Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wini Indriani

NIM : 2019002

Kelas : Psikologi non regular

Review Film Erin Borckovich (2002)

Cerita film berlatar pada 1993. Erin Brockovich, single mother dari tiga anak harus berjuang tiap
hari karena tak memiliki pekerjaan. Langkah pertama Erin masuk ke dunia hukum mungkin tak pernah
terlintas di benaknya. Menjadi korban tabrakan lalu lintas, Erin meminta bantuan pengacara Ed Masry
untuk menuntut dokter yang menabrak. Tetapi karena sikapnya yang meledak-ledak di pengadilan,
kasus Erin tak dimenangkan.

Hingga suatu hari Ed kaget melihat Erin di kantornya yang meminta pekerjaan. Karena kasihan,
ia memberinya tugas untuk pekerjaan kecil. Erin terkejut saat memeriksa dokumen kasus real-estate
perusahaan Pacific Gas and Electric (PG&E) Hinkley di California yang ingin membeli rumah penduduk
bernama Donna Jensen.

Donna ternyata mengidap kanker, dan riwayat kesehatannya sungguh buruk. Ketika
mengunjungi kediamannya, Erin menemukan fakta lain yang bahwa air di kawasan tersebut sudah
terkontaminasi arcinogenic hexavalent chromium karena limbah PG&E. Berbekal keingintahuan dan
ketulusan untuk membantu, Erin menggali lebih dalam kasus tersebut dengan mengunjungi tiap rumah
warga yang terkena dampak langsung. Dengan sabar ia menemukan informasi sedikit demi sedikit,
mengorbankan waktunya untuk tiga anak tersayang demi tujuan yang lebih besar.

'Erin Brockovich' merupakan film yang menyentuh, mengharukan sekaligus memberikan


motivasi bahwa kerja keras selalu akan terbayar jika bekerja dengan hati. Tanpa gelar ijazah, Erin
memang sempat direndahkan, tetapi dia melakukan hal yang jauh lebih berguna dari pengacara top
lulusan universitas bergengsi di film tersebut.

Dalam film ini, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dari tokoh Erin:
1. Pakaian

Dalam film ini divisualisasikan Erin sebagai wanita seksi yang selalu berpakaian terbuka. Di
rumah, di kantor maupun berpergian, Erin selalu memakai baju yang terbuka. Sah-sah saja
sebenarnya jika ia nyaman berpakaian seperti itu, hanya saja Erin harus menyesuaikan tempat
dan juga kondisi. Jika ke kantor, berpakaian profesional layaknya karyawan. Rapi dan sopan.

2. Bahasa

Bahasa yang digunakan Erin juga kurang professional. Mungkin karena pendidikannya kurang,
jadi ia kurang terlatih untuk berbicara secara profesional. Tidak bisa dipungkiri juga jika sekolah
menentukan segalanya, tapi sedikit banyak sekolah dapat membentuk karakter sehingga bisa
menempatkan diri dengan baik.

3. Karakter

Disini, Erin digambarkan sebagai seseorang yang memiliki karakter meledak-ledak. Baik dalam
pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Bahkan dalam meeting pun, karakter Erin masih tetap
sama. Erin kurang bisa mengontrol emosinya, sehingga ia lagi-lagi tidak menempatkan diri
dengan baik. 

Namun disini, terlihat sekali ketulusan Erin dalam membantu Donna memperjuangkan haknya.
Empati dan simpati yang dimilikinya mendorong kegigihan dan totalitas Erin dalam memecahkan
kasus yang ditanganinya. Mungkin saja Erin tak bisa memenangkan kasus ini jika ia tidak
memiliki empati dan simpati kepada Donna. Ketika kita meluangkan diri untuk membantu orang
lain, maka kemudahan akan kita dapatkan. Seperti yang dialami Erin, ia mendapat imbalan yang
tidak sedikit dari kasus yang ditanganinya.

Dalam bersosialisasi, empati dan simpati memang sangat dibutuhkan. Dengan memiliki kedua
emosi itu, kita sedikit terhindar dari egoisme. Dan tentu saja karena manusia termasuk makhluk
sosial, maka manusia akan selalu membutuhkan orang lain sebagai penopang hidupnya.
Contohnya di film ini, Erin menitipkan anaknya kepada George atau ibu-ibu yang dikenalnya
ketika dirinya bekerja. Coba bayangkan jika tidak ada kedua orang itu, Erin akan sangat kesulitan
dalam menjaga anak-anaknya.
Dalam film ini dapat diambil pesan-pesan sebagai berikut:

1. Diperlukan suatu protokol yang ketat  bagi pembangunan perusahaan yang menggunakan zat
kimia berbahaya , agar limbah yang dibuang tidak tercemar ke lingkungan dan tidak merugikan
masyarakat sekitar.
2. Masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan harus punya pengetahuan akan kerugian dan
bahaya yang mungkin muncul dari adanya perusahaan tersebut.
3. Harus ada dokumen yang menunjukkan bahwa pembangunan perusahaan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya, misalnya dokumen-dokumen AMDAL.
4. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi jalannya suatu perusahaan dengan
potensi limbah berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai