembaga
paedagogi dan nllal-nllal dasar Islami. pendidikan yang berlebel Islam,
Dalam situasi semacam ini orangtua seperti Yayasan Muhammadiyah,
perlu mengambil langkah-Iangkah Yayasan NU, Yayasan al-Azhar dan
tertentu seperti ikut belajar cara lain-lain, sekalipun mungkin ter;ihat
mendidik, sebagai upaya mengantar belum sangat efektif. Salah satu
anak menuju pintu gerbang masa penyebabnya adalah karena kurang
depan yang cerah, sehat dan agamis. komprehensi1nyakurikulum keislaman
Inidapat dilakukan misalnya dengan : di dalamnya. Kendatipun begitu, ini
Pertama, mendatangkan guru jauh lebih baik dibandingkan misalnya,
privat agama pada waktu usia anak di memasukkan anak ke sekolah-
bawah dua belas tahun untuk sekolah non-Muslim. Memang
mengajarkan nilai-nilai dasar Islam, menyekolahkan anak ke sekolah-
termasuk cara membaca al-Qur'andan sekolah non-Muslim tidak berarti anak
mempelajari Hadits. Pada usia tiga tersebut akan terkonversi ke agama
belas tahun sarnpai dengan delapan lain, tetapi dampak minimal yang tak

22 JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VJIITahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

terhindarkan adalah timbulnya sikap tidak atau jarang tersedia. Sebagai


skeptis dan apatis anak1erhadap Islam contoh Malaysia, negara Islam yang
serta pengdangkalan aqidah. relatif maju program pendidikannya ini,
Alhasil, semakin kuat niIai-niIai menurut UNESCO (1996) hanya
agama tertanam, maka akan semakin mengalokasikan dana U$D 82
kokoh pula resistansi anak terhadap perkapita, sementara Indonesia
pengaruh-pengaruh negatif dari luar. sendiri cuma mengalokasikan U$D 6
Studi kasus yang diadakan oleh perkapita.
Francis (1997) terhadap 20.968 anak Hal ini menirnbulkan dampak-
remaja dari seratus sekolah yang dampak yang tidak efektif, seperti
tersebar di Inggris dan Wales, pelajar yang hendak memperdalam
menguatkan pendapat ini. ilmunya terpaksa harus pergi ke luar
negeri yang biayanya relatif lebih
Reformasi Paradigma Pendidikan mahal apalagi kalau tujuan belajarnya
Secara faktual hampir seluruh di negara-negara maju. Sementara
negara-negara Islam yang baru ter- kecenderungan belajar ke luar negeri
lepas dari belenggu penjajahan Barat -ini menirnbulkan persoalan tersendiri
di akhir abad dua puluh tepatnya khususnya bagi rnereka yang secara
sekitar 1950-an. Pada umumnya ter- ekonomis kurang mampu.
jadinya pemindahan kekuasaan dari Dari ribuan rnahasiswa Indonesia
penjajah ke tangan pribumi, telah yang belajar di Iuar negeri, kecuali
menimbulkan terjadinya perubahan yang belajar di negara-negara rnaju
politik di negara-negara tersebut yang seperti Amerika, Eropa dan Australia
sebagai akibatnya tertundanya refor- yang umumnya berlatar belakang
masi pendidikan yang dicita-citakan ekonorni menengah ke atas, yang
sebelumnya. Rezim kekuasaan yang terse bar di Asia Selatan (India,
baru pasca koionialisasi tidak mampu Pakistan, Bangladesh) dan Tirnur
memfokuskan diri pada tugas ini. Tengah (Mesir, Jordan, Syria, Sudan,
Fokus utama mereka adalah bagai- dan lain-lain) rnayoritas adalah berlatar
mana mempertahankan kekuasaan di belakang ekonomi lemah (kaum santri
tengah-tengah .terjadinya kekacauan pedesaan). Untuk biaya studl dan
politik. menunjang kehidupan sehari-hari
Oleh karena itu, pengembangan mereka harus banting tulang bekerja
dan reformasi pendidikan menjadi part time yang beraneka ragam, rnulai
terabaikan untuk beberapa waktu. dari bekerja sebagai stat lokal di
Pendidikan hanya menjadi bagian dari kedutaan-kedutaan Indonesia setem- .
retorika politik dan rencana-rencana pat, mengajar privat, berwiraswasta
pengembangan pendidikan yang (seperti yang dilakukan juga sebagian
terartikulasi tanpa adanya pencapaian mahasiswa Mesir dengan mernbuka
yang berarti. Dewasa inipun anggaran warnet atau agen perjalanan),
negara yang dicanangkan untuk menjaga warnet, sampai bekerja
program pendidikan termasuk di sebagai guide jamaah haji, baik travel-
negara-negara Islam, relatif sangat ONH Plus maupun jamaah haji biasa
rendah sehingga infrastruktur yang dikenal dengan istilah pekerja
pendidikan yang mutlak diperlukan TEMUS (tenaga musirn atau seasonal

