Pada bab ini akan memuat penjabaran dari posisi pemaknaan informan terkait
penguatan kelompok difabel sebagai bagian dari kelompok minoritas dan termasuk
pemaknaan informan setelah mengkonsumsi drama Korea It’s Okay to Not be Okay
dan kemudian dianalisis oleh peneliti dengan cara wawancara mendalam. Selain itu,
menjadikan pemaknaan dari informan terkait drama ini memunculkan posisi yang
beragam yang tidak selalu sesuai dengan isi pesan teks dalam drama. Oleh karena itu,
posisi pemaknaan dari indorman ini akan menghasilkan tiga bentuk posisi yaitu
dominant reading, negotiated reading, dan oppositional reading. Posisi dari dominant
reading ini terjadi ketika informan memaknai dengan sama terkait isi teks yang
disampaikan oleh pembuat film. Posisi pemaknaan kedua adalah negotiated reading,
posisi ini terjadi ketika pemaknaan informan secara umum menyetujui ataupun
menerima isi pesan teks yang ditawarkan oleh media namun mengkomromikannya
reading adalah posisi pemaknaan dari informan yang terjadi ketika informan secara
135
aktif menolak dan mengkritisi isi pesan teks yang disampaikan oleh film menggunakan
Adapun dua poin pembahasan pada bab ini yaitu posisi pemaknaan informan
terhadap elemen penguatan difabel sebagai bagian dari kelompok minoritas yang
kelompok difabel yang akan memuat sepuluh adegan, dan diskusi teoritis.
Dalam melihat posisi pemaknaan dari informan pada penguatan kelompok difabel
sebagai bagian dari kelompok minoritas, maka akan dibagi menjadi empat sub-elemen
yaitu elemen cenderung tidak berkuasa, tampilan karakteristik berbeda, stereotip, dan
tindakan diskriminasi. Analisis posisi pemaknaan informan pada empat elemen ini,
the codes of television dari John Fiske, yang kemudian ditanyakan pada lima informan
Ibunya
dengan Ibunya ini dilihat melalui bahasa film yang ditampilkan yaitu bahwa adegan
136
disorder sebagai suatu cara untuk menjelaskan sisi positif dari tokoh Kwon Gi Do yaitu
pada adegan pertama ini terhapat dua informan yang memiliki pemaknaan yang sama
yaitu informan 3 dan 4 yang berada dalam posisi dominant reading. Pada posisi ini,
informan memaknai secara sama dengan isi pesan teks dari media dan memunculkan
satu tema pemaknaan yaitu suatu strategi pertahanan diri yang akan akan dijabarkan
sebagai berikut:
Ibunya merupakan suatu bentuk strategi pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri
137
atau strategi pertahanan diri merupakan prinsip yang muncul dari dalam diri seseorang
hal negatif dan menolak realita yang ada (Sanyata, 2009: 36). Informan 3 melihat
lancar, tokoh ini mencoba menyangkal atas kejadian yang baru saja dia alami, di mana
Ibunya menyesal memiliki anak seperti itu. Oleh karena itu, informan 3 memaknai
bahwa usaha Kwon Gi Do untuk menyakal ini agar dia tidak merasa begitu terpuruk
dengan menggangap bahwa orang tuanya masih peduli dan menyayanginya walaupun
dengan cara yang berbeda. Dari pengetahuan informan 3, tindakan itu mungkin secara
tidak langsung dapat membentuk sugesti bagi dirinya bahwa tindakan yang ia lakukan
tidak salah, selain itu tindakan menyangkal juga ia lakukan untuk meyakinkan orang
pihak keluarga yang tidak cukup baik, hingga tokoh Kwon Gi Do harus berpikir dan
berulah dulu untuk mendapatkan perhatian orang tuanya ini dikarenakan kurangnya
tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan memahami anaknya. Menurut informan
3, hal ini dikarenakan anak pertama kali mendapatkan ilmu atau pelajaran dan insight
dari orang tuanya, jadi perilaku dan tindakannya juga mungkin dipelajari dari cara
orang tuanya berperilaku atau cara orang tuanya memperlakukan mereka. Hal ini
diketahui oleh informan 3 berdasarkan pengalamannya, di mana secara tidak sadar apa
138
tindakannya ini mendapatkan respon secara yang kurang baik dari Ibunya. Sehingga
Informan 4 menganggap tokoh ini berusaha untuk memilih melihat hal tersebut sebagai
hal yang positif yaitu berupa pemikiran bahwa Ibunya masih menyayanginya.
Menurutnya, tidak adanya kedekatan emosional antara tokoh Ibu dan Anak ini menjadi
penyebab perbedaan sudut pandang kedua tokoh tersebut yang membuat munculnya
rasa saling kecewa satu sama lain. Dari pengalaman informan 4 dengan ayahnya,
dekat secara emosional dengan Ayahnya dan hal ini membuatnya cenderung sungkan
terdapat dua informan yang berada pada posisi pemaknaan negotiated reading yaitu
informan 1 dan 5. Dalam posisi ini, kedua informan memaknai pesan teks dengan
maupun ideologi yang mereka pahami. Adapun dua tema yang dimunculkan dalam
posisi pemaknaan ini yaitu dampak terhambatnya komunikasi difabel dengan keluarga
Ibunya ini disebebkan oleh terhambatnya komunikasi yang dilakukan oleh difabel yang
139
membuat hubungan mereka menjadi semakin rumit. Timbulnya mis-komunikasi pada
adegan ini disebabkan oleh adanya aspek gejala kecenderungan dari perilaku difabel
yang baru dan menunjukan perilakunya yang unik (Rosilawati, 2019: 116). Informan
1 melihat respon kemarahan dan kekecewaan yang ditampilkan oleh tokoh Ibu dalam
adegan ini merupakan suatu hal yang sangat logis karena tindakan yang dilakukan oleh
menyebabkan suatu kekacauan. Meski tindakan tersebut memiliki maksud dan tujuan
yang baik, yaitu agar pihak keluarga Kwon Gi Do dapat memahami perasaan anaknya,
namun keterbatasan tokoh difabel dalam menyampaikan hal tersebut secara jelas
menyakitkan pada tokoh difabel tersebut juga bukan tindakan yang dapat dibenarkan,
karena masih banyak cara lain untuk menyampaikan rasa kecewa tersebut tanpa harus
membuat anaknya merasa lebih tersakiti lagi. Tindakan tokoh Ibu itu tidak bisa
dibenarkan karena itu merupakan bentuk kekerasan baik secara fisik dengan
ini terjadi didalem keluarga di mana seharusnya anak mendapatkan kasih sayang dari
orang tuanya bukan malah kekerasan. Dan kekerasan bentuk apapun dan dilakukan
pada pasti itu menyakitkan, karena informan 1 merasa jika dirinya diperlakukan seperti
140
itu juga akan merasa sakit secara fisik dan mental, hingga menimbulkan perasaan
kesedihan yang cukup mendalam. Selain itu, setelah adanya komunikasi interpersonal
secara langsung dari tokoh difabel Kwon Gi Do dengan Ibunya, informan 1 berpikir
bahwa hal ini membuat Kwon Gi Do lebih menyadari bahwa maksud dan tujuan dari
tindakan tersebut tidak dipahami oleh keluarganya dan justru malah membuat orang
Informan 5 mengatakan bahwa komunikasi yang tidak berjalan lancar dari tokoh
mereka memiliki ekspektasi yang berbeda dan tidak terpenuhi. Sehingga, perbedaan
ekspektasi tersebut pada akhirnya membuat kedua tokoh saling merasa kecewa satu
sama lain. Menurutnya, ekspektasi atau keinginan yang tidak tersampaikan dengan
baik ini mengakibatkan timbulnya rasa kekecewaan karena tidak tercapainya keinginan
tersebut, dan hal ini bisa terjadi kepada siapapun. Informan 5 merasa bahwa perasaan
kecewa dari tokoh difabel Kwon Gi Do sangat wajar karena dia kurang mendapatkan
perhatian oleh keluarganya. Hal ini dikarenakan adanya kepercayaan bahwa keluarga
adalah rumah bagi setiap orang, tempat pertama mereka mengetahui dunia sehingga
kurangnya perhatian yang cukup dari kedua orang tua ini pasti membuat setiap orang
sedih, termasuk informan 5. Selain itu, adanya ekspekstasi tentang tokoh anak difabel
dari pihak keluarganya untuk menjadi anak yang normal, tidak selalu membuat
kekacauan, dan adanya kesibukan pekerjaan dari orang tuanya ini menjadi suatu alasan
141
tidak diperhatikannya tokoh Kwon Gi Do ini. Sehingga Informan 5 memaknai bahwa
kedua pihak memilki ekspektasi yang berbeda dan karena hal tersebut kta tidak dapat
menyalahkan kedua belah pihak tersebut. Oleh karena itu, informan 5 melihat bahwa
komunikasi dua arah agar terdapat interaksi dan saling merasa diharagai satu sama lain.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppositional reading. Dalam
posisi ini, kedua informan memaknai pesan teks dengan menggunakan pemahamannya
sendiri dan menolak pesan teks pada film karena adanya perbedaan nilai. Adapun satu
tema yang dimunculkan dalam posisi pemaknaan ini yaitu tindakan yang salah, yang
Informan 2 mengatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh tokoh Kwon Gi Do ini
didasari oleh rasa ingin mencari perhatian dengan kedua orang tuanya. Hal ini
disebebkan adanya keterbatasan atau gangguan yang dimiliki oleh tokoh difabel
tersebut tidak diterima dengan baik oleh keluarganya dan membuat tokoh anak difabel
ini terus disembunyikan oleh kedua orang tuanya karena dianggap sebagai suatu
kegagalan. Kemudian informan 2 juga memahami bahwa tindakan cari perhatian ini
selain dikarenakan oleh penolakan pihak keluarga juga disebabkan oleh adanya
142
gangguan mental yang dialami oleh tokoh Kwon Gi Do. Setelah melakukan tindakan
meskipun hal tersebut tidak direspon dengan baik oleh keluarganya. Tapi menurut
dengan cara yang salah dan membuat keluarganya marah. Dari nilai kepercayaan yang
dianut oleh informan 2, bahwa tindakan cari perhatian pada orang lain apalagi dalam
keluarga ini hal yang biasa namun jika cara yang digunakan ini merugikan atau
menyakiti orang tersebut, artinya tindakan cari perhatian itu bukan lah hal yang benar.
memendam sesuatu karena tidak mungkin sesuatu terjadi tanpa ada pemicu atau
sebab akibat, di mana ketika sesuatu terjadi pasti ada hal lain yang menyebabkan
kejadian tersebut dan dalam hal ini adalah tindakan cari perhatian yang salah dari Kwon
Dari adegan tokoh Moon Sang Tae saat berkomunikasi dengan orang lain ini
preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut menunjukan
143
bahwa penggunaan stereotip berupa gangguan komunikasi verbal masih di
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 1 dan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama dengan isi pesan
teks dari media dan memunculkan satu tema yaitu pengenalan sudut pandang autisme
Informan 1 dan 2 memaknai secara sama bahwa penggambaran tokoh autisme pada
drama ini merupakan salah satu cara untuk mengenalkan sudut pandang dari sisi difabel
autisme. Informan 1 melihat bahwa tokoh Moon Sang Tae merupakan orang yang
cukup tertutup dan memiliki persona layaknya anak kecil dilihat dari atribut
144
pakaiannya. Selain itu, dari cara komunikasinya pun Moon Sang Tae terlihat suka
mencelatuk tanpa ada konteks tertentu dan cara berbicaranya yang terbata-bata
tersebut sesuai dengan kondisi autisme pada realitanya baik cara penampilan maupun
cara berbicara karena adanya pengalaman dari informan 1 saat mengunjungi Sekolah
Luar Biasa.
“Awalnya aku ga begitu ngerti gangguan autisme ini kayak apa, apalagi belum
pernah punya temen deket orang autis dan waktu ketemu secara langsung pun juga
sekalias doang jadi ga gitu mendalami cuma liat dari ciri-cirinya doang, tapi dengan
aku nonton jadi lebi ngerti sisi dari autisme itu.”
Oleh karena itu, informan 1 berpendapat bahwa penggambaran tokoh Moon Sang Tae
sebagai difabel autisme yang sesuai ini sangat membantu orang-orang yang tidak
mengerti untuk lebih paham tentang sisi dan sudut pandang dari mereka yang memiliki
gangguan.
Sang Tae dapat menunjukan dan menggambarkan spektrum autisme itu dengan baik
dan mungkin sesuai dengan kondisi autisme di sekitar kita, walaupun informan 2 juga
belum pernah bertemu dengan difabel autisme secara langsung. Namun, informan 2
merasa bahwa berdasarkan info-info di sosial media ataupun berita yang membahas
menganai isu kesehatan mental ini juga cukup membantunya untuk melihat apakah
penggambaran Moon Sang Tae cukup sesuai dengan kondisi autisme pada realitanya.
