Anda di halaman 1dari 16

AKUNTABILITAS DAN INTEGRITAS POLITISI WAKIL RAKYAT

STUDI :

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Pemerintahan

Dosen Pengampu : Ira Permata Sari, S.IP., M.A.

Oleh :

Ferly Cahya (185120607111021)

C – IPM 3

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintahan bersih adalah syarat kemajuan suatu bangsa. Pemerintahan yang


korup menyebabkan kemiskinan, sumber diskriminasi, rentan konflik, dan
penyalahgunaan kekuasaan. Lemahnya integritas pejabat publik merupakan akar
masalah terjadinya korupsi, selain adanya sistem yang mengabaikan partisipasi dalam
pengawasan. Kekuasaan yang demikian besar memerlukan kontrol untuk mencegah
penyalahgunaan wewenang yang mengoroposkan komitmen dan nilai-niali pelayanan
publik serta demokrasi.

Sesuai dengan perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap pejabat publik


sebagai penyelenggara pemerintahan, dan pelayan masyarakat semakin gencar dan
kuat untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan
berkualitas. Termasuk di antaranta adalah memberikan layanan publik yang prima,
serta mengelola sumber daya publik secara akuntabel, transparan, dan bebas dari
segala bentuk penyalahgunaan. Landasan utama untuk terbentuknya pemrintahan
yang akuntabel, transparan, dan pelayan prima tersebut adalah penguatan etika dan
integritas jajaran birokrasi. Untuk menjaga integritas publik perlu melakukan upaya
pencegahan dengan mengidentifikasi risiko penyebab konflik kepentingan;
membangun mekanisme akuntabilitas internal dan eksternal yang mudah diakses oleh
pemeriksa publik; pendekatan manajemen yang menjamin bahwa pejabat publik
mengambil tanggung jawab pribadi tidak menimpahkan ke pihak lain, bila ada
pelanggaran etika publik; budaya etika organisasi agar tumbuh untuk menolak atau
menghindari setiap bentuk konflik kepentingan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana akuntabilitas dan integritas politisi wakil rakyat?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui akuntabilitas dan integritas politisi wakil rakyat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teori Akuntabilitas

Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa inggris yaitu accountability,


yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau
keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas berfungsi sebagai seluruh
komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, organisasi, kelompok, maupun
pemerintah sesuai tugas dan kewenangannnya masing- masing.

Konsep akuntabilitas berawal dari pemikiran bahwa kegiatan harus


dipertanggungjawabkan kepada orang atau instansi yang memberik kewenangan
untuk melaksanakan suatu program. Seiring dengan meningkatnya aktivitas
pemerintah dalam pengaturan perdagangan, industri, perlindungan hak asasi dan
kepemilikian, dan penyediaan jasa sosial, timbul kesadaran yang luas untuk
menciptakan sistem pertanggungjawaban pemerintah yang komprehensif.
Akuntabilitas merupakan kewajiban dari individu- individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumberdaya public dan bersangkutan dengannya
untuk dapat menjawab hal- hal yang menyangkut kebijakan fiscal, managerial, dan
program. Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau kelompok
dalam suatu unit organisasi untuk mempertanggungjawabankan setiap kegiatan dalam
hal pengelolaan dan pengendalian sumberdaya dan pelaksana kebijakan yang
dimandatkan kepadanya dalam rangka untuk mencapai tujuang yang telah
ditetapkan.1

Selain wujud pertanggungjawaban juga merupakan prinsip- prinsip tata kelola


yang baik dalam pemerintah (Good Governance). Accountable memiliki ciri- ciri (1)
mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat, dan