JPI FfAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003 23


H.AF. DJUNAEOf,TANTANGAN DAN PROBLEMANTfKA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

worker). Apa yang dihasilkan mereka Lembaga-Iembaga Islam semacam


selama kerjapatttime, termasukguide pesantren perlu mendapatkan du-
haji, umumnya sangat pas-pasan dan kungari sepenuhnya dari pemerintah,
tidak seimbang dengan terbuangnya balk moril maupun finansial, karena
waktu dan tenaga yang mereka lembaga-Iembaga semacam inilah
keluarkan. yang berperan besar membantu'
Oi samping itu, sudah bukan program pemerintah di dalam
rahasia lagi bahwa di era Orde Baru melestarikan nilai-nilai dan spirit Islam
pelajar mengalami banyak hambatan, di satu sisi, dan pemberantasan buta
khususnya untuk kuliah agama, untuk huruf di sisi Jain.khususnya di daerah-
dapat befajar ke luar negeri apalagi daerah pedesaan yang notabene
untuk mendapatkan beasiswa. menjadi . tempat mayoritas rakyat
Bandingkan misalnya dengan Indonesia.
Malaysia atau India. Para pelajarnya Di lain pihak lembaga-lembaga
bukan hanya didorong untuk belajar ke Islam tradisional semacam pesantren,
luar negeri tetapi juga mendapat khususnya pesantren salaf perlu
tawaran-tawaran beasiswa atau melepaskan diri dari blue-print
pinjaman-pinjaman jangka panjang lamanya dan memodernisasi sistem
yang menarik. Oi era pasca Orba saat dan metode pendidikannya agar tidak
ini praktik-praktik mempersulit pslajar tertinggal dengan perkembangan
yang akan studi ke luar negeri masih keilmuan modern yang melaju begitu
saja terjadi yang dilakukan oleh pesat. Secara histories, sejak awal
berbagai pihak birokrasi yang terkait, berdirinya pada sekitar abad enam
mulai dari pengurusan paspor, belas melewati rnasa penjajahan, Orde
permintaan rekomendasi, dan lain- Lama, Orde Baru, dan Orde Retormasi
lain, hampir tidak dapat dilakukan saat ini, pesantren salaf dikenal
tanpa adanya uang pelicin di bawah dengan sikapnya yang selalu menjaga
meja. jarak dengan kekuasaan (Federspiel,
Adanya amandemen konstitusi 1995) dan pemerintahpun enggan
yang mengalokasikan 20% anggaran mendekati pesantren kecuali saat-saat
untuk pendldlkan, sebuah gejala yang menjelang PEMILU. .
baik. Tapi langkah ini tentu saja belum Oi "Orde Reformasi" ini sangat
cukup, masih dibutuhkan sejumlah urgen adanya sikap kebersamaan
langkah reformasi lain di bidang antara lembaga-Iembaga agama,
pendidikari termasuk di antaranya khususnya lembaga Islam dengan
menghilangkan praktik diskriminasi pemerintah melalui pendekatan yang
pengalokasian dana antara institusi bersifat mutual respect (saling
pendidikan di bawah Oepdiknas dan menghargai), mutual understanding
Oepartemen Agama. Dalam hal ini (saling memahami) dan mutual need
perlu pula peningkatan apresiasi (saling membutuhkan). Ini dekemas
kalangan birokratterhadap pelajar dan dalam tujuan yang pasti yaitu untuk
mahasiswa dengan cara memberikan semakin mendorong laju pertumbuh-
kemudahan bukan malah mempersulit an pendidikan demi terciptanya jutaan
segala proses yang berkaitan dengan pakar-pakar Iptek yang ber-imtaq.
prosedur urusan pend id ikan. Oalam hal ini sikap arogansi