Menurut informan 2, penggambaran autisme Moon Sang Tae yang terlihat memiliki
145
dunia sendiri, sering mengalami tantrum dan tidak lancar saat berbicara yang cukup
jelas ditampilkan dalam drama ini justru dapat membuatnya lebih mengerti secara lebih
dalam mengenai sosok autisme itu sendiri dan lebih mengetahui bagaimana perlakuan
yang dibutuhkan oleh difabel autisme. Adanya pengetahuan terkait difabel autisme dari
film maupun series yang ditelah dilihat oleh informan 2, membuatnya merasa bahwa
ciri yang ditampilkan dari gambaran sosok difabel autisme ini kurang lebih sama
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 3 dan 5. Dalam posisi ini, informan mengkompromikan pesan teks dari film
dengan menggunakan pengetahuannya yang memunculkan satu tema yang sama yaitu
berikut:
Informan 3 melihat bahwa penggambaran sisi autisme yang suka tidak fokus,
mengulang-ulang kata dan tidak stabil pada tokoh Moon Sang Tae ini memang sesuai
dengan ciri dari autisme karena adanya relasi tetangga dari informan 3 yang kurang
lebih sesuai dengan tokoh di drama ini. Informan 3 melihat bahwa tetangganya yang
memiliki gangguan autisme ini memiliki cara berbicara yang agak kurang jelas dan
146
sulit berkomunikasi dengan orang lain, apalagi orang yang baru dikenal. Menurut
informan 3, mereka yang memiliki gangguan autis ini memang cenderung kurang dapat
mengontrol cara melihat mereka. Sehingga ketika berbicara dengan orang lain, difabel
autis cenderung tidak stabil pergerakannya seperti suka menggaruk-garuk tangan tiba-
tiba tanpa konteks tertentu atau ketika berbicara tidak menatap lawan bicaranya secara
intens. Namun, informan 3 menganggap bahwa drama ini mungkin dapat menjelaskan
autisme agar tidak memberikan kesan bahwa difabel autisme ini adalah orang yang
sangat berbeda dengan kita. Dari pengalaman dalam menjalin hubungan pertemanan
temannya tersebut walaopun memiliki perbedaan dengan orang lain tapi tidak ingin
yang ditampilkan dari tokoh Moon Sang Tae ini berbeda dengan kondisi realita
sebenarnya. Menurut informan 5, pembentukan karakter autis pada tokoh Moon Sang
Tae ini dibuat sebagai sosok difabel autisme yang memiliki sifat polos. Sedangkan,
beberapa difabel autisme yang pernah ditemui oleh informan 5 ketika sedang
melakukan praktik di dalam sebuah rumah sakit jiwa, banyak difabel autisme yang
menunjukan adanya tindakan memberontak dengan orang lain hanya karena difabel
autisme tersebut tidak melakukan hal-hal teratur sesuai kebiasaannya. Selain perbedaan
pada pembentukan sifat karakteristik autis, adapula salah satu ciri ataupun
147
kecenderungan dari difabel autis yang berbeda dengan tokoh Moon Sang Tae yaitu
kebiasaan autis dalam melakukan tindakan yang teratur. Informan 4 melihat bahwa
beberapa mereka yang dengan gangguan autis ini memiliki kecenderungan suka
kesehariannya, sedangkan di drama ini tokoh Moon Sang Tae tidak menunjukan hal
tersebut padahal ini adalah salah satu kondisi dari autisme juga.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 4. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
Informan 4 melihat bahwa karakter autisme pada tokoh Moon Sang Tae ditampilkan
sifat agresif ini muncul sebagai tindakan yang sangat memungkinkan untuk melukai
orang lain, di kasus ini adalah tindakan Moon Sang Tae yang melempar barang ke arah
tokoh dokter. Padahal menurut, informan 4 tindakan tersebut hanya berupa respon dari
rasa ketakutan tokoh autisme saja dan tidak seluruh difabel autisme ketika merasa takut
148
atau panik akan melakukan hal-hal agresif seperti yang ditampilkan oleh tokoh Moon
Sang Tae. Informan mengatakan bahwa, hal ini dikarenakan adanya keberagaman jenis
spektrum autisme yang ada, dan keterkaitan yang dimiliki oleh informan 4 dengan
menghadapi difabel autisme, beberapa dari mereka jika merasa ketakutan akan
menunjukan respon berupa ekspresi menangis, atau kepanikan dari raut wajah, dan
bersembunyi saja tidak sampai melakukan hal-hal yang agresif yang dapat melukai
orang lain. Selain itu, dari segi penampilan tokoh Moon Sang Tae yang terlihat seperti
anak kecil ini juga secara tidak langsung memperlihatkan bahwa orang yang memiliki
dengan umurnya. Padahal itu sebenarnya hanya bagian dari karakteristik personal
indvidu saja, karena saudara informan 4 yang juga autisme ini tidak menggunakan
pakaian layaknya yang dicontohkan oleh tokoh Moon Sang Tae. Sehingga, informan 4
penontonnya bahwa penampilan karakter autisme Moon Sang Tae ini tidak mewakili
seluruh difabel autisme dan mungkin juga dapat menunjukan ataupun menjelaskan
bahwa terdapat autisme dengan spektrum lain yang berbeda dengan tokoh Moon Sang
Tae.
149
4.1.3 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Tindakan Kwon Gi Do Saat
Dari adegan tokoh Kwon Gi Do yang sedang menunjukan alat vitalnya di depan
CCTV Rumah Sakit Jiwa ini akan dilihat bagaimana tampilan karakteristiknya yang
berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis preferred reading. Hasil dari
karakter pribadi dari tokoh difabel maniac disorder dengan cara menampilkan
150
4.1.3.1 Posisi Pemaknaan Dominan
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama dengan isi pesan teks
dari media dan memunculkan satu tema yaitu penggambaran gangguan mental pada
tersebut sesuai dengan beberapa kasus yang sama dengan tujuan untuk mendapatkan
perhatian orang.
pada tokoh Kwon Gi Do ini diketahui dari konten di sosial media yang menampilkan
ciri dari gangguan tersebut, serta pengalaman dari teman-temannya yang pernah
bertemu dengan orang yang memiliki gangguan serupa di sekitar area kampus, di mana
151
4.1.3.2 Posisi Pemaknaan Negosiasi
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 1, 4, dan 5. Dalam posisi ini, informan mengkompromikan pesan teks dari
yaitu penyamaan ciri gangguan dari difabel maniac disorder, pengaitan keterbatasan
karakter dengan gangguan lain, dan bagian dari naluri yang tidak terkontrol yang akan
Menurut informan 1, ciri-ciri fisik tokoh Kwon Gi Do pada dasarnya terlihat normal,
namun. sikap dan sifat yang dimilikinya suka melakukan hal-hal ekshibisionis untuk
informan 1 terkait tindakan ekshibisionis yang dia ketahui melalui informasi berita di
sosisal media ini adalah tindakan dari seseorang yang memiliki perasaan puas yang
membuat orang tersebut senang, ketika dia berhasil mendapatkan respon dari orang
lain yang melihat bagian dari tubuhnya. Oleh karena itu, informan 1 melihat sejumlah
orang di sekitarnya yang memiliki kondisi sama dengan Kwon Gi Do. Adegan dalam
drama memperlihatkan kondisi yang lebih normal dan ceria, sedangkan dalam realita
lebih tertutup. Persamaan antara adegan dalam drama dan dalam dunia realitas
152
menunjukkan dampak yang sama berupa rasa puas ketika mendapat respon dari orang
lain.
Menurut Informan 4 adegan ini menggambarkan karakter difabel manik yang haus
perhatian dan melakukan hal-hal yang cukup ekstrim untuk menarik perhatian orang
lain. Sehingga, orang-orang dengan gangguan seperti ini menurutku butuh perawatan
khusus yang intensif dari ahli gitu, kaya ini kan di rawat di rumah sakit jiwa. Informan
4 melihat itu sebagai hal ektrim dan perlu mendapatkan perawatan, karena tokoh ini
melakukan itu dengan sengaja dan dia terlihat senang sekaligus puas ketika dia berhasil
dapet perhatian itu. Kalau untuk yang perawatan khsususnya ini dikarenakan ini adalah
sebuah gangguan jiwa yang sebaiknya harus ditangani dengan tepat. Informan 4
melihat bahwa terdapat pembentukan karakternya yang cukup sesuai dengan kondisi
dari sifat kaakter. Oleh karena itu, informan 4 menyimpulkan bahwa adegan ini cukup
menjelaskan gangguan manik, namun cara penyampaiannya kurang tepat. Karena tidak
semua orang yang punya gangguan manik kaya Kwon Gi Do itu punya kecenderungan
dengan tindakan eksibisionis dan tidak semua eksibisionis itu pede dalam melakukan
aksinya. Sehingga adegan ini lumayan menjelaskan gangguan manik tapi cara
penyampaiannya agak kurang pas, dan menimbulkan kesannya bahwa gangguan manik
153
4.1.3.2.3 Bagian dari naluri yang tidak terkontrol
sebenarnya setiap orang sama-sama memiliki sebuah nafsu, tapi yang membedakan
terkait psikologi, orang yang memiliki gangguan jiwa sampai seperti ini banyak
berpikir atau tidak memilki akal dan lagika. Namun dilihat dari ciri dan apa gangguan
yang dijelaskan pada tokoh Kwon Gi Do, informan 5 tidak melihat adanya kesamaan
ciri terhadap gangguan skizofresnia. Sehingga, Informan 5 melihat bahwa adegan ini
lebih merujuk pada fetish atau sesuatu hal yang membuat seseorang merasa terangsang,
dan ini merupakan sifat naluriah dari tokoh tersebut di mana dia akan merasa puas jika
telanjang di depan orang lain dan membuat orang lain terkejut. Selain itu, informan 5
berpendapat bahwa perbedaan orang lain pada umumnya dengan orang yang mimiliki
gangguan seperti Kwon Gi Do ini di masukan ke dalam Rumah Sakit Jiwa, karena tidak
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
154
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
dan sifat dari gangguan kepribadian dari tokoh Kwon Gi Do adalah munculnya
perasaan senang ketika kepemilikannya dilihat dan mendapatkan respon oleh orang
lain. Informan 3 mengetahui bagaimana perasaan yang timbul ketika orang dengan
gangguan tersebut melakukan tindakannya dari kasus-kasus yang pernah dia ketahui
dari orang lain di sekitarnya. Sehingga, bagi informan 3, penyampaian karakter dalam
tersebut pada beberapa kasus di Jakarta yang menunjukkan respon sederhana dalam
peristiwa exhibisionis, sedangkan dalam adegan tersebut terlihat heboh dan vulgar.
4.1.4 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Munculnya Alter Ego dari
Dari adegan munculnya alter ego dari Yoo Sun Hae akan dilihat bagaimana
tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis
preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut menunjukan
155
adanya penekanan penggambaran identitas yang berbeda dari tokoh Yoo Sun Hae,
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 3 dan 4. Dalam posisi ini, informan memunculkan satu tema yang sama yaitu
penyamaan ciri gangguan dari difabel identity disorder yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
Informan 3 melihat penggambaran Yoo Sun Hae sebagai karakter kepribadian ganda
sangat sesuai, karena penampilannya dan cara bicaranya menunjukkan bahwa dia
adalah orang yang sama dengan jiwa dan identitas yang beda. Informan 3 melihat
156
kesesuaian penggambaran tersebut dari cara penampilannya dengan kucir rambut dua,
makan permen, dan nada bicara atau suaranya yang kaya anak kecil imut itu nunjukin
kalo pasien ini beneran punya dua kepribadian yang beda. Padahal, menurut informan
3 tokoh Yoo Sun Hae ini adalah seorang pasien difabel yang sudah dewasa yang terlihat
dari wajah tokoh tersebut, dan penampilan tokoh ini di adegan-adegan sebelumnya
yang tidak tampak seperti layaknya anak kecil. Sehingga, informan 3 menganggap
bahwa adegan ini memang mau ngeliatin sisi perbedaan identitas dari gangguan
tersebut sesuai dengan tokoh-tokoh difabel yang memilki gangguan kepribadian ganda
lainnya di drama maupun film sebelumnya yang pernah dilihat. Selanjutnya, informan
memiliki kepribadian yang beda dan mereka tidak mampu mengontrol hal tersebut.
Menurut informan 4, hal ini dikarenakan alter ego orang yang punya gangguan identitas
disosiatif itu memang bisa tiba-tiba muncul tanpa dia bisa kontrol ketika dia ke trigger
sama hal-hal yang berhubungan dengan traumanya dia. Karena dia berubah jadi anak
kecil itu setelah mendappatkan telepon dari ayahnya, yang mana ayahnya itu punya
peran besar ketika dia mengalami trauma itu. Selain itu, dari pengetahuan informan 4
mengenai gangguan kepribadian ganda dalam drama, film maupun info dari sosial
media yang pernah diakses menunjukan adanya kesamaan ciri dari setiap karakter
tersebut.
157
4.1.4.2 Posisi Pemaknaan Negosiasi
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 1 dan 5. Dalam posisi ini, informan mengkompromikan pesan teks dari film
perbedaan persona karakter difabel dan gangguan yang berbeda yang akan
Informan 1 melihat pembentukan karakter tokoh Yoo Sun Hae cukup sesuai dengan
“Secara realitanya aku belum pernah ketemu juga, cuma katanya itu orang
dengan kepribadian ganda itu ga selalu akan jadi anak kecil kaya tokoh Yoo Sun Hae.
Jadi kaya setiap orang yang punya kepribadian ganda itu bisa muncul kepribadian
lain dengan persona yang beda. Karena mereka juga punya sisi traumatik yang beda-
beda juga kan.”
Secara umum, informan 1 belum pernah bertemu dengan seseorang berkepribadian
memiliki persona yang beda-beda tergantung dengan sisi traumatik orang tersebut.
158
4.1.4.2.2 Gangguan yang berbeda
Menurut informan 5, adegan ini tidak nunjukin kalo tokohnya itu bipolar, tapi cuma
kaya kembali ke sifat kekanak-kanakan yang muncul karena dia butuh perhatian aja.
Karena berdasarkan dari pengetahuan informan 5, kondisi bipolar dalam Rumah Sakit
Jiwa ini juga memili kondisi yang disebut fiksasi. Di mana fikasasi adalah kondisi
kembali kemasa seperti anak-anak. Hal ini menurut informan 4 sebenarnya bisa terjadi
pada masyarakat umum, namun kondisi pasien di RSJ ini diakibatkan karena kesulitan
dalam mengontrol diri dari pasien tersebut. Selain itu, informan 5 juga menemui kasus
kondisi gangguan ini tidak hanya di RSJ saja namun juga banyak di tempat seperti panti
jompo, dan sebagainya. Oleh kerana itu, penggambaran tokoh dalam drama tersebut
Kepribadian ganda yang selama ini sering disebutkan dalam adegan drama pada
dasarnya adalah alter ego yang muncul dari kondisi fiksasi yang sudah tidak bisa
dikontrol.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
menggunakan pemahamannya yang berbeda dan yang memunculkan satu tema yaitu
penyampaian gangguan karakter yang dramatis yang akan dijelaskan sebagai berikut:
159
4.1.4.3.1 Penyampaian gangguan karakter yang dramatis
Informan 2 melihat bahwa munculnya kepribadian lainnya dari seorang bipolar ini
terjadi sebagai cara dalam melindungi diri karena merasa terancam. Sehingga,
informan 2 menganggap bahwa adegan ini menjelaskan, kalau kepribadian yang lain
ini muncul sebagai mekanisme pertahanan diri dari mereka karena merasa terancam
aja. Dan ketika itu muncul mereka tidak sadar dan tidak tahu kapan kepribadian mereka
bertemu dengan orang yang memiliki gangguan bipolar sehingga informan 2 hanya
menilai dari cara penyampaian dengan menampilkan ilusi sosok anak kecil itu terkesan
dramatis, karena menurut informan 2 pada dasarnya mereka memiliki tubuh yang sama.
Dari adegan munculnya ingatan traumatik Kang Pil Wong akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan pada adegan
tokoh Kang Pil Wong yang didramatisir untuk memberikan penggambaran terkait
160
Tabel 4. 5 Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Munculnya Ingatan
Traumatik Kang Pil Wong
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama yaitu reaksi difabel
Informan 2 berpendapat bahwa adegan ini menggambarkan sisi traumatik dari tokoh
pasien gangguan mental. Di mana tokoh tersebut teringat oleh masa lalunya, dan masih
belum bisa lepas dari traumanya. Sehingga, informan 2 merasa adegan ini lebih
menjelaskan gangguan kejiwaan yang dialami oleh tokoh kakek tersebut ketika dipicu
oleh sesuatu.
“Menurutku, adegan ini sangat wajar dan sesuai dengan realitanya karena
trauma bukan hal yang menyenangkan jadi pasti ketika ada sesuatu yang memicunya
itu membuat kaget dan ketakutan.”
161
Oleh karena itu, informan 2 berpendapat bahwa reaksi dari tokoh difabel yang trauma
ini tampak sangat wajar dan sesuai dengan realitanya karena trauma bukan hal yang
menyenangkan, sehingga ketika ada sesuatu yang memicu rasa trauma tersebut akan
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 3 dan 5. Dalam posisi ini, informan mengkompromikan pesan teks dari film
dengan menggunakan pengetahuannya yang memunculkan satu tema yang sama yaitu
bergantung dengan taraf keparahan gangguan PTSD yang akan dideskripsikan sebagai
berikut:
dalam drama tersebut terkesan dramatis, namun bisa jadi itulah yang sebenarnya
dengan seseorang yang mengalami gangguan trauma sepertik tokoh difabel mental
PTSD ini memang cukup mudah terganggu ketika menengar suara-suara yang
teman informan 3, terdapat kondisi atau suara seperti pengetukan pintu atau suara hujan
yang menimbulkan perasaan takut dan panik. Hal ini dilihat langsung oleh informan 3
162
ketika temannya memperlihatkan bahasa tubuh ataupun ekspresi panik ketika
berdasarkan pada tingkat keparahan gangguan traumatis yang diderita, bisa jadi
gangguan trauma kakeknya di drama ini memiliki level yang sudah sangat parah.
Selanjutnya, Informan 5 juga melihat bahwa mungkin memang se-ekstrim itu kondisi
dari tokoh PTSD dalam drama ini. Namun, informan 5 juga merasa bahwa adegan ini
terlalu mendalami gangguan ini. Tetapi mungkin, jika penggambaran seperti kembali
ke masa lalu ini mengilustrasikan apa yang ada di dalam isi kepala dari tokoh tersebut,
mungkin memang begitu apa yang dirasakan oleh difabel PTSD yang sudah parah.
yang penting akan membuatnya merasa kembali ke masa traumanya tersebut. Namun,
kambuh tampak dilebih-lebihkan, walaupun mungkin itu memang yang ada di dalem
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 1 dan 4. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
penggambaran gangguan PTSD yang dramatis, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
163
4.1.5.3.1 Penggambaran gangguan PTSD yang dramatis
“Untuk case PTSD yang pernah aku temui mungkin belum terlalu parah seperti
di drama tersebut, mereka merasa takut dan was-was apabila bertemu dengan hal yang
dapat memicu gangguan tersebut, tanda fisiknya detak jantung berdegup lebih
kencang, tangan tremor, selalu merasa bersalah. Sedangkan sayang saya temui itu
tidak seperti itu. Sebenernya ya itu bisa aja terjadi kalo udah yang parah banget kali”
Menurut informan 1, tokoh PTSD yang ditampilkan dalam adegan tersebut cukup
ekstrim, berbeda dengan orang yang pernah dijumpai oleh informan 1 yang
menunjukkan gejala tremor dan tidak sampai yang jatuh lemas hingga teriak histeris.
Meski demikian, informan 1 berpendapat bahwa hal tersebut mungkin dapat terjadi
apabila sudah memasuki taraf parah. Informan 1 tetap berpendapat bahwa drama ini
digambarkan melalui respon yang panik dan berlebihan ketika dihadapkan dengan
segera keluar dari situasi traumatik tersebut. Informan 4 melihat bahwa penggambaran
yang berlebihan dan terkesan tidak realistis ini merupakan suatu yang wajar dalam
sebuah drama. Meskipun begitu, informan 4 melihat bahwa reaksi PTSD di dunia nyata
tidak akan heboh atau berlebihan seperti yang digambarkan dalam drama tersebut.
Pendapat yang diutarakan oleh informan 4 berdasarkan pada informasi media yang
164
4.1.6 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Moon Sang Tae di Pameran
Buku
Dari adegan munculnya Moon Sang Tae di pameran buku akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan pada dari adegan
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 1 dan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama yaitu penekanan
sterotipe sebagai suatu hal yang salah yang akan dijabarkan sebagai berikut:
165
4.1.6.1.1 Penekanan sterotipe sebagai suatu hal yang salah
“Menurutku ini kaya nunjukin stereotip masyarakat di sekitar kita yang yang
masih menilai orang lain dari penampilannya itu ada banget. dan mmereka cenderung
menjauh dan menyebut gila dengan berbicara meracau, hal tersebut menandakan
bahwa kurangnya pemahaman masyarakat tentang autisme”
Menurut informan 1, adegan ini seperti menyampaikan pesan tersirat bahwa masih ada
stereotip masyarakat yang menilai orang lain dari penampilannya, cara bicara dari autis
yang merancau dengan mengatakan sebagai gila. Oleh karena itu, informan 1 juga
karena masih banyak orang yang belum paham bahwa tidak semua orang dengan
dari pengunjung tersebut adalah hal yang salah karena dapat berakhir dengan tindakan
kekerasan seperti adegan ini yang mana Moon Sang Tae dipukul dan dicap sebagai
gila. Argumen dari informan 2 ini juga didukung pendapat Danandjajda, yang
mengatakan bahwa banyakanya stereotip negatif ini pada akhirnya dapat memunculkan
prasangka yang berujug pada tindakan kekerasan dan diskriminasi pada kelompok
166
4.1.6.2 Posisi Pemaknaan Negosiasi
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 3 dan 5. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama yaitu dampak
Menurut informan 3, penggambaran kondisi dalam drama cukup sesuai dengan realitas
ketika berhadapan dengan seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan terlihat jelas
dari fisik, penampilan maupun cara berbicaranya. Hal ini dikarenakan masih terdapat
banyak orang awam yang tidak tahu cara menghadapi orang difabel mental dan
pengalaman yang dialami oleh informan 3 ketika berada di ruang publik dan tidak
sengaja bertemu dengan orang-orang yang memiliki gangguan seperti autisme ini
memang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Pengabaian tersebut bisa seperti cara
dan pergi, serta dari cara pandang masyarakat yang melihat orang autis dengan tatapan
sinis, takut hingga jijik. Sehingga, penggambaran dalam adegan tersebut dapat
dikatakan cukup sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada difabel mental.
Selain itu, informan 3 juga mengatakan bahwa adanya pola pikir yang berbeda dan
jarangnya interaksi antara masyarakat sosial dengan orang yang memiliki gangguan
mental, membuat banyak dari orang awam tidak tahu cara menanggapi dengan benar.
167
Hal ini dirasakan oleh informan 3 sebelum memiliki relasi pertemanan dengan orang-
orang yang memiliki kebutuhan khusus secara mental, yang mana sebelumnya
dengan difabel dan hal itu membuatnya tidak ingin berkomunikasi terlalu intens dengan
informan 3 tidak melihat adanya kekerasan pada realitanya, namun cenderung pada
Selanjutnya, informan 5 berpendapat bahwa perlakuan kasar yang dilakukan oleh orang
awam tidak dapat dinilai benar atau salah. Informan 5 melihat bahwa hal ini karena
semata-mata mereka tidak tahu cara memperlakukan tokoh autis. Di dalam scene
tersebut tokoh autis diperlihatkan dalam kondisi seperti anak kecil yang berteriak-
teriak. Karena kondisinya tersebut, tokoh autis diperlakukan kasar oleh orang awam
disekitarnya. Dalam merespon sikap tantrum dari difabel autis ini, informan 5 melihat
bahwa dalam situasi tersebut difabel autis justru butuh untuk ditenangkan, sehingga
seharusnya orang awam yang berada di sekitarnya tidak merespon dengan perhatian
berlebih yang justru akan memicu trigger dari difabel autis. Selain itu, informan 5 juga
melihat pentingnya pendampingan oleh orang terdekat terhadap difabel autis, terutama
orang terdekat yang mengerti pemicu tantrum dan cara menghindari dan mengatasi
168
4.1.6.3 Posisi Pemaknaan Oposisi
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 4. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
Menurut informan 4, melihat bahwa adegan ini menggambarkan Moon Sang Tae
sebagai tokoh yang punya kebutuhan khusus atau difabel itu ketika berhadapan dengan
masyarakat langsung dia tidak berdaya melawan atau membela dirinya dengan kata
lain dia masih bergantung dengan orang terdekatnya untuk mendapatkan bantuan
maupun pertolongan. Hal ini dikarenakan informan 4 memaknai dari adegan ini di
mana Moon Sang Tae bahkan tidak terlihat melawan tokoh pengunjung tersebut sampai
adiknya datang dan malah Ko Moon Young yang kaya membantu tokoh tersebut. Oleh
karena itu, informan 4 menyimpulkan bahwa mereka yang difabel ini belum sekuat itu
untuk bisa menghadapi lingkungan masyarakat yang punya cara pandang yang
beragam sehingga masih harus didampingi oleh orang terdekat yang peduli sama
mereka. Hal ini sejalan dengan pengetahuan informan 4 yang mana kerabatnya yang
memiliki gangguan autis harus selalu didampingi oleh orangtua ataupun saudara
169
4.1.7 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Pengalihan Emosi Lee Ah
Dari adegan pengalihan emosi Lee Ah Reum diabaikan oleh penulis Ko Moon
Young akan dilihat bagaimana tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan
difabel tersebut melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan
dari adegan tersebut memunculkan suatu stereotip berupa keterkaitan pengaruh suatu
obat dengan keterbatasan pengelolaan emosional dari tokoh Lee Ah Reum sebagai
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 4. Dalam posisi ini, informan memaknai pengaitan ketergantungan obat pada
170
4.1.7.1.1 Pengaitan ketergantungan obat pada gangguan difabel
perempuan ini sangat sensitif karena hal sepele dianggap terlalu serius sampe dia
merasa kalau orang lain yang mengabaikannnya itu membencinya. Dari stereotip yang
ditampilkan, menurut informan 4 adegan ini menonjolkan sisi psikologis dari gangguan
mentalnya dalam bentuk sikap yang sentimental dan penyebutan pengaruh obatnya
yang habis juga menimbulkan kesan bahwa tempramen pasien perempuan itu
dikarenakan efek dari pengaruh obatnya. Oleh karena itu, informan 4 merasa bahwa
terdapat pengaitan ketergantungan obat pada gangguan mental difabel tersebut karena
tidak tervalidasinya perasaan sedih, marah dan kecewa dari tokoh tersebut. Berkaitan
dengan stereotip ketergantungan obat yang dimunculkan dalam adegan ini, informan 4
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 1. Dalam posisi ini, informan memunculkan satu tema yaitu faktor kedekatan
171
4.1.7.2.1 Faktor kedekatan relasi
Menurut informan 1, tokoh cewek memiliki sifat sensitif, karena memiliki rasa trauma
terhadap tindakan KDRT yang sebelumnya pernah dialami. Informan 1 melihat hal ini
sebagai hal yang wajar karena trauma yang ada dalam dirinya membentuk perasaannya
“Kataku, pasien cowonya ini baik tapi cara dia nenangin temennya itu lebih
bagus kalo ga pake kata-kata pengaruh obat itu si. Cuma balik lagi, karena mungkin
mereka udah akrab jadi biasa aja.”
