Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : KENDY MARSELINO IGNASIUS GOSAL

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041924562

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4109/Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Kode/Nama UPBJJ : 84/UPBJJ-UT Manado

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
DUNIA diperkirakan mengalami suatu perubahan yang fundamental setelah
munculnya pandemi covid-19 yang terjadi sejak beberapa bulan yang lalu.
Oleh karena itu, pandemi ini akan memicu berbagai perubahan kebijakan
politik dan ekonomi negara-negara di dunia.

Mantan menteri luar negeri AS, Dr Henry Kissinger, mengatakan bahwa


dunia tidak akan pernah sama lagi setelah pandemi ini berakhir sehingga
menjadi tantangan bagi para pemimpin dunia untuk segera mengatasinya,
dan menerapkan kebijakan baru guna membangun masa depan yang lebih
baik. Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah bagaimana peran dari
globalisasi itu sendiri setelah pandemi covid-19 berakhir, apakah masih
menguntungkan bagi masyarakat global.

Contagion effect

Efek globalisasi melalui konektivitas dan pergerakan manusia yang semakin


terbuka antarnegara ternyata juga memberikan dampak negatif. Virus covid-
19 yang pertama kali muncul di Wuhan ternyata dengan kurun waktu yang
sangat cepat telah menjadi wabah yang menakutkan di seantero penjuru
dunia.

Banyak negara yang terpaksa harus menutup perbatasan negara mereka


untuk mengurangi dampak penyebaran yang lebih besar. Sampai sekarang
pun masih banyak negara yang membatasi kedatangan orang asing ke
negara mereka guna mencegah penularan yang lebih besar. Akibatnya,
pergerakan manusia antarnegara menjadi tidak sebebas dulu lagi
setidaktidaknya sampai pandemi berakhir.

Bibit deglobalisasi

Menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah globalisasi masih diperlukan


lagi setelah pandemi berakhir? Sulit untuk menjawab ya atau tidak,
mengingat beberapa fakta yang terlihat saat ini menunjukkan bahwa kondisi
‘deglobalisasi’ sebenarnya telah muncul di sektor ekonomi sebelum pandemi
muncul.

Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS dengan konsep


‘Trumpnomics’ yang diwujudkan dengan kebijakan proteksionisme yang
tinggi sudah menciptakan bibit-bibit deglobalisasi bagi perdagangan dunia.

AS di bawah kepemimpinan Trump mencoba membangun kembali kejayaan


ekonomi negara adidaya itu melalui kebijakan proteksi yang sangat
berlawanan sekali dengan semangat perdagangan bebas. Apabila nanti
Donald Trump terpilih lagi dalam pemilihan presiden di November 2020,
dipastikan prospek globalisasi perdagangan dunia akan kembali mengalami
masa-masa yang suram.

Kelompok pro dan kontra

Tidak bisa dimungkiri lagi bahwa selama ini para ahli terpecah menjadi dua
kelompok, yaitu yang mendukung dan menolak keberadaan globalisasi.
Mereka yang menolak keberadaan globalisasi memiliki berbagai pendapat
yang masuk akal. Pertama, globalisasi dianggap menciptakan kesenjangan
ekonomi yang semakin lebar antara kelompok orang kaya dan kelompok
miskin.

Walaupun globalisasi diklaim berkontribusi besar terhadap pertumbuhan


ekonomi global, ada anggapan bahwa negara maju lebih diuntungkan jika
dibandingkan dengan negara miskin dalam perdagangan bebas itu.

Kedua, kehadiran perusahaan multinasional yang beropersi di negara-


negara sedang berkembang dianggap telah melakukan ‘abuse’ dalam bentuk
upah buruh yang rendah, jam kerja yang lebih panjang, mempekerjakan
buruh di bawah umur, dan lain-lain.

Ketiga, perusahaan multinasional yang beroperasi di negara-negara yang


sedang berkembang juga dianggap telah mengeksploitasi sumber kekayaan
alam negara itu tanpa batas sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan
yang sangat dahsyat.

Keempat, kemudahan konektivitas manusia dan barang itu juga menjadi


penyebab semakin meningkatnya kejahatan multinasional yang
terorganisasi, seperti meningkatnya perdagangan narkoba di berbagai
penjuru dunia dan lalu lintas perdagangan manusia.

Kelompok yang pro terhadap globalisasi memberikan beberapa argumen


yang juga tidak kalah menariknya. Pertama, bahwa stabilitas politik dan
ekonomi dunia yang telah berlangsung lama setelah berakhirnya Perang
Dingin merupakan salah satu kontribusi nyata dari globalisasi.
Bertambahnya negara-negara yang keluar dari garis kemiskinan juga
merupakan salah satu wujud nyata dari adanya globalisasi.

Kedua, arus perdagangan bebas telah memberikan peluang yang sama bagi
negara maju dan sedang berkembang untuk meningkatkan hubungan
perdagangan yang saling menguntungkan.
Ketiga, globalisasi telah menjadi pemicu munculnya inovasi dan tingkat
persaingan yang semakin ketat sehingga mendorong terciptanya kualitas
barang yang semakin bagus dan murah.

Keempat, globalisasi memberikan berbagai insentif dan juga kemudahan


tarif impor barang bagi negara yang sedang berkembang sehingga barang-
barang produk mereka dapat bersaing dengan harga yang lebih murah di
pasar global. Munculnya WTO dan juga G-20 sebagai ‘think thank’
perdagangan dunia dianggap telah mengarahkan dunia ke arah yang lebih
makmur bagi seluruh umat manusia.

Kelima, munculnya globalisasi juga mendorong li beralisasi politik di


berbagai negara. Karena itu, muncul demokrasi di berbagai negara yang
sebelumnya ialah negara otoriter. Setelah melihat argumen di atas,
sepertinya dunia masih memerlukan globalisasi mengingat globalisasi telah
melahirkan sistem ekonomi terbuka yang memberikan peluang yang sama
bagi semua negara.

Globalisasi membuka kerja sama internasional untuk mengatasi pandemi


covid-19 beserta dampaknya yang tidak mungkin bisa diatasi sepenuhnya
apabila tiap-tiap negara berjalan sendiri-sendiri. Namun, aspek ketahanan
nasional juga harus diperkuat dalam segala bidang untuk mencegah dan
menangkal dampak negatif dari globalisasi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai