Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SERIKAT BURUH ATAU PEKERJA

Dosen Pengampu : Wahyudi Agung SE,MM,MSI

Disusun Oleh :

1. Hana Safitri Wulandari (519069)


2. Lidia Okta Arifian (519090)
3. Safaati Nurul Huda (519150)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

KONSENTRASI MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI

SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas


rahmat, karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Serikat buruh atau pekerja” ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada
Bapak Wahyudi Agung SE,MM,MSI.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak


terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian,
inilah usaha maksimal kami selaku penulis. Semoga dalam makalah ini
para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Malang,06 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................6
1.3 Tujuan.................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................................7
2.1 Serikat Pekerja atau Buruh.................................................................7
2.2 Asas,Sifat dan Tujuan.........................................................................8
2.3 Fungsi Serikat Pekerja........................................................................9
2.4 Pembentukan Serikat Pekerja............................................................9
2.4.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja.........................................10
2.4.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja.........................................10
2.5 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja................................................12
2.6 Keanggotaan Serikat Kerja...............................................................12
2.6.1 Hak Anggota...............................................................................14
2.6.2 Kewajiban Anggota....................................................................14
2.7 Perkembangan Serikat Buruh di Indonesia......................................15
2.7.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan....................................15
2.7.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan......................................15
2.7.3 Perkembangan dalam Era Demokrasi Terpimpin......................15
2.7.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru........................16
BAB III PENUTUP......................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, peran serikat pekerja terhadap perusahaan sangat
penting. Karena saat ini, kita menyaksikan semakin kurangnya peran
utama negara dalam tanggung jawabnya untuk mensejahterakan
kehidupan rakyat. Secara umum pekerja atau buruh adalah warga negara
yang mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hal untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak mengeluarkan
pendapat, berkumpul dalam suatu organisasi serta mendirikan dan
menjadi anggota Serikat Pekerja atau Serikat Buruh.

