STUDI :
Oleh :
C – IPM 3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1
Widya Marta. 2014. Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kinerja Intansi Pemerintah
pada Dinas di Kota Bandung (Survey di Instansi Pemerintah Kota Bandung). Skripsi. Bandung :
Universitas Widyatama
tepat kepada masyarakat. (2) mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
public. (3) mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan dan pemerintahan. (4) mampu menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan setiap kebijakan public secara proposional. (5) adanya
sarana public untuk menilai derajat pencaian pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah2. Akuntabilitas memiliki ruang lingkup luas tidak hanya untuk keuangan
saja, melainkan untuk pertanggungjawaban kinerja, program atau kegiatan yang telah
dijalankan, dan juga akuntabilitas hasil yang telah dicapai dari program.3 Dari
perspektif American Accounting Association menyatakan bahwa akuntabilitas suatu
entitas pemerintahan dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu
2
Sopanah. 2005. Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisispasi Masyarakat, Transparansi Kebijakan
Publik terhadap Hubungan Antara Pengertahuan Anggaran Daerah dengan Pengawasan Keuangan
Daerah (APBD). Jurnal Logos. Vo. 3 No.1
3
Siti Sueb Junaroh.2018. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa se Kecamatan Kertosono
Kabupaten Nganjuk. Skripsi. Jember: Universitas Jember.
3. Performance accountability. Pada level ini dilihat apakah kegiatan yang
dilakukan sudah efesien (effecien and economy)
4. Program accountability. Di sini akan disoroti penetapan dan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan tersebut. (outcomes and effectiviness)
5. Policy accountability. Dilakukannya pemilihan berbagai kebijakan yang
akan tirapkan atau tidak (value)4
2.2. Teori Integritas
7
Jurnal Integritas. Volume 3 No 1 Tahun 2017. PDF.
8
Cloud, Henry. 2007. Integritas: Keberanian Memenuhi Tuntutan Kenyataan. Yogyakarta: Pustaka
Tentu harapan semua pihak baik pemda maupun masyarakat adalah keberadan
birokrasi yang dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Dan kesuksesan
reformasi birokrasi ditentukan oleh kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
birokrasi pemda. Sedangkan birokrasi yang baik didasarkan pada perwujudan
perilaku aparatur birokrasi yang berintegritas dan profesional.9
Menurut Wurangan (2005) Integritas yaitu sebagai suatu elemen karakter yang
mendasari pengakuan professional. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus pengorbanan rahasia penerima jasa
sehingga laporan yang disajikan ini dapat menjelaskan suatu kebenaran akan fakta10.
Karena dengan cara itulah maka masyarakat dapat mengakui profesionalisme
sesoorang. Elemen- elemen integritas tersebut adalah
9
Tri Ratnawati. 2000. “Desentralisasi dan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia”
Dalam Sidik Jatmika. Otonomi Daerah: Perspektif Hubungan Internasional. Yogyakarta: BIGRAF
Publishing, hal. 18
10
Wurangian. 2005. Integritas dan Objektivitas auditor pada KAP serta faktor- faktor yang
mempengaruhinya. Majalah ekonomi (TH XV, No 3A Desember. Surabaya : Universitas Airlangga
11
M. Wiryawan Saputra. 2018. Penerapan Nilai Integritas Dalam Rekutmen Politik Calon Anggota
DPRD Kota Bandar Lampung Dari Partai Golongan Karya (Golkar) 2019. Skripsi. Lampung : Universitas
Lampung
Dalam berprilaku integritas, dibutuhkan indikator tertentu bahwa seseorang harus
memahami dan mengenali perilaku kode etik, melakukan tindakan yang konsisten
dengan nilai (velue) dan keyakinannya, sehingga seseorang juga harus mampu
bertindak berdasarkan nilai meskipun sulit untuk dilakukan.
Akuntabilitas tidak lagi hanya ada di wilyah manajemen, tetapi telah menjadi isu
kunci dalam kebijakan dan pengambilan keputusan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dalam beberapa pandangan, akuntabilitas digunakan baik secara substantif maupun
retoris sebagai sebuah konsep politik, simbol, dan manifestasi praktikal yang beragam
lainnya. Akuntabilitas publik di Indonesia bisa dibedakan menjadi (1) akuntabilitas
publik pemerintah pusat; (2) pemerintah daerah; (3) BUMN.12
Lembaga legislatif sebagai lembaga yang dipilih oleh rakyat, dan kedudukannya
adalah sebagai wakil rakyat yang sebisa mungkin harus memposisikan diri sebagai
penyambung lidah rakyat, mengingat pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara
demokrasi adalah rakyat (kedaulatan rakyat), maka setiap tindakan dan sikap yang
dilakukan selama menjadi pejabat publik harus merupakan kebulatan dari amanat
rakyat. Bentuk akuntbilitas (pertanggungjawaban) dari anggota legislatif terhadap
masyarakat, terutama bagi konstituen yang merupakan masyarakat pemberi amanat
masih dipandang lemah dan semu. Akuntabilitas publik yang ditunjukkan oleh
anggota legislatif kepada masyarakat atau konstituen politik belum diatue secara
jelas, sehingga mekanisme akuntabilitas publik dari anggota legislatif dilakukan
melalui partai politik dan berkecenderungan terjadi pembiasaan. Akuntabilitas publik
bagi anggota kegislatif mengarah pada sistem imbalan atas dukungan suara
konstituen dalam meraih kursi di lembaga legislatif berupa pemberian bantuan-
bantuan baik berupa material maupun non-material. Sementara bentuk akuntabilitas
publik yang meliputi sikap responsif atas setiap masukan, kritikan dan transparansi
dalam setiap pengelolaan anggaran publik tidak diterapkan sebagai sebuah kontrol
12
Dwi Afriyanti, dkk., “Penilaian Indeks Akuntabilitas Instansi Pemerintah”, Jurnal Tata Kelola dan
Akuntabilitas Keuangan Negara Vol. 1 No. 1, 2015, hlm. 25
dari masyarakat. Kurangnya perhatian atas partisipasi dan aspirasi yang datang dari
masyarakat menempatkan lembaga legislatif yang rentan terhadap penyalahgunaan
weweang. Hal ini mencerminkan bahwa sistem akuntabilitas lembaga legislatif yang
seharusnya tampak dilakukan oleh para anggota legislatif, fraksi, maupun pimpinan
legislatif belum berjalan secara efektif.
Bentuk akuntabilitas lembaga legislatif yang bukan sekedar dilihat secara politik,
akan tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Lembaga
legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat, yang diisi dan ditempati oleh para
pejabat yang dipilih oleh rakyat, karena dianggap memiliki kemampuan dan
dipercayai dapat menyuarakan setiap aspirasi dan kepentingan rakyat, maka sudah
selayaknya harus mampu memberikan wujud pertanggungjawaban baik secara
konstituen maupun kepada seluruh elemen masyarakat. Penekanan utama dalam
akuntabilitas lembaga legislatif, yaitu menyangkut kewajiban pemegang kekuasaan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh keputusannya kepada pemberi mandat
(public). Dalam hal ini, wujud akuntabilitas tidak sebatas pada kerapian administrasi
(pelaporan), tetapi pada hal yang lebih utama, yaitu berkaitan dengan peroalan
seberapa mampu memegang amanat/mandat untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat.13
13
Aan Anwar Sihabudin, “Revitalisasi Sistem Akuntabilitas Lembaga Legislatif sebagai Wujud
Democratic Responsibility (Suatu Polemik Pertanggungjawaban Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
terhadap Konstituen Politik)”, Jurnal FISIP Universitas Galuh, hlm. 522
14
Ippho Santosa, “7 Keajaiban Rezki”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2010
Seorang pemimpin atau pun politisi wakil rakyat haruslah mempunyai integritas
yang tinggi. Sebagai wakil rakyat yang merupakan representasi dari rakyat, maka
seorang anggota legisltaif harus mempunyai jiwa yang jujur serta kualitas diri yang
baik. Semua yang ada dalam diri harus berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu,
seorang wakil rakyat yang merupakan penyambung lidah rakyat juga harus bisa
mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya karena integritas seseorang
akan terlihat dari perkataan dan perbuatannya.
City council (dewan kota) Vancouver terdiri dari mayor (walikota) dan 10
councillors yang dipilih untuk periode 4 (empat tahun).15 Kesepuluh councilor
tersebut dapat ditelusuri baik biografi maupun performa kerjanya, melalui daftar
profil yang ditampilkan dalam situs resmi. Dalam situs ini, seorang councilor George
Affleck dipublikasikan kecenderungan pandangannya, dan keberhasilannya untuk
mewujudkan gagasannya.16 Lebih dari itu, setiap persidangan di dalam city council
direkam dan dapat diamati sewaktu-waktu, karena terdokumentasi secara online.
Tampak dari kutipan publikasi situs The City of Vancouver Councillor George
Affleck yang terpilih pertama kali di Vancouver pada tahun 2011 memiliki komitmen
pada kepentingan dalam isu-isu warga Vancouver, pembayar pajak, dan bisnis.
Dalam periode pertama ini, Councillor Affleck mendorong transparansi anggaran dan
pengendalian fiskal di balai kota. Dia berhasil memperkenalkan sejumlah mosi,
termasuk di antaranya adalah mengembangkan akses media terhadap pegawai di balai
kota.
Dalam periode keduanya, Councillor Affleck berhasil memperkenalkan mosi
untuk menyelidiki pembentukan kantor ombudsperson’s (ombudsman), yang
mengarah pada terciptanya Balai Kota yang lebih akuntabel terhadap masyarakat di
Vancouver. Sebelum memasuki dunia politik, Affleck mengepalai komite orang tua
15
City of Vancouver, “Vancouver City Council,” http://vancouver.ca/your-government/vancouver-city-
council.aspx, diakses 22 November 2019.