Adapun pasien cowok memiliki sifat baik, hanya saja informan 1 melihat kesalahan
yang dilakukan oleh pasien cowok ketika menangani temannya dengan mengatakan
bahwa hal itu terjadi karena pengaruh obat. Namun informan 1 juga menerima adanya
kemungkinan hal tersebut menjadi sesuatu yang biasa saja karena karena sudah
Dari pernyataan tersebut, informan 1 merasa bahwa memang cara tersebut secara
langsung dapat menimbulkan stereotip terkait gangguan dari pasien wanita ini, karena
obat.
172
4.1.7.3 Posisi Pemaknaan Oposisi
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 2, 3, dan 5. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
memiliki pemikiran yang terlalu berlebihan, yang terbentuk dari gangguan kecemasan
berlebihan yang dideritanya. Informan 2 menilai bahwa apa yang dilakukan oleh teman
laki-laki dari pasien tersebut berusaha untuk menenangkan perasaan temannya agar
tidak terpuruk, sehingga dia mengajak masuk untuk mendapatkan obat dari sang
penyakit gangguan kejiwaan dapat disembuhkan seperti penyakit lain pada umumnya.
gangguan kesehatan mental itu juga membutuhkan penyembuhan dengan sebuah obat.
Hal ini dikarenakan banyak masyarakat awam yang memiliki stereotip bahwa orang
dengan gangguan jiwa adalah mereka yang kurang beribadah, padahal gangguan jiwa
merupakan suatu gangguan kesehatan secara mental yang dapat disembuhkan obat.
Adanya stereotip ini diketahui oleh informan 3 dari pengalaman yang pernah dialami
oleh temannya yang memiliki penyakit mental yang dulunya sering dikaitkan dengan
173
kurangnya kegiatan ibadah yang membuat mentalnya tidak stabil, padahal memang
adegan menenangkan temannya dengan cara memberikan obat adalah hal yang bagus,
di mana orang-orang yang memiliki mental health terutama yang sedang melakukan
perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Jiwa memang sedang melakukan proses
Informan 5 juga melihat bahwa pasien dengan anxiety cenderung lebih sensitif dan
lebih sensitif ini seringkali membuat difabel mental anxiety memiliki pemikiran negatif
kecenderungan untuk memiliki sifat sensitif ini, yang membedakan adalah kemampuan
untuk mengontrol sikap sensitif ini, di mana orang dengan anxiety cenderung lebih
akan dilihat bagaimana tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel
tersebut melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari
pembelaan pada posisi difabel maniac disorder dengan menunjukan dan menjelaskan
174
Tabel 4. 8 Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Kwon Gi Do Mengutarakan
Tindakan Diskriminatif Orang Tuanya
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 1 dan 3. Dalam posisi ini, informan memaknai secara sama yaitu
pembentukan rasa empati pada difabel yang akan dijabarkan sebagai berikut:
175
Dari adegan tersebut menunjukkan bahwa seorang manusia harus bisa mengerti
kesedihan orang lain untuk bisa lebih empati. Kemudian, informan 1 juga menyatakan
bahwa pesan moral untuk dapat berempati dengan kondisi tersebut adalah kemampuan
untuk mengalami emosi orang lain itu penting dikarenakan dapat mempengaruhi sikap
pada orang lain. Dalam kasus drama ini, informan 1 melihat bahwa dimaksudkan pula
psikologisnya Kwon Gi Do. Dilihat dari script Kwon Gi Do dan backsound yang
digunakan itu seperti penonton diminta untuk memahami perasaannya seorang difabel
memiliki kepercayaan bahwa tidak semua orang itu sempurna sehingga sebagai
manusia haruslah saling toleransi baik atas kelebihan maupun kekurangan masing-
masing. Selain itu, tindakan diskriminasi juga bukan sebuah tindakan yang baik,
tindakan ini merupakan salah satu bentuk kekerasan yang membuat seseorang merasa
terpinggirkan. Informan 3 sendiripun mengatakan bahwa dia juga akan merasa sedih
176
penggambaran tersebut seperti menyampaikan kepada penonton untuk memiliki rasa
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
informan 4 dan 5. Dalam posisi ini, informan memunculkan satu tema yaitu
penggambaran kondisi kondisi karakter yang kurang realistis, yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
penggambaran situasi dalam drama terlihat kurang realistis. Hal ini dikarenakan, latar
tempat kampanye politik ini seharusnya memiliki penjagaan yang cukup ketat dan
pasien difabel dari Rumah Sakit jiwa sepengetahuan informan 4 juga tidak dapat keluar
dari rumah sakit dengan mudah. Berdasarkan informasi dan pengetahuan informan 4
yang diterima dari rekannya yang bekerja di dalam Rumah Sakit Jiwa tersebut bahwa
penjagaan wilayah rumah sakit sangatlah ketat dan tidak mudah bagi pasien untuk
kabur begitu saja. Namun, informan 4 juga merasa karena ini ditampilkan dalam sebuah
177
drama saja, jadi adegan tersebut mengilustrasikan kondisi mental dari difabel jika
seluruh adegan dalam cerita ini sengaja dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian
penonton. Diskriminasi terhadap orang yang masuk RSJ adalah hal yang jarang ditemui
oleh informan 5. Adapun pengawasan di dalam RSJ tentunya akan sangat ketat,
sehingga tidak mudah bagia pasien RSJ untuk keluar dari rumah sakit. Apabila pasien
RSJ dapat keluar dari rumah sakit, informan 5 menilai bahwa mereka pasti tidam
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
personal yang telah Ia pendam kepada orangtuanya, sehingga kemudian memilih untuk
melawan idealisme pemikiran dari orang tuanya. Dalam scene hal ini ditunjukkan dari
penggambaran sisi psikologisnya yang lemah ketika bercerita di depan umum hingga
178
meneteskan air mata. Informan 2 melihat bahwa terkadang orang tua kerap tidak sadar
pada pentingnya perlakuan yang sama oleh para orangtua di hal-hal yang umum, dan
Dalam melihat posisi pemaknaan dari informan pada penguatan kelompok difabel
sebagai bagian dari pembinaan hubungan sosial, maka akan dibagi menjadi sepuluh
(perilaku menyimpang), dan humor. Analisis posisi pemaknaan informan pada sepuluh
elemen ini, mencakup sebelas adegan yang telah di analisis makna dominannya
menggunakan the codes of television dari John Fiske, yang kemudian ditanyakan pada
4.2.1 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Moon Sang Tae Menolong
Orang Lain
Dari adegan Moon Sang Tae menolong orang lain akan dilihat bagaimana
tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis
179
preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut menekankan
adanya sifat empati dan kepedulian dari tokoh difabel autisme, meskipun dalam
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan memunculkan satu tema yaitu pembentukan
“Jadi adegan ini menggambarkan kalau Sang Tae ga cuma udah empati aja
tapi dia juga belajar cara menenangkan diri ketika sedang tidak dalam kondisi yang
baik-baik aja”
180
Menurut informan 2, tokoh Sang Tae mengalami perkembangan yang menunjukkan
dia mulai bisa berempati dengan orang lain, sehingga dia membantu kakeknya yang
sedang trauma. Informan 2 melihat bahwa cara yang dipakai saat menolong kakeknya
merupakan hasil belajar dari adiknya yang sering melakukan itu ketika dirinya sendiri
Sang Tae mampu bersikap empati dan belajar cara menenangkan diri ketika sedang
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan dua tema yang berbeda yaitu adanya faktor pengalaman difabel dan
kesengajaan penyorotan sisi positif difabel yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Menurut informan 1, gangguan difabel yang dialami oleh tokoh Moon Sang Tae tidak
lain. Informan 1 berpendapat bahwa hal tersebut dapat terjadi karena dia pernah
mengalami hal yang sama, sehingga dia punya keberanian lebih untuk menolong orang
lain. Meski demikian, informan 1 menganggap bahwa cara Moon Sang Tae menolong
sang kakek yang traumanya kambuh terkesan berlebihan dengan tindakan menutup
181
kepalanya. Cara yang dilakukan oleh Moon Sang Tae merupakan hasil pembelajaran
“Aku sih liatnya dari scene tadi mmm autisme punya kepedulian sesama orang yang
punya gangguan mental, terus dia juga aware tentang cara merespon dan menghadapi
difabel mental yang lagi dihadapkan dengan traumanya.”
Selanjutnya dari pernyataan tersebut, informan 4 juga melihat bahwa tokoh Moon Sang
Tae sebagai difabel autisme memiliki kepedulian sesame difabel dan paham cara untuk
menghadapi jika dihadapkan dengan kondisi yang sama. Informan 4 juga merasa
bahwa dalam kondisi tersebut justru orang-orang awam tidak banyak menolong dan
terlihat bingung. Namun informan 4 juga menganggap bahwa hal ini juga dikarenakan
banyak orang awam yang bingung harus bersikap seperti apa karena tidak pernah
mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, informan 4 menyimpulkan bahwa tidak semua
orang yang bisa mengerti cara mengatasinya orang yang mengalami gangguan
traumatik dan adanya pengalaman dari tokoh autis membuatnya lebih mengerti akan
“Jadi sebenernya autis itu juga punya sisi positif, dan kalo di dariama ini
kebetulan memang dia tokohnya suka membantu gitu kan dengan caranya sendiri.”
Informan 5 melihat bahwa orang autis juga memiliki sisi positif dan mungkin memang
kepeduliannya dari tokoh ini sudah cukup tinggi karena dikelilingi dengan orang yang
membantu. Dalam drama ini, tokoh autis memiliki sikap suka membantu dengan
182
caranya sendiri, sedangkan orang awam terlihat diam saja karena tidak memiliki
“Kalo menurutku ini ada faktor budaya juga. Mungkin di Korea itu orangnya
memang cuek, individualis dan kurang aware sama mereka-mereka yang punya mental
health. Dan kalo ngomongin soal film juga, ya biar keliatan kalo tokoh autis ini
membantu aja, jadi biar dapet spotlight. Padahal orang pada umumnya ya ga akan se
bodo amat itu pasti.”