Serikat pekerja di indonesia erat hubunganya dengan Sejarah


Pergerakan Buruh Indonesia. Dan semua ini juga hasil dari kemerdekaan
negara Republik Indonesia. Pada 15 September 1945 lahir sebuah
organisasi massa buruh yang bernama BBI (Barisan Buruh Indonesia).
BBI mengutamakan barisan buruh untuk memudahkan mobilisasi oleh
serikat sekerja dan Partai Buruh. Dalam kongresnya pada bulan
September 1945 yang dihadiri oleh kaum buruh dan tani, tercetuslah
Partai Buruh Indonesia. BBI juga sepakat untuk menuntaskan revolusi
nasional. Untuk mempertahankan tanah air dari serangan musuh, BBI
membentuk Laskar Buruh bersenjata di pabrik pabrik. Untuk kaum
perempuan dibentuk Barisan Buruh Wanita (BBW).
BBI dilebur menjadi GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia)
pada 1946. Serikat buruh yang tidak sepakat dengan struktur GASBI
keluar dan membentuk GASBV (Gabungan Serikat Buruh Vertikal). Tetapi
pada bulan November, tahun yang sama, atas usaha Alimin dan Harjono,
GASBI dan GASBV berhasil dilebur menjadi SOBSI (Sentral Organisasi
Buruh Seluruh Indonesia).
SOBSI sempat mengalami perpecahan akibat perbedaan sikap
dalam menanggapi perjanjian Renville pada 1948. Tetapi tidak lama
kemudian SOBSI berhasil kembali mengkonsolidasikan pecahan-
pecahannya. Bahkan dalam pernyataan politiknya tahun 1948, SOBSI
kemudian menegaskan menolak perjanjian Renville. SOBSI kemudian
menyatakan keluar dari HISSBI (Himpunan Serikat-serikat buruh
Indonesia) karena perbedaan garis politik.
Soekarno mengeluarkan dua konsepsi mengenai kabinet karya dan
dewan nasional pada tahun 1957. Kabinet karya ini adalah kabinet
eksekutif yang menampung orang-orang di parlemen dan partai politik.
Buruh sebagai golongan fungsional mendapatkan tempat di Dewan
Perancang Nasional. Anggota Dewan ini 77 orang, dan dari 77 itu ada
lima wakil angkatan buruh atau pegawai yaitu dari SOBSI, SOBRI, RKS
dan dua orang dari KBKI. Sementara di Dewan Pertimbangan Agung,
duduk dua orang wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan KBKI.Dan Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satu-satunya serikat
buruh yang diakui pemerintah pada 1973.
Perjuangan buruh di Indonesia selama ini menginginkan agar buruh
memiliki kekuatan tawar (Bargainning) yang sejajar dengan pengusaha
dan pemerintah dalam melaksanakan hubungan industrial. Pekerja atau
buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam
proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja atau
buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Sehubungan dengan hal itu Serikat Pekerja atau Serikat Buruh
yang merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja
haruslah memiliki rasa tanggung-jawab atas kelangsungan perusahaan
dan begitu pula sebaliknya, pengusaha harus memperlakukan pekerja
sebagai mitra sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Serikat pekerja
atau serikat buruh didirikan secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis,
dan juga bertanggung jawab oleh pekerja atau buruh untuk
memperjuangkan kepentingan pekerja atau buruh dan keluarganya.
Keberadaan Serikat Buruh mutlak dibutuhkan oleh pekerja.
Berkumpul untuk bersatunya buruh dalam Serikat Buruh secara filosofi
diibaratkan Muchtar Pakpahan, seperti sapu lidi, kendaraan umum,
burung gelatik, main catur, memancing ikan, solidaritas atau berani
mati.Melalui Serikat Buruh, diharapkan akan terwujud hak berserikat
buruh dengan maksimal. Buruh dapat memperjuangkan kepentingannya.
Sayangnya hak berserikat yang merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang sudah bersifat universal belum dipahami oleh pengusaha
dan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari serikat kerja?
2. Bagaimana pembentukan serikat kerja?
3. Bagaimana perkembangan serikat kerja di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari serikat kerja.
2. Mengetahui bagaimana pembentukan serikat kerja.
3. Mengetahui perkembangan serikat kerja di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Serikat Pekerja atau Buruh


Pengertian Serikat Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 tentang serikat pekerja adalah adalah sebagai berikut: Serikat
pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja baik
di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri,demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta
meningkatkan kesejahteraan, pekerja atau buruh dan keluarganya.
Serikat pekerja merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin
dihindari oleh perusahaan. Serikat pekerja dapat digunakan oleh pekerja
sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Suatu kenyataan penetapan
besarnya upah dan syarat-syarat kerja yang lain diserahkan kepada
perusahaan dan pekerja sebagai pribadi. Kedudukan pekerja adalah
sangat lemah. Menyadari akan kelemahannya dalam menghadapi
perusahaan itu, mereka merasa perlu adanya persatuan. Dengan adanya
persatuan mereka akan mempunyai kekuatan dalam menghadapi
perusahaan.
Menurut Henry Simamora (1999: 678) “Serikat Pekerja adalah
sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-upah,
jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan lainnya”.
Dengan kehadiran Serikat Pekerja para pekerja dapat melakukan
negosiasi dengan pengusaha dalam hal kebijakan perusahaan, sebab
ketika ada serikat pekerja maka menjadi sebuah kewajiban bagi
pengusaha untuk menegosiasikan segala sesuatu dengan serikat pekerja.
Salah satu fungsi Serikat Pekerja menurut Undang-Undang No 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah sebagai sarana menciptakan
hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu
Serikat Pekerja harus menjalankan perannya dengan baik agar tercipta
hubungan industrial yang harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa
aktivitas sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi,
tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan
prosedur disiplin dapat berubah secara drastis disebabkan oleh ketentuan
perjanjian perundingan kerja bersama (collective bargaining agreement).
Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan leluasa mengambil
keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.
Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau
persetujuan dari kalangan pekerja. Pekerja-pekerja yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja harus menerima persyaratan manajemen,
menegosiasikannya dengan serikat pekerja dalam hal pengambilan
keputusan bilateral (bilateral decision making) mengenai tingkat gaji, jam
kerja, kondisi kerja, dan masalah keamanan kerja lainnya.
Alih-alih menghadapi setiap pekerja secara satu per satu,
perusahaan harus berunding dengan serikat pekerja yang mewakili
kalangan pekerja. Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas
pengaruhnya ke dalam wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja,
penyusunan standar kerja, desain ulang pekerjaan, dan pengenalan
peralatan dan metode baru. Perusahaan umumnya juga menolak
pelanggaran batas ke dalam wilayah pengambilan keputusan ini dengan
mengklaim bahwa persoalan tersebut merupakan hak prerogatif
manajemen.