1
Widya Marta. 2014. Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kinerja Intansi Pemerintah
pada Dinas di Kota Bandung (Survey di Instansi Pemerintah Kota Bandung). Skripsi. Bandung :
Universitas Widyatama
tepat kepada masyarakat. (2) mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
public. (3) mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan. (4) mampu menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan setiap kebijakan public secara proposional. (5) adanya
sarana public untuk menilai derajat pencaian pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah2. Akuntabilitas memiliki ruang lingkup luas tidak hanya untuk keuangan
saja, melainkan untuk pertanggungjawaban kinerja, program atau kegiatan yang telah
dijalankan, dan juga akuntabilitas hasil yang telah dicapai dari program.3 Dari
perspektif American Accounting Association menyatakan bahwa akuntabilitas suatu
entitas pemerintahan dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu

1. Sumber daya finansial


2. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijakan administrasi
3. Efisiensi dan ekonominya suatu kegiatan
4. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercerimin dalam pencapaian
tujuan, manfaat, dan efektivitas.

Sedangkan dari perspektif fungsional, akuntabilitas dilihat sebagai suatu


tingkatan dengan lima tahap yang berbeda diawali dari tahap yang lebih banyak
membutuhkan ukuran- ukuran obyektif (legal compliance) ke tahap yang
membutuhkan lebih banyak ukuran- ukuran subyektif. Tahap- tahap tersebut adalah

1. Probability and legality accountability. Hal ini menyangkut


pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang
disetujui dan sesuai dengan peraturan UU yang berlaku (compliance)
2. Process accountability atau disebut juga dengan penggunaan planning,
allocating, and managing

2
Sopanah. 2005. Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisispasi Masyarakat, Transparansi Kebijakan
Publik terhadap Hubungan Antara Pengertahuan Anggaran Daerah dengan Pengawasan Keuangan
Daerah (APBD). Jurnal Logos. Vo. 3 No.1
3
Siti Sueb Junaroh.2018. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa se Kecamatan Kertosono
Kabupaten Nganjuk. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
3. Performance accountability. Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang
dilakukan sudah efesien (effecien and economy)
4. Program accountability. Di sini akan disoroti penetapan dan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan tersebut. (outcomes and effectiviness)
5. Policy accountability. Dilakukannya pemilihan berbagai kebijakan yang
akan tirapkan atau tidak (value)4
2.2. Teori Integritas

Integritas adalah keseluruhan nilai- nilai kejujuran, keseimbangan, memberi


kembali, dedikasi, kredibilitas, dan berbagai pengabdian diri pada nilai- nilai
kemanusiaan dalam hidup. Integritas juga termasuk kedalamnya sikap jujur,
konsisten, komintmen, berani, dan dapat dipercaya5. Integritas merupakan standar
moralitas yang tertanam pada individu seseorang sehingga penilaian baik dan tidak
integritas individu terluhat dari moral dan etika yang dimiliki individu
sendiri(menyangkut moral dan etika)6. Konsep integritas itu sendiri di dalamnya
mengidentikkan dengan kata hati, akuntabilitas moral, komitmen moral, dan
konsistensi moral seseorang.

Secara etimologis, kata integritas (integrity), integrasi (integration) dan


integral (integral) memiliki akar kata Latin yang sama, yaitu “integer” yang berarti
“seluruh” (“whole or entire”) atau “suatu bilangan bulat” (“a whole number”). Jadi,
sesuatu yang berintegritas merupakan sesuatu yang utuh dalam keseluruhannya,
sesuatu yang tidak terbagi, dimana nuansa keutuhan atau kebulatannya tidak dapat
dihilangkan. Meskipun sesuatu yang berintegritas terdiri dari banyak elemen,
keutuhan atau kebulatannya selalu terjaga sebagai hasil dari hubungan timbal balik
yang kuat diantara elemen-elemennya. Namun bersatunya elemen-elemen itu lebih
merupakan suatu persatuan (incorporation) daripada suatu kesatuan (unity), karena
identitas elemen tidak hilang. Identitas tiap elemen dari sesuatu yang berintegritas
masih bisa dikenali, meskipun fungsinya sulit dipisahkan dari fungsi keseluruhan.
4
Ibid.
5
Suryo sulaiman. 2010. The Quantum Succes. Jakarta : PT Elex Media
6
Paine. 1994. Managiing for organizational integrity
Istilah sederhana “kompak” dan “kekompakan” barangkali tepat untuk
menggambarkan.7bersatunya elemen-elemen sesuatu yang berintegritas sedemikian
sehingga konotasi keutuhan atau kebulatannya (wholeness) tetap terjaga. Pengertian
Integritas menurut Henry Cloud, ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak
akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh, yang bekerja dengan baik
dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya.
Integritas sangat terkait dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan
manusia.8