Selanjutnya informan 5 juga berpendapat bahwa tindakan menolong yang terlihat
dilakukan oleh Moon Sang Tae sendiri dan sedangkan ada banyak orang awam yang
justru terlihat bingung ini dikarenakan faktor budaya dan kesengajaan penyorotan film
saja.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
menggunakan pemahamannya yang memunculkan satu tema yaitu reaksi difabel yang
Informan 3 mengatakan bahwa tokoh Moon Sang Tae dalam adegan tersebut terlihat
sangat peduli dengan menolong orang lain yang mengalami kondisi trauma karena
tokoh autisme ini bisa memahami orang lain yang meiliki gangguan mental sekaligus
peristiwa trauma. Dalam adegan tersebut, tindakan dari Moon Sang Tae cukup cerdas,
183
di mana dia bisa memberi tahu orang lain bahwa tokoh kakek tersebut sedang
mengalami trauma dan Sanf Tae tau apa yang harus dilakukan untuk menenangkan
tokoh kakek tersebut. Namun, menurut informan 3, kepedulian dan sikap yang
ditunjukan oleh Sang Tae ketika menolong tokoh kakek ini terlihat tidak realistis,
karena orang autis hanya akan peduli dengan orang sudah dikenal dalam jangka waktu
lama. Pada adegan ini tokoh kakek tersebut adalah seorang pasien difabel mental di
Rumah Sakit Jiwa OK yang mana tempat dia dan adiknya bekerja. Sehingga, terdapat
relasi dari kedua tokoh sebelum adegan ini ada. Kemudian dari pengalaman informan
difabel autisme ini baru akan menunjukan kepeduliannya dengan orang yang telah lama
dia kenal. Sehingga sebenarnya adegan ini tidak mencerminkan sifat kepedulian yang
mampu dilakukan autisme ke semua orang, adanya penekanan konteks kedekatan relasi
dari autisme yang tidak disampaikan dalam drama ini membuat reaksi tersebut tidak
realistis. Selain itu, informan 3 juga menambahkan bahwa ketika dihadapkan dengan
kondisi seperti ini, pada realitanya sangat memungkinkan bagi mereka untuk terpicu
4.2.2 Posisi Pemaknaan Informan Ketika Moon Sang Tae Menceritakan Peristiwa
Traumatiknya
Dari adegan Moon Sang Tae menceritakan peristiwa traumatiknya akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan
184
tersebut menunjukkan adanya keberanian dari tokoh difabel autisme dalam membuka
diri dengan orang lain untuk menyelesaikan suatu konflik, meskipun dalam
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
memunculkan dua tema yaitu sikap difabel yang wajar dan ruang yang aman bagi
Menurut informan 3, adegan ini menggambarkan bahwa pada akhirnya tokoh difabel
185
berpendapat bahwa apakah adanya kondisi gangguan kejiwaan dapat mempengaruhi
keterbukaan diri dari seseorang yang memiliki keterbatasan mental karena kesulitan
orang dengan gangguan autisme untuk menyampaikan dan mengekspresikan apa yang
dia lihat dengan jelas. Sehingga, salah satu penyebab utama kesulitannya untuk
menjabarkan & menyampaikan sesuatu secara verbal dengan jelas adalah kondisi
gangguan autismenya. Namun, informan 3 juga melihat bahwa sikap dari tokoh Moon
Sang Tae ini sangat wjar karena memang tidak semua orang mampu untuk mengatasi
trauma, terlebih lagi dengan konteks tentang kriminalitas, seperti pembunuhan dan
ancaman oleh pelaku itu. Dengan demikian, informan 3 menganggap bahwa rasa takut
dan trauma yang dialami oleh tokoh Sang Tae adalah hal yang wajar. Dari pengalaman
informan 3 juga menyatakan ketika mengalami kondisi yang membuatnya sedih atau
merasa terpuruk, informan 3 juga sulit untuk terbuka dan memilih untuk memendam
hal tersebut secara sementara hingga muncul perasaan aman untuk menceritakan hal
tersebut kembali.
Menurut informan 5, tokoh dalam adegan tersebut digambarkan tidak memiliki siapa-
siapa untuk bercerita, sehingga tidak memiliki rasa aman dalam dalam membagikan
dokter professional yang dapat membantunya berbicara dengan nyaman dan aman.
Informan 5 melihat pentingnya perasaan nyaman agar orang yang memiliki trauma
186
bersedia terbuka dan menceritakan trauma yang dialaminya. Dalam hal ini, peran dari
pasien dengan trauma mendalam menjadi sangat penting, di mana pasien tersebut
menjadi belajar untuk lebih terbuka dengan peristiwa-peristiwa traumatik yang selama
ini hanya dipendam dan dihindari. Informan 5 melihat bahwa sikap keterbukaan ini
bagus untuk mental health dari para pasien yang memiliki keterbatasan dalam
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan tema yang sama yaitu penyebab keterbukaan diri difabel yang akan
“Adegan ini menurutku kaya nunjukin keberanian dari Moon Sangtae buat
terbuka dengan masa lalunya gitu si. Walopun dia ke trigger untuk cerita ini kan
karena ada kejadian dari orang lain yang akhirnya buat dia berani untuk menghadapi
masa lalunya itu.”
Menurut informan 1, adegan tersebut menunjukkan keberanian Moon Sang Tae untuk
bersikap terbuka dengan masa lalunya karena dari pengalaman informan 1 untuk
menggali memori yang membuat trauma itu membutuhkan keberanian lebih besar
dalam merasakan trauma yang akan terputar kembali di pikiran dan menghadapi
187
perasaan itu lagi. Selain itu, informan 1 melihat bahwa orang-orang berkebutuhan
khusus akan memiliki kesulitan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya ketika
memiliki rasa trauma. Hal ini dilihat oleh informan 1 dari dramanya sendiri yang
menampilkan tokoh Sang Tae yang cenderung belum bisa berdamai dengan trauma
masa lalu yang menjadi penyebab dan menghindari. Selain itu Sang Tae lebih susah
Selanjutnya, informan 4 berpendapat bahwa keterbukaan Sang Tae dengan orang lain
tidak terjadi karena perasaan berani, melainkan karena dia takut terus terjebak dalam
“Aku memkanainya dia udah mulai bisa terbuka sama orang lain tentang
traumanya dulu dan kayanya itu di trigger saat dia nolongin pasien kakek-kakek yang
trauma juga.”
Oleh karena itu, informan 4 menyimpulkan bahwa keterbukaan diri dari Moon Sang
Tae ini bukan semata-mata karena keberanian dia dalam menghadapi trauma. Namun,
informan 4 merasa bahwa hal tersebut terjadi karena adanya ketakutan Moon Sang Tae
jika mengalami hal yang sama seperti orang yang ditolongnya yaitu pasien gangguan
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
188
informan 2. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
“Menurutku perbedaan usia yang cukup jauh ketika dia mengalami trauma dan
menceritakan hal itu secara ga langsung menggambarkan ketidakmampuan dan
ketakutan Sang Tae untuk menghadapi traumanya”
Informan 2, perbedaan usia yang cukup jauh ketika dia mengalami trauma dan
Informan 2 merasa Moon Sang Tae sulit untuk membuka diri dan lepas dari traumanya
saat sebelum dia menceritakan hal tersebut, bahkan kepada keluarganya sendiri yaitu
4.2.3 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Moon Sang Tae Membina
Persahabatan
Dari adegan Moon Sang Tae membina persahabatan akan dilihat bagaimana
tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis
189
preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut
memunculkan suatu stereotip bahwa adanya hubungan persahabatan yang dibina oleh
tokoh difabel autisme adalah suatu hal yang jarang atau sulit terjadi. Sehingga, ketika
difabel autisme memiliki hubungan persahabatan dengan orang lain, hal tersebut
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
memunculkan tema yaitu penyampaian ekspresi yang wajar, yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
190
4.2.3.1.1 Penyampaian ekspresi yang wajar
keterbatasan dapat merasa sangat senang apabila menemukan orang yang tepat untuk
dijadikan sebagai seorang sahabat. Orang autis yang semula susah menjalin hubungan
dengan orang lain, akan merasa sangat bahwa ketika mereka mampu menjalin
hubungan sosial. Menurut informan 2, tidak banyak orang autis yang dapat
bersosialisasi dengan orang normal, sehingga ketika hal tersebut terjadi maka akan
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan satu tema yang sama yaitu pengekspresian difabel autisme yang berbeda
Informan 1 berpendapat bahwa perasaan senang yang muncul dalam tokoh Sang Tae
ketika memiliki sahabat setelah sekian lama, menunjukkan bahwa dia jarang
“Kayanya kalo di real life itu ketika mereka punya sahabat itu bakalan tetep seneng
tapi yaudah seneng aja gitu, sedangkan kalo Sang Tae kan kaya menampilkan banget
kan ekspresi kesenengannya aja. Dari yang saya temui, ketika dekat dan berteman
191
dengan orang difabel, mereka tidak terlalu menunjukkan perasaan bahagianya seperti
Sang Tae.”
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara dalam mengeskpresikan
kesenangan pada difabel autisme ini berbeda-beda pada realitanya karena adanya
memiliki seorang sahabat, karena pasti setiap orang membutuhkan teman yang bikin
dia nyaman untuk cerita. Namun, sikap yang ditampilkan tokoh tersebut tidak dapat
bergantung dengan spektrum gangguan yang dimiliki dan karakteristik pribadinya. Jadi
informan 5 memaknai bahwa mungkin tokoh Moon Sang Tae ini merupakan autisme
dengan tipe aktif sehingga memang mampu untuk diajak komunikasi dengan
nyambung. Dari pengalaman informan 5 saat bertemu dengan beberapa difabel autisme
di Rumah Sakit Jiwa, terdapat tipe autisme yang cenderung tertutup, bahkan ada yang
sampai tidak memikirkan untuk memliki sahabat karena sibuk dengan dunianya
sendiri. Selanjutnya informan 4 juga melihat bahwa scene ini memiliki penggambaran
yang bagus dalam memperlihatkan bahwa orang dengan gangguan jiwa dapat menjalin
hubungan yang baik atau hubungan persahabatan dengan orang lain. Namun, informan
yang jarang terjadi. Padahal dalam realitanya, sudah menjadi hal yang lazim apabila
192
difabel dapat menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain, terlepas dari
perasaannya secara jelas dengan orang lain. Meskipun begitu, dalam scene tersebut
informan 4 melihat bahwa framing tersebut sengaja dipilih karena kesesuaian dengan
jalan cerita tokoh Sang Tae yang memang tidak memiliki teman dekat selain adiknya,
sehingga ketika Ia berhasil menemukan seseorang seperti Moon Young yang mengerti
dirinya merasa sangat senang. Namun, informan 4 juga merasa bahwa mungkin
memang terdapat tipe autis yang cukup ekspresif seperti Moon Sang Tae ini, di mana
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
Menurut informan 3, adegan ini menggambarkan perasaan bahagia dari tokoh autisme
yang pada akhirnya memiliki kedekatan emosional yang intensif dengan orang lain
kaya Ko Moon Young sebagai seorang sahabat yang dapat memahaminya. Informan 3
193
melihat dari ekspresi senyum yang ditunjukan, kemudian cara berbicaranya dengan
nadanya yang terdengar autusias ini seolah-olah ingin memberi tahu semua orang
bahwa akhirnya Moon Sang Tae itu juga memiliki sahabat. Selain itu, kesenangannya
yang ditampilkan ini juga menunjukan bahwa pada akhirnya tokoh autisme ini
memiliki seseorang untuk berbagi cerita, dan bisa mengerti dirinya dengan sepenuhnya
selain keluarganya sendiri. Menurut informan 3, sikap yang ditampilkan tokoh tersebut
dalam menyatakan komitmennya persahabatannya ini tidak sesuai dengan raksi yang
akan dilakukan oleh mereka yang autis. Berdasarkan pengalaman informan 3, tetangga
yang memiliki gangguan autis seperti Moon Sang Tae ini ketika memiliki sahabat tidak
menunjukan ekspresi maupun reaksi kebahagiaan yang berlebihan karena mereka tidak
ingin menunjukan sikap yang berbeda karena enggan dilihat sebagai sesuatu yang
spesial.
Menyatakan Perasaannya
tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis
preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut
194
Tabel 4. 12 Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Ko Moon Young
Menyatakan Perasaannya
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
sebagai berikut:
Menurut informan 1, tokoh Moon Young sebagai seseorang yang memiliki gangguan
perasaannya.
195
“Menurut aku pribadi jika ada perkembangan dari seseorang dengan ASPD,
mereka belajar dan mendapat dukungan, ada moment di mana mereka bisa
mengendalikan diri dan bisa menjadi lebih tertata.”
Selanjutnya informan juga 1 membandingkan cara pengekspresian perasaan kelompok
difabel dan non-difabel dalam drama dan kehidupan nyata memiliki kesamaan ketika
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan tema yaitu adanya perubahan karakteristik tokoh yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
“Ko Moon Young disini keliatan normal dan kaya bukan orang yang memiliki
gangguan atau agak sedikit beda dengan karakternya dia sebelumnya yang agak bar-
bar. Tapi ini mungkin karena adegan ini di akhir episode jadi dia seperti sudah
berkembang karakternya.”
Informan 2 melihat tokoh Ko Moon Young sebagai orang normal dan tidak memiliki
gangguan. Informan 2 menilai bahwa hal ini terjadi karena adegan tersebut berada di
akhir episode, sehingga tokoh karakter tokoh Ko Moon Young sudah mengalami
perkembangan. Oleh sebab itu, Ko Moon Young mampu meluapkan emosinya dengan
tenang, dan membangun suasana santai sebagai hasil dari proses pembelajarannya.
196
4.2.4.3 Posisi Pemaknaan Oposisi
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3, 4 dan 5. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
penyampaian ekspresi pada difabel dan romantisasi drama melalui karakter, yang akan
Menurut informan 3, cara pengekspresian antara kehidupan nyata dan adegan dalam
pada pola interaksi, yang memiliki cara pendekatan lebih lama dibandingkan pada
adegan drama. Selain itu, informan 3 menilai bahwa adegan romantis kurang
197
“Menurutku disitu keliatan lebih dari bisa berkomitmen si, mmm cuma aku
gatau ya ini karena konteksnya romance di dalam drama korea, ya jadi dia keliatan
kaya mampu aja.”