2.2 Asas,Sifat dan Tujuan


a) Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945.
b) Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.
c) Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat
pekerja bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi
pekerja dan keluarganya.

2.3 Fungsi Serikat Pekerja


a) Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan pekerja.
b) Lembaga perunding mewakili pekerja.
c) Melindungi dan membela hak – hak dan kepentingan kerja.
d) Wadah pembinaan dan wahana peningkatan pengetahuan pekerja.
e) Wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
f) Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.
g) Wakil pekerja dalam lembaga – lembaga ketenagakerjaan
h) Wakil untuk dan atas nama anggota baik di dalam maupun di luar
pengadilan.

2.4 Pembentukan Serikat Pekerja


Para pekerja bebas membentuk Serikat Pekerja, karena berserikat
merupakan hak pekerja. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000
Tentang Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 5, setiap
pekerja/buruh berhak membentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Serikat
Pekerja dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang pekerja.
Serikat Pekerja yang teleh terbentuk harus mencatatkan ke Lembaga
yang terkait, kemudian lembaga yang terkait tersebut memberikan nomor
bukti pencatatan.
2.4.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja
Dan serikat pekerja atau buruh itu sendiri dibentuk berdasarkan :
a) Undang-undang Dasar Negara RI Th. 1945
b) Piagam PBB tentang Hak-hak asasi manusia Pasal 20 (ayat 1) dan
pasal 23 (ayat 4)
c) UU No. 18 th. 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 mengenai
Hak berorganisasi dan Berunding bersama
d) KePres No. 23 th. 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO NO. 87
tentang kebabasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi
e) KeMenaker No. PER-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja
f) KepMenaker No. PER-16/MEN/2000 tentang tata cara Pendaftaran
Serikat Pekerja
g) UU No. 21 th. 2000 tentang Serikat Pekerja (SP)
h) UU No. 13 th. 2003 tentang Ketenagakerjaan
i) UU No. 2 th. 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PPHI)
j) Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Serikat Pekerja
yg bersangkutan

2.4.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja


Berdasarkan Pasal 104 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 jo Pasal 5 ayat
(1) UU No. 21 Tahun 2000 maka setiap pekerja/buruh berhak membentuk
dan menjadi anggota serikat pekerja. Serikat pekerja ini dibentuk oleh
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh. Pada saat
pembentukannya, suatu serikat pekerja/serikat buruh (SP) harus memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Hal ini berdasarkan Pasal
11 Serikat Kerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
1) Setiap serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja
harus memiliki ad/art.
2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-
kurangnya harus memuat:
a) nama dan lambang
b) dasar negara, asas, dan tujuan
c) tanggal pendirian
d) tempat kedudukan
e) keanggotaan dan kepengurusan
f) sumber dan pertanggungjawaban keuangan
g) ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran
rumah tangga.
Setelah proses pembentukannya selesai, maka tahapan yang harus
dilakukan berikutnya adalah memberitahukan secara tertulis kepada
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
(Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau wali kotamadya di
mana perusahaan berdomisili) untuk dilakukan pencatatan atas
pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 18 UU Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:
1) Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.
2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan
dilampiri:
a) daftar nama anggota pembentuk
b) anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
c) susunan dan nama pengurus.
Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja
tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah
tercatat terlebih dahulu berdasarkan Pasal 19 UU Serikat Pekerja. Dalam
proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-halangi
atau memaksa pekerja untuk membentuk serikat pekerja dengan cara
melakukan pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa menghalang-halangi
atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk SP, dikenakan sanksi
pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp500 juta
berdasarkan Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU Serikat Pekerja.
Setelah seluruh proses pembentukan SP ini selesai, pengurus serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan
harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada pihak
perusahaan (manajemen perusahaan). Hal ini diatur dalam Pasal 23 UU
Serikat Pekerja/yang berbunyi: “Pengurus serikat pekerja, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor
bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya
kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya.” Hal ini sesuai dengan
penjelasan umum UU Serikat Pekerja yang menyebutkan bahwa pekerja
merupakan mitra kerja pengusaha.