Sementara itu, dari penjelasan tentang integritas sebelumnya dapat


disimpulkan bahwa integritas merupakan keutamaan/ kebajikan yang mendorong
individu yang memilikinya untuk melakukan upaya partisipatif terbaik mewujudkan
kehidupan bersama yang baik (the good life) melalui pengelolaan berfungsinya
semua partikularitas yang individu tersebut miliki atau pengaruhi keterwujudannya.
Individu yang dimaksud di sini bisa berupa seorang manusia atau suatu institusi/
organisasi yang secara fungsional dikendalikan atau dipengaruhi sekelompok
manusia di dalamnya. Pada seorang manusia, integritas merupakan suatu karakter
yang baik, sedangkan pada suatu institusi/ organisasi, integritas merupakan suatu
budaya organisasi yang baik. Baik pada seorang manusia maupun pada suatu
institusi/ organisasi, integritas menimbulkan daya dorong untuk mengarahkan
berfungsinya partikularitas demi kebaikan umum yang sebanyak mungkin manusia
bisa ikut merasakan (common good).

Integritas dan profesionalisme berlaku pada semua bidang kehidupan


misalnya, bidang hokum, sosial, politik, ekonomi, dan lain sbagainya. Tuntutan
terhadap peningkatan integritas dan profesionalisme aparatur birokrasi, karena
didorong sebagai bagian dari proses untuk mewujudkan desentralisasi yang efisien,
pemerintahan demokratis dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat yang
didasarkan pada nilai-nilai dasar sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

7
Jurnal Integritas. Volume 3 No 1 Tahun 2017. PDF.
8
Cloud, Henry. 2007. Integritas: Keberanian Memenuhi Tuntutan Kenyataan. Yogyakarta: Pustaka
Tentu harapan semua pihak baik pemda maupun masyarakat adalah keberadan
birokrasi yang dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Dan kesuksesan
reformasi birokrasi ditentukan oleh kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
birokrasi pemda. Sedangkan birokrasi yang baik didasarkan pada perwujudan
perilaku aparatur birokrasi yang berintegritas dan profesional.9

Menurut Wurangan (2005) Integritas yaitu sebagai suatu elemen karakter yang
mendasari pengakuan professional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus pengorbanan rahasia penerima jasa
sehingga laporan yang disajikan ini dapat menjelaskan suatu kebenaran akan fakta10.
Karena dengan cara itulah maka masyarakat dapat mengakui profesionalisme
sesoorang. Elemen- elemen integritas tersebut adalah

1. Harus memegang teguh prinsip, yaitu pedoman bertindak untuk memperoleh


hasil maksimal dengan pengorbanan tertentu
2. Berprilaku terhormat, dengan menghindari diri dari segala kecurangan dan
praktik- praktik yang melanggar peraturan dan kode etik yang berlaku
3. Jujur, apa yang dikatakan seseorang yang berintegritas harus sesuai dengan
hati nuraninya, dan sesuai dengan kenyataan yang ada
4. Memiliki keberanian, untuk mengungkapkan dan mengambil tindakan yang
diperlukan
5. Melakukan tindakan berdasarkan pada keyakinan akan keilmuannya yang
tidak ceroboh
6. Tidak bertindak dengan menuruti hawa nafsu11.