Informan 4 merasa bahwa sifat Ko Moon Young yang cukup sinis dan asal bicara, juga
membuat tidak semua orang bisa bertahan dan berkomitmen dengan dirinya. Selain itu,
informan 4 baru melihat bahwa sikap peduli dan merasa bersalah dari Ko Moon Young
ini ke orang lain itu baru ditunjukan kepada tokoh Moon Gang Tae saja. Sehingga
menurut informan 4, terdapat kemungkinan juga bahwa sifat empati ini hanya
ditujukan ke orang yang disukai oleh Ko Moon Young saja, bukan ke semua orang.
sosial dalam drama tersebut tidak sesuai, karena orang anti-sosial cenderung berpikiran
negatif, egois, dan dominan. Pendapat dari informan 5 tersebut terlihat melalui
pernyataan berikut:
“Menurutku adegan ini cuma ada di drama atau film aja, karena disitu kan Ko
Moon Young punya gangguan anti-sosial ya kalo ga salah. Nah orang yang ansos atau
sociopath itu bakalan susah menjalin hubungan romantis yang normal kaya tadi itu.
Dalam adegan tersebut tampak sang tokoh anti-sosial memiliki sifat penurut dan
peduli dengan pasangannya.”
punya pemikiran negatif. Selain itu, informan 5 merasa apabila memiliki hubungan
juga pun seseorang dengan anti-sosial akan bersikap manipulatif dan mengendalikan
198
pasangannya karena sifat dasarnya yang dominan. Oleh karena itu, informan 5
4.2.5 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Moon Sang Tae Bekerja
Dari adegan Moon Sang Tae bekerja sebagai ilustrator buku dongeng akan
tersebut melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari
adegan tersebut menunjukkan adanya gangguan komunikasi secara lisan pada difabel
199
4.2.5.1 Posisi Pemaknaan Dominan
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
memunculkan tema yaitu kemampuan kerjasama difabel yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
Informan 2 melihat bahwa orang dengan difabilitas memiliki kemampuan yang sama
seperti orang lain dalam hal bekerjasama. Adegan dalam drama di mana tokoh difabel
autis berdiskusi dengan penulis Moon Young dan terlibat dalam proyek buku cerita,
secara tidak langsung menunjukkan bahwa tokoh autis tidak hanya mampu
namun juga menggambarkan kapabilitas mereka dalam bekerjasama dengan orang lain.
Informan 2 melihat bahwa difabel autis memiliki keunggulan dalam hal berpikir
kreatif. Sementara untuk kemampuan bekerja sama, tokoh Moon Young di scene
tersebut memiliki cara dan pendekatannya sendiri sehingga dapat menjalin kerjasama
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
200
informan 1 dan 5. Dalam posisi ini, informan menggunakan pemahamannya yang
memunculkan dua tema yaitu pendekatan yang intensif dan ketergantungan pada
Informan 1 berpendapat bahwa, komunikasi yang terlihat dalam adegan tersebut sangat
lancar dan saling memahami satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
Sang Tae dalam berbicara dengan orang lain, merespon komplain yang ditujukan pada
memperlihatkan bahwa kedua belah pihak saling memahami pembicaraan yang sedang
berlangsung.
“Kataku, karena ini di drama aja. Karena ya kalo di real life ketika kita ngobrol
sama mereka itu pasti butuh effort yang lebih, kadang kaya mau di deketin aja susah
gitu apalagi kalo kaya kerjasama gitu kan”
Meskipun begitu, informan 1 melihat bahwa penggambaran ini tidak sejalan dengan
kondisi di dunia nyata, yang menunjukkan bahwa kelompok difabel mental akan
kesulitan diajak bekerjasama dan membutuhkan waktu serta usaha yang lebih banyak
untuk melakukan komunikasi dua arah. Hal ini dikarenakan dari pengalaman pribadi
informan 1 yang menyatakan bahwa mereka yang autis ini ebih lamban dalam
memahami sesuatu atau dalam mengkomunikasikan sesuatu, jadi memang harus lebih
sabar.
201
4.2.5.2.2. Ketergantungan pada kondisi taraf gangguan
“Sebenernya ini tergantung dengan tingkatan autis sih, ada yang segitunya
sampe ga bisa diajak kerjasama.”
Menurut informan 5, hubungan dengan orang autis akan bergantung pada tingkatan
kondisi autismenya, sebab ada beberapa diantara mereka yang dapat diajak bekerja
sama dan ada beberapa yang tidak bisa diajak kerjasama. Kemudian informan 5 melihat
bahwa adegan ini cukup menggambarkan bentuk kerjasama dari tokoh autisme, di
mana ketika bekerja orang yang autis ini seperti memiliki dunia sendiri dan atas hal
“Susahnya kerja sama dengan mereka itu ya tadi keras kepalanya, karena autis
itu punya hal yang rutin dia lakukan, kalo missal itu ga sesuai dia bisa marah kayak
tokoh Sang Tae tadi. Kalo hal baiknya itu, mereka kreativitasnya bagus dibandingkan
orang pada umumnya, soalnya mereka lebih nangkep kalo belajar tentang kesenian
atau olahraga daripada akademik/pelajaran”
Selain itu, informan 5 juga menyatakan terkait kesulitan dan hal yang yang dapat
bahwa autisme dapat melakukan kerjasama ini bergantung dengan tingkatan gangguan
autisme yang dimilikinya. Apabila menunjukan kemampuan kerjasamanya pun hal ini
tidak terlepas dari sifat-sifat yang disampaikan oleh informan 5 pada pernyataan diatas.
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
202
informan 3 dan 4. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
Informan 3 melihat bahwa adegan ini memperlihatkan diskusi kerjasama antara tokoh
Ko Moon Young dengan Moon Sang Tae dalam pekerjaan. Selain itu Moon Sang Tae
juga terlihat mampu menyampaikan opininya ketika dikritik oleh Ko Moon Young.
dirinya sendiri dan susah untuk diajak bekerjasama, terlebih bekerja sama dengan
orang asing. Hal tersebut karena orang autis baru akan mendengarkan dan merespon
Hal tersebut juuga dimaknai secara sama oleh informan 4, melalui pernyataan berikut:
“Di dunia nyata kayanya juga ga semua autis ya bisa diajak diskusi bareng
atau kerjasama soalnya mereka cenderung tertutup bahkan di drama ini pun
kerjasama yang ditampilin itu dengan orang terdekatnya mereka bukan orang
eksternal yang hubungannya harus di jaga dari awal banget.”
kerjasama ini tidak mewakili kemampuan kerja sama difabel autis karena kerjasama
tersebut hanya ditampilkan dengan orang yang sudah memiki relasi bukan yang
203
sepenuhnya asing. Selanjutnya, informan 4 berpendapat bahwa tidak semua autis dapat
diajak bekerja sama juga karena mereka cenderung memiliki sifat tertutup.
Bersosialisasi
Dari adegan Moon Sang Tae bersosialisasi akan dilihat bagaimana tampilan
karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis preferred
reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut menunjukan adanya
pembentukan impresi yang didasarkan keterbatasan difabel itu adalah hal yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Selain itu, masih terdapat beberapa orang yang
dapat menerima orang yang memiliki kebutuhan khusus seperti Moon Sang Tae tanpa
melihat keterbatasannya.
204
4.2.6.1 Posisi Pemaknaan Dominan
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
Menurut informan 3, adegan ini mengajarkan untuk tidak langsung menghakimi dan
memberi penilaian negatif kepada orang yang berkebutuhan khusus. Terlebih dalam
sebelum mengenalnya lebih dalam. Adanya respon kurang baik dari orang lain saat
pertama kali berkenalan dengan penyandang difabel autisme ditakutkan justru dapat
membuat mereka tidak percaya diri dalam berkenalan dengan dengan orang lain.
Informan 3 juga mengapresiasi cara penyandang difabel autisme dalam adegan ini
ketika memperkenalkan diri, di mana Ia cukup detail dan memberitahu orang lain
bahwa meskipun Ia autis Ia dapat mengurus dirinya sendiri. Secara tidak langsung,
terdapat kemampuan dan kesadaran diri dari difabel autis dalam memberi pengertian
pada orang lain bahwa Ia dapat mengurus dirinya sendiri dan tidak merepotkan.
205
4.2.6.2 Posisi Pemaknaan Negosiasi
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan tiga tema yaitu sikap paranoid, penekanan pada faktor kedekatan relasi
difabel, dan perbedaan karakteristik difabel yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Menurut informan 1, tidak semua orang bisa berada dalam situasi yang sama orang
dengan berkebutuhan khusus. Tokoh manajer Ko Moon Young merasa takut jika Moon
“Disini memang ada orang yang nerima buat menjalin hubungan buat
kerjasama sama Sang Tae tapi tokoh yang managernya Ko Moon Young itu kaya
terlalu kolot ya, walopun dia sebenernya lebih ke takut kalo Moon Young kumat itu”
Informan 1 merasa bahwa tokoh manager tersebut seperti parno terlebih dahulu dan
menilai Sang Tae beradarkan keterbatasannya saja dan beberapa dari mereka mungkin
yang menghindari.
memperluas relasi dengan orang lain pada adegan tersebut menunjukan bahwa orang
206
autis hanya dapat menjalin relasi sosial dalam lingkup kecil, yang masih berkaitan
dengan orang-orang terdekatnya. Hal ini dikarenakan dalam adegan perkanalan diri,
tokoh Moon Sang Tae hanya berkenalan dengan orang yang telah mengenal Ko Moon
Young bukan dari relasi yang didapatkannya secara sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kemudian lingkup relasi yang ditampilkan juga dapat dibilang sangat kecil yaitu
berada disekitar relasi antar tokohnya. Oleh karena itu informan 4 menilai bahwa orang
autis tidak dapat menjalin relasi sosial dengan orang asing. Dari sepenglihatan
informan 4 pada saudaranya yang memiliki gangguan autisme ini juga tidak memiliki
relasi yang cukup luas dan setiap relasinya juga berkaitan dengan orang-orang
terdekatnya.
Menurut informan 5, adegan ini menampilkan tokoh autis dengan tipe kepribadian
yang aktif, ekspresif, terus bisa mengungkapkan ide kreativitasnya dia sendiri, dan
dalam hal ini adalah secara aktif mampu berkenalan ataupun berinteraksi dengan orang
lain. Namun, berdasarkan pengetahuan dari informa 5 tidak semua autis seperti itu, dan
ini tergantung juga dengan karakteristik orang masing-masing. Memang terdapat orang
autis yang kalo mengenalkan diri cukup detail seperti yang ada di adegan ini tapi ada
juga yang seperlunya. Namun, informan 5 melihat bahwa cara dia komunikasi yang
ditampilin itu mirip yaitu sedikit gagap atau terbata-bata seperti orang autis yang
informan 5 pernah temui di salah satu tempat di Semarang ketika sedang bekerja
sebagai terapis.
207
4.2.6.3 Posisi Pemaknaan Oposisi
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai pesan dari teks media secara berbeda
dengan memunculkan satu tema yaitu penolakan eksistensi dari tokoh difabel autisme,
Menurut informan 2, tokoh Moon Sang Tae sedang mencoba membangun relasinya
dengan orang lain, hanya saja justru orang lain lah yang tidak menerima eksistensi
dirinya. Adegan ini secara implisit menonjolkan tokoh manajer Ko Moon Young yang
menolak keberadaan Sang Tae sebagai ilustrator karena dia akan merasa kesulitan
Moon Young adalah hal yang wajar terjadi di lingkungan sekitar kita. Karena hal
tersebut terjadi pada beberapa orang disekitar informan 2 juga secara terang-terangan
208
4.2.7 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Ko Moon Young Berpergian
Dari adegan Ko Moon Young bepergian dengan orang lain akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan
meskipun dengan cara atau strategi tersebut secara tidak langsung membuat orang
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
209
informan 2, 3, dan 5. Dalam posisi ini, informan menggunakan pemahamannya yang
memunculkan dua tema yaitu kemampuan persuatif difabel dan bentuk taktik dan
untuk membantu orang lain dengan caranya sendiri, dan cara yang tidak hanya
membuat ornag yang dibantu merasa senang tetapi juga menjadikan dirinya dan Gang
Tae dapat menghabiskan waktu bersama. Infroman 2 menilai karakter tokoh Moon
Young memiliki kemampuan dalam membujuk orang, sehingga Gang Tae mau
yaitu dengan jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama. Kemudian, strategi dan
tindakan yang dilakukan oleh tokoh Ko Moon Young pada adegan tersebut dimaknai
oleh informan 3 sebagai niat awal yang baik dari tokoh Ko Moon Young tetapi ternyata
ada hal lainnya. Selain itu, cara atau strateginya untuk memperlama waktu bersama
tokoh Moon Gang Tae ini juga tidak tertebak di mana dia selalu mampu memanfaatkan
situasi untuk membuat dirinya dan orang lain senang. Informan 3 melihat hal ini
sebagai sesuatu taktik dan strategi yang biasa di mana kadang dirinya jika mengetahui
kesempatan yang baik juga akan bertindak langsung untuk mengambil momen tersebut.