2.5 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja


Adapun tujuan pendirian serikat pekerja/buruh, federasi maupun
konfederasi tidak lain adalah sebagai berikut :
a) Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja
b) Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja
c) Sarana menciptakan hubungan industri
d) Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya
e) Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja/
buruh.
f) Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.

2.6 Keanggotaan Serikat Kerja


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh, bab IV tentang keanggotaan,
terdapat enam pasal yang menjelaskan secara ringkas kebijakan-
kebijakan yang telah di susun dalam perundang-undangan, antara lain:
a) Pasal 12
Serikat pekerja atau serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja atau serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa
membedakan aliran politik, agama, suku bangsa,dan jenis kelamin.
b) Pasal 13
Keanggotaan serikat pekerja atau serikat buruh federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangganya.
c) Pasal 14
1) Seorang pekerja atau buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu
serikat pekerja atau serikat Buruh disatu perusahaan.
2) Dalam hal seorang pekerja atau buruh dalam satu perusahaan ternyata
tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang
bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja
atau serikat buruh yang dipilihnya.
d) Pasal 15
Pekerja atau buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu
perusahaan dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara
pihak pengusaha dan pekerja atau buruh, tidak boleh menjadi pengurus
serikat pekerja atau serikat buruh di perusahaan yang bersangkutan.
e) Pasal 16
1) Setiap serikat pekerja atau serikat buruh hanya dapat menjadi anggota
dari satu federasi serikat pekerja atau serikat buruh.
2) Setiap federasi serikat pekerja atau serikat buruh hanya dapat menjadi
anggota dari satu konfederasi serikat pekerja atau serikat buruh.
f) Pasal 17
1) Pekerja atau buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja atau
serikat buruh dengan pernyataan tertulis.
2) Pekerja atau buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja atau serikat
buruh sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau anggaran rumah
tangga serikat pekerja atau serikat buruh yang bersangkutan.
3) Pekerja atau buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota
serikat pekerja atau serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap
bertanggungjawab atas kewajiban yang belum di penuhinya terhadap
serikat pekerja atau serikat buruh.

2.6.1 Hak Anggota


a) Hak berbicara dan berpendapat atau mengeluarkan pendapat.
b) Hak mencalonkan, memilih dan dipilih.
c) Hak usul dan menyokong usul perubahan terhadap kebijaksanaan
organisasi didalam forum musyawarah atau rapat.
d) Hak memperoleh informasi, bimbingan, pendidikan, perlindungan
dan pembelaan dari organisasi (Serikat Pekerja).
e) Hak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi (Serikat Pekerja).
f) Hak membela diri.
g) Hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan atau keputusan-
keputusan oraganisasi (Serikat Pekerja).