9
Tri Ratnawati. 2000. “Desentralisasi dan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia”
Dalam Sidik Jatmika. Otonomi Daerah: Perspektif Hubungan Internasional. Yogyakarta: BIGRAF
Publishing, hal. 18
10
Wurangian. 2005. Integritas dan Objektivitas auditor pada KAP serta faktor- faktor yang
mempengaruhinya. Majalah ekonomi (TH XV, No 3A Desember. Surabaya : Universitas Airlangga
11
M. Wiryawan Saputra. 2018. Penerapan Nilai Integritas Dalam Rekutmen Politik Calon Anggota
DPRD Kota Bandar Lampung Dari Partai Golongan Karya (Golkar) 2019. Skripsi. Lampung : Universitas
Lampung
Dalam berprilaku integritas, dibutuhkan indikator tertentu bahwa seseorang harus
memahami dan mengenali perilaku kode etik, melakukan tindakan yang konsisten
dengan nilai (velue) dan keyakinannya, sehingga seseorang juga harus mampu
bertindak berdasarkan nilai meskipun sulit untuk dilakukan.

2.3. Akuntabilitas dan Integritas Politisi Wakil Rakyat

Akuntabilitas tidak lagi hanya ada di wilyah manajemen, tetapi telah menjadi isu
kunci dalam kebijakan dan pengambilan keputusan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dalam beberapa pandangan, akuntabilitas digunakan baik secara substantif maupun
retoris sebagai sebuah konsep politik, simbol, dan manifestasi praktikal yang beragam
lainnya. Akuntabilitas publik di Indonesia bisa dibedakan menjadi (1) akuntabilitas
publik pemerintah pusat; (2) pemerintah daerah; (3) BUMN.12

Lembaga legislatif sebagai lembaga yang dipilih oleh rakyat, dan kedudukannya
adalah sebagai wakil rakyat yang sebisa mungkin harus memposisikan diri sebagai
penyambung lidah rakyat, mengingat pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara
demokrasi adalah rakyat (kedaulatan rakyat), maka setiap tindakan dan sikap yang
dilakukan selama menjadi pejabat publik harus merupakan kebulatan dari amanat
rakyat. Bentuk akuntbilitas (pertanggungjawaban) dari anggota legislatif terhadap
masyarakat, terutama bagi konstituen yang merupakan masyarakat pemberi amanat
masih dipandang lemah dan semu. Akuntabilitas publik yang ditunjukkan oleh
anggota legislatif kepada masyarakat atau konstituen politik belum diatue secara
jelas, sehingga mekanisme akuntabilitas publik dari anggota legislatif dilakukan
melalui partai politik dan berkecenderungan terjadi pembiasaan. Akuntabilitas publik
bagi anggota kegislatif mengarah pada sistem imbalan atas dukungan suara
konstituen dalam meraih kursi di lembaga legislatif berupa pemberian bantuan-
bantuan baik berupa material maupun non-material. Sementara bentuk akuntabilitas
publik yang meliputi sikap responsif atas setiap masukan, kritikan dan transparansi
dalam setiap pengelolaan anggaran publik tidak diterapkan sebagai sebuah kontrol
12
Dwi Afriyanti, dkk., “Penilaian Indeks Akuntabilitas Instansi Pemerintah”, Jurnal Tata Kelola dan
Akuntabilitas Keuangan Negara Vol. 1 No. 1, 2015, hlm. 25
dari masyarakat. Kurangnya perhatian atas partisipasi dan aspirasi yang datang dari
masyarakat menempatkan lembaga legislatif yang rentan terhadap penyalahgunaan
weweang. Hal ini mencerminkan bahwa sistem akuntabilitas lembaga legislatif yang
seharusnya tampak dilakukan oleh para anggota legislatif, fraksi, maupun pimpinan
legislatif belum berjalan secara efektif.