24 JPI FJAIJurusan Tarbiyah Volume VJ/ITahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

kekuasaan di satu pihak dan rasa terlalu ideal. Kendatipun bukan berarti
inferioritas di pihak lain, mutlak harus mustahil dilakukan dengan melihat
dihapuskan. beberapa fenomena paling mutakhir di
Sementara itu sesuai dengan latar berbagai dunia Islam, khususnya
belakang dan kecenderungan yang Indonesia meliputi (a) semakin
berbeda, para i1muwanterbagi dalam menipisnya dikotomi antara
dua kategori yaitu, (a) ilmuwan agama, meminjam istilah Clifford Geertz Islam
yakni ilmuwan yang mengadakan Santri dan Islam abangan, (b) semakin
pengkajian khusus berbagai disiplin banyaknya pakar iptek yang berlatar
ilmu agama dan (b) ilmuwan umum, belakang santri, (c) semakin tipisnya
yakni para pakar yang mengambil friksi yang terjadi antara berbagai
spesifikasi berbagai disiplin ilmu organisasi Islamyang disebabkan oleh
duniawi kontemporer. Para ilmuwan semakin tajamnya visi Islam mereka
umum tentunya akan 'menggarap' dalam awal milenium ini dan (d)
ladang yang sesuai dengan bidang- terjadinya perubahan dahsyat dalam
bidang yang menjadi keahlian mereka konstelasi politik di Indonesia dari
masing-masing, sementara fungsi 'demokrasi artifisial, menuju demokrasi
para i1muwanagama di sini adalah (a) yang relatif dapat diharapkan.
sebagai meditor antara aspirasi umat Untuk itu yang paling diperlukan
dengan para pakar iptek, (b) guna mengimplementasikan blue-print
mengadakan hubungan yang di atas adalah visi yang jauh ke depan
proporsional dengan para pakar dan political will semua pihak yang
komunikasi massa dalam rangka terkait yaitu: individu-individu Muslim
memanfaatkan media massa, (termasuk orangtua), para pakar iptek
khususnya televisi dan internet, dan agama, institusi-institusi pendi-
sebagai u paya unifikasi dan dikan, lembaga-Iembaga Islam serta
pengembangan umat dan (c) pemerintah. Tanpa adanya unifikasi
menyatukan paradigma para pakar political will berbagai elemen di atas,
iptek Muslim bahwa apa yang telah, umat Islam Indonesia akan tetap
sedang dan akan diperbuat selalu terbelakang, dan bila demikian Indo-
mengandung dua dimensi yaitu nesia tidak akan pernah menjadi.
pengabdian kepada Allah (ibadah) negara maju, sebagaimana yang dika-
dan untuk kebaikan serta rahmat takan oleh Sayidiman Suryohadiprojo,
seluruh umat manusia (Nawwab, mantan gubernur Lemhanan
1979). Hal ini pada gilirannya nanti (Hepublika, 23/09/1994).***
akan mengarah pada Islamisasi iptek
sebagaimana yang dicita-citakan oleh Kepustakaan
al-Faruqi.
Ahmed, Manzoor (1990), Islamic
Penutup Education, New Delhi: Oazi
Gambaran solusi Islami terhadap Publishers
tantangan-tantangan pendidikan di era
globalisasi di atas, bagaimanapun, Asfar, Muhamad (1996), "Ulama dan
merupakan disain besar, yang oleh Politik: Perspektif Masa Depan",
sebagian kalangan mungkin dianggap Ulumul Ouran, 5(V1