16
City of Vancouver, “Councillor George Affleck,” http://vancouver.ca/your-government/george-affleck.aspx,
diakses 22 November 2019
siswa sekolah dasar False Creek, memimpin festival komedi internasional di
Vancouver, the Cooperative Auto Network (now Modo), dan bekerja sebagai direktur
the Vancouver International Children’s Festival. Selain deskripsi tersebut, terdapat
pula riwayat jabatannya baik di komite maupun jabatan kedaerahan.
Selain dari laman mengenai profil, kehadiran, dan penghasilan, situs ini juga
menginformasikan catatan kontribusi pandangan dan pemikiran para councilor dalam
persidangan. Secara rutin, notice of meeting yang jelas berisi keterangan agenda,
waktu, dan tempat persidangan dapat terakses secara mudah. Dalam risalah tersebut
konten persidangan dapat diunduh, yang di dalamnya dapat ditelusuri siapa saja yang
turut berbicara dalam sidang. Selain risalah dalam bentuk dokumen pdf, berbagai
dokumentasi video persidangan dapat pula ditonton, walaupun dalam masa tayang
tertentu. Dari uraian tersebut, sistem akuntabilitas anggota city council di Vancouver
jika dituangkan ke dalam bentuk tabel, maka dapat dilihat pada Tabel berikut:
Berdasarkan data tersebut, aspek akuntabilitas dari politik pada councilor di Kota
Vancouver memiliki legitimasi politik yang cukup kuat karena mereka dipilih secara
langsung oleh rakyat. Secara kolektif, akuntabilitas anggota badan perwakilan ini
tercermin pada tindakan/keputusan harus disepakati bersama walikota dalam
pembentukan peraturan daerah, persetujuan anggaran, dan perangkat daerah serta
penempatan staf. Sementara itu, akuntabilitas secara individu lebih menampakkan
pertanggungjawaban secara moral, walaupun mekanisme pertanggungjawaban belum
terkonfirmasi. Yang menjadikan masyarakat terpenuhi hak atas informasinya secara
jelas dalam hal ini, adalah bahwa melalui publikasi internet, bentuk-bentuk informasi
berupa kehadiran, kontribusi gagasan dalam persidangan, pandangan dan pemikiran
politik, pencapaian, dan pendapatan, dapat dirasakan sebagai bentuk akuntabilitas
individu. Tidak mudah informasi seperti ini dikehendaki oleh seorang anggota badan
perwakilan, karena sangat bergantung pada kesadaran, kesukarelaan, dan ketundukan
pada etika keterbukaan diri. Hal yang juga mendukung adalah bahwa walikota
merupakan bagian dari dewan kota, yang menjadikan suatu jabatan politis memiliki
persamaan akuntabilitas, dan berbeda dengan akuntabilitas aparat birokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bentuk akuntabilitas lembaga legislatif yang bukan sekedar dilihat secara politik,
akan tetapi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Lembaga
legislatif sebagai lembaga perwakilan rakyat, yang diisi dan ditempati oleh para
pejabat yang dipilih oleh rakyat, karena dianggap memiliki kemampuan dan
dipercayai dapat menyuarakan setiap aspirasi dan kepentingan rakyat, maka sudah
selayaknya harus mampu memberikan wujud pertanggungjawaban baik secara
konstituen maupun kepada seluruh elemen masyarakat. Penekanan utama dalam
akuntabilitas lembaga legislatif, yaitu menyangkut kewajiban pemegang kekuasaan
untuk mempertanggungjawabkan seluruh keputusannya kepada pemberi mandat
(public). Dalam hal ini, wujud akuntabilitas tidak sebatas pada kerapian administrasi
(pelaporan), tetapi pada hal yang lebih utama, yaitu berkaitan dengan peroalan
seberapa mampu memegang amanat/mandat untuk mewujudkan aspirasi masyarakat.
Seorang pemimpin atau pun politisi wakil rakyat haruslah mempunyai integritas
yang tinggi. Sebagai wakil rakyat yang merupakan representasi dari rakyat, maka
seorang anggota legisltaif harus mempunyai jiwa yang jujur serta kualitas diri yang
baik. Semua yang ada dalam diri harus berjalan sesuai dengan rencana. Selain itu,
seorang wakil rakyat yang merupakan penyambung lidah rakyat juga harus bisa
mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatannya karena integritas seseorang
akan terlihat dari perkataan dan perbuatannya.
3.2. Saran
Politisi wakil rakyat sebagai representasi dari rakyat dan penyambung lidah
rakyat harus memiliki integritas yang tinggi untuk bisa mendapat kepercayaan dari
rakyat. Selain itu juga harus bisa mempertanggungjawbakan perbuatan dan
perkataannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, D., & dkk. (2015). Penilaian Indeks Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan Negara Vol.1 No. 1.
Wurangian. (2005). Integritas dan Objektivitas Auditor pada KAP Serta Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya. Majalah Ekonomi.
City of Vancouver, “Vancouver City Council,” http://vancouver.ca/your-
government/vancouver-city-council.aspx, diakses 22 November 2019.