Bentuk akuntabilitas lembaga legislatif yang bukan sekedar dilihat secara politik,
akan tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Lembaga
legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat, yang diisi dan ditempati oleh para
pejabat yang dipilih oleh rakyat, karena dianggap memiliki kemampuan dan
dipercayai dapat menyuarakan setiap aspirasi dan kepentingan rakyat, maka sudah
selayaknya harus mampu memberikan wujud pertanggungjawaban baik secara
konstituen maupun kepada seluruh elemen masyarakat. Penekanan utama dalam
akuntabilitas lembaga legislatif, yaitu menyangkut kewajiban pemegang kekuasaan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh keputusannya kepada pemberi mandat
(public). Dalam hal ini, wujud akuntabilitas tidak sebatas pada kerapian administrasi
(pelaporan), tetapi pada hal yang lebih utama, yaitu berkaitan dengan peroalan
seberapa mampu memegang amanat/mandat untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat.13

Berbicara mengenai integritas, integritas menjadi syarat utama kepemimpinan.


Ada banyak ahli manajemen yang mengatakan bahwa setiap pemimpin yang berhasil,
selalu dilandasi dengan integritas yang tinggi. Menurut mereka, tanpa integritas yang
tinggi, kepemimpinan yang dilaksanakannya tidak akan sukses atau pun berhasil.
Integritas akan melahirkan reputasi dan reputasi akan melahirkan kepercayaan.
Integritas sering diartikan sebagai satunya pikiran, perkataan dan perbuatan. Jika
merujuk pada kata asalnya, yaitu integer dan integration, maka integritas mempunyai
makna berbicara utuh dan sepenuh-penuhnya.14

13
Aan Anwar Sihabudin, “Revitalisasi Sistem Akuntabilitas Lembaga Legislatif sebagai Wujud
Democratic Responsibility (Suatu Polemik Pertanggungjawaban Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
terhadap Konstituen Politik)”, Jurnal FISIP Universitas Galuh, hlm. 522
14
Ippho Santosa, “7 Keajaiban Rezki”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2010
Seorang pemimpin atau pun politisi wakil rakyat haruslah mempunyai integritas
yang tinggi. Sebagai wakil rakyat yang merupakan representasi dari rakyat, maka
seorang anggota legisltaif harus mempunyai jiwa yang jujur serta kualitas diri yang
baik. Semua yang ada dalam diri harus berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu,
seorang wakil rakyat yang merupakan penyambung lidah rakyat juga harus bisa
mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya karena integritas seseorang
akan terlihat dari perkataan dan perbuatannya.

2.4. Studi Kasus City Council (Dewan Kota) Vancouver, Kanada

City council (dewan kota) Vancouver terdiri dari mayor (walikota) dan 10
councillors yang dipilih untuk periode 4 (empat tahun).15 Kesepuluh councilor
tersebut dapat ditelusuri baik biografi maupun performa kerjanya, melalui daftar
profil yang ditampilkan dalam situs resmi. Dalam situs ini, seorang councilor George
Affleck dipublikasikan kecenderungan pandangannya, dan keberhasilannya untuk
mewujudkan gagasannya.16 Lebih dari itu, setiap persidangan di dalam city council
direkam dan dapat diamati sewaktu-waktu, karena terdokumentasi secara online.
Tampak dari kutipan publikasi situs The City of Vancouver Councillor George
Affleck yang terpilih pertama kali di Vancouver pada tahun 2011 memiliki komitmen
pada kepentingan dalam isu-isu warga Vancouver, pembayar pajak, dan bisnis.
Dalam periode pertama ini, Councillor Affleck mendorong transparansi anggaran dan
pengendalian fiskal di balai kota. Dia berhasil memperkenalkan sejumlah mosi,
termasuk di antaranya adalah mengembangkan akses media terhadap pegawai di balai
kota.
Dalam periode keduanya, Councillor Affleck berhasil memperkenalkan mosi
untuk menyelidiki pembentukan kantor ombudsperson’s (ombudsman), yang
mengarah pada terciptanya Balai Kota yang lebih akuntabel terhadap masyarakat di
Vancouver. Sebelum memasuki dunia politik, Affleck mengepalai komite orang tua