JPI FlAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni 2003 25


H.AF. DJUNAEDI, TANTANGAN DAN PROBLEMANTIKAPENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

Brown, Chip, "The Science Club Movies", New England Journal of


Serves its Country" dalam Medicine.
Esquire, December 1994.
Furnharn, A. & Gunter, B. (1983).
Cairns, E. ('1990),"Impact of Television "Po Iitical Knowledge and
News Exposure on Children's Awareness in Adolescent",
Perceptions of Violence in Journal of Adolescence.
Northern Ireland" Journal of Social
Psychology Gunter, B. (1984). "Television as
Facilitator of Good Behaviour
Conway, M.M., Stevens, A.J. & Smith, among Children", Journal of Moral
R.G. (1975), "The Relation Education.
between M ed ia Use and
Children's Civic Awareness", Huesman, L.R. & Eron, L.D. (Eds.)
Journalism Quarterly. (1986), Television and the
Aggressive Child: A cross-national
Durkin, K. (1985), Television, Sex-roles comparison, Hillsdale, New
and Children, Milton Keynes, Jersey, Erlbaum.
Open University Press.
Hegell, A & Newburn, T. (1996),
Earl, R.A. & Pastermack, S. (1991), "Comparison of the Viewing
"Television Weather Casts and Habits and Preferences of Young
their Role in Geographic Offenders and Representative
Education", Journal of Shoal Children", Pastoral Care,
Geography, him. 90, 113-117. '14,1.

Faruqi, Isma'il al- (1987). "Foreward" Hiesberger, J.M. (1981), "The Ultimate
dalam Akbar S. Ahmed Toward Challenge to Religious Education"
Islamic Anhtropology: Definition, dalam Religious Education, 76 (4).
Dogma and Directions, Lahore.
Hendry, L.B. & Thornton, D.J.E. (1976),
Francis, Leslie J. (1997), "The Socio- "Games Theory, Television and
psychological Profile of the Leisure: an Adolescent Study,
Teenage Television Addict" dalam dalam British Journal of Social and
The Muslim Education Quarterly. 1 Clinical Psychology, 15.
(15).
Khan, Sharif (1986), Islamic Education,
Federspiel, Howard M. (1995), New Delhi: Ashish Publishing
"Pesantren" dalam Esposito, J.L. House.
The Oxford Encyclopedia of
Modern Islamic World, London: Khan, Sharif (1997), Some Aspects of
Oxford University Press,Vo1.3. Islamic Education, Ambala Cantt.
(India): Associated Publishers.
Gould, M.S. & Shaffer, D. (1986), "The
Impact of Suicide in Tel~vision

26 JPI FIAt Jurusan Tatbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003


PARADIGMA BARU PENDIDIKAN {SLAM

Khusro, Syed Ali Muhammad (1981), Tan, A.S. (1979), "Television Beauty
"Education in Islamic Society" Ads and Role Expectations of
d a lam Khan, Muhammad Adolescent Female Viewers",
Wasiullah, Education and Society dalam Journalism Quarterly, 56.
in the Muslim World, Jeddah:
Hodder. & Stoughton King Telfer, R.J. & Kann, R.S. (1984),
Abdulaziz University. "Reading Achievement, Free
reading, Watching TV, and
Pikiran Rakyat, 02 Oktober 2003, Listening to Music", Journal of
Meningkat, Kegemaran Anak Reading, 27.
Nonton Televisl
UNESCO (1996), dalarn Jawed,
Rosenbaum, Ron (1995), "Even the Muhammad, (Ed.) Year Book of
Wife of the President of the United the Muslim World: A Handy
States had to Stand Naked", The Encyclopaedia, New Delhi:
Independent, 21 January, cetak Medialine.
ulang dari kisah dalam The New
York Times. Wiegman, 0., Kuttschreuter, M. &
Baarda, B. (1992), "A Longitudinal
Selnow, G.A. & Reynolds, H. (1984), Study of the Effects of Television
"some Opportunity Costs of Viewing on Aggressive and
Television Viewing", Journal of Prosocial Behaviors", dalam A
Broadcasting, 28. British Journal of Socail
Psychology, 31.
Silverman-Watkins, L.T. & Sprafkin,
J.N. (1983). "Adolescent' Young, Robert (1997), "Science is
Comprehension of televised Social Relations", dalam Radical
Sexual Innuendos", dalam Science Journal, 5.
Journal of Applied Developmental
Psychology, 4. Zuckerman, D.M., Singer, D.G. &
Singer J.L. (1980), "Children's
Sheehan, p.w. (1983),"Age Trends and Television Viewing, Racial and
Correlats of Children's Television Sex-role Attitude", dalam Journal
Viewing", dalam Australian of applied Social Psychology", 10
Journal of Psychology, 35.

Tidhar, C.E. & Peri, S. (1990), "Deceitful


behaviour in Situation Comedy:
Effects on Children's Perceptions
of Social Reality", dalamJournal of
Educational television, 16. '

JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIIf Tahun VI Juni 2003 27

Anda mungkin juga menyukai