2.6.2 Kewajiban Anggota


a) Mentaati Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART),
peraturan-peraturan dan keputusan organisasi (Serikat Pekerja).
b) Membela dan menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan
organisasi (Serikat Pekerja).
c) Mengamankan dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam
program-program organisasi serta membantu pimpinan dan
pengurus dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi (Serikat
Pekerja).
d) Mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi (Serikat Pekerja).
2.7 Perkembangan Serikat Buruh di Indonesia

2.7.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan


Sebenarnya di Indonesia serikat pekerja sudah dikenal sejak akhir
abad ke 19 dimna guru – guru Belanda di sekolah Belanda mendirikan
organisasi yang bertindak sebagai serikat pekerja. Organisasi pekerja
yang pertama terbentuk bersamaan dengan lahirnya Budi Utomo pada
tahun 1908 yaitu berdirnya Persatuan Pekerja Kereta Ap dan Term
(Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel). Pada tahun 1912 dari
serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam mendirikan Gabungan
Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat Islam yang pertama di
Indonesia.

2.7.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan


Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, belanda dengan
membonceng tentara sekutu ingin kembali ke indonesia untuk
melanjutkan penjajahannya, maka sejak itu mulailah perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Karena dalam barisan buruh indonesia
ini semua aliran tergabung didalamnya maka akhirnya timbul (golongan)
didalam barisan buruh indonesia. Dalam rangka perjuangan merebut iriran
barat dan diputuskannya secara pihak perjanjian KMB oleh indonesia
maka banyak perusahaan-perusahaan belanda diambil alih oleh
indonesia.

2.7.3 Perkembangan dalam Era Demokrasi Terpimpin


Pada tamggal 5 juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit tentang
kembali digunakannya UUD’45 dan sejak itu mulailah dikembangkan
demokrasi terpimpin. Untuk mendorong keberhasilan perjuangan
pengembalian irian barat yang di kenal dengan perjuangan trikora maka
pada tahun 1961pembentukan sekretariat bersama ini sebenarnya juga
dalam rangka upaya menyatukan gerakan pekerja dalam satu wadah.
2.7.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru
Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk
melaksanakan pancasila secara murni dan konsekuen dan disamping itu
juga bertekad untuk mengembangkan program pembangunan yang
berencana dan berkelanjutan. Dalam rangka penyatuan dan
penyederhanaan organisasi pekerja maka pada tanggal 1 november 1969
terbentuklah MPBI.Pada bulan mei tahum 1972 sebagai tindak lanjut dari
seminar yang lalu MPBI mengadakan rapat pleno yang membahas secara
mendalam tentang pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI.
Dari sidang itu terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya adalah
sebagai berikut: - Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh
sehingga serikat buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi
kepada pembangunan. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah
“deklarasi persatuan buruh seluruh indonesia”. Ada dua hal yang sangat
bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut yaitu, : Pertama, serikat pekerja
telah berhasil disatukan dalam satu wadah yang selama ini telah menjadi
obsesi setiap pimpinan serikat pekerja. Kedua, serikat pekerja telah
berhasil melepaskan diri dari kegiatan politik dan menjadi serikat pekerja
yang profesional dan mandiri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Arto, Sugi. 2014. Peranan Serikat Pekerja/Buruh Pengusaha dan


Pemerintah dalam Perselisihan Hubungan Industrial.Retrieved from
http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/peranan-serikat-
pekerjaburuhpengusaha.html

Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, Balai Pustaka,


Jakarta.
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Penerbit Ghalia Indonesia,
2004.Editus Adisu, SH., MH & Libertus Jehani, Hak – Hak Pekerja
Perempuan, Visi Media Cetakan II 2007.
Rachmat, Martoyo. 1991. Serikat pekerja, pengusaha, dan kesepakatan
kerja bersama. Jakarta: Fikahati Aneska. 125
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta, Cet. II, 2007.
Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara
Pengusaha dan Pekerja (Bipartid) dan Pemerintah (Tripartid), 1999,
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta.
Soedarjadi, SH., Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia
Cetakan I 2008.
http://spcidpp.blogspot.com/2011/02/apa-itu-serikat.html

Anda mungkin juga menyukai