210
Selanjutnya, informan 5 berpendapat bahwa strategi dan tindakan yang dilakukan oleh
tokoh Ko Moon Young hanyalah sekedar membuat taktik dan strategi untuk menikmati
waktu lebih lama. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan sifat anti-sosialnya yang
mau menang sendiri dan egois, makanya dia bikin taktik dan strategi aja untuk
kurang lebih sesuai sama realitanya karena beberapa anti-sosial atau sociopath yang
pernah ditemui informan 5 bersikap dan bertindak lebih parah dari Ko Moon Young.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan tema yaitu penggunaan cara difabel yang kurang tepat yang akan
211
Menurut informan 1, apa yang dilakukan oleh Moon Young secara tidak langsung
mempererat hubungannya dengan Gang Tae. Hanya saja, informan 1 menilai bahwa
cara yang dilakukan oleh Moon Young agar dia bisa hidup bersama Gang Tae kurang
tepat, alih-alih membuat Gang Tae merasa bertanggung jawab sebaiknya ajakan
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 4. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
“Menurutku dari scene itu yang keliatan nonjol banget adalah emmm
kemampuan si Moon Young untuk memanipulasi Gang Tae merasa bersalah dan
bertanggung jawab demi keinginannya Moon Young tercapai.”
Menurut informan 4, dalam adegan tersebut terlihat kemampuan Moon Yong dalam
memanfaatkan keadaan yang ada untuk mencapai tujuan pribadinya. Hal ini terlihat
dari cara Moon Young memanipulasi tokoh Gang Tae agar merasa bersalah dan
bertanggung jawab atas keadaan yang ada, di mana dalam adegan tersebut
digambarkan Moon Young tahu bahwa terdapat peraturan yang mengikat pasien di
mana sesama pasien dilarang menjalin hubungan romantik. Informan 4 melihat bahwa
212
adegan ini justru menggambarkan sikap yang kurang baik dari Moon Young, di mana
kepentingan pribadinya.
akan dilihat bagaimana tampilan karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel
tersebut melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari
menyampaikan emosinya ketika menjalin hubungan jarak jauh melalui media telepon
seluler.
213
4.2.8.1 Posisi Pemaknaan Dominan
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
memunculkan tema ang sama yaitu efektivitas penggunaan media komunikasi yang
atau secaa virtual pada tokoh Ko Moon Young ini dapat berjalan secara efektif sebagai
Menurut Informan 2, meskipun tokoh Ko Moon Young suka menyendiri, tetapi dia bisa
menjalin hubungan baik dengan orang lain secara langsung maupun virtual dengan
telepon atau chat. Ketika Ko Moon Young membutuhkan seseorang, dia tahu siapa
Hal ini juga dimaknai secara sama oleh informan 3 melalui pernyataan berikut,
214
Dari pernyataan tersebut, informan 3 berpendapat bahwa adegan ini menggambarkan
keaktifan Moon Young dalam menyampaikan apa yang dia inginkan. Menurut
mental untuk mengeskrpresikan dirinya dalam berkomunikasi dengan lancar dan lebih
bebas.
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
“Dia juga ga gaptek, bisa manfaatin handphone untuk tetep connect sama
Gang Tae. Walaupun telepon ini juga kurang efektif menurutku karena dia orangnya
selalu pengen ketemu sama Gang Tae.”
Informan 1 melihat bahwa tokoh Moon Young dapat memanfaatkan telepon seluler
untuk tetap terhubung dengan orang yang disayanginya, yaitu Gang Tae. Namun,
informan 1 melihat bahwa telepon menjadi kurang efektif karena sebenarnya Moon
Young memiliki kecenderungan untuk selalu ingin bertemu dan terlibat dalam kegiatan
Gang Tae. Selain itu, penggunaan telepon juga dapat membuat orang salah paham,
215
terlebih bagi Moon Young yang memilliki kepribadian sangat ekspresif, emosional,
dan menggebu-gebu, atau dapat dikatakan cukup dominan. Dalam adegan, hal ini
ditunjukkan dengan Moon Young yang menyusul Gang Tae dan kakaknya yang sedang
makan berdua dan terlihat ingin selalu ada di semua kegiatan Gang Tae.
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 4 dan 5. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
tema yaitu bergantung dengan tingkat keparahan gangguan yang dimiliki difabel, yang
Menurut informan 4, adegan tersebut menggambarkan sifatnya dia yang egois dan
selalu memaksakan kehendaknya dan karena dia cukup ekspresif jadi dapat
menunjukannya dengan nada suaranya itu. Informan 4 memaknai bahwa baik cara
virtual maupun komunikasi secara langsung tidak semua anti-sosial dapat menunjukan
secara virtual, bahwa hal ini bergantung dengan seberapa parah gangguan yang dimiliki
difabel. Apabila sudah terlalu parah komunikasi sepertinya akan sangat memungkinkan
untuk tidak bisa memfungsikan handphone sebagai komunikasi, tapi kalo dari
216
karakternya Moon Young informan 4 melihat bahwa masih sangat mampu untuk
melakukannya. Sedangkan jika melihat bagaimana tokoh Ko Moon Young ini dalam
menggunakan telepon seluler atau media kurang efektif untuk Moon Young, hal ini
tampak pada tindakan Moon Young yang langsung menemui Gang Tae.
dinilai berdasarkan taraf gangguan dan sikap anti-sosial yang dimiliki oleh sang tokoh,
Informan 5 berpendapat bahwa orang yang memiliki sikap anti-sosial tinggi tidak akan
Young dalam adegan tersebut tidak menunjukkan taraf anti-sosial yang tinggi,
Moon Young yang jarang bersosialisasi dengan banyak orang menjadikan handphone
Diri
Dari adegan Ko Moon Young membatasi diri akan dilihat bagaimana tampilan
karakteristiknya yang berbeda dari gangguan difabel tersebut melalui analisis preferred
reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan tersebut menunjukan bahwa
217
menggambarkan keterbatasan pengelolaan emosional atau keterguncangan mental
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
informan 2. Dalam posisi ini, informan memaknai teks dengan sama seperti yang
disampaikan oleh media, dan memunculkan satu tema yang sama yaitu tindakan difabel
Young saat mengetahui Ibunya kembali dan ternyata berada di sekitarnya selama ini.
Sehingga informan melihat bahwa Ko Moon Young secara sengaja meminta kedua
tokoh lainnya ini untuk pergi karena mengetahui betapa berbahayanya tokoh Ibu Ko
218
Moon Young ini. Tindakan menghindar dan menutup diri yang dilakukan oleh tokoh
Ko Moon Young dimaknai oleh informan 2 sebagai suatu tindakan yang sangat wajar
dan biasa karena traumanya yang terlihat seperti kambuh dan takut jika keluarganya
menyakiti Moon Gang Tae dan Moon Sang Tae kembali, mengingat dia mengetahui
bahwa Ibunya juga yang dahulu membunuh Ibu dari Moon Gang Tae. Informan 2
bependapat bahwa pada ralitanya, jika dia dihadapkan dengan kondisi tersebut maka
informan 2 juga akan menunjukkan respon yang sama seperti Ko Moon Young yaitu
dengan akan sangat emosional dan ingin menyendiri terlebih dahulu karena itu sifat
terdapat tiga informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
mengkompromikan pesan dari media dan memunculkan satu tema yaitu dramatisasi
Young yang tidak mengenali keberadaan Ibunya. Sehingga, dia meminta Gang Tae
Ibunya dapat melukai orang-orang disekitarnya dan kondisi ini membuat mentalnya
219
menjadi tidak stabil. Informan 1 merasa bahwa tindakan menghindar dan menutup diri
yang dilakukan oleh tokoh Ko Moon Young ini adalah hal yang wajar terjadi dalam
kondisi seperti itu. Karena jika berada disituasi yang sama informan 1 juga akan
melakukan hal tersebut karena itu adalah sifat naluriah dari manusia. Kemudian,
sebagai suatu hal yang bagus, karena sikap emosional sampai kepada penonton.
Namun, adanya penambahan latar musik yang intens ini semakin membuat adegan
Kemudian menurut informan 4, tindakan respon yang dilakukan Ko Moon Young itu
biasa karena dia terkejut kalau orang yang selama ini ditakutinya ini ternyata berada
disekitarnya tanpa dia sadari. Namun informan 4 merasa bahwa cara penggambaran
adegan ini yang lumayan intens dan dramatis ini membuat kesannya reaksi dari Ko
Moon Young itu menjadi terlihat berlebihan, padahal itu wajar kan kalo dia merasa
takut dan terkejut. Informan 4 melihat bahwa penggambaran adegan yang dramatis ini
memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu dapat mendukung suasana dan penonton jadi
ikut merasakan apa yang dirasakan Ko Moon Young dalam kondisi tersebut.
Sedangkan hal yang kurang menurut informan 4 adalah dramatisasi ini secara ga
langsung juga bikin penonton melihat ketidakstabilan dari difabel mental itu sebagai
dan sikap menggabu-gebu dari tokoh Ko Moon Young dan karena tokoh ini cukup
220
ekspresif sehingga terlihat melalui mimik wajahnya atau sikapnya. Informan 5 melihat
bahwa tokoh tersebut terkejut karena baru menyadari keberadaan Ibunya sehinga
langsung bertindak sendiri tanpa berpikir panjang dengan meminta tokoh Moon Gang
Tae untuk pergi. Berkaitan dengan tindakan menghindar dan menutup diri yang
dilakukan oleh tokoh Ko Moon Young ini dimaknai oleh informan 5 sebagai hal yang
wajar dan semua orang ketika berada di kondisi tersebut juga akan seperti itu, hanya
Informan mengatakan bahwa ketika dirinya berada diposisi tersebut juga akan
melakukan hal yang sama sih yaitu dengan menutup diri untuk mendapatkan tenang
diri
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
keberadaan Ibunya yang bukan merupakan orang yang baik, sehingga dia tidak ingin
membahayakan orang yang dia sayang dengan terus tinggal bersama mereka. Menurut
221
informan 3, seseorang dengan kondisi rapuh seharusnya tidak diperbolehkan sendirian
karena ini dapat membahayakan diri dari tokoh tersebut mengingat Ko Moon Young
juga merupakan seseorang yang memiliki sifat-sifat dan tindakan yang kadang ekstrim.
“Dia memikirkan keselamatan orang lain, jadi biar dia aja yang berkorban
gitu kesannya. Menurutku apa yang dilakukan Ko Moon Young juga ini bentuk sikap
kepeduliannya dengan berkorban ya, dia gamau orang yang dia sayang terluka lagi
jadi mending kaya dia aja gitu.”
Dari pernyataan tersebut, informan 3 merasa bahwa tokoh Ko Moon Young ini
memikirkan keselamatan orang lain, maka dari itu dia ingin mengorbankan dirinya
saja. Oleh karena itu, informan 3 menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Ko Moon
Young itu adalah bentuk kepeduliannya dengan orang yang disayanginya dengan
mengorbankan diri.
Dari adegan Ko Moon Young menusuk orang lain dengan sengaja akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan adegan tersebut
222
Tabel 4. 18 Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Ko Moon Young Menusuk
Orang Lain Dengan Sengaja
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
memunculkan tema yaitu hanya penggambaran sifat dari gangguan anti-sosial saja,
Menurut informan 2, adegan ini menunjukkan sifat Ko Moon Young yang sebenarnya
baik namun memiliki pemikiran dan cara yang berbeda dari orang pada umumnya.
Informan 2 melihat bahwa cara Moon Young membela diri dan menyelamatkan anak
kecil itu memang lumayan ekstrim tetapi mungkin memang seperti itulah karakternya
223
dilihat dari pemikirannya. Kemudian, informan 2 melihat bahwa bahwa cara tersebut
dapat dibilang cukup ekstrim dari tindakannya yang melukai orang lain. Selain itu,
dilihat dari gesture dan ekspresinya, dia sama sekali tidak merasa bersalah atas apa
dari tokoh tersebut yang berbeda. Namun, informan 2 juga menyimpulkan bahwa
penggambaran dari sifat-sifat maupun tindakan ekstrim yang dilakukan oleh tokoh
tersebut ini memang ditujukan untuk menjelaskan dan menggambarkan kondisi orang
dengan gangguan anti sosial, bukan dengan maksud mengkaitkannya ke hal-hal yang
negatif.
mental yang kerap diasosiasikan dengan tindakan spontan yang tidak dipikirkan.