15
City of Vancouver, “Vancouver City Council,” http://vancouver.ca/your-government/vancouver-city-
council.aspx, diakses 22 November 2019.
16
City of Vancouver, “Councillor George Affleck,” http://vancouver.ca/your-government/george-affleck.aspx,
diakses 22 November 2019
siswa sekolah dasar False Creek, memimpin festival komedi internasional di
Vancouver, the Cooperative Auto Network (now Modo), dan bekerja sebagai direktur
the Vancouver International Children’s Festival. Selain deskripsi tersebut, terdapat
pula riwayat jabatannya baik di komite maupun jabatan kedaerahan.
Selain dari laman mengenai profil, kehadiran, dan penghasilan, situs ini juga
menginformasikan catatan kontribusi pandangan dan pemikiran para councilor dalam
persidangan. Secara rutin, notice of meeting yang jelas berisi keterangan agenda,
waktu, dan tempat persidangan dapat terakses secara mudah. Dalam risalah tersebut
konten persidangan dapat diunduh, yang di dalamnya dapat ditelusuri siapa saja yang
turut berbicara dalam sidang. Selain risalah dalam bentuk dokumen pdf, berbagai
dokumentasi video persidangan dapat pula ditonton, walaupun dalam masa tayang
tertentu. Dari uraian tersebut, sistem akuntabilitas anggota city council di Vancouver
jika dituangkan ke dalam bentuk tabel, maka dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Pola Akuntabilitas Anggota Badan Perwakilan Rakyat di Vancouver


Aspek Akuntabilitas Karakter Deskripsi

Mandat Politik Councilor memiliki Councilor dipilih langsung


legitimasi politik yang kuat oleh rakyat
Akuntabilitas Kolektif Tindakan/keputusan harus
disepakati bersama Mayor
dalam pembentukan
peraturan daerah,
persetujuan anggaran, dan
perangkat daerah serta
penempatan staf

Akuntabilitas individu Lebih tampak Mekanisme


pertanggungjawaban moral pertanggungjawaban belum
terkonfirmasi

Media akuntabilitas individu Publikasi internet

Bentuk-bentuk akuntabilitas Kehadiran, kontribusi


gagasan dalam persidangan,
pandangan dan pemikiran
politik, pencapaian, dan
pendapatan

Sumber: City of Vancouver

Berdasarkan data tersebut, aspek akuntabilitas dari politik pada councilor di Kota
Vancouver memiliki legitimasi politik yang cukup kuat karena mereka dipilih secara
langsung oleh rakyat. Secara kolektif, akuntabilitas anggota badan perwakilan ini
tercermin pada tindakan/keputusan harus disepakati bersama walikota dalam
pembentukan peraturan daerah, persetujuan anggaran, dan perangkat daerah serta
penempatan staf. Sementara itu, akuntabilitas secara individu lebih menampakkan
pertanggungjawaban secara moral, walaupun mekanisme pertanggungjawaban belum
terkonfirmasi. Yang menjadikan masyarakat terpenuhi hak atas informasinya secara
jelas dalam hal ini, adalah bahwa melalui publikasi internet, bentuk-bentuk informasi
berupa kehadiran, kontribusi gagasan dalam persidangan, pandangan dan pemikiran
politik, pencapaian, dan pendapatan, dapat dirasakan sebagai bentuk akuntabilitas
individu. Tidak mudah informasi seperti ini dikehendaki oleh seorang anggota badan
perwakilan, karena sangat bergantung pada kesadaran, kesukarelaan, dan ketundukan
pada etika keterbukaan diri. Hal yang juga mendukung adalah bahwa walikota
merupakan bagian dari dewan kota, yang menjadikan suatu jabatan politis memiliki
persamaan akuntabilitas, dan berbeda dengan akuntabilitas aparat birokrasi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bentuk akuntabilitas lembaga legislatif yang bukan sekedar dilihat secara politik,
akan tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Lembaga
legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat, yang diisi dan ditempati oleh para
pejabat yang dipilih oleh rakyat, karena dianggap memiliki kemampuan dan
dipercayai dapat menyuarakan setiap aspirasi dan kepentingan rakyat, maka sudah
selayaknya harus mampu memberikan wujud pertanggungjawaban baik secara
konstituen maupun kepada seluruh elemen masyarakat. Penekanan utama dalam
akuntabilitas lembaga legislatif, yaitu menyangkut kewajiban pemegang kekuasaan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh keputusannya kepada pemberi mandat
(public). Dalam hal ini, wujud akuntabilitas tidak sebatas pada kerapian administrasi
(pelaporan), tetapi pada hal yang lebih utama, yaitu berkaitan dengan peroalan
seberapa mampu memegang amanat/mandat untuk mewujudkan aspirasi masyarakat.