Dalam adegan ini, terdapat beberapa sikap-sikap yang dapat dibilang cukum impulsif
seperti menampar pasien bapak-bapak dengan menggunakan tas, secara sengaja ingin
memberi sayatan kecil dan apa yang dia katakan juga secara tidak langsung itu
impulsif tersebut, Ko Moon Young juga di serang oleh pasien tersebut karena sikapnya
yang spontan dan provokatif itu. Selain itu, dari penggambaran sifatnya keliatan, tokoh
Moon Young terlihat orang yang manipulatif karena upaya membela dirinya itu
dilakukan melalui cara yang ekstrim tapi sebenarnya hal tersebut hanya seperti ingin
memuaskan egonya saja dengan melukai orang lain. Informan 4 merasa bahwa
serangkaian penggambaran sifat yang ditampilkan oleh tokoh Ko Moon Young melalui
224
tindakannya yang impulsif ini secara tidak langsung menimbulkan kesan bahwa
gangguan pada tokoh tersebut identik dengan sifat, pemikiran, dan tindakan impulsif
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan dua tema yaitu adanya faktor pemicu tindakan difabel, dan penyamaan
ciri dan tindakan gangguan anti sosial yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Menurut informan 1, adegan ini menunjukan niat baik Ko Moon Young yang ingin
menolong tokoh anak kecil dari pasien difabel mental tersebut namun cara yang
dilakukan oleh Ko Moon Young juga salah yaitu dengan berusaha buat melukai orang
lain juga. Namun, informan 1 juga merasa bahwa mungkin ketika Moon Young
mencoba menolong anak kecil tersebut, dia sempat terpicu dengan ingatan masa kecil
yang cukup membuatnya trauma hingga sekarang. Dari penggambaran sifat dan
tindakan Ko Moon Young yang cukup manipulatif, di mana dia terlihat membela diri
dengan tindakannya yang salah. Informan merasa bahwa tokoh Ko Moon Young
digambarkan kurang baik dan hal ini terlihat dari tindakannya dan kata-kata yang
225
menyimpulkan bahwa mungkin dalam penggambarannya akan lebih baik jika ingin
menjelaskan sisi gangguan dari tokoh Ko Moon Young ini akan lebih baik jika tidak
menonjolkan hal-hal yang negatifnya saja, tapi mungkin bisa dengan hal yang lain juga.
jiwa secara baik tanpa mengaitkan dengan hal-hal yang negatif maka tidak akan
Menurut informan 5, adegan ini menunjukan sifat dari gangguan anti sosialnya, yang
tidak takut dengan apa yang dia perbuat, tidak mikir panjang, spontan, tidak peduli
dengan orang lain, sampe dia sendiri tidak memikirkan konsekuensi perbuatannya
meskipun hal tersebut sangat riskan dan menyalahkan kesalahannya pada orang lain.
tindakan yang menyimpang dari anti-sosial karena drama ini memang membawa isu
tersebut. Informan 5, justru mengatakan kalau adegan dalam drama ini memperlihatkan
isu gangguan mental yang terlalu dalam dengan mengaitkannya pada genre romance.
Karena informan 5 melihat bahwa sebenarnya tidakan anti-sosial itu kalo sudah parah
bisa sampai melanggar hukum, hal ini diketahui informan ketika memilki punya temen
yang mempunyai gangguan anti sosial. Di mana ketika teman dari informan 5 ingin
punya sesuatu dari orang lain, maka dia akan melakukan hal-hal hingga menusuk kaki
226
4.2.10.3 Posisi Pemaknaan Oposisi
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
berikut:
Menurut informan 3, adegan ini menggambarkan tokoh Ko Moon Young yang ingin
menyelamatkan seseorang namun dengan cara yang salah yaitu melukai tokoh ayah
perspektifnya yang berbeda dan terkesan bahwa dia menantang pasien tersebut.
Sehingga, informan 3 melihat jika caranya dilakukan oleh tokoh tersebut tidak
menunjukan bahwa dia bertindak seperti orang lain pada umumnya. Namun, secara
karena dalam pada realitanya sikap empati tidak akan muncul dengan cara melukai
produser dari drama ini dalam menunjukkan sikap anti-sosial tidak seharusnya
227
4.2.11 Posisi Pemaknaan Informan Terhadap Adegan Moon Sang Tae
Dari adegan Moon Sang Tae mencairkan ketagangan hubungan akan dilihat
melalui analisis preferred reading. Hasil dari analisis makna dominan dari adegan
tersebut menunjukkan adanya ketenangan sikap dan kedewasaan pola pikir tokoh
difabel autisme dalam mengatasi ketegangan situasi yang sedang terjadi dengan cara
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi dominant reading yaitu
228
memunculkan dua tema yaitu kemampuan kontrol diri difabel dan kedewasaan difabel
Menurut informan 1, adegan ini memperlihatkan bahwa Moon Sang Tae mampu
mengontrol diri karena sudah berhasil melewati masa krisis yang sebelumnya, sehingga
dia menjadi jauh lebih tenang. Selain itu, karakter dari tokoh autis ini yang llulmayan
unik, di mana dia suka menyeletuk dengan polos ini dapat menghibur orang lain dan
diadegan tersebut membuat adiknya tertawa. Namun, informan 1 melihat hal tersebut
bahwa apa yang disampaikan oleh Moon Sang Tae benar-benar akan dilakukannya
yaitu tidak meninggalkan Ko Moon Young berada dalam kondisi seperti itu sendirian.
Informan 1 juga merasa bahwa Moon Sang Tae dapat merasakan perasaannya Moon
Young yang kesepian itu, makanya dia akan tetap menemani meski Moon Young
menganggap Moon Young sebagai bagian dari keluarga. Sehingga, informan 2 merasa
jika seseorang sudah memilki keterikatan dan kedekatan emosional seperti layaknya
keluarga hal ini membuat siapapun pasti tidak akan ingin meninggalkan keluarganya
sendirian, apalagi di kondisi yang sangat tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, Moon
Sang Tae dapat memposisikan dirinya sebagai kakak yang baik dan lebih dewasa.
229
Informan 2 merasa, meskipun belum pernah adanya interaksi atau komunikasi dengan
autisme, tapi informan 2 percaya bahwa seorang kakak juga dapat memposisikan
dirinya sebagai seseorang yang lebih dewasa dan ini berlaku bagi mereka yang difabel
maupun yang tidak. Sehiingga, ketika ada permasalahan ini terjadi tokoh Moon Sang
Tae dapat menenangkan suasana dan membuat adiknya juga menjadi tidak begitu
terdapat dua informan yang memaknai teks dengan posisi negotiated reading yaitu
memunculkan dua tema yaitu bergantung dengan tingkat keparahan gangguan autisme
dan pemikiran difabel autisme yang tidak logis yang akan dijabarkan sebagai berikut:
memikirkan posisi Ko Moon Young dan berusaha mencairkan suasana rumah yang
sedikit kurang nyaman atau tegang untuk adiknya. Namun, menurut informan 4
beberapa orang autis belum tentu bisa menjadi dewasa seperti Sang Tae ketika
dari kerabatnya yang memilki gangguan autis, mereka tidak menunjukan sisi
kedewasaan tersebut dan informan 4 juga mempercayai bahwa hal ini juga bergantung
230
dengan seberapa parah kondisi dari gangguan autis yang dialami oleh difabel tersebut.
Sehingga, informan 4 menyimpilkan bahwa orang yang memilki gangguan autisme ini
belum tentu bisa sedewasa itu seperti pola pemikirannya Sang Tae.
Menurut informan 5, orang autis memiliki pola pemikiran yang tidak logis, sehingga
dia tidak mengerti situasi atau reaksi yang harus ditunjukan dan dapat biasa aja karena
dia tidak mengerti. Informan 5 merasa bahwa mungkin kalo tokoh autismenya ini
ditinggal atau kehilangan orang yang selalu ada buat dia kayak orangtuanya atau
adiknya, dia bakal nunjukin kesedihannya. Selain itu, adanya konteks pindah, yang
memang mungkin sudah menjadi hal yang umum bagi tokoh Moon Sang Tae. Oleh
karena itu dalam adegan tersebut, informan 5 menilai bahwa sang tokoh tidak mengerti
apa yang sudah terjadi, sehingga dia hanya berusaha menghibur orang lain. Dari
beberapa orang yang pernah ditemui oleh informan 5 di RSJ, jika ada sesuatu yang
terjadi pada orang lain orang autis cenderung tidak mengerti kondisi tersebut sehingga
terdapat satu informan yang memaknai teks dengan posisi oppotional reading yaitu
informan 3. Dalam posisi ini, informan menolak pesan teks dari film dengan
231
menggunakan pemahamannya sendiri dan memunculkan tema yaitu penggambaran
reaksi difabel autisme yang tidak sesuai yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Informan 3 melihat bahwa dari cara Sang Tae mengekspresikan perasaannya menjuru
ke satu jawaban yaitu keluarga. Sang Tae seperti punya ikatan persahabatan yang sudah
sangat hinga merasa Ko Moon Young juga keluarganya. Namun, menurut informan 3
orang autis dalam dunia nyata tidak akan memiliki sikap yang tenang apabila
dihadapkan pada kondisi tersebut. Dalam adegan tersebut tampak Moon Gang Tae
sabagai sebagai seorang non-difabel ketika berada di kondisi tersebut saja telihat
bingung, sehingga orang yang memiliki gangguan difabel juga pasti akan merasa
bingung apabila dihadapkan pada situasi tersebut. Hal ini dikearenakan pada dunia
nyatanya, tidak semua orang yang autis mengetahui bagaimana caranya menghadapi
orang lain yang sedang dalam masalah, atau bahkan kadang cara berinteraksi sama
orang lain saja mereka masih sulit. Selain itu, orang autis juga dapat terpengaruh dari
kondisi orang lain, yang mana bahkan orang biasa saja juga akan bingung kalau
Menurut Oliver, Barnes, and Aberley, teori Social Model of Disability ini
menekankan bahwa kontruksi sosial terkait kelompok difabel bukan berada pada
konsekuensi dari keterbatasan fisik ataupun mental dari seseorang, melainkan terletak
232
dalam faktor eksternal yang lebih luas yaitu masyarakat sosial. Social Model of
Artinya, disabilitas sebagai kondisi sosial harus dilihat sebagai suatu penindasan pada
kelompok tertentu dan pendekatan dengan model sosial harus digunakan sebagai upaya
pemberdayaan dan penegasan hak dari difabel sebagai warga negara dalam lingkungan
sosial. Di Amerika Serikat, model sosial disabilitas juga disebut dengan istilah lain
model sosial dengan menekankan aspek sosial dan politik dari isu disabilitas. Teori ini
meletakan bahwa disabilitas muncul sebagai dampak dari kegagalan masyarakat sosial
dalam menampung aspirasi kelompok disabilitas yang merupakan kaum minoritas atau
dengan kata lain, teori ini mencoba untuk membawa kesetaraan ras dari kelompok
masyarakat mengenai konstruksi sosial negatif terkait isu difabilitas yang memperkuat
posisi kelompok difabel sebagai minoritas. Atau dengan kata lain, teori ini juga
mengajak masyarakat untuk berpikir bahwa kondisi difabel itu adalah hal yang wajar
dan bukan sesuatu perbedaan yang harus ditonjolkan. Selain itu, teori ini juga
empowerment kelompok difabel yang ditampilkan pada tindakan karakter dalam film.
Dari hasil temuan pada penelitian ini, memang terdapat beberapa pemaknaan
233
Disability. Penguatan pada teori tersebut terletak pada adegan ketika tokoh difabel
autisme yang sedang mencoba untuk memperluas relasi sosialnya, dari adegan tersebut
terdapat beberapa informan yang menyatakan bahwa tidak semua orang dapat mau
memiliki keterikatan hubungan dengan mereka yang difabel dan adapula yang
menyatakan bahwa wajar untuk menghindar dari difabel karena ada rasa takut.
menghindar atau bahkan mengabaikan difabel ini adalah hal yang biasa dan sangat
yang memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itu adanya pemaknaan tersebut
mendukung teori ini bahwa stigma yang telah di konstruksi telah melekat dalam pikiran
berdasarkan keterbatasan difabel telah menjadi hal yang biasa terjadi di masyarakat.
Sedangkan, hasil temuan peneliti tidak hanya menunjukan penguatan pada teori
difabilitas yang telah digunakan oleh pada penelitian ini. Tetapi peneliti juga
kelompok difabel ini juga dilihat melalui perspektif secara medis. Artinya, informan
melihat dan memaklumi bahwa penggambaran sifat maupun gangguan jiwa dari tokoh
difabel ini adalah bentuk keterbatasan mental yang merupakan suatu penyakit medis
yang menggunakan perspektif medis ini sejalan dengan teori Medical Model of
Disability dari Oliver, yang menekankan bahwa dasar permasalahan dari difabilitas
234
adalah kondisi medis individu yang mengalami keterbatasan fungsi maupun mental.
Selain itu, teori ini juga berpendapat bahwa kelompok difabilitas juga harus mengakui
model of disability dalam penelitian ini yang mana dapat dibuktikan dari hasil
Moon Young ketika melihat Moon Sang Tae yang di cap ‘gila’ oleh orang lain saat
pembelaan pada tokoh autisme yang secara tidak langsung mengaitkan dengan kondisi
medis dari tokoh difabel autis tersebut. Kemudian pada adegan keterbukaan dari tokoh
Moon Sang Tae, terdapat informan yang memaknai bahwa pembukaan diri autisme
untuk menghadapi traumanya ini tidak terlepas dari pendekatan khusus dari dokter
professional yang membuat difabel autisme tersebut dapat merasa aman dan nyaman
untuk menceritakan trauma yang selama ini disembunyikannya. Selain itu juga di
dengan penggunaan obat pada tokoh difabel anxiety and depression disorder (Lee Ah
Reum) yang dimakani oleh informan sebagai suatu cara untuk menggambarkan bahwa
gangguan mental ini bukan sebuah penyakit yang aneh atau menyimpang, melainkan
sama seperti penyakit lain pada umumnya yang membutuhkan fungsi dari suatu obat.
235