Seorang pemimpin atau pun politisi wakil rakyat haruslah mempunyai integritas
yang tinggi. Sebagai wakil rakyat yang merupakan representasi dari rakyat, maka
seorang anggota legisltaif harus mempunyai jiwa yang jujur serta kualitas diri yang
baik. Semua yang ada dalam diri harus berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu,
seorang wakil rakyat yang merupakan penyambung lidah rakyat juga harus bisa
mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya karena integritas seseorang
akan terlihat dari perkataan dan perbuatannya.

3.2. Saran

Politisi wakil rakyat sebagai representasi dari rakyat dan penyambung lidah
rakyat harus memiliki integritas yang tinggi untuk bisa mendapat kepercayaan dari
rakyat. Selain itu juga harus bisa mempertanggungjawbakan perbuatan dan
perkataannya.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, D., & dkk. (2015). Penilaian Indeks Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan Negara Vol.1 No. 1.

Cloud, H. (2007). Integritas: Keberanian Memenuhi Tuntutan Kenyataan.


Yogyakarta: Pustaka.

Junaroh, S. S. (2018). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Kecamatan


Kertosono Kabupaten Nganjuk. Skripsi Universitas Jember.

Martha, W. (2014). Pengaruh Tranparansi dan Akuntabilitas terhadap Kinerja Instansi


Pemerintah pada Dinas di Kota Bandung. Skripsi Universitas Widyatama.

Paine. (1994). Manging for Organizational Integrity.

Ratnawati, T. (2000). Desentralisasi dan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di


Indonesia dalam Sisik Jatmika. Otonomi Daerah: Perspektif Hubungan
Internasional. Yogyakarta: BIGRAF Publishing.

Santosa, I. (2010). 7 Keajaiban Rezki. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Saputra, M. W. (2018). Penerapan Nilai Integritas dalam Rekrutmen Politik Calon


Anggota DPRD Kota Bandar Lampung dari Partai Golkar. Skripsi Universitas
Lampung.

Sihabudin, A. A. (n.d.). Revitalisasi Sistem Akuntabilitas Lembaga Legislatif sebagai


Wujud Democratic Responsibility (Suatu Polemik Pertanggungjawaban
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Konstituen Politik). Jurnal
FISIP Universitas Galuh.

Sopanah. (2005). Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat,


Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan Antara Pengetahuan
Anggaran Daerah Pengawasan Keuangan Daerah. Jurnal Logos Vol. 3 No. 1.

Sulaiman, S. (2010). The Quantum Success. Jakarta: PT Elex Media.

Wurangian. (2005). Integritas dan Objektivitas Auditor pada KAP Serta Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya. Majalah Ekonomi.
City of Vancouver, “Vancouver City Council,” http://vancouver.ca/your-
government/vancouver-city-council.aspx, diakses 22 November 2019.

City of Vancouver, “Councillor George Affleck,” http://vancouver.ca/your-


government/george-affleck.aspx, diakses 22 November 2019

Anda mungkin juga